You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam sitrat merupakan salah satu asam organik yang fleksibel dan sering
digunakan (serbaguna) dalam berbagai jenis industri. Terlepas dari konsumsi aditif
makanan, asam sitrat juga dianggap sebagai komponen yang tidak terpisahkan
dari berbagai obat-obatan, deterjen sintetik, kosmetik dan produk lainya (Blair dan
Stall, 1993).
Penggunaan asam sitrat di dunia terbagi menjadi beberapa bidang, dimana
penggunaan asam sitrat pada Industri sebanyak 75% digunakan pada Industri
makanan dan gula , 10% pada Industri obat-obatan, 15% pada Industri lainnya.
Sehingga, penggunaan asam sitrat sangat penting dalam penunjang kebutuhan
sekunder dunia. Berbagai faktor fisikokimia dianggap sangat penting dalam
pertumbuhan mikroba, diantaranya Kadar air, ukuran substrat partikel, sumber
nutrisi, suhu inkubasi, pH.
Mikroorganisme

telah

lama

memainkan

peran

utama

dalam

produksi/pengembangan di berbagai Industri, khususnya Industri makanan.


Sehingga, untuk keperluan industri dimanfaatkan mikroorganisme Aspergillus
Ornatus dan Alternaria alternata. Produksi asam sitrat dari beberapa limbah yang
berbasis hasil pertanian (agro-limbah). Pada Bio-sintesis asam sitrat ini digunakan
metode solid state fermentasi (SSF), dimana faktor yang mempengaruhi adalah
konsentrasi substrat fermentasi, gula, ion logam, dan aerasi pada produksi asam
sitrat.

BAB II
ISI

2.1 Biosistesis Asam Sitrat


Biosintesis asam sitrat membutuhkan glukosa sebagai sumber karbon
utama. Asam sitrat (2-hidroksipropana-1,2,3-asam karboksilat) merupakan produk
metabolisme primer dan diberntuk dalam siklus asam trikarboksilat. Dalam
pembetukannya, asam piruvat mengalami dekarboksilasi sehingga membentuk
asetil koA.
Proses fermentasi terjadi dalam beberapa tahapan, pada tahap pertama
dinamakan tahapan profase, yaitu sebagian dari glukosa digunakan untuk
membentuk miselium dan respirasi, kemudian dilanjutkan dengan tahap idiofase
dimana sisa glukosa diubah menjadi asam organik seperti asam sitrat. Produksi
asam sitrat yang terbentuk berkisar 40-70% dalam bentuk asam sitrat-hidrat atau
asam sitrat anhidrat. Selama proses idiofase, enzim sitrat sintase meningkat 10
kali selama produksi asam sitrat.

Gambar 2.1 Diagram Biosintesis pembentukan asam sitrat

2.2 Optimasi Inkubasi


Berdasarkan produksi asam sitrat yang optimal, konsorsium co-kultur
terpilih sebagai optimasi kultur terbaik dari berbagai fisikokimia. Sehingga, untuk
mengetahui dan menjelaskan pengaruh beberapa faktor dalam teknologi
fermentasi dapat diperoleh dengan beberapa cara.
2.2.1 Optimasi Inkubasi Waktu
Proses inkubasi dilakukan hingga 144 jam atau sekitar 6 hari. Setelah data
Analisa fermentasi dilakukan, didapatkan periode produksi asam sitrat maksimum
sebesar 0.447 mg/mL, dimana setelah periode fermentasi tersebut akan
menurunkan produksi asam sitrat yang diperoleh pada saat 144 jam yaitu sebesar
0.250 mg/mL. Hal tersebut dikarenakan mungkin dari periode fermentasi tersebut
terjadi pengurangan usia jamur yang menyebabkan nilai produk berkurang.

Gambar 2.2 Yield Asam sitrat pada berbagai variasi waktu


2.2.2 Optimasi Inkubasi pH
Efek dari variasi pH inkubasi berkisar antara 3 hingga 7 didalam suatu
wadah rangkap tiga pada produksi asam sitrat dan diperoleh hasil produksi bekisar
(0.521 hingga 1.4 mg/mL). Namun, penurunan yield (hasil) asam sitrat terjadi
ketika pH produksi dibawah dan diatas 5. pH merupakan parameter penting untuk
pertumbuhan jamur, dimana produk hasil kondisi fermentasi akan sesuai sehingga
enzim dapat berkerja optimal.

Gambar 2.3 Pengaruh variasi pH terhadap Fermentasi Asam Sitrat


2.2.3 Optimasi Inkubasi Temperature
Pengaruh suhu yang berbeda pada pada produksi asam sitrat, pemberian
variasi suhu antara 20oC dan 40oC. Berdasarkan analisa, yield asam sitrat yang
diperoleh berkisar (0.313 1.8 mg/mL). Peningkatan suhu pada produksi asam
sitrat berpotensi pada produksivitas produk. Semakin tingginya suhu pada proses
produksi maka akan menyebabkan denaturasi dari sistem enzim kerja menurun
dan mungurangi produk. Sehingga, secara langsung maupun tidak langsung, pH
dan suhu merupakan faktor penting yang memiliki pengaruh besar pada proses
bio-sistesis asam sitrat.

Gambar 2.4 Yield Asam Sitrat pada variasi suhu


2.2.4 Optimasi Inkubasi Kelembaban
Kelembaban memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme
yang didukan dengan substrat. Pengaruh kelembaban pada produksi asam sitrat
dari Co-Kultur membuktikan bahwa 50% kelembaban akan mengoptimalkan hasil
fermentasi asam sitrat dengan perolehan sebesar 0.361 mg/mL.
Berdasarkan data, 50% kelembaban saat fermentasi akan mengubah media
menjadi semi-padat yang kemudian akan meningkat kembali menjadi 75% dan
menyebabkan media mejadi semi-liquid.

Gambar 2.5 Pengaruh variasi kelembaban terhadap Fermentasi Asam Sitrat

2.2.5 Optimasi Inkubasi Asam Amino


Hasil maksimum asam sitrat yang diperoleh (2.644 1.5 mg/mL). Hal ini
menjadi pertimbangan penting pada proses fermentasi karena akumulasi spora
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan co-kultur. Pada hal ini
diperoleh optimasi yang sesuai sehingga memiliki efek stimulasi pada produksi
asam sitrat.

.
2.6 Pengaruh inkubasi asam amino terhadap asam sitrat

BAB III
6

KESIMPULAN
Pemanfaatan bio-sistesis yang tepat dari bahan agro-kultur dapat
dikonversi menjadi produk yang berguna. Pada pendekatan yang dilakukan
diperoleh potensi yang besar dalam pemanfaatan limbah agro yang didukung
dengan media produksi asam asetat. Optimasi yang dilakukan secara lanjut akan
dapat memberikan hasil yang lebih efisien pada produksi asam sitrat.

You might also like