Professional Documents
Culture Documents
178
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2015: 177-183
PENDAHULUAN
Saat ini manusia hidup dalam dunia
yang membawa realitas tentang masalah global sehari-hari. Manusia berada dalam kondisi ketakutan terhadap kelemahan atau penyakit terminal, tekanan fase perkembangan
kehidupan usia baya, kemudian masalah kemandirian dan identitas gender. Hal ini memperberat kehidupan dan ketidakamanan
finansial. Tekanan kehidupan di dunia seperti
ini mengakibatkan individu terpaksa menggunakan koping mengarah ke tindakan
bunuh diri (Doengoes, 2006). Fenomena
bunuh diri pada masyarakat Indonesia meningkat pada kelompok masyarakat yang
rentan terhadap stresor psikososial yaitu pengungsi, remaja dan masyarakat sosial ekonomi rendah (Darmaningtyas, 2002).
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
merupakan salah satu propinsi di Indonesia
yang kasus bunuh dirinya cukup tinggi, yaitu
mulai tahun 2008 sampai bulan Juli 2013
terdapat 362 kasus. Wilayah DIY terdiri dari
empat kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul
serta Kota Yogyakarta. Dari 362 kasus bunuh diri, terdapat 163 kasus atau 45% berasal dari Kabupaten Gunungkidul, kemudian
75 kasus atau 21% dari Kabupaten Bantul.
Setelah itu Kabupaten Kulonprogo dengan
56 kasus atau 16% dan Kabupaten Sleman
dengan 54 kasus atau 15% serta angka bunuh diri terendah ada di Kota Yogyakarta
hanya 14 kasus atau 3% (Polda DIY, 2013).
Data dari Polres Gunungkidul (2013)
menunjukkan bahwa dari tahun 2009 sampai bulan Juli tahun 2013 kasus bunuh diri
cukup tinggi yaitu ada 125 kasus bunuh diri.
Pelaku bunuh diri di Gunungkidul ini didominasi oleh laki-laki sebanyak 74 %. Jika
dilihat dari sisi usia, 85 % pelaku bunuh diri
adalah lansia. Sedangkan metode bunuh diri
didominasi dengan metode gantung diri
(97%). Fenomena bunuh diri dengan metode gantung diri tersebut dalam masyararakat
179
Status Sosial
Ekonomi
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
Jumlah
Persentase
6
284
66
356
1,69%
79,78%
18,54%
100,00%
Jumlah
Persentase
291
65
356
81,74%
18,26%
100,00%
180
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2015: 177-183
Status
Ekonomi
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah
Persepsi lansia
Positif
n
4
60
1
65
Negatif
%
1,1
16,9
0,3
18,3
n
62
224
5
291
%
17,4
62,9
1,4
81,7
0,000
181
tusan yang teliti dan beralasan. Perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme atau
seseorang terhadap rangsangan (stimulus)
dari luar subyek tersebut (Notoatmodjo,
2010). Faktorfaktor yang mempengaruhi
persepsi terbagi menjadi dua bagian besar
yaitu faktor eksternal (faktor yang melekat
pada objeknya) dan faktor internal (faktor
yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut). Sedangkan menurut
Sunaryo (2013) faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah perhatian, kebutuhan, sistem
nilai, ciri kepribadaian dan gangguan
kejiwaan.
Walgito (2002) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses
aktif yang memegang peranan, bukan hanya
stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus.
Individu dalam hubungannya dengan dunia
luar selalu melakukan pengamatan untuk
dapat mengartikan rangsangan yang diterima
dan alat indera dipergunakan sebagai
penghubungan antara individu dengan dunia
luar. Agar proses pengamatan itu terjadi,
maka diperlukan objek yang diamati alat
indera yang cukup baik dan perhatian
merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam mengadakan pengamatan.
Persepsi dalam arti umum adalah pandangan
seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa
seseorang akan bertindak. Hal ini secara
implisit menunjukkan bahwa persepsi tentang bunuh diri yang positif dapat mendorong
seseorang untuk mempercayai bunuh diri
tersebut dan akan melakukan tindakan yang
diamanatkan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan
sebagian besar masyarakat mempunyai
status sosial ekonomi yang sedang (87,64%)
dan status sosial ekonomi mempunyai hubungan dengan persepsi tentang bunuh diri
182
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2015: 177-183
183