Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Andi Putri sekar L
14/371846/PHK/08220
14/371449/PHK/08209
Hari Anggara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut
UU Pasar Modal), disebutkan beberapa pokok-pokok kejahatan pasar modal
yang biasanya menjadi pilar modus yang selanjutnya dikembangkan dan
dikombinasikan dengan bentuk-bentuk yang lain. Hal yang dilarang oleh
undang-undang adalah menyangkut tentang manipulasi pasar (market
manipulation), penipuan (fraund), dan perdagangan orang dalam (insider
trading), dengan berbagai unsur-unsur yang dapat menjerat siapa saja yang
melanggar ketentuan tersebut.
Perdagangan efek yang wajar adalah penyelenggaraan perdagangan yang
berlangsung secara alamiah dalam pengertian bahwa setiap kekuataan
penawaran atau permintaan dilakukan berdasarkan mekanisme pasar yang
bebas dari adanya keadaaan yang tidak mendukung terciptanya keadaan pasar
sesuai dengan keinginan para pelakunya seperti adanya sistem penyampaian
informasi akurat dan tepat waktu dari emiten, terhindarnya pasar dari usahausaha pihak tertentu untuk memperoleh keuntungan dari ketidaktahuan dari
pihak lainnya dan adanya sistem serta tata cara pelaksanaan perdagangan yang
mendukung terciptanya kewajaran dalam melakukan perdagangan dibursa efek.
Kasus yang akan kami angkat dalam makalah ini adalah kasus yang
terjadi pada PT. Perusahaan Gas Negara, tbk. Kasus ini bermula pada tahun
2006 ketika PT. Perusahaan Gas Negara, tbk melakukan proyek pipanisasi
untuk wilayah sumatera selatan sampai dengan jawa barat atau south sumatera
west java (SSWJ) pipaline, namun dalam proyek pipanisasi ini PT. Perusahaan
Gas Negara,tbk mengalami keterlambatan, keterlambatan pada proyek
pipanisasi ini menyebabkan resahnya investor karena PT. Perusahaan Gas
Negara,tbk tidak langsung melaporkan keterlambatan kepada BAPEPAM-LK
sehingga sempat terjadi ketidaktahuan investor.
PT. Perusahaan Gas Negara,tbk terlambat melaporkan informasi
mengenai keterlambatan proyek pipanisasi dan mengenai informasi penurunan
2
volume gas yaitu pada 35 hari setelah adanya keterlambatan. Hal ini sempat
mempengaruhi harga penjualan saham, penurunan terjadi secara signifikan
harga saham PGAS di Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta), yaitu
sebesar 23,36%, dari Rp9.650 (harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2006)
menjadi Rp7.400 per lembar saham pada tanggal 12 Januari 2007.
Penurunan harga saham tersebut sangat erat kaitannya dengan press
release yang dilakukan oleh PGAS sehari sebelumnya (11 Januari 2007),
dimana dalam press release tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas
rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling
sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Atas kasus ini BAPEPAM-LK
memberikan sanksi kepada PT. Perusahaan Gas Negara,tbk dan juga kepada
jajaran Direksi dan juga mantan jajaran Direksi berupa sanksi administratif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pelanggaran yang terdapat pada kasus PT. Perusahaan Gas Negara,
tbk?
2. Apakah sanksi yang diberikan oleh BAPEPAM-LK sudah tepat?
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Pelanggaran dalam Kasus PT. Perusahaan Gas Negara,tbk
Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan, kasus dalam PT.
Perusahaan Gas Negara, tbk bermula dari terjadinya penurunan secara
signifikan harga saham PGAS di Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek
Jakarta), yaitu sebesar 23,36%, dari Rp9.650 (harga penutupan pada tanggal
11 Januari 2006) menjadi Rp7.400 per lembar saham pada, dimana penurunan
harga saham tersebut erat kaitannya dengan press release yang dikeluarkan
oleh PGAS pada tanggal 11 Januari 2007 tentang penurunan volume gas dari
150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD dan tertundanya gas-in yang semula
akan dilakukan pada akhir Desember 2006 menjadi Maret 2007.
Dalam hal ini, orang dalam PGAS telah mengetahui informasi tersebut
jauh hari sebelum diadakan press release yakni tanggal 12 September 2006
untuk informasi penurunan volume gas dan tanggal 18 Desember 2006 untuk
informasi tertundanya gas-in. Pada periode 12 September 2006 sampai dengan
11 Januari 2007, 9 pegawai PGAS (pegawai) melakukan transaksi saham
PGAS.
Pelanggaran di bidang pasar modal dapat dibagi dalam dua kelompok.
Yaitu:1
1. Dilihat dari sisi administratif
Mulai dari Pasal 25 sampai Pasal 89 UUPM berkaitan dengan
kewwajiban menyampaikan laporan atau dokumen tertentu kepada
Bapepam dan atau masyarakat. Menurut Peraturan Bapepam X.K.1
laporan yang dimaksud adalah laporan berkala atau laporan yang
bersifat insidentil yang berisikan informasi atau fakta materiil yang
penting dan relevan mengenai peristiwa atau kejadian yang dapat
mempengaruhi harga saham di Bursa efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.
1
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. 2009. Sinar Grafika:
Jakarta, hlm 69
melakukan
a. Pasal 93 UU PM
Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal
keterbukaan informasi, di antaranya sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
menimbulkan
misleading
bagi
investor
dalam
memberikan
judgement nya untuk membeli atau tidak suatu efek . Ketentuan ini
juga diadopsi dalam Pasal 93 UU Pasar Modal. , yang menyebutkan
bahwa:
Setiap pihak dilarang, dengan cara apa pun, memberikan
keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan
sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada
saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan:
a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut
secara materiil tidak benar atau menyeesatkan; atau
b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam
menentukan kebenaran materiil dan pernyataan atau
keterangan tersebut.
Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan masih banyak
terdapat dalam praktek pasar modal diseluruh dunia. Tujuan
pelaksanaan prinsip keterbukaan untuk membantu menetapkan harga
pasar yang akurat, relevan dengan kebutuhan investor canggih atau
profesional (sophisticated investor) yang memerlukan informasi untuk
keputusan investasi .
Selanjutnya dalam Keputusan ketua Bapepam No. KEP86/PM/1996, tentang keterbukaan informasi yang harus segera
diumumkan kepada publik, diberikan contoh-contoh informasi atau
fakta materil tersebut, yaitu :
1) Penggabungan usaha , pembelian saham, peleburan usaha
atau pembentukan usaha patungan.
2) Pembagian dividen atau pemecahan saham.
3) Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya.
4) Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
6
Menurut
Munir
Fuady
beberapa
tindakan
yang
dapat
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. 2009. Sinar Grafika:
Jakarta, hlm 75
tersebut.
6) Tujuan untuk mendapat keuntungan yang tidak layak
Larangan mengenai praktik insider trading
telah diatur
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. 2009. Sinar Grafika:
Jakarta, hlm 79
usaha,
antara
lain
hubungan
nasabah,
pemasok,
tersebut
ditetapkan
antara
lain
dengan
12
Namun dalam hal ini juga kami belum dapat mengatakan bahwa sanksi
yang diberikan oleh BAPEPAM-LK sudahlah tepat untuk besaran denda yang
diberikan kepada pelanggar, karena dalam hal ini tidak ada indikator untuk
menentukan besaran sanksi denda, dan juga dalam press realise yang diberikan
BAPEPAM-LK tidak ada transaransi mengenai pertimbangan besaran denda
yang diberikan untuk pelanggar.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa kami terhadap kasus PT. Perusahaan Gas Negara,
dapat kami simpulkan :
1. Terdapat beberapa pelanggaran terdapat pasar UU Pasar Modal dalam kasus
PT. Perusahaan Gas Negara. Pelanggaran yang terdapat dalam kasus ini
adalah antara lain:
a. Pelanggaran (dari sifat administratif) terhadap pasal 83 ayat (1) huruf b
UU Pasar Modal mengenai keterlambatan pemberitahuan oleh PT.
Perusahaan Gas Negara,tbk untuk memberikan informasi materiil kepada
BAPEPAM-LK
b. Kejahatan terhadap pasal 93 UU Pasar Modal mengenai manipulasi pasar
yaitu ketika terdapat 5 direksi yang mengetahi informasi materiil tetapi
tidak segera memberi tau kepada publik
c. Kejahatan terhadap pasal 95 UU Pasar Modal mengenai insider trading
yaitu karena terdapat 9 orang dalam melakukan transaksi saham.
2. Sanksi yang dijatuhkan oleh BAPEPAM-LK kepada pelanggar sudah tepat
mengenai jenis sanksi yang dijatuhkan yaitu sanksi administratif dan tidak
memberikan sanksi pidana kepada pelanggar.
B. SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Indra Safitri. 1998. Catatan Hukum Pasar Modal. Go Global Book: Jakarta
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. 2009. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Sinar
Grafika: Jakarta
16