You are on page 1of 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS

KEPERAWATAN KLINIK 4A

MAKALAH

oleh
Kelompok 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS


KEPERAWATAN KLINIK 4B

MAKALAH
disusun sebagai pemenuhan tugas KK 4B dengan
dosen pengampu: Ns. Jon Hafan S, M.Kep.

oleh
Kelompok :
Fajar Kharisma

142310101060

Santi Rahayu

142310101027

Ivatul Laili K

142310101051

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Meningitis dengan tepat
waktu. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1

Ns. Lantin Sulistyorini, S. Kep., M. Kes. selaku ketua program studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember,

Ns.Jon Hafan S, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah KK


4B yang selalu memberikan masukan dalam penulisan makalah ini.

teman - teman yang selalu memberikan dukungan pada saat penulisan


makalah, dan

semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah.


Penulis menyadari didalam penyusunan dan penulisan makalah ini banyak

kekurangannya dari segi teknik dan metode penulisan yang jauh dari sempurna.
Merupakan suatu penghargaan bagi penulis apabila ada saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Jember, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................

ii

DAFTAR ISI...............................................................................................

iii

BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................


1.2 Tujuan....................................................................................
1.3 Implikasi Keperawatan........................................................

1
1
2

BAB 2. TINJAUN TEORI........................................................................

2.1 Pengertian..............................................................................
2.2 Epidemiologi..........................................................................
2.3 Etiologi...................................................................................
2.4 Manifestasi Klinis.................................................................
2.5 Patofisiologi...........................................................................
2.6 Komplikasi dan Prognosis....................................................
2.7 Penatalaksanaan...................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................
2.9 Pencegahan............................................................................

3
3
5
6
7
8
9
9
10

BAB 3. PATHWAY....................................................................................

12

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................

13

4.1 Pengkajian.............................................................................
4.2 Diagnosa.................................................................................
4.3 Perencanaan..........................................................................
4.4 Pelaksanaan ..........................................................................
4.5 Evaluasi.................................................................................
BAB 5. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS.........................................

13
16
17
21
2
25

BAB 6. PENUTUP......................................................................................

37

6.1 Kesimpulan.............................................................................

37

6.2 Saran.......................................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

38

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis merupakan peradangan pada

araknoid, piamater dan ruangan

subaraknoid (Bonthius & Karacay, 2002). Proses peradangan tersebut juga dapat
meluas ke jaringan otak dan medula spinalis (Gilroy, 2000; Victor & Ropper,
2001). Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan jamur. Selain
itu dapat pula disebabkan oleh kondisi selain proses infeksi seperti kelainan
proses inflamasi (contoh: systemic lupus erythematosis, penyakit Kawasaki) dan
proses keganasan (contoh:

leukemic meningitis) (Lozon, 2002). Penyebab

meningitis bakterial terbanyak di dunia adalah

Haemophilus influenzae,

Streptococcus pneumoniae and Neisseria meningitidis. Di negara maju dengan


program vaksinasi yang berhasil, insidensi H. influenzae dan N. meningitides
menunjukkan penurunan (Nur et al., 2008).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin membuat makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada Meningitis.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian Meningitis
1.2.2 Untuk mengetahui epidemologi Meningitis
1.2.3 Untuk mengetahui penyebab Meningitis
1.2.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala Meningitis
1.2.5 Untuk mengetahui patofisiologi Meningitis
1.2.6 Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis Meningitis
1.2.7 Untuk mengetahui pengobatan dan penatalaksaan Meningitis
1.2.8 Untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan Meningitis
1.3 Implikasi Keperawatan
1.3.1 Perawat dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai
Meningitis sehingga nantinya dapat melakukan asuhan keperawatan
secara profesional.
1.3.2 Perawat diharapkan dapat menjadi pedamping yang cermat untuk
klien dalam memberikan asuhan keperawatan terkait Meningitis.
1.3.3 Perawat dapat memberikan edukasi pada klien sehingga klien dapat
memahami tentang Meningitis dan penatalaksanaannya.

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan
otak dan medula spinalis yang superfisial.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak yaitu meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut
dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri
spesifik maupun virus. Penyebabnya antara lain adalah Meningokokus,
Pneumokokus, Stafilokpkus, Gonokokus, Actynomyces, H. Influenza dan
entamuba koli. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang
meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering
dijumpai adalah kuman tuberkulosis dan virus.
2.2 Epidemiologi
Faktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap
patogen spesifik yang lemah terkait dengan umur muda. Resiko terbesar pada bayi
(1 12 bulan); 95 % terjadi antara 1 bulan dan 5 tahun, tetapi meningitis dapat
terjadi pada setiap umur. Resiko tambahan adalah kolonisasi baru dengan bakteri
patogen, kontak erat dengan individu yang menderita penyakit invasif, perumahan
padat penduduk, kemiskinan, ras kulit hitam, jenis kelamin laki-laki dan pada bayi
yang tidak diberikan ASI pada umur 2 5 bulan. Cara penyebaran mungkin dari
kontak orang ke orang melalui sekret atau tetesan saluran pernafasan.7
Meningitis Bakterial
Di Indonesia, angka kejadian tertinggi pada umur antara 2 bulan-2 tahun.
Umumnya terdapat pada anak distrofik,yang daya tahan tubuhnya rendah.
Insidens meningitis bakterialis pada neonatus adalah sekitar 0.5 kasus per 1000
kelahiran hidup. Insidens meningitis pada bayi berat lahir rendah tiga kali lebih
tinggi dibandingkan bayi dengan berat lahir normal. Streptococcus group B dan
E.coli merupakan penyebab utama meningitis bakterial pada neonatus. Penyakit
ini menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi (5-10%). Hampir 40%
diantaranya mengalami gejala sisa berupa gangguan pendengaran dan defisit
neurologis.9-11

Meningitis Tuberkulosis
Di seluruh dunia, tuberkulosis merupakan penyebab utama dari morbiditas
dan kematian pada anak. Di Amerika Serikat, insidens tuberkulosis kurang dari
5% dari seluruh kasus meningitis bakterial pada anak, namun penyakit ini
mempunyai frekuensi yang lebih tinggi pada daerah dengan sanitasi yang buruk.
Meningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan di Indonesia karena
morbiditas tuberkulosis anak masih tinggi. Angka kejadian tertinggi dijumpai
pada anak terutama bayi dan anak kecil dengan kekebalan alamiah yang masih
rendah. Angka kejadian jarang dibawah usia 3 bulan dan mulai meningkat dalam
usia 5 tahun pertama, tertinggi pada usia 6 bulan sampai 2 tahun. Angka kematian
berkisar antara 10-20%. Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya 18%
pasien yang normal secara neurologis dan intelektual. Anak dengan meningitis
tuberkulosis yang tidak diobati, akan meninggal dalam waktu 3-5 minggu. Angka
kejadian meningkat dengan meningkatnya jumlah pasien tuberkulosis dewasa.6,9,10
Meningitis Viral
Insidens meningitis viral di Amerika serikat yang secara resmi dilaporkan
berjumlah lebih dari 10.000 kasus, namun pada kenyataannya dapat mencapai
75.000 kasus. Kekurangan dalam pelaporan data ini disebabkan oleh gejala klinis
yang tidak khas dan inabilitas beberapa virus untuk tumbuh dalam kultur. Menurut
data yang dilaporkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pasien
rawat inap dengan meningitis viral sekitar 25.000 50.000 tiap tahunnya.12
Di seluruh dunia, penyebab meningitis viral termasuk enterovirus, mumps
virus mumps (gondongan), virus measles (campak), virus varicella zoster (VZV)
dan HIV. Gejala meningitis dapat timbul hanya pada 1 dari 3000 kasus. Mumps
menyebabkan 10-20% meningitis

dan meningoencephalitis di bagian negara

dimana akses vaksin sulit. Insidens 20 kali lebih besar pada tahun pertama
kehidupan. Pada neonatus lebih dari 7 hari, meningitis aseptik sering disebabkan
oleh enterovirus. Vaksinasi mengurnagi insidens dari meningitis oleh virus
mumps, polio dan measles. Virus mumps dan measles sering menyebabkan
meningitis pada anak usia sekolah sampai kuliah. Enterovirus 1,3 1,5 kali lebih
sering lebih sering menyebabkan meningitis pada laki-laki dibanding perempuan ,
sedangkan virus mumps 3 kali lebih sering menyerang laki-laki dibanding

perempuan. Menurut WHO, meningitis enteroviral dengan sepsis merupakan


penyebab tersering ke-5 kematian pada neonatus. Diluar periode neonatal
mortalitas kurang dari 1%, begitu juga dnegan morbiditasnya.12
Meningitis virus lebih sering dijumpai pada anak daripada orang dewasa.
Di negeri tropis dan subtropis tingginya frekuensi meningitis virus tidak
bergantung kepada musim seperti pada negeri beriklim dingin yang angka
kejadian tertingginya dijumpai pada musim panas dan musim rontok.9
Meningitis Jamur
Meningitis jamur jarang ditemukan, namun dapat mengancam kehidupan.
Walaupun semua orang dapat terkena meningitis jamur, namun resiko tinggi
terdapat pada orang yang menderita AIDS, leukemia, atau bentuk penyakit
imunodefisiensi ( sistem imun tidak mempunyai respon yang adekuat terhadap
infeksi) lainnya dan orang dengan imunosupresi (malfungsi dari sistem imun
sebagai akibat obat-obatan).5
Penyebab tersering dari meningitis jamur pada orang dengan defisiensi
imun seperti HIV adalah Cryptococcus. Penyakit ini merupakan salah satu dari
penyebab tersering meningitis di Afrika. Jamur lain yang dapat menyebabkan
thrush, Candida, dapat menyebabkan meningitis pada beberapa kasus, terutama
pada bayi prematur dengan berat lahir sangat rendah. (very low birth weight).5
2.3 Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, jamur, cacing,
dan protozoa. Penyebab paling sering adalah bakteri dan virus. Etiologi meningitis
purulenta mempunyai kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu
golongan neonatus (0-28 hari) paling banyak disebabkan oleh E.koli, S.beta
hemolitikus dan Listeria monositogenes. Golongan umur dibawah 4 tahun
disebabkan oleh H.influenza, Meningokokus dan pneumokokus. Golongan umur
diatas 4 tahun dan dewasa disebabkan oleh meningokokkus, Pneumokokus,
Stafilokokus, Streptokokus dan Listeria. Penyebab meningitis serosa yang paling
banyak ditemukan adalah kuman tuberkulosis, Echovirus, Coxsackievirus dan
campak.

Meningitis pada umumnya terjadi sebagai akibat dari penyebaran penyakit


di organ atau jaringan tubuh lain. Bakteri menyabar secara hematogen sampai ke
selaput

otak,

misalnya

pada

penyakit

faringitis,

tonsilitis,

pneumonia,

bronchopneumonia, dan endokarditis. Penyebaran bakteri dapat pula secara


perkontunuitatum dari peradangan atau jaringan yang ada didekat selaput otak,
misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan
sinusitis. Penyebaran bakteri bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
terbuka atau komplikasi bedah otak.
2.4 Manifestasi Klinis
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak,
letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS).
Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan gejala panas
tinggi, mual, muntah gangguan pernapasan, kejang, nafsu makan berkurang,
dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang
mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44% anak dengan penyebab
Hemofilus influenza, 25% oleh Streptokokus pneumonia, 21% oleh Streptokokus,
dan 10% oleh infeksi meningokokus. Pada anak-anak dan dewasa biasanya
dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat
akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri
punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.
Meningitis tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau
stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti
gejala infeksi biasa. Stadium II gejala penyakit lebih berat dimana penderita
mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi
dan anak-anak. Stadium III ditandai dengan gangguan kesadaran sampai koma.
Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila
tidak mendapatkan pengobatan sebagaimana mestinya. Meningitis karena virus
ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta rasa sakit penderita tidak
terlalu berat.
2.5 Patofisiologi
Meningitis bakteri paling sering terjadi akibat penyebaran mikroorganisme
secara hematogen. Meningitis bakteri

pada umumnya, sebagai akibat dari

penyebaran penyakit lain. Bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput


otak, misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis, pneumonia, dan lain-lain.
Penyebaran bakteri dapat pula secara perkontinum dari peradangan organ atau
jaringan yang ada didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media,
sinusitis, dan lain-lain. Penyebaran bakteri bisa juga terjadi akibat trauma kepala
dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.
Meningitis dapat terjadi setelah terjadi invasi bakteri yang berasal dari
pusat infeksi menular. Meningitis juga dapat terjadi melalui invasi langsung ke
selaput otak dan menyebar ke selaput otak secara hematogen. Mula-mula
pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi dalam
waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari
terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel
plasma. Eksudat terbentuk dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit
polimorfonuklear dan fibrin, sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag. Pada
meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak
dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

jernih

2.6 Komplikasi dan Prognosis


2.6.1. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis
antara lain:
a. Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau
kelumpuhan.
b. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan subdural
karena adanya infeksi oleh kuman.
c. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan
abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
d. Ensefalitis, yaitu radang pada otak.
e. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak
f. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak
karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian
pada jaringan otak
g. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
h. Gangguan perkembangan mental dan inteligensi karena adanya retardasi
mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak
terganggu.
2.6.2. Prognosis
Prognosis Meningitis tergantung kepada umur, jenis meningitis dan lama
penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan
dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan
cacat berat dan kematian.
Tiga puluh persen Meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti
ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 510% penderita mengalami kematian.
Angka kematian Meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium
berapa penderita mencari pengobatan. CFR pada umumnya 50%, prognosisnya
jelek pada anak <3 tahun dan dewasa >40tahun. Penelitian Siti Musfiroh (2000) di
RS Dr.Sardjito Yogyakarta menemukan dari 33 kasus tuberkulosa susuna saraf
pusat (SSP), penderita TB spinal yang membaik adalah 78,8%, TB otak membaik
6,1% dan meninggal 9,1%. Penderita Meningitis karena virus biasanya
menunjukkan gejala klinis yang ringan, penurunan kesadaran jarang ditemukan.
Sebagian besar penderita sembuh dalam 1-2 minggu dengan pengobatan tepat.

2.7 Penatalaksanaan
Penderita diberikan pengobatan dengan pemberian antibiotik yang sesuai
dengan jenis penyebab meningitis, yaitu :
1.
2.

Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok : Ampisilin


Meningitis yang disebabkan Haemophilus influenza : Kombinasi

3.

ampisilin dan kloramfenikol.


Meningitis yang disebabkan

4.

campuran trimetoprim dan sulfametoksazol.


Meningitis yang disebabkan Staphylococcus aureus : Vankomisin,

5.

sefotaksim atau setrifiakson.


Bila etiologi tidak diketahui : Ampisilin ditambah kloramfenikol (pada

enterobacteriaceae

Sefotaksim,

anak) dan ampisilin disertai gentamisin (pada neonatus)


2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.8.1.
Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
1.
Pada meningitis purulenta, diagnosa diperkuat dengan hasil positif
pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop dan hasil biakan.
Pada pemeriksaan diperoleh hasil cairan serebrospinal yang keruh
karena mengandung pus (nanah) yang merupakan campuran leukosit
yang hidup dan mati, serta jaringan yang mati dan bakteri.
2.
Pada meningitis serosa, diperoleh hasil pemeriksaan cairan
serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah
protein yang meninggi.

2.8.2.
Pemeriksaan Darah
Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, dan kultur.
1.
Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
2.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di
samping itu, pada meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan
2.8.3.

LED.
Pemeriksaan Radiologis

10

1.

Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus

2.

paranasal) dan foto dada.


Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, dan bila
mungkin dilakukan CT Scan.

2.9 Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara meningkatkan data tahan tubuh melalui
vaksinasi dan pemenuhan kebutuhan gizi, juga melalui perbaikan lingkungan,
isolasi penderita dan kemoprofilaksis.
Meningitis Meningokokus dapat dicegah dengan pemberian kemoprofilaksis
(antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan
penderita. Vaksinasi diberikan hanya kepada kelompok risiko tinggi seperti
jemaah haji. Vaksin Meningitis grup A dan C merupakan vaksin yang efektifitsnya
tinggi dalam mencegah penyakit. Pemberian vaksin sebaiknya dilakukan 10-14
hari menjelang keberangkatan karena tubuh memerlukan pembentukan antibodi
selama waktu itu. Efekvaksin dapat bertahan selama 2-3 tahun.
Menigitis yang disebabkan oleh Meningokokus, H.influenza tipe b bisa
menular pada anak dan orang dewasa yang berhubungan erat dengan penderita
yaitu tinggal dalam satu gedung yang sama. Untuk penderita perlu diisolasi,
lingkungan diperbaiki dan meningkatkan

daya tahan tubuh. Tempat-tempat

penitipan anak, barak-barak tentara, rumah sakit perlu maendapat perhatian dalam
hal ini.
Meningitis tuberkulosa dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG.
Hunian sebaiknya memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas
lantai >4,5 m2/orang), ventilasi 10-20 % dari luas lantai dan pencahayaan yang
cukup.Higiene perseorangan harus ditingkatkan.

12

BAB 3. PATHWAY

Nyeri akut
Metebolisme
me
Proses peradangan

13

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN


4.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Pengkajian Identitas

klien meliputi nama, jenis kelamin, usia,

alamat, agama, bahasa yang digunakan, ras (keturunan) ,


perkawinan, pendidikan,

status

pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor

registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit, (MRS) serta diagnosis
medis. Dengan fokus meliputi:
-

Usia : Pada penyakit meningitis sering terjadi pada usia anak anak dan
dewasa. Tetapi paling sering terjadi pada anak anak dikarenakan
penyakit meningitis ini terjadi dikarenakan lemahnya imunoglobulin
dalam merespon patogen yang masuk

yang terjadi karena usia

muda.kenapa usia muda dikarenakan pada masa bayi mendapat ASI


kemungkinan bayi tersebut kurang dalam jumlah pemberian asi dan
mendapat susu formula sehingga menyebabkan imunitas yang rentan
-

terhadap respon patogen.


Jenis kelamin : lakilaki dan pada bayi yang tidak diberikan ASI pada

umur 2 5 bulan
Ras ( keturunan ) : ras kulit hitam karena penyebab tersering dari
meningitis adalah mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit dan jamur.
Karena kebanyakan ras kulit hitam merupakn daerah Afrika yang rawan
akan penyakit AIDS makan ras kulit hitam menjadi berisiko lebih tinggi
dari pada ras kulit putih karena AIDS sendiri merupakan penyebab non-

infeksi dari meningitis ini.


Tempat tinggal ( alamat ) : perumahan padat penduduk, kemiskinan.
Karena penularan meningitis sendiri yang bisa melalui mana saja maka

lingkungan menjadi salah satu faktor pencetus meningitis itu sendiri


b. Keluhan Utama
Keluan yang muncul pada penderita meningitis biasanya berupa sakit
kepala yang begitu hebat, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia,
ketulian dan halusinasi penciuman. Keluhan yang sering dialami oleh
anak- anak penderita meningitis yaitu muntah muntah setiap kali anak
tersebut diberi susu atau ASI, mengalami demam tinggi yang tak kunjung

14

turun, mengalami kejang, BAB mencret tapi BAK normal , keluar cairan
dari telinga dan sering mengeluh sakit pada telinga.
c. Riwayat Penyakit
- Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan meningitis biasanya diawali dari adanya sakit kepala yang
hebat, muntah muntah, demam yang tinggi tak kunjung turun, kejang
kejang, diare,kesadaran yang menurun, sakit pada daerah telinga bakan
hingga mengeluarkan cairan dari dalam telinga dan kaku kuduk.
-

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit terdahulu merupakan relefensi dari penyakit sekarang
sehingga adanya hubungan dengan penyakit meningitis.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga dapat menjadi data amnanesis dikarenakan
penyakit keluarga mungkin ada kaitanya dan berhubungan dengan
penyakit pasien yang sekarang ini.

4.1.1

Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada

keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sngat berguna


untuk

mendukung

data

dari

pengkajian

anamnesis.

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem


(B1-B6) dengan fokus pada pemeriksaan B3 (brain) yang
terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari
klien.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tandatanda vital. Pada klien meningitis biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh lebih dari normal, yaitu 38-40 oC,
dimulai dari fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering,
berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan
proses

inflamasi

dan

iritasi

meningen

yang

sudah

menggangu pusat pengaturan suhu tubuh. Penurunan


denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-randa
penigkatan TIK. Apabila disertai peningkatan frekuensi
pernapasan sering berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem

15

pernapasan sebelum mengalami meningitis. Tekanan darah


biasanya normal atau meningkat karena tanda-tanda
peningkatan TIK.
1 B1 (breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak
nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peninngkatan
frekuensi pernafasan yang sering didapatkan pada klien
meningitis yang disertai adanya gangguan pada sistem
pernafasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila
terdapat deformitas pada tulang dada pada klien
dengan efusi pleura masif (jarang terjadi pada klien
meningitis). Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti
ronchi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan
penyebaran primer dari paru.
2 B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler terutama
dilakukan pada klien meningitis pada tahap lanjut
seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok).
Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% klien
dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda
septikemia:demam tinggi, yang tiba-tiba mucul, lesi,
purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas)
syok dan tand-tanda koagulasi intravaskuler diseminata.
Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam stelah
serangan infeksi.
3 B3 (brain)
Pengkajian brain merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya.
4.1.2
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Laboratorium

16

a. Fungsi lumbal dan kultur CSS : jumlah leukosit ( CBC ) meningkat,


kadar glukosa dara menurun, protein meningkat, tekana intra kranial
meningkat, asam laktat meningkat, glukosa serum meningkat, organisme
b.
c.
d.
e.
f.
2.

penyebab teridentifikasi.
Kultur darah guna mengetahui organisme atau patogen penyebab.
Kultur urin
Kultur nasofaring
Elektrolit serum meningkat jika anak dehidrasi; Na+ naik dan K+ turun
Osmolaritas urin meningkat dengan sekresi ADH
Pemeriksaan Radiologi
a. MRI/CT scan: CT-Scan dilakukan untuk menentukan
adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya.
Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang
sudah sangat parah. CT scan dapat membantu dalam
melokalisasi

lesi,

melihat

ukuran/letak

ventrikel,

hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.


b. Rontgen dada/kepala/sinus: mengindikasikan adanya
infeksi intrakranial.
c. Elektroensefalografi

(EEG),

akan

menunjukkan

perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan


derajatnya sebanding dengan radang
4.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan
meningitis adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Resiko infeksi
Nyeri akut b.d proses infeksi
Pola nafas tidak efektif
Kebersihan jalan nafas tidak efektif
Hipertermia b.d proses infeksi
Kekurannya volume cairan b.d deman tinggi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d muntah
Resiko ketidak efektivan perfusi jaringan serebral
Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler
Resiko cidera

17

4.3 Perencanaan
N
o
1.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Keperawatan
Pola nafas tidak

hasil
Setelah

efektif

perawatan
3x24 jam
Memperlihat
kan pola
nafas normal
Kriteria hasil:
a. Mangurangi
pemakaian
alat bantu
pernafasan
b. Memperlihat

n posisi
c. Pantau
tanda
tanda vital
d. Pantau
aktivitas
fisik
e. Lakukan
pendidika
n

normal

pada

setelah perawatan

nafas tidak efektifan

3x24 jam
menunjukkan
sumbatan jalan
nafas
kriteria hasil :
a. Berkurangnya
suara tambahan
saat pernafasan
b. Jumlah
sumbatan jalan
nafas berkurang
c. TTV normal
Setelah

n oksigen
b. Menejeme

kesehatan

Kebersihan jalan

Hipertermia b.d

a. Menejeme

kan status RR

berkurangnya

Intervensi

dilakukan 1

keluarga
a. Lakukan terapi
nafas dalam
b. Pantau TTV
c. Lakukan
pembersihan
jalan nafas
d. Beri edukasi
keluarga cara
melakukan
teknik nafas
dalam untuk
memandirikan
pasien
Berikan

kompres

18

proses infeksi

tindakan keperawatan

dingin

selama 4x24 jam,

lipatan

diharapkan suhu tubuh

ketiak, lipatan paha

dalam batas normal 2

Beri

dengan kriteria hasil:

minum air putih atau

1.

susu lebih dari 1000

Anak

tidak

menangis
2.

Suhu

di

sekitar
misalnya

anak

banyak

cc/hari
tubuh 3

normal : 36,5-37,5 oC

Ciptakan

suasana

yang nyaman (atur


ventilasi)
4

Anjurkan

keluarga

untuk

tidak

memakaikan selimut
dan

pakaian

yang

tebal pada anak


5

Kolaborasi

pemberian obat anti


mikroba,

antipiretik

pemberian

cairan

parenteral
Evaluasi tanda vital
(suhu, nadi, tensi,
pernafasan) setiap 3
jam
.

Kekurannya volume
cairan b.d deman
tinggi

Setelah perawatan

a. Manajemen

3x24 jam
Memperlihatkan

cairan
b. Pemantauan

status cairan

cairan
c. Manajemen

adequat
Kriteria hasil :
a. Asupan cairan
baik
b. Elektrolit serum

hipertermia
d. Pantau TTV
e. Manajemen
elektrolit
f. Pantau elektrolit

19

dalam batas

g. Kolaborasi terapi

normal
c. TTV dalam

intravena
h. Pendidikan

batas normal
d. Keseimbangan

kesehatan pada
keluarga

intake dan
output
e. Menampilkan
hidrasi yang
baik
.

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b.d
muntah

ketidak efektivan

Setelah
melakukan
perawatan 4x24
jam
Memperlihatkan
status gizi
adequat
Kriteria hasil :
a. Mempertahank
an BB
b. Asupan nutrisi
dan cairan
c. Melaporkan
enerqy
adequat
d. Nilai lab dalam
batas normal
e. Toleransi
dengan diet
yang diberikan

Setelah

a.
b.
c.
d.

diri : makan
e. Pemantauan cairan
f. Penyuluhan nutrisi
pada keluarga
g. Kolaborasi pemberian

perfusi jaringan

dilakukan 1
2
tindakan keperawatan

serebral

selama 4x24 jam,


diharapkan
dalam

diet dengan ahli gizi

Kaji tanda-tanda vital


Pantau
status
neurologis

suplai

kebutuhan oksigen ke
otak

Menejemen nutrisi
Terapi nutrisi
Pemantauan nutrisi
Bantuan perawatan

batas

normal dengan kriteria

teratur

dengan
dan

bandingkan

dengan

keadaan

normal,

seperti GCS

20

hasil:

Pantau

arteri
Pertahankan

Kebutuhan jaringan
oksigen terpenuhi dan

darah
tirah

baring dengan posisi

tidak terjadi hipoksia


cerebri

gas

kepala datar.
Tingkatkan sirkulasi

arteri
Tingkatkan sirkulasi

vena
Kolaborasi
pemberian cairan IV
dengan alat control

khusus
Kolaborasi
pemberian

Nyeri akut b.d proses


infeksi

Setelah
perawatan
3x24 jam
memperlihatk
an
pengendalian
nyeri
Kriterian
hasil :
a. Ekspresi
wajah
b. Mengenali
awitan nyeri
c. Memperlihat
kan teknik
mengurangi
nyeri
d. Melaporkan
pola tidur

sesuai indikasi
a. Manaen nyeri
b. Kolaborasi
pemberian
analgesik
c. Pendidikan
kesehatan
teknik
mengurangi
nyeri
d. Pemantauan
tanda tanda
vital
e. Pemantauan

istirahat tidur

obat

21

yang baik
e. Menggunaka
n tindakan
meredakan
nyeri
f. Melaporkan
penurunan
nyeri

Resiko cidera

a. Pantau mobilitas
Setelah
perawatan
3x24 jam
Menunjukan

fisik pasien
b. Pantau TTV
c. Timgkatkan
safety pasien

berkurangnya

guna

frekuensi

mengurangi

kejang
Kriteria

resiko cidera

hasil :
a. TTV dalam
batas normal
b. Terpantaunya
mobilitas
fisik guna

pada pasien
d. Kolaborai
dengan keluarga
agar risiko
cidera dapat
terkuramgi

mengurang
risiko kejang
Resiko infeksi
Setelah perawatan
3x24 jam
Mengurangi risiko
infeksi
Kriteria hasil :
a. Meningkatkan
status imunitas
pasien

a. Lakukan
kolaborasi guna
pemberian obat
untuk peningkatan
status imun pasien
b. Pantau TTv
c. Pantau mobilitas

22

b. TTV dalam batas

fisik guna

normal
c. pantau kebersian

meminimalisir

pasien,lingkunga
n dan asupan
makanan

terkontaminasinya
patogen
d. Menejemen
lingkungan
e. Menejemen
asupan makanan
dan cairan
f. Pantau asupan
makan dan cairan
g. Lakukan
pendidikan
kesehatan pada
keluarga

4.4 Implementasi
No

Diagnosa Keperawatan

Implementasi

.
Pola nafas tidak efektif

Kebersihan jalan nafas


tidak efektif

a.
b.
c.
d.
e.

Memenejemen oksigen
Memeenejemen posisi
Memantau tanda tanda vital
Memantau aktivitas fisik
Melakukan pendidikan

kesehatan pada keluarga


a. Melakukan terapi nafas dalam
b. Memantau TTV
c. Melakukan pembersihan jalan
nafas
d. Memberi edukasi keluarga cara
melakukan teknik nafas dalam

23

Hipertermia b.d proses

untuk memandirikan pasien


a. Memberikan kompres dingin di sekitar

infeksi

lipatan misalnya ketiak, lipatan paha


b. Memberi anak banyak minum air putih
atau susu lebih dari 1000 cc/hari
c. Menciptakan suasana yang nyaman (atur
ventilasi)
d. Menganjurkan

keluarga

untuk

tidak

memakaikan selimut dan pakaian yang


tebal pada anak
e. Berkolaborasi : pemberian obat anti
mikroba, antipiretik pemberian cairan
parenteral
f. Mengevaluasi tanda vital (suhu, nadi,
tensi, pernafasan) setiap 3 jam
Kekurannya volume
cairan b.d deman tinggi

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b.d
muntah

ketidak efektifan perfusi


jaringan serebral

a
b
c
d
e
f
g

Memenejemen cairan
Memantau cairan
Memenejemen hipertermia
Memantau TTV
Memenejemen elektrolit
Memantau elektrolit
Melakukan kolaborasi dalam

pemberian terapi intravena


Memberikan pendidikan

a
b
c
d
e
f

kesehatan pada keluarga


Memenejemen nutrisi
Melakukan terapi nutrisi
Mememantauan nutrisi
Membantuan perawatan diri : makan
Mememantauan cairan
Memberi penyuluhan nutrisi pada

keluarga
Mengkolaborasi pemberian diet dengan

ahli gizi
a. Mengkaji tanda-tanda vital
b. Memantau status neurologis

dengan

teratur dan bandingkan dengan keadaan

24

normal, seperti GCS


c. Memantau gas darah arteri
d. Mempertahankan tirah baring dengan
posisi kepala datar.
e. Meningkatkan sirkulasi arteri
f. Meningkatkan sirkulasi vena
g. Berkolaborasi pemberian cairan
dengan alat control khusus
h. Berkolaborasi pemberian

obat

sesuai

indikasi

Nyeri akut b.d proses


infeksi

a
b

Memanaen nyeri
Mengkolaborasikan pemberian

analgesik
Memberikan pendidikan kesehatan

teknik mengurangi nyeri


Memantau tanda tanda vital

Memantau istirahat- tidur


pasien

Resiko cidera

IV

a. Memantau mobilitas fisik pasien


b. Memantau TTV
c. Meningkatkan safety pasien guna
mengurangi resiko cidera pada
pasien
d. Kolaborai dengan keluarga
agar risiko cidera dapat
terkuramgi

Resiko infeksi
a. Melaakukan kolaborasi guna
pemberian obat untuk peningkatan
status imun pasien
b. Memantau TTV
c. memantau mobilitas fisik guna
meminimalisir terkontaminasinya

25

patogen
d. Memenejemen lingkungan
e. Memenejemen asupan makanan dan
cairan
f. Memantau asupan makan dan cairan
Lakukan pendidikan kesehatan pada
keluarga
4.5 Evaluasi
No. Diagnosa
Pola nafas tidak efektif

Evaluasi
Tercapainya pola nafas normal

Kebersihan jalan nafas

Mengurangi pemakaian alat bantu

pernafasan
Memperlihatkan status RR normal

berkurangnya sumbatan

jalan nafas
Jumlah sumbatan jalan nafas

berkurang
TTV normal

tidak efektif

Hipertermia b.d proses


infeksi

Tercapainya suhu tubuh normal:

Suhu tubuh 36-37,5C

Klien tidak sakit kepala

Klien merasa lebih bertenaga

Kekurannya volume cairan


b.d deman tinggi

Tercapainya status cairan adequat


Asupan cairan baik
Elektrolit serum dalam batas normal
TTV dalam batas normal
Keseimbangan intake dan output
Menampilkan hidrasi yang baik

kebutuhan tubuh b.d

status gizi adequat


Mempertahankan BB

muntah

Nutrisi kurang dari

Asupan nutrisi dan cairan

26

Melaporkan enerqy adequat

Nilai lab dalam batas normal

Toleransi dengan diet yang


diberikan

ketidak efektivan perfusi

Tercapainya

perfusi

jaringan

serebral

jaringan serebral b.d edema adekuat :


serebral

Tingkat kesadaran membaik (GCS: E4


M6 V5).

Klien tidak sakit kepala.

Klien tidak kaku kuduk.

Tidak terjadi kejang.

TD dalam batas normal (bayi 85/54


mmHg, toddler 95/65 mmHg, sekolah
105-165 mmHg, remaja 110/65 mmHg)

Nyeri akut b.d proses


infeksi

Klien tidak gelisah.


Nyeri teratasi:

Klien tidak sakit kepala

Nadi, RR, dan TD dalam batas normal


(Nadi: bayi 120-160x/mnt, toddler 90140x/mnt,

prasekolah

80-110

x/mnt,

sekolah 75-100x/mnt, remaja 60-90x/mnt;


RR: bayi 35-40 x/mnt, toddler 2532x/mnt, anak-anak 20-30 x/mnt, remaja
16-19 x/mnt; TD: bayi 85/54 mmHg,
toddler 95/65 mmHg, sekolah 105-165
mmHg, remaja 110/65 mmHg)

Resiko cidera b.d kejang


Resiko infeksi b.d daya

Wajah tidak meringis kesakitan

Skala nyeri 0
Tidak terjadi cedera.
tidak terjadi infeksi

27

tahan tubuh berkurang

28

BAB 5. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS


Kasus
2 hari SMRS : pasien mengeluh muntah-muntah setiap diberi
minum oleh ibu. Muntah berisi susu, darah (-). Selain itu pasien juga
mengalami demam tinggi, ibu tidak mengukur suhunya tapi ibu pasien
menyangkal adanya kejang. Selain itu pasien juga mengeluh BAB
mencret sejak 2 hari SMRS. BAB 5 kali perhari. BAB cair>ampas,
lendir (-), darah (-) dan bau busuk (-). Ibu pasien juga mengaku pasien
terlihat lemas. Pasien menyangkal adanya riwayat jatuh, sakit telinga,
keluar cairan dari telinga. BAK normal.
RS Fatmawati: saat di IGD pasien mengalami kejang 1x. Kejang
pertama terjadi 5 menit, kejang kelojotan, mata mendelik ke atas,
setelah kejang pasien tampak tidak sadar. Setelah itu pasien diberikan
obat di IGD yaitu sibital . setelah itu pasien di rawat Di Picu selama 20
hari. Selama perawatan di PICU, muntah-muntah (-), BAB mencret (-),
kejang (-), demam naik turun (+). Selain itu pasien masih terlihat lemas.
Setelah itu pasien dipindahkan keruangan HCU selama 7 hari. selama
perawatan HCU, muntah-muntah (-), BAB mencret (-), kejang (-),
demam naik turun (+). Pasien juga terlihat lebih aktif. Setelah itu pasien
dipindahkan keruangan biasa. Saat di ruangan sudah tidak ada lagi
muntah, mencret, demam dan kejang.
5.1 PENGKAJIAN
I

IDENTITAS
Nama
: An. AN
Usia
: 2 bln
Jenis kelamin : perempuan
Alamat
:Jl. Rawa badak Cipedak
selatan
Pendidikan
:-

Orang tua

06/02, Jagakarsa, Jakarta

29

Nama ayah : Tn. Y

Nama ayah : Ny. S

Usia

: 40 thn

Usia

: 35 thn

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Alamat

: Jagakarsa

Alamat

: Jagakarsa

Pekerjaan : pedagang

Pekerjaan :IRT

Penghasilan : Rp. 500.000

Penghasilan : -

5.2 Riwayat Penyakit

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1 Riwayat kejang sebelumnya disangkal
2 Riwayat alergi dan asma disangkal
3 Riwayat trauma kepala disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Kontak TB disangkal, keluhan yang sama disangkal

RIWAYAT KEHAMILAN
ANC tidak rutin diperiksakan ke bidan atau dokter, ibu tidak pernah
menderita penyakit saat hamil.

RIWAYAT KELAHIRAN
o
o
o
o
o

Tempat kelahiran
: dirumah
Penolong persalinan
: bidan
Cara bersalin
: spontan
Masa gestasi
: cukup bulan
Keadaan bayi : Berat badan lahir 3100 gram dan panjang lahir
( ibu lupa ), langsung menangis, sianosis (-), kuning (-).

RIWAYAT MAKANAN

USI
A

ASI/PASI

Bubu

Buah/biskui

Nas
i

30

(bln)
0-2

ASI

r susu

tim

RIWAYAT IMUNISASI
Polio 1x, hep B 1x
KELUHAN UTAMA:
Muntah-muntah sejak 2 hari SMRS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Suspek Meningitis bakterialis
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang


Kesadaran : CM
Tanda vital :
o denyut nadi 124x/ menit, denyut kuat, isi cukup
o pernapasan 36x/menit, regular.
o suhu 36,6 C
Status gizi :
BB : 2700 gram, TB: 50 cm, LILA: 8,5 cm
Antropometri : LILA/U = 8,5/10,8= 78% (gizi kurang)
Status Generalis
1

Kepala : deformitas (-), rambut hitam tersebar merata, wajah simetris,

LK: 38 cm
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor,

3
4
5

RCL +/+, RCTL +/+


Telinga : sekret -/Hidung : cavum nasi lapang, konka edema (-), hiperemis (-), sekret -/Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang

31

6
7
8
9

Leher : KGB TTM


Thorax : pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Jantung = bunyi jantung I & II regular, Gallop (-), mur-mur (-)
Pulmo
o Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
o Auskultasi : suara nafas vesikular +/+, Rhonki -/-, wheezing -/10 Abdomen :
o Inspeksi : Supel, datar
o Palpasi : turgor kulit baik, NT (-), Hepar teraba , L tidak
tampak membesar
o Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen
o Auskultasi : bising usus (+) Normal
Ektremitas : akral hangat +/+, sianosis -/-, edema -/-

Status Neurologis
o Kesadaran : GCS = 15 E = 4, M = 6, V = 5
o Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk (-), laseque
o

o
o
o
o
o

>70/>70, kernig >135/>135, brudzinski I dan II (-)


Nervus kranialis
N. I = tidak dapat dinilai
N II = tidak dapat dinilai
N III, IV, VI = kesan parese (-)
N VII = kesan parese (-)
N VIII = tidak dapat dinilai
N IX,X = uvula ditengah, arkus faring simetris
N XI = tidak dapat dinilai
N XII = tidak dapat dinilai
Tonus : normotonus
Sensorik = sulit dinilai
Autonom = sulit dinilai
Refleks fisiologi +2/+2
Refleks patologis = Babinski -/-, chadoks -/-, offenheim -/-,
gordon -/-

DATA PENUNJANG
Hasil laboratorium
AGD

25-7-

30-7-

2-8-

6-8-

Nilai

32

pH

12

12

12

12

7.607

7.506

7.594

7.410

normal
7.3707.440

pCO2

50.0

41.2

26.3

36.0

35-45
mmHg

pO2

52.2

174.7

178.4

82.5

83-108
mmHg

HCO3

48.8

31.8

24.9

22.3

21-28
mmol/L

Saturasi O2

91.5

99.3

99.5

96.5

95-99
%

Base excess

23.7

8.0

4.5

-1.7

-2.5-2.5
mmol/L

BP

750

750

750

751

Total CO2

50.3

33.1

25.1

23.4

19-24
mmol/L

Natrium (darah)

Kalium (darah)

Klorida (darah)

2
571
2

3
071
2

281
2

6812

Nilai rujukan

14

135-147

mmol/l

4.

2.

3.

3.

3.10-5.10

86

mmol/l

10

95-108

mmol/l

33

Hasil USG kepala 6-8-12 = kesan edema cerebri dengan


ventrikulomegali ringan III, lateral suspek hidrosefalus
obstruktivus dengan sumbatan antara ventrikel IV dan III. Suspek

subdural fluid collection minimal.


Hasil CT-Scan kepala 13-8-12 = kesan tak tampak lesi patologis
pada pemeriksaan CT scan kepala

ANALISIS DATA
1

DS :

pasien mengeluh muntah setiap diberi minum


pasien mengatakan BAB mencret sudah 2 hari

DO :

5x/perhari
BB 2700 gram
TB 50 cm
LILA 8,5 cm

DS :
DO :

pasien mengeluh demam tinggi


denyut nadi 124x/menit, denyut kuat, isi cukup
pernafasan 36x/menit regular
suhu 36,6 C

DS : -

keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terlihat

lemah
DO : - GCS = 15 E = 4, M = 6, V = 5
- lemah, letih, lesu
- Hb 13,5
- kaku kuduk (-), laseque >70/>70, kernig >135,
brudzinski I dan II (-)

34

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1

Ketidakseimbangan
berhubungan

2
3

nutrisi

dengan

kurang

dari

ketidakmampuan

kebutuhan

tubuh

memasukkan

dan

mencerna nutrisi
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

dan

penurunan suplai O2 di seluruh tubuh

INTERVENSI KEPERAWATAN
1

Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan ketidakmampuan memasukkan dan mencerna
nutrisi
Tujuan : asupan nutrisi tercukupi
Kriteria hasil : - Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan
-

menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC
1

Nutrition Management
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
-

nutrisi yang dibutuhkan pasien


Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi
Berikan makanan yang sudah dikonsultasikan oleh ahli gizi
Anjurkan pasien membuat catatan makanan harian
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan
Nutrition Monitoring

35

BB pasien dalam batas normal


Monitor adanya penuruan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak dengan orang tua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas

oral
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

2. Diagnosa : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi


Tujuan : kebutuhan cairan seimbang
Kriteria hasil : - mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan
BB, BJ urine normal, Ht normal
- tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- tidak ada tanda dehidrasi
- elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab,

tidak ada

rasa haus yang berlebihan


NIC
1

Fluid Management
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
-

adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan


Monitor vital sign
Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian sesuai output

36

- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan


- Kolaborasi dengan dokter
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
- Monitor BB pasien
- Dorong pasien untuk menambah intake oral
- Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
-

volume cairan
Monitor adanya tanda gagal jantung

Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan


penurunan suplai O2 di seluruh tubuh
Tujuan : Toleransi aktifitas
Kriteria hasil : - berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi, RR
- mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri
- TTV normal
- energi psikomotor
- level kelemahan
- mampu berpindah dengan atau tanpa alat
- status O2 dan kardiopulmonari adekuat
- status respirasi adekuat

NIC
Activity Therapy
-

Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan

program terapi yang tepat


Bantu klien unbtuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untyukmemilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan

fisik, psikologi, dan sosial


Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan

untuk aktivitas yang diinginkan


Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadallatihan di waktu luang

37

Bantu

pasien/keluarga

untuk

mengidentifikasi

beraktifitas
Sediakan penguatan yang positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual

EVALUASI
1

Asupan nutrisi tercukupi


a Berat badan dalam batas normal
b Kemampuan menyerap nutrisi adekuat
c TTV dalam batas normal
kebutuhan cairan seimbang
a TTV dalam batas normal
b Intake dan output cairan seimbang
c Turgor kulit baik, membran mukosa lembab
Toleransi aktivitas
a TTV normal
b Klien mampu beraktivitas secara mandiri
c Respiratori, kardiopulmonari adekuat

kekurangan

dalam

38

BAB 6. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Meningitis adalah radang pada meningen (membran
yang melapisi otak dan medula spinalis) dan disebabkan
oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur
Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi SSP
yang akut dan memiliki angka kematian dan kecacatan
yang

tinggi.

Diagnosis

meningitis

sering

mengalami

kelambatan karena gejala dan tanda klinis meningitis tidak


spesifik terutama pada bayi.
Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi:
1 Bakteri

piogenik

pembentuk

yang

pus,

disebabkan
terutama

oleh

bakteri

meningokokus,

pneumokokus, dan basil influenza.


2 Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang
sangat bervariasi.
3 Organisme jamur.
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada
beberapa pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien atau pasien
....Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari anaknya yang menderita penyakit
meningitis
b. Mahasiswa
................Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep meningitis
utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada
anak dengan meningitis dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien
sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta mencegah
terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan
keluarga perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara operasional.

39

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Amin Nurarif, S. Kep., Ns. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 3. Jogjakarta:
Mediaction Publishing.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.

You might also like