You are on page 1of 20

Asuhan

kegawatdaruratan
kala I & II
Yayat hidayatullah

Perdarahan
Postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan

yang terjadi segera setelah persalinan


melebihi 500 cc yang dibagi menjadi bentuk
perdarahan primer dan sekunder

Jenis Perdarahan
a. Perdarahan Postpartum Primer

Perdarahan postpartum primer adalah


perdarahan yang berlangsung dalam 24 jam
pertama dengan jumlah perdarahan 500 cc
atau lebih

Perdarahan postpartum primer disebabkan

oleh:
- Atonia Uteri
- Retensio plasenta
- Robekan jumlah lahir

b. Perdarahan postpartum sekunder

Perdarahan postpartum sekunder adalah


perdarahan yang berlangsung setelah 24 jam
pertama dengan jumlah perdarahan 500 cc
atau lebih

Perdarahan postpartum sekunder disebabkan


oleh:
- Tertinggalnya sebagian plasenta atau
membrannya
- Perlukaan terluka kembali dan menimbulkan
perdarahan
- Infeksi pada tempat implantasi plasenta.

Atonia Uterus
Pengertian
Atonia uterus adalah tidak berkontraksi uteri
dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan
taktil (pemijatan) fundus uteri
Perdarahan Atonia Uteri terjadi bila uterus

atonik dan tidak mampu berkontraksi dengan


baik setelah kelahiran

Sebab Atonia Uteri


1. Otot uterus tidak mengalami retraksi dan

kontraksi yang kuat sehingga pembuluh darah


terbuka
2. Menimbulkan perdarahan yang banyak dan
singkat
3. Terjadinya atonia uteri mempunyai
predisposisi yang dapat diperkirakan

Penatalaksanaan
Atonia Uteri
a. Kenali dan tegakkan diagnosa kerja atonia uteri
b. Sementara dilakukan pemasangan infus dan
pemberian uterotonika, lakukan kompresi
bimanual.
c. Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi
sebagian plasenta masih tertinggal, lakukan
evaluasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan
lahir.
d. Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan
e. Lakukan uji beku (lihat solusi plasenta) untuk
komfirmasi sistempembekuan darah

Kompresi Bimanual Internal


(KBI)
1. a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan
cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan kedalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin
uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
c. Letakkan kepalan tangan pada foniks anterior, tekan dinding anterior uterus, sementara telapak
tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan
dalam.
d. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat, kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung
pada pembuluh darah didalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
e. Evaluasi keberhasilan
i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit,
kemudian perlahan lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi ibu secara melekat
selama kala empat.
ii. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa perenium, vagina dan serviks
apakah terjadi laserasi dibagian tersebut segera lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.
iii. Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan
kompresi bimanual eksternal (KBE) kemudian teruskan dengan langkah langkah penatalaksanaan
atonia uteri selanjutnya. Alasan atonia uteri sering kali diatasi dengan KBI, jika KBI tidak berhasil
dalam waktu 5 menit diperlukan tindak tindakan lain.

2. Berikan 0,2 mg ergometri 1 M (jangan berikan ergometri kepada


ibu dengan hipertensi)
Alasan : ergometrin yang diberikan akan meningkatkan tekanan
darah lebih tinggi dari kondisi normal.
3. Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18),
pasang infus dan berikan 500 ml larutan ringer laktat yang
mengandung 20 unit oksitoksin.
Alasan : jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian
cairan IV secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu
membutuhkan transfusi darah. Oksitoksin IV akan dengan cepat
merangsang kontraksi uterus. Ringer laktat akan membantu
mengganti volume cairan yang hilang selama perdarahan.
4. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan
ulangi KBI.
Alasan : KBI yang digunakan bersama dengan ergometri dan
oksitoksin dapat membantu uterus berkontraksi.

5. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit,


segera lakukan rujukan berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu
membutuhkan perawatan gawatdarurat di fasilitas kesehatan yang
dapat melakukan tindakan pembedahan dan tranfusi darah.
6. Dampingi ibu ketempat rujukan, teruskan melakukan KBI hingga
ibu tiba di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hinga ibu
tiba di fasilitas rujukan:
a. Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
b. Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang di infuskan mencapai 1,5 liter, dan
kemudian berikan 125 ml/jam.
c. Jika cairan IV tidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml
cairan dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk
asupan cairan tambahan.

Kompresi Bimanual
Eksternal
1. Letakkan satu tangan pada abdomen di depan
uterus, tepat diatas simfisis pubis
2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen
(dibelakang korpus uteri) usahakan memegang
bagian belakang uterus seluas mungkin.
3. Lakukan gerakan saling merapat kedua tangan
untuk melakukan kompresi pembuluh darah di
dinding uterus dengan cara menekan uterus
diantara kedua tangan tersebut. Ini akan
membantu uterus berkontraksi dan
menekan pembuluh darah uterus

Faktor Predesposisi Perdarahan


Postpartum
1. Dugaan Sebelum Hamil
Dugaan sebelum hamil terdiri dari:
a. Riwayat perdarahan postpartum berulang
b. Terdapat mioma uteri
c. Penyakit darah :
- Idiopatik trombositopenia purpara
- Gangguan pembekuan darah
- Leukimia

2. Kemungkinan HPP setelah hamil


Perdarahan postpartum setelah hamil terjadi:
a. Ibu hamil dengan anemia
b. Grandemultipara
c. Renggangan uterus yang berlebihan
- Hidromnion
- Hamil ganda atau makro semia
d. Perdarahan pada kehamilan tua
- Plasenta previa
- Solusio plasenta
e. Persalinan operatif
- Akibat Anestesia
- Persalinan per vaginam dengan tindakan transabdominal
f. Kesalahan tatalaksanaan kala III
g. Gangguan pembekuan darah akut
- Emboli air ketuban
- Emboli lainnya
h. Infeksi : khorioamnion itis

Tatalaksana Aktif Kala III


Persalinan
Untuk mengurungi kemungkinan perdarahan

postpartum khususnya yang disebabkan oleh


atonia uteri atau pun retensio plasenta maka
dilakukan tatalaksana aktif pertolongan kala III
sebagai berikut:

1. Upaya pencegahan :

- Berikan oksitoksin segera setelah bayi lahir


IM dan diikuti dengan metaergin
- Persalinan bayi dilakukan perlahan lahan,
sehingga kontraksi uterus dapat mengikutinya
- Setelah bayi lahir, klem tali pusat sedekat
mungkin dengan vulva, sementara yang
lainnya seperti biasa sekitar 10 cm
panjangnya dari bayi.

2. Evaluasi Perlukaan

- Di ikuti evaluasi perlukaan jalan lahir utama


- Perlukaan serviks ( akan berkurang karena
persalinan bayi dilakukan perlahan lahan)
- Vagina bagian atas
- Perlukaan vulva dan perenium
- Kemungkinan hematoma sekitar
parametrium, vagina atas dan vulva.

Diagnosa Perdarahan Postpartum


Diagnosa perdarahan postpartum tidak sukar:

1. Terjadi perdarahan segera setelah bayi lahir


2. Jumlahnya sekitar 400 500 cc
3. Keluar pada umumnya mendadak, tanpa
disadari
4. Dapat di ikuti dengan menurunya kesadaran
5. Dapat di ikuti dengan perubahan sistem
kardiovaskuler

You might also like