You are on page 1of 14

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MENARIK DIRI

Penulisan Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Ns.Sri Sayekti Heni Sunaryanti,S.Kp.,M.,Kes

Disusun oleh:
Ahmad Syauki M.

(2013. 1139)

Edwin Dwi W.

(2013.1147)

Isma Nuraini

(2013.1155)

Nurul Hidayati

(2013.1162)

Sandra Maldini

(2013.1170)

YAYASAN PERGURUAN TINGGI ISLAM SURAKARTA


AKADEMI KEPERAWATAN MAMBAUL ULUM SURAKARTA
2015

BAB I
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Menarik diri adalah keadaan dimana percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain . Menghindari hubungan dengan orang lain. ( Pawlin ,
1993. dikutip Budi Keliat,2001).
Menarik diri merupakan bentuk konflik internal dalm sebuah respon
psikologisyang merupakan hasil dari keadaan stres dan dirasakan mengacam
dirinya sehingga manusia itu tidak bisa menghadapi masalah dan mengatasinya.
Menarik diriini timbul akibat manusia itu tidak mampu menghadapi masalh
tersebut., setelah dilaakukan beberapa mekanismekoping, merupakan pemicu
terjadinya sters pada tubuh. Ketidakberdayaan yang semakin mendalam
menjadikan orang tersebut merasa terbebanioleh adanya masalah tersebut.
( Abdul ,2011)
Isolasi sosial menarik diri merupakan upaya menghindari komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan (Yosep, 2009:
229).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan suatu keadaan
dimana individu tidak mampu melakukan hubungan interpersonal dengan baik, ini
terjadi karena individu tersebut merasa dirinya rendah dan tidak berharga.

1. Tanda dan Gejala

Menurut (Direja, 2011: 125), tanda gejala isolasi sosial sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Menyendiri dalam ruangan


Tidak berkomunikasi , menarik diri , tidak melakukan kontak mata
Sedih efek datar
Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.

5. Kurang spontan
6. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
7. Ekspresi wajah kurang berseri
8. Tidak merawat diri sendiri dan tidak mempertahankan kebersihan diri
9. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal

10. Mengisolasi diri


11. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
12. Asupan makanan dan minuman terganggu
13. Retensi urine dan feses
14. Aktivitas menurun
15. Kurang energy (tenaga)
16. Rendah diri
17. Postur tubuh berunbah, misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada
posisi tidur)
2. Rentang Respon
Hubungan individu dengan lingkuangan sosial akan menimbulkan
respons-respons pada individu (Trinelia, 2011: 9).
Menurut Townsend (1998) dalam (Fitria, 2010: 32), respons sosial
individu berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif, digambarkan sebagai
berikut :
Respon Adaptif

Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama
Interdependen

Respon maladaptif

Merasa sendiri
Depedensi
Curiga

Menarik diri
Ketergantungan
Manipulasi
curiga

Gambar 1 Rentang Respon Isolasi Sosial Menarik Diri

Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh normanorma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain,

perilaku individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan


masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif :
1) Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
2) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerjasama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
4) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan intepersonal.
b. Respon maladaptif
Respons maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma
sosial dan kehidupan di lingkungan masyarakat. Berikut ini adalah perilaku
yang termasuk respons maladaptif :
1) Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri,
sehingga tergantung dengan orang lain.
3) Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai obyek
individu, sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
4) Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain.
3. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus
asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan (Direja, 2011: 123).

A. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial menurut
(Fitria, 2010: 33-35) adalah sebagai berikut :
a. Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu, ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas di dalam perkembangan ini tidak
terpenuhi, maka akan menghambat fase perkembangan sosial. Seperti
tabel berikut:
b. Faktor sosial budaya
Isolasi

sosial

atau

mengasingkan

diri

dari

lingkungan

merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan


sosial.Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah yang dianut
oleh keluarga, seperti anggota keluarga yang tidak produktif
diasingkan dari lingkungan sosialnya.
c. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang dapat
mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak,
misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti
atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik
dan daerah kortikal.
d. Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Dalam teori
ini

yang

termasuk

masalah

dalam

berkomunikasi

sehingga

menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan


dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi

dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan


lingkungan diluar keluarga.
B. Faktor Presipitasi
Menurut (Fitria, 2010: 35), terjadinya gangguan hubungan
sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal
seseorang. Faktor stresor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat
ansietas yang berkepanjanagn dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.Ansietas ini
dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
4. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif
termasuk keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun
teman, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti kesenian, musik atau tulisan (Damaiyanti, 2012: 84).
5. Mekanisme Koping
Menurut (Damaiyanti, 2012: 84), mekanisme koping merupakan
mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
berupa keadaan kesepian yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering
digunakan pada isolasi sosial adalah :
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima, supaya sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.

c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan


timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungakan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.
2. Pohon Masalah
Risiko gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Effect

Menarik Diri
Core Problem

Harga Diri Rendah Kronik


Causa
Gambar 3 Pohon Masalah Isolasi Sosial

(Damayanti, 2012: 85)

6. Masalah Keperawatan
Menurut (Keliat dkk, 2005: 18), masalah keperawatan yang muncul pada
diagnosa isolasi social menarik diri adalah sebagai berikut :
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan
halusinasi pendengaran.

b. Gangguan sensori/persepsi: Halusinasi pendengaran yang berhubungan


dengan menarik diri.
c. Isolasi sosial; Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
d. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan
diri: mandi dan berhias.
e. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat pasien dirumah.
A. Pengkajian
Pengkajian menurut Kusumawati & Yudi (2011: 121-125)
1. Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atou muncul pertama kali pada masa
pubertas
2. Keluhan Utama
Keluhan Utama yang menyebabkan pasien dibawa kerumah sakit
biasanya akibat adanya kemunduran kemauaan dan kedangkalan emosi
3. Faktor Presdisposisi
Faktor Presdisposisi sangat erat kaitanya dengan factor etiologi yaitu
keturunann ,endokrin,metabolisme,sususnan saraf pusat dan kelemahan
ego.
4. Psikososial
a. Genogram
Orang tua penderita skizofronia ,salah satu kemungkinan anaknya 716% skizofronia,bila keduanya menderita 40- 60% ,saudara tiri
kemungkinan 0,9-1,8 %, saudara kembar 2-15 dan saudara kandung 715%
b. Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien
akan mempengaruhi konsep diri pasien.
c. Hubungan social
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan ,pergaulan suka
melamun dan berdiam diri.
d. Spiritual
Akivitas spiritual menurun sering dengan kemunduran.
5. Status mental
a. Penampilan diri
Pasien tampak lesu ,ak bergairah ,rambut acak acakan ,kancing
baju ,tidak tepat resleing tak terkunci,baju tak diganti,baju terbalik
sebagai manifestasi kemunduran kemauaan pasien
b. Pembicaraan

Nada suara rendah ,lamba ,kurang bicara,apatis.


c. Aktivitas motoric
Kegiatan yangdilakukan tidak bervariasi

kecendurang

mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri


(katalepsia).
d. Emosi
Emosi dangkal
e. Afek
Dangkal ,takada ekpresi noman maka
f. Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif , kontak mata kurang , tidak mau
menatap lawan bicaranya.
g. Persepsi
Tidak dapat waham aou tidak terdapat halusinasi
h. Proses Berfikir
Gangguan proses berfikir jarang ditemukan
.
i. Kesadaran
Kesadaran berubah , kemampuan hubungan serta pembatas
dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada
j.

tariff tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif)


Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik ,orienasi tempat,waktu dan

orang.
k. Kemampuan penilian
Tidak dapat mengambil keputusan ,tidak dapat bertindakdalam
suatu keadaan, selalu memberikan alas an meskipun alasan tidak
l.

jelas atou tidak tepat.


Tilik Diri
Taka da yang khas.

6. Kebuuhan sehari- hari


Pada peremulaan , penderita kurang memperhaikan diri dan keluarganya,
makin mundur dalam pekerjaan aibat kemunduran kemauan . Minat
untuk memenuhikebuuhan sendiri sangat menurun dalam hal makanan,
BAB/ BAK . mandi berpakaian , dan istirahat tidur.
Diagnosa Keperawatan
Isolasi social; Menarik diri b.d kurangnya rasa percaya dapa orang
lain, panic regresi ketahap perkembangan sebelumnya, sukar
berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau.
Dibuktikan oleh hal hal berikut ini :
1. Menyendiri dalam ruangan.

2. Tidak berkomunikasi , mebarik diri tidak tidak melakukan kontak


mata
3. Sedih ,efek datar
4. Perhatian dantindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan
usianya .
5. Berfikir menurun pikiranya sendiri, tindakan berulantidak dan tidak
bermakna.
6. Mengekpresikan penolakan atou kesepian pada orang lain.
Tujuan Jangaka Pendek
Pasien siap masuk dalam terapi akivitas ditemani oleh seseorang
perawat yang dipercayai dalam minngu.
Tujuan Jangka Panjang
Pasien dapat secar sukarela melunagkan waktu bersama pasien lain
dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.
Kriteria Hasil
1. Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasra untuk
bersosialisasi dengan orang lain.
2. Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh.
3. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu satu dengan orang
lain dengan cara yang sesuai dapat dierima.
Intervensi Keperawatan
1. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak
yang sering tapi singkat
R: Sikap menerima diri orang lain akan menimbulkan harga diri
pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.
2. Perlihatkan penguatan positif pada pasien
R: Pasien merasa menjadi orang yang berguna.
3. Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama
aktivitas

kelompokyang

mungkin

merupakan

hal

yang

dipercaya akan memberikan rasa aman bagi pasien.


4. Jujur dan menepai semua Janji
R: Kejujuran dan saling membuuhkan menimbulkan suatu
hubungan saling percaya.
5. Orientasikan pasien pada

orang

waktu

,tempat

sesuai

kebutuhan.
6. Berhati-hatilah dengan senuhan .
R: Pasien yang curiga dapa menerima sentuhan sebagai suau
yang mengancam.

7. Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan


tehnik untuk memutuskan respon ( latihan relaksasi berpikir).
R: Pasien perilakunya menarik diri dan curiga dimanifestasikan
selama terjadi peningkatan ansietas.
8. Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien padat
berinteraksi dengan orang lain.
R: Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien mendorong
pengulangaan perilaku tersebut.
9. Berikan obat- obatan penengan sesuai program pengobatan
pasien.
R: Obat- obatan antisipkososis menolong untuk menurunkan
gejala psikosis pada seseorang sehingga memudahkan interaksi
dengan orang lain.
Kerusakan komunikasi verbal b.d ketidak mampuan untuk percaya
kepada orang lain , panic ,regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya, menarik diri
Dibuktikan oleh hal-hal beriku ini.
1. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan orang lainnya.
2. Menggunakan kata kata simbolik
3. Menggunakan kata yang tak berarti
4. Kontak mata kurang / tidak mau menaap lawan bicara.
Tujuan Jangka Pendek
Pangan pasien dapa menunjukan kemampuan untuk bertahan pada 1
topik menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak maa intermian
selama 5 menit dengan peraa selam 1 minggu.
Tujuan Jangka Panjang
Pasien dapat menunjukan kemamouan dalam melakukan komunikasi
verbal dengan perawat dan sesame pasien dalam suau lingkungan social
dengan cara sesuai/dapat diterima.
Kriteria Hasil
1. Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan
dierima orang lain.
2. Pesan nonverbal pasien sesuai dengan verbalnya.
3. Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan
komunikasi verbal terjadi pada adanya peningkatan ansietas.
Intervensi Keperawatan

1. Gunakan tehnik validasi dan klarivikasi untuk mengerti pola


komunikasi.
R: Tehnik ini menyaakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti
oleh orang lain,sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada pada
perawat .
2. Pertahankan konsistensi perawa yang bertugas.
R: Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti
tindakan dan komunikasi pasien.
3. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam
bagaiman perilaku dan pembicaraanyaditerima dan mungkin juga
dihindari oleh orang lain.
R: Tehnik ini untuk meningkatkan hubungan saling percaya perawat
dan pasien serta dengan lingkungan.
4. Jika pasien idak mampu / tidak ingin bicara (autism) ,gunakan
tehnik mengatakan secara tidak langsung.
5. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien samai pola komunikasi
yang memuaskan kembali keperawatan.
Sindrom kurang perawatan diri b.d menarik diri , regresi
Dibuktikan oleh hal hal berikut ini
1. Kesukaran mengambil makanan atou tidak mampu membawa
makanan dari wadah ke mulut.
2. Ketidakmampuan membersihkan tubuh aou bagian bagian
tubuh.
3. Kurangnya minat dalam memilih pakaian,kelainan kemampuan
dalam berpakain dan mempertahankan penampilan yang
memuaskan.
4. Tidak adanya kemauan untuk melakukan defeksi atou berkemih
tanpa bantuan.
Tujuan Jangka Pendek
Pasien dapat mengatakn keingginan untuk melakukan kegiatan
hidup sehari- hari dalam satu minggu.
Tujuan Jangka Panjang
Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara
mandiri dan mendemonstrasikan suatu keinginan untuk
melakukanya.
Kriteria Hasil
1. Pasie makan sendiri tanpa bantuan .

2. Pasien memilih pakaian yang sesuai , berpakaaain merawa


dirinya tanpa bantuan .
3. Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal
dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi
dan berkemih tanpa bantuan.
Intervensi Keperawatan
1. Dukungan pasien untuk melakukan kegiatan hidup seharihari sesuai tingkat kemampuan pasien
R: Keberhasilan menampilkan kemandirian pasien dalam
melakukan akivitas akan meningkatkan harga diri.
2. Dukungan kemandirian pasien,tetapi berikan bantuan saat
pasien dapat melakukan bebrapa kegiatan.
R: Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas
dalam keperawatan.
3. Berikan pengakuan

dan

penghargaan

positif

untuk

kemampuan mandiri.
R: Penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan
mendukung perilaku pasien.
4. Perhatikan secara konkret,bagaimana melakukan kegiatan
yang menurun pasien suli melakukannya.
R: Penjelasan harus sesuai dengan tingkat pengerian yang
nyata.
5. Buat catatan secara rinci tentang makanan dan cairan.
R: Informasi yang penting untuk ,mendapatkan gambaran
nurisi yang adekuat.
6. Berikan makanan kudapan dan cairan diantara waktu
makan.
R: Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan
dalam jumlah besar pada saat makan dan membuuhkan
penambahan diluar waktu makan.
7. Jika pasien idak makan karena curiga dan takut diracuni
berikan makan kaleng dan biarkan pasien sendiri untuk
membukanya.
R: Pasien dapat melihat semua orang makan- makanan yang
sama.
8. Tetapkan jadwal defekasi dan berkemih, bantu pasien ke
kamar mandi sesuai jadwal sampai pasien mampu
melakukan tanpa bantuan orang lain. Dukukng kemandirian

pasien

berikan bantuan saat pasien tidak mampu

melalkukan beberapa ka=egiatan.


R: Melatih pasien untuk melakukan ADI agar mapu
melakukan secara mandiri sehingga kebutuhan utama
pasien dapat terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
Kuswati, farida dkk. 2010. Buku ajar keperawatan jiwa. Salemba medika :
Jakarta
Nasir abdul dkk. 2011. Dasar dasar keperawatan jiwa. Salemba medika :
Jakarta
Trimeilia. 2011. Asuhan keperawatan klien isolasi social. Trans info media:
Jakarta
Yosep . iyus.2011. Keperawaan jiwa . Refika aditama: bandung
Yosep, iyus. 2013. Buku ajar keperawatan jiwa dan advance mental health
nusing. Refika aditama: bandung.

You might also like