You are on page 1of 34

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AREA

LINGKUNGAN KERJA
HIGIENE PERUSAHAAN KERJA (INDUSTRI)
Disusun Guna Melengkapi Tugas Komunitas III
Pembimbing Dwi Retnaningsih,S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nurul Aini
Nurul Lailatul M
Oki Hermawan
Prasita Dwi N.H
Risang Pandu S.A
Samsul Hadi

1107049
1107051
1107053
1107055
1107057
1107059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Area
Lingkungan Kerja
Dalam penyusunan makalah ini,tidak luput dari berbagai kendala.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam pembuatan makalah ini
tidak lain berkat bantuan serta bimbingan. Oleh karena itu,penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Dwi Retnaningsih,S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbingyang selalu
memotivasi serta memberikan dukungan serta bimbingannya,
2. Semua teman teman yang telah banyak mengeluarkan inspirasi.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini akan menambah pengetahuan
bagi para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu,kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi
terwujudnya kesempurnaan dalam penyusunan makalah.

Semarang, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
...........................................................................................................................
1
B. TUJUAN
.................................................................................................................................
1
BAB II KONSEP TEORI
A. DEFINISI KOMUNITAS
...........................................................................................................................
3
B. KEPERAWATAN KOMUNITAS
.................................................................................................................................
3
C. DEFINISI HIGIENE INDUSTRI
.................................................................................................................................
3
D. TUJUAN HIGIENE INDUSTRI
.................................................................................................................................
4
E. KEGIATAN HIGIENE PERUSAHAAN & KESEHATAN KERJA
.................................................................................................................................
4
F. MASALAH KESEHATAN KERJA YANG MENURUNKAN
PRODUKTIVITAS KERJA
...............................................................................................................
5
G. PENYAKIT AKIBAT KERJA
.............................................................................................................................................
5
H. UPAYA PENCEGAHAN LINGKUNGAN KERJA BAIK
.............................................................................................................................................
6

I. EVALUASI LINGKUNGAN KERJA


.............................................................................................................................................
7
J. CARA MELINDUNGI MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI
.............................................................................................................................................
9
K. PENGAWASAN UNTUK MENGGUNAKAN ALAT KERJA
.............................................................................................................................................
10
L. USAHA KESEHATAN KERJA YANG BAIK
.............................................................................................................................................
10
M. ILMU KESEHATAN KERJA
.............................................................................................................................................
11
N. PENYAKIT AKIBAT KERJA
.............................................................................................................................................
12
O. MENGETAHUI KESEHATAN & KESEHATAN KERJA (K3)
.............................................................................................................................................
13
BAB III KASUS..................................................................................................................
15
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
..............................................................................................................
31
B. SARAN
..............................................................................................................
31
DAFTAR PUTAKA.............................................................................................................
32

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebersihan perusahaan kerja atau industri juga harus memiliki sistem
sanitasi

demi

menjaga

hiegien

industri

dan

lingkungan

di

sekitar

industri.Berdasarkan modal uang digunakan industri,dapat dikelompokkan


menjadi industri dasar (industri besar), industri menengah (aneka industri), dan
industri kecil. Industri kecil dengan tekhnologi sederhana atau tradisional dan
dengan jumlah modal yang relatife terbatas merupakan industri yang banyak
bergerak disektor informal. Hampir 80 % dari semua tenaga kerja di perlukan
disektor ini (Depkes RI,1992).
Sejalan dengan semakan berkembangnya berbagai jenis industri serta
majunya teknologi, penggunaan bahan dan produksi bahan kimia juga semakin
meningkat.Bukan hanya sector industri, tetapi juga merambat ke sector lainnya.
Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat
penting, baik perusahaan formal maupun informal. Perusahaan formal umumnya
sudah mempunyai sistem kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah
baku,tetapi industri industri di sector informal masih banyak yang belum
memeiliki dan belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang di harapkan
(Wahit;323;2009)
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada komunitas area lingkungan
kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi komunitas
b. Mampu menjelaskan keperawatan komunitas
c. Mampu menjelaskan higiene industri
d. Mampu menjelaskan tujuan higiene industri
e. Mampu menjelaskan kegiatan higiene perusahaan dan kesehatan kerja
f. Mampu menjelaskan masalah kesehatan kerja yang menurunkan
produktivitas kerja
g. Mampu menjelaskan penyakit akibat kerja

h. Mampu menjelaskan upaya pencegahan lingkungan kerja menjadi baik


i. Mampu menjelaskan evaluasi lingkungan kerja
j. Mampu menjelaskan cara melindungi masyarakat sekitar industri dan
k.
l.
m.
n.
o.

umum
Mampu menjelaskan pengawasan untuk menggunakan alat kerja
Mampu menjelaskan usaha kesehatan kerja yang baik
Mampu menjelaskan ilmu kesehatan kerja
Mampu menjelaskan penyakit akibat kerja
Mampu menjelaskan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

BAB II
KONSEP TEORI

A. KOMUNITAS
Menurut Sounders (1991), komunitas sebagai tempat atau kumpulan
orang orang atau sistem sosial. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990),
komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah
nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa
identitas suatu komunitas (Wahit;2;2009).
B. KEPERAWATAN KOMUNITAS
Menurut Ruth B. Freeman (1981), adalah Kesatuan yang unik dari
praktik keperawatan dan kesehatan masyarakat yang di tujukan pada
pengembengan serta peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri
sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga,kelompok khusus
atau masyarakat. Pelayanan tersebut mencakup spektrum pelayanan kesehatan
untuk masyarakat (Wahit;2;2009).
Sedangkan menurut Depkes RI (1986), merupakan suatu upaya
pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim
kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih tinggi (Wahit;2;2009).
C. HIGIENE INDUSTRI
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh
kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia atau suatu upaya untuk
mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan ( Soeripto;8;2008).
Higiene industri adalah sarana untuk membina dan mengembangkan tenaga
kerja menjadi sumber daya manusia yang disiplin didikatif, penuh tanggung
jawab, dan mampu bekerja secara produktif dan efisien ( Soeripto;8;2008).
Menurut Wahit (2009), definisi higiene meliputi :
1. Higiene perusahaan, merupakan spesialisali dalam ilmu higiene beserta
pratiknya dengan mengadakan penilaian pada faktor penyebab penyakit

dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya


digunakan untuk koreksi lingkungan perusahaan, dengan menitik beratkan
pada pencegahan agar pekerjaan dan masyarakat terhindar dari bahaya akibat
kerja.
2. Kesehatan kerja meupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat
kesehatan setinggi tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.
3. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah bagian dari usaha kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan, dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil
produki perusahaan
D. TUJUAN HIGIENE INDUSTRI
Higiene dan kesehatan kerja digunakan sebagai alat untuk mencapai
derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja yang setinggi-tingginya serta
sebagai

alat

untuk

meningkatkan

produksi

yang

berlandaskan

pada

meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi


(Wahit;324;2009)
E. KEGIATAN HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA
Kegiatan higiene yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

menciptakan kesehatan lingkungan kerja adalah sebagai berikut :


Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja
Maintenance and increasing kesehatan tenaga kerja
Care, effiecieny, increasing dan productivity balance tenaga kerja
Pemberantasan kelelahan tenaga kerja
Meningkatkan semangat dalam bekerja
Perlindungan masyarakat kerja dari bahaya pencemaran
Perlindungan masyarakat luas
Pemeliharaan dan meningkatan higiene sanitasi perusahaan
(Wahit;324;2009)

F. MASALAH

KESEHATAN

KERJA

YANG

MENURUNKASN

PRODUKTIVITAS KERJA
1. Penyakit umum pada pekerja antara lain kusta, TB paru, penyakit jantung,
kanker, kecacatan dan lain-lain
2. Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumoconiosis dan dermatosis.
Pneumoconiosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh asbes, dengan gejala
seperti batuk, sesak nafas, nyeri dada, dan sianosis. Pengobatan cukup sulit

dan hanya bersifat mengurangikeluhan, seperti jika infeksi diberi antibiotic,


gizi ditingkatkan, juga jika kanker diberi obat sitostatika. Upaya prefentif :
skrining, promosi kesehatan, penggunaan alat pelindung masker, kaca mata,
subsitusi untuk menyaring debu seperti cerobong asap, water spray, dan
exhauste.
3. Gizi buruk. Gizi buruk saat ini telah bermunculan hampir disemua kabupaten,
hal ini disebabkan :
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi bagi anggota
keluarga
b. Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi anggotaq
keluarga
c. Pola hidup yang salah
d. Stok bahan makanan yang tidak ada.
(Wahit;324;2009)
G. PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyebab penyakit akibat kerja, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor fisik meliputi :
a. Kebisingan
b. Suhu
c. Kelembapan udara
d. Kecepatan angin
e. Getaran
f. Radiasi
g. Tekanan udara
2.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.

Faktor kimia meliputi :


Gas
Uap debu
Fume
Kabut
Asap

3. Faktor biologis meliputi :


Bakteri
Virus
Jamur
Cacing
4. Faktor fisiologis meliputi :
a. Sikap dan cara kerja
b. Jam kerja
c. Istirahat
d. Shift kerja
e. Lembur

5. Faktor mental meliputi :


a. Suasana kerja
b. Hubungan antara pekerjaan
c. Pengusaha
(Wahit;324;2009)
H. UPAYA PENCEGAHAN LINGKUNGAN KERJA MENJADI BAIK
Upaya yang dilakukan agar higiene lingkungan kerja menjadi baik adalah
sebagai berikut :
1. Subsitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan yang kurang atau
tidak berbahaya
2. Isolasi, mengisolasi proses-proses berbahaya dari perusahaan
3. Ventilasi umum, mengalihkan udara sebanyak hitungan ruan kerja
4. Ventilasi keluar setempat, menghisap udara dari suatu ruang kerjaagar
bahan-bahan yang berbahaya dihisap dan dialihkan keluar
5. Alat pelindung perorangan, misalnya masker, kacamata, sarung tangan,
sepatu, topi, penutup telinga, dan pakaian pelindung
6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan berkala
7. Informasi sebelum bekerja
8. Pendidikan tentang kesehatan kerja dan keselamatan kerja
(Wahit;325;2009).
I. EVALUASI LINGKUNGAN KERJA
Evaluasi lingkungan kerja ditujukan pada faktor fisik dan kimia.Faktor
fisikmeliputi kebisingan, suhu, dan lainnya. Kebisingan dalam perusahaan
disebablan oleh suara-suara yang dihasilkan oleh proses produksi, terutama
mesin dan perkakas kerja. Bunyi yang dapat didengar oleh manusia memiliki
rentang frekuensi 16-20.000 Hz, tiap bunyi memiliki intensitisitas yang
dinyatakan dalam dB. Bunyi yang membahayakan adalah bunyi dengan
intensitas diatas 80 dB. Alat untuk mengukur kebisingan adalah sound level
meter, mikrofon, dan sound analyzer. Kebisingan yang ditimbulkan oleh suara
mesin jika melenihi NAB dapat mengganggu pendengaran bahkan berefek pada
ketulian. Nilai ambang batas (NAB) adalah kadar yang pekerja sanggup
menghadapi dengan tidak menunjukan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Sedangkan MAC
(maximum allowable concentration) atau KTD (kadar tertinggi diperkenankan)
adalah nilai tertinggi kadar zat, yang pekerja tidak menderita penyakit atau
gangguan kesehatan oleh karenanya. Sementara itu, suhu udara diukur dengan

thermometer. Comfort zone sangat penting untuk diperhatiakan, suhu nyaman


berkisar 19-24C. pada suhu 31C orang dapat bekerja penuh tanpa keluahan,
dan pada suhu 100C dapat bekerja selama beberapa menit saja. Penerangan
diukur dengan luksmeter. Bekerja sedikitnya membutuhkan penerangan 1.000
liks (Wahit,2009).
Bahan kimia juga dapat menjadi faktor penyebab penyakit akibat kerja.
Sifat dan derajat racunbahan kimia dalam industri bergantung pada :
1. Sifat fisik bahan kimia tersebut .
a. Gas, bentuk wujud zat yang tidak punya bangun sendiri
b. Uap, bentuk gas dari zat-zat (yang dalam keadaan bisa berbentuk zat
padat/cair)
c. Debu, partikel-partikel zat padat (disebabkan kekuatan alami atau
mekanik)
d. Kabut, titik cairan halus dalam udara terjadi dari kondensasi bentuk uap
atau dari pemecahan zat cair menjadi tingkat dispresi, misalnya
foaming
e. Uap ( fume), partikel-partikel zat padat terjadi karena kondensasi dari
bentuk gas (penguapan banda padat yang dipijarkan dan biuasanya
disertai oksidasi kimiawi, sehingga terbentuk zat seperti ZnO, PbO, dan
lainnya
f. Awan, partikel cair sebagai hasil kondensasi dari fase gas
g. Asap, pada umumnya partikel-partikel zat karbon yang ukurannya <0,5
mikron, akibat pembakaran tak sempurna bahan yang mengandung
karbon. Uap, asap dan debu tergolong zat padat, sedangkan awan dan
kabut tergolong zat cair
2. Sifat-sifat kimiawi
Sifat kimiawi meliputi : jenis persenyawaan, besar molekul, konsentrasi,
derajat kelarutan, dan jenis pelarut
3. Port dentree
Seperti memalui alat pernafasan, pencernaan, dan kulit

4. Faktor pada tenaga kerja sendiri


Seperti usia, idiosinkrasi, habituasi, toleransi terhadap zat, dan derajat
kesehatan tubuh
Menurut Wahit (2009), berbagai cara untuk mengevaluasi lingkungan kerja
adalah sebagai berikut :
1. Subjektif, oleh indra manusia pada zat tertentu, misalnya amoniak, sulfur, dan
lain-lain
2. Mengunakan hewan percobaan, seperti kelinci, burung kenari, tikus, dank era.
Misalnya CO dengan kadar 0,25% dapat diketahui secara kasar dan
bahayanya dalam waktu 3 menit burung kenari akan pingsan, sedangkan pada
tikus akan terjadi disorientasi
3. Mengunakan alat detector dan indicator, khusus digunakan untuk uap dan gas.
Contoh indicator sederhana akibat reaksi kimia adalah perubahan warna,
seperti iodium menjadi warna biru dengan zat pati. Detector adalah alat
khusus yang dibuat untuk menentukan baha-bahan diudara, baik kualitatif
maupun kuantitatif, dengan cara menhisap dan melakukan udara tempat kerja
pada reagen yang da dalam tabung detector
4. Pengambilan sampel dan pemeriksaan laboratorium
(Wahit;324;2009)

J. CARA MELINDUNGI MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI DAN UMUM


Masyarakat sekitas industri harus terhindar dari bahaya udara yang keluar
dari suatu perusahaan yang mengandung bahan-bahan sangat berbahaya. Udara
yang mengandung gas dan uap terdapat dua cara yaitu :
1. Pembakaran, membakar bahan-bahan tersebut, bila perlu digunakan
katalisator agar terjadi pembakaran sempurna
2. Mencuci, (schrubbing method) dengan mengalirkan udara kotor dari pabrik.
(Wahit;325;2009)

K. PENGAWASAN UNTUK MENGUNAKAN ALAT KERJA


Pengawasan yang dilakukan dalam menggunakan alat kerja serta
penyediaan alat-alat kesehatan untuk mendukung keamana penggunaan alat
kerja dilakukan melalui cara-cara dibawah ini.
1. Pekerja harus dilatih dan dididik untuk memahami bahaya yang ada, cara
menghindarinya, dan cara menggunakan alat-alat keselamatan
2. Sarung tangan, kacamata dan pakaian pelindung harus digunakan saat bekerja
3. Air untuk mandi dan cuci mata harus cukup tersedia, terutama untuk
membersihkan bahaya korosif
4. Pakaian pelindungn yang digunakan hrus dicuci tiap hari
5. Unit operasi yang tidak memungkinkan ventilasi keluar memerlukan masker
yang dialiri udara atau masker gas. Masker tersebut digunakan untuk
keperluan darurat, yaitu jika bahan-bahan yang sangat bahaya sedang diolah
6. Pekerja yang mengolah bahan diwajibkan mencuci tangan sebersih-bersihnya
sebelum merokok, minum atau makan
7. Pekerja wajib melapor untuk diperiksa pada saat kejadian kecelakaan pertama
(Wahit;327;2009)
L. USAHA KESEHATAN KERJA YANG BAIK
Usaha kesehatan kerja yang baik dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut
ini :
1. Pekerja yang bekerja pada unit berbahaya diperiksa kesehatanya secara
berkala setiap 6 sampai 1 tahun sekali. Caranya dalah dengan melalukan
skrining yang disesuaikan dengan jenis / bahan industri yang digunakan.
Misalnya pada industri yang menggunakan bahan nitrogliserin yang berfungsi
sebagai vasodilator pada pasien penyakit jantung. Bila pekerja bekerja terusmenerus ditempat tersebut, maka jantungnya juga dapat mengalami
vasodilatasi dan menderita keluhan yang sama dengan penderita jantung. Tim
medis harus berhati-hati dalam mendiagnosis dan harus dapat membedakan
anatara penyakit jantung dan penyakit akibat kerja. Selain itu, pemeriksaan

khusus juga harus dilakukan pada orang-orang tertentu misalnya pada wanita,
anak-anak, orang lanjut atau sudah permah kena kasus
2. Alat-alat atau bahan-bahan harus diperiksa tiap minggu atau bulan untuk
menilai bahaya yang mungkin timbul
3. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja pada calon pegawai baru untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit pernafasaan menahun, ginjal dan
lainnya
(Wahit;327;2009)

M. ILMU KESEHATAN KERJA (OCCUPATIONAL HELATH)


Tujuan

utama

ilmu

kesehatan

kerja

adalah

untuk

meningkatkan

produktivitas kerja, yang meliputi : pencegahan penyakit, pencegahan kelelahan


kerja, dan lainnya. Terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam
pencegahan dan pengobatan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan industri
1. Hubungan antara pekerjaan dan kesehatannya ( relationship of work to
helath)
2. Efek dari pekerjaan terhadap pekerjaannya ( effects of work up on the
worker), efek meningkatnya kebutuhan dasar, dan efek meningkatnya
kebutuhan hidup pekerja
3. Masalah kesehatan pada pekerjaan ( health problem at work)
Tugas keperawatan yang dapat dilakukan oleh perwata industri antara lain
sebagai berikut :
1. Kesehatan lingkungaan kerja ( higiene of works environment) misalnya,
lingkungan kerja yang bagaimana yang sesuai dengan pekerjaanya
2. Kesehatan pekerja ( occupational health), terutama penyakit akibat kerja
dengan tujuan untuk mencegah, mendiagnosis dan merehabilitasi penyakit
akibat kerja
3. Keselamatan kerja ( safety work)

Tujuan dari keperawatan industri adalah kesehatan pekerja, keselamatan


pekerja, kesejahteraan pekerja, sehingga tujuan utama dalam keperawatan
industri dapat terwujud, yaitu status kesehatan kerja tinggi dan produktivitas
tinggi. Para pekerja merupakan orang yang berada dalam keadaan resiko atau
berbahaya.
(Wahit;327;2009).
N. PENYAKT AKIBAT KERJA
Penyakit akibat kerja adalah penyakit/gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh pekerjaannya atau diperoleh pada masa/waktu melakukan
pekerjaan (pada masyarakat umum biasanya tidak terkena)
Penyebab penyakit akibat kerja antara lain :
1. Faktor fisik : kebisingan, suhu, kelembapan udara, kecepatan angin, getaran,
radiasi, tekanan udara
2. Faktor kimia : gas, uap debu, fume, mist dan asap
3. Faktor biologis : bakteri, virus, jamur dan cacing
4. Faktor fisiologis : sikap dan cara kerja, jam kerja, istirahat, shift, lembur
5. Faktor mental psikologis : suasana kerja, hubungan anatara pekerja, dan
pengusaha
Persoalan dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja adalah gambarannya hampr
sama dengan penyakit umum, inkubasi lama, sarana bantu diagnosis kurang, dan
kurangnya petugas kesehatan. Upaya untuk memantau kesehatan pekerja anatar
lain :
1. Pemeriksa melalui skrining ( sebelum dipekerjakan)
2. Menjalankan program hidup sehat dengan cara anti rokok, olahraga,
menurunkan stress, makan makanan yang sehat, dan menurunkan berat badab
( bagi yang overweight)
3. Investigasi adanya bahaya yang ditunjukan pada kasus CHD, yang
meningkatkan pada kelompok-kelompok tertentu, riwayat chest pain,

penemuan infark baru atau pembuntuan koroner , dan hubungan paparan kerja
dengan faktor predisposisi laim ( usia, seks, dan cuaca)
(Wahit;328;2009)

O. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan
adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan
dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa
maupun industri .
Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja

merupakan

satu

upaya

pelindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan


bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Sumamur, 2006).
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Maka menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan
kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Menurut Wahit (2009), upaya yang dilakukan untuk menjaga


kesejahteraan pekerja adalah dengan cara menerapkan managemen K3
dengan mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan
1. Pada mesin : seperti peralatan dan bahan (keadaan mesin yang rusak, licin,
longgar, kasar, dan tajam); kondisi pengaman mesin (kegiatan dengan
kecepatan berbahaya, tidak memanfaatkan perlengkapan, bekerja pada
peralatan yang bergerak/berbahaya); kondisi alat-alat kerja; dan konsisi bahan
2. Karyawan, yang meliputi : kondisi mental dan fisik, kebiasaan kerja ( baik
dan aman), penggunaan APD
3. Tata cara kerja, yang meliputi : prosedur kerja yang benar, protap untuk
kegiatan yang berulang, dan kebiasaan bekerja menurut petunjuk manual.
Pencegahan kecelakaan kerja dengan memperhatikan pada aspek manusia dan
aspek peralatan. Aspek manusia (tenaga kerja) harus memenuhi beberapa
syarat, yaitu terampil sesuai jenis pekerjaannya

BAB III
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KESEHATAN KERJA
DENGAN APLIKASI KASUS DI KOMUNITAS PEKERJA
DI RUANGAN SEKTOR A7 DI PERUSAHAAN ROKOK
PT. NOJORONO DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH
Sekelompok mahasiswa keperawatan melakukan kegiatan praktik keperawatan
komunitas untuk kesehatan kerja di komunitas pekerja di perusahaan rokok PT.
NOJORONO di kabupaten kudus jawa tengah selama 1 Bulan mulai dari tanggal 10
November 2012 sampai 10 Desember 2012. Kami melakukan kegiatan pengkajian
selama 8 hari (mulai tanggal 11-19 november) kepada para pekerja di ruangan sektor A7
yang berjumlah 100 orang, berdasarkan data dari HRD perusahaan ini di dapat data
umum sebagai berikut:
No

Karakteristik

Frekuensi/ jumlah

Jenis kelamin
1.

a. Laki-laki
b. Perempuan

40 orang
60 orang

Jenis pekerjaan
2.

a. Pengelintingan
b. Pengepakan
c. Pengawas

55 orang
35 orang
10 orang

Usia
3.

a.
b.
c.
d.

25-35 tahun
36-46 tahun
47-57 tahun
58-60 tahun

35 orang
40 orang
20 orang
5 orang

Tingkat pendidikan
4.

a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA

30 orang
45 orang
25 orang

5.

Lama bekerja

a.
b.
c.
d.
e.

5-10 tahun
11-15 tahun
16-20 tahun
21-25 tahun
> 25 tahun

15 orang
35 orang
30 orang
15 orang
5

orang

A. PENGKAJIAN
1. Data Inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Perusahaan rokok PT. NOJORONO berada di wilayah kabupaten
kudus jawa tengah dengan luas bangunan pabrik keseluruhan sebesar 1
Ha. Pabrik ini berada di tepi jalan raya yang merupakan akses utama di
kota kudus. Terdiri dari beberapa ruangan sektor yang didalamnya
terdapat berbagai macam pekerjaan industri yang berhubungan dengan
tembakau dan rokok diantaranya adalah bagian penyortiran tembakau,
penyimpanan

tembakau,

produksi

tembakau,

pelintingan

rokok,

pengepakan rokok, ruang laboratorium uji tembakau, dll. Ruangan sektor


A7 merupakan salah satu ruangan di perusahan rokok PT. NOJORONO
yang terbagi menjadi beberapa bagian tugas didalamnya yaitu bagian
pelintingan, pengepakan rokok dan pengawasan. Jumlah pekerja di
ruangan sektor A7 sebanyak 100 orang (perincian berdasarkan
karakteristik umum ada di tabel yang tersedia di awal) sebagaian besar
bekerja adalah orang jawa 85 orang (85%) dan berasal dari madura
sebanyak 15 orang (15%).
b. Status kesehatan komunitas
Dari pengkajian (anamnesa) dan kuisioner yang dilakukan
mahasiswa langsung kepada para pekerja diruangan sektor A7
didapatkan hasil:
1. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
68 orang pekerja (68%) menegeluhkan sering batuk-batuk
15 orang (15%) pekerja mengeluhkan sering pusing
Sisanya 17 orang (17%) tidak ada keluhan
2. Tanda-tanda vital*
TD:
< 110/70 mmHg
: 5 orang (5%)

110/70mmHg-130/90mmHg
: 75 orang (75%)
>130/90 mmHg
: 20 orang (20%)
3. Nadi:
60-80x/menit
: 90 orang (90%)
80-100x/menit
: 10 orang (10%)
4. RR:
16-24x/menit
: 90 orang (90%)
>24x/ menit
: 10 orang (10%)
5. Suhu tubuh:
36,5C-37C
: 100 orang (100%)
c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *
1. ISPA
: 20 orang/ kasus (20%)
2. PPOK
: 5 orang (5%)
3. Diare
: 5 orang (5%)
4. Batuk
: 35 orang (35%)
5. Demam
: 15 orang (15%)
6. Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 20 orang (20%)
Ket: (*) : data dari klinik perusahaan pada tanggal 12 November
2012
d. Riwayat penyakit komunitas
Data diambil dari 68 orang pekerja (68%) yang mengeluhkan
sering batuk-batuk, kami melakukan pengkajian dengan memberikan
kuisioner kepada 68 pekerja tersebut, dengan hasil:

No.

Karakteristik

Frekuensi

Presentase
%

Menderita batuk berdahak minimal 30


1.

kali setahun, sekurang-kurangnya 2

20 orang

29,4%

2.

tahun beruntun
Mempunyai riwayat merokok
Terpajan langsung dengan bahan

40 orang

58,8%

68 orang

100%

6 orang

8,82%

10 orang

6,8%

5 orang

7,35%

3.
4.

5.

6.

produk
Mempunyai keluarga dengan riwayat
bronkitis dan emsifema
Sering mengalami sesak nafas saat
aktivitas sedang (jalan cepat, naik
tangga)
Pernah merasa sesak atau nafas sulit
bahkan pada saaat istirahat

7.
8.

Pernah merasa sesak nafas menetap


dan makin lama makin berat
Saat Batuk selalu berdahak dan beriak
Pernah memeriksakan ke dokter atau

5 orang

7,35%

45 orang

66,1%

5 orang

7,35%

20 orang

29,4%

tempat pelayanan kesehatan baik


9.

umum maupun yang ada di perusahaan


dan positif dinyatakan penderita PPOK

10.

(bronkhitis kronis, emfisema)


Pernah merasa dada terasa berat saat
bernafas

e. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi komunitas


Para pekerja mendapat istirahat makan siang dari peusahaan,
makan siang rutin dilaksanakan tiap pukul 13.00 WIB di kantin pabrik.
f. Pola pemenuhan cairan dan elektrolit
Selama bekerja kebutuhan cairan pekerja didapat dari minuman
yang dibawa oleh para pekerja dari rumah.
g. Pola istirahat tidur
Para pekerja mengatakan bahwa istirahat tidur mereka biasanya
dilakukan pada malam hari saat pulang bekerja karena waktu bekerja
mereka adalah 9 jam mulai pukul 8 pagi-5 sore.
h. Pola eliminasi
Saat dilakukan anamnesa kepeada para pekerja Sebanyak 35
orang dari 55 orang (63,6%) pekerja bagian pelintingan rokok
mengatakan pernah sakit anyang-anyangan, hal ini ternyata
disebabkan oleh 20 orang (57,1%) kurang sering minum air putih saat
bekerja, 15 orang (42,8%) menahan BAK karena jarak kamar mandi
dengan ruang pelintingan agak jauh. Sedangkan pada bagian
penegepakan sebanyak 15 orang dari 35 orang pekerja (42,8%)
mengeluhkan sakit anyang-anyangan hal ini disebabkan karena 10
orang (66,6%) kurang sering minum air putih saat bekerja, 5 orang
(33,3%) menahan BAK karena jarak kamar mandi dengan ruangan agak
jauh.
i. Pola aktivitas gerak
Saat dilakukan anamnesa kepada para pekerja sebanyak 55 orang
dari 55 orang (100%) jumlah pekerja pelintingan rokok mengeluhkan
sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya. Saat dilakukan

observasi secara langsung ternyata sebanyak 30 orang (54,5%) pekerja


duduk dengan posisi duduk yang salah/ terlalu membungkuk, 25 orang
(43,5%) tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi
tubuhnya/ berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang
lama. Sedangkan dibagian pengepakan dari 35 orang pekerja 25 orang
(71,4%) mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan
punggungnya 10 orang (28,6%) tidak ada keluhan. Penyebabnya 15
orang (60%) duduk dengan posisi duduk yang salah, 10 orang (40%)
tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya atau
berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama. Untuk
bagaian pengawasan tidak ada keluhan.
j. Pola pemenuhan kebersihan diri
Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari
35 orang pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci tangan
setelah bekerja sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan tapi dengan
prosedur yang kurang benar, sedangkan sebanyak 40 orang dari 55
orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak mencuci tangan
setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%) mencuci tangan tapi dengan
prosedur yang kurang benar.
k. Status psikososial
Antar kelompok pekerja tidak pernah mengalami pertengkaran
atau perselisihan karena mereka menganggap semua pekerja saling
bersaudara karena sudah bekerja bersama dalam waktu yang lama, antar
pekerja saling membantu dan memberikan dukungan bila ada masalah.
l. Status pertumbuhan dan perkembangan
a) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
Berdasarkan data dari klinik perusahaan semua pekerja
mendapatkan asuransi kesehatan, dan bisa periksa atau berobat
secara gratis di klinik tersebut tetapi data klinik perusahaan
menunjukkan:

No.
1.

Karakteristik
Pekerja yang memeriksakan
kesehatan secara rutin ke klinik

Frekuensi

Presentase (%)

25 orang

25%

2.

3.

Pekerja yang memeriksakan


kesehatannya saat sakit saja
Pekerja yang tidak pernah/
belum pernah datang ke klinik
untuk

memeriksakan

35 orang

35%

40 orang

40%

kesehatannya

b) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan


Setelah dilakukan pengkajian melalui observasi langsung kepada
100 pekerja di ruangan sektor A7 didapatkan hasil:
Pola
peri

No.
1.

Karakteristik
Tidak
menggunakan

2.

Jenis
pekerjaan
a. Pelintingan
b. Pengepakan
c. pengawasan

masker saat bekerja


Tidak
a. Pelintingan
b. Pengepakan
menggunakan
c. Pengawasan
sarung tangan saat
bekerja

Ferekuensi

Presentase(%)

55 orang

100%

35 orang

100%

10 orang

100%

55 orang

100%

35 orang

100%

10 orang

100%

c) lHasil tidak sehat dalam komunitas


Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari 35 orang
pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci tangan setelah bekerja
sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang
benar, sedangkan sebanyak 40 orang dari 55 orang pekerja dibagian
pelintingan (72,7%) tidak mencuci tangan setelah bekerja, sisanya 15 orang
(27,3%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.
2. DATA LINGKUNGAN FISIK
Luas bangunan pabrik rokok ini seluas 1 Ha terdiri dari ruangan
sektor A1-A7 (A1-A4: gudang tembakau, A5: laboratorium, A6: penyortiran
A7: pelintingan, pengepakan rokok), kantin, masjid, klinik, garasi untuk
angkutan perusahaan, aula perusahaan, tempat penyaringan limbah pabrik.

Sedangkan untuk ruangan sektor A7 sendiri memiliki luas bangunan 100x50


meter bentuk bangunan berupa ruangan luas yang lapang dengan meja-meja
tempat pelintingan, pengepakan dan terdapat 2 kamar mandi di dalamnya.
Jenis bangunannya permanen atap bangunan berupa genting sintesis dengan
dinding terbuat dari tembok dengan lantai dari semen/ plesteran, ventilasi di
ruangan ini berasal dari jendela jendela kecil di atas tembok yang berjumlah
masing-masing 10 buah di kiri dan kanan sisi bangunan total 20 buah,
penerangan ruangan berasal dari pintu ruangan besar yang di buka saat jam
kerja bila menjelang sore terdapat lampu neon yang memberikan
pencahayaan diruangan ini. Kebersihan di dalam ruangan cukup rapi dan
bersih. Kondisi kamar mandi bersih tetapi jumlahnya sangat terbatas dan
jaraknya cukup jauh dari tempat pengolahan.
Pembuangan

limbah

perusahaan

di

olah

dengan

melakukan

penyaringan zat-zat berbahaya dengn alat penyaring yang berada di ruang


penyaringan limbah di sebelah ruangan sektor A7 (di belakang pabrik) dan
sisanya di buang disungai besar yang ada di kota kudus.
3. PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL
Di perusahaan PT. NODJORONO terdapat sebuah klinik kesehatan
yang disediakan untuk seluruh pekerja dan pegawai diperusahaan ini. Sumber
daya yang ada di klinik ini adalah terdapat 1 orang dokter umum, 2 perawat
dan 3 petugas nonmedis, fasilitas alat yang dimiliki klinik ini terdiri dari 2
kamar tidur, obat-obatan yang cukup lengkap dan memiliki 1 ambulance.
Sistem rujukan di perusahaan ini bekerja sama dengan RSUD kabupaten
kudus. Selain itu di perusahaan ini memiliki 1 kantin yang berisi barangbarang keperluan sehari-hari para pekerja dan pegawai lokasi mini market ini
di bagian depan pabrik disamping klinik.
4. EKONOMI
Rata-rata penghasilan pekerja di ruangan sektor 7 untuk bagian
pelintingan dan pengepakan sekitar 1-1,5 juta rupiah sedangkan untuk bagian
pengawas sekitar 1,5-2 juta rupiah.
5. KEAMANAN DAN TRANSPORTASI

Sistem keamanan perusahaan cukup baik dengan adanya satpam di


setiap sektor ruangan dan juga adanya CCTV di tiap ruang produksi. Untuk
penanggulangan kebakaran terdapat alat pemadam kebakaran manual di
setiap ruangan produksi dan perusahaan ini juga memiliki 1 unit mobil
pemadam kebakaran milik perusahaan selain itu perusahaan juga bekerjasama
dengan dinas pemadam kebakaran kota untuk menanggulangi jika terjadi
masalah kebakaran. Penanggualangan polusi dengan dipasang alat blower
untuk ventilasi agar tidak terjadi polusi di dalam pabrik.
6. POLITIK DAN KEAMANAN
Perusahaan rokok PT. NODJORONO merupakan perusahaan milik
swasta yang dimiliki oleh Tn. HK.
7.

SISTEM KOMUNIKASI
Sarana komunikasi yang digunakan oleh pekerja di ruangan sektor
A7 sebagaian besar menggunakan alat komunikasi telfon genggam (HP)
sebagai alat komunikasi antara pekerj, keluarga dan masyarakatnya.
Sednagkan sistem komunikasi dalam perusahaan menggunakan telfon yang
ada disetiap ruangan sektor dan apabila ada informasi atau pengumuman
dari perusahaan akan disiarkan melalui pengeras suara yang ada di setiap
ruangan di perusahaan ini. Bahasa yang digunakan untuk komunikasi antar
pekerja sehari-hari di ruangan sektor A7 mayoritas dengan menggunakan
bahasa jawa dan sebagaian kecil menggunakan bahasa madura.

8.

PENDIDIKAN
Data yang didapat dari HRD perusahaan rokok PT. NODJORONO
didapatkan data tingkat pendidikan pekerja di ruangan sektor A7 adalah
sebagai berikut:
Tingkat pendidikan
a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA

30 orang
45 orang
25 orang

Saat dilakukan pengkajian dengan kuisioner tentang pengetahuan


pekerja terhadap pentingnya penggunaan standart keselamatan kerja di
perusahaan rokok terhadap kesehatan pekerja, di dapatkan data:
1. 70 orang (70%) dari pekerja tidak mengetahui
2. 30 orang (30%) dari pekerja mengetahui
9. REKREASI
Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan, Hari libur untuk
pegawai dan pekerja diperusahaan ini adalah tiap hari minggu, di setiap hari
jumat pagi biasanya diadakan senam aerobik bersama oleh perusahaan yang
dilakukan di lapangan olah raga yang ada di belakang perusahaan.
Di akhir tahun biasanya juga diadakan rekreasi bersama yang di
fasilitasi oleh perusahaan yang juga dilakukan secara giliran atau gantian di
tiap ruangan sektor/ bagian produksi dalam perusahaan ini.

A. ANALISA DATA
NO

DATA

.
1.

DS:
1. Pekerja mengatakan mengeluhkan
sering batuk-batuk.
2. Pekerja mengatakan tidak terlalu

ETIOLOGI

PROBLEM

Kurang

Resiko terjadinya

pengetahuan

peningkatan penyakit

pekerja tentang

akibat partikel

pentingnya K3

tembakau

memeperhatikan pentingnya

bagi kesehatan dan (PPOK,ISPA) pada

penggunaan masker dan sarung

keselamatan

pekerja perusahaan

tangan

pekerja

rokok di ruangan

DO:

sektor A7 PT.

1. 68 orang pekerja (68%) dari 100

NOJORONO kudus

pekerja di ruangan sektor A7


menegeluhkan sering batuk-batuk
dengan perincian:
2. 68 orang (100%) dari 68 orang
pekerja yang sering batuk terpajan
langsung dengan bahan produk
(tembakau).
a. 20 orang (29,4%)dari 68 pekerja
yang sering batuk mengalami
batuk menahun sekurangkurangnya selama 2 tahun.
b. 45 orang (66,1%) dari 68 pekeja
yang sering batuk saat batuk
selalu berdahak dan beriak.
c. 5 orang (7,35%) dari 68 pekerja
yang sering batuk positif
didiagnosa PPOK
d. 20 orang (29,4%) dari 68 pekerja
yang sering batuk merasa dada
berat saat bernafas.
3. Riwayat penyakit pekerja ruangan

jawa tengah

sektor A7 dalam satu tahun terakhir;


ISPA: 20 orang/ kasus (20%),
PPOK: 5 orang (5%), batuk 35 orang
(35%).
4. Pekerja yang tidak menggunakan
masker dan sarung tangan di
ruangan sektor A7 sebanyak 100
orang dari 100 orang pekerja
(100%).
5. 70 orang (70%) dari 100 pekerja
diruangan sektor A7 tidak
mengetahui pentingnya K3 bagi
kesehatan dan keselamatan mereka
6. Hanya 30 orang (30%) dari 100
pekerja diruangan sektor A7 tidak
mengetahui pentingnya K3 bagi
kesehatan dan keselamatan mereka
2.

DS:
1. Pekerja mengatakan jarang
melakukan cuci tangan setelah
melakukan pekerjaannya atau
sebelum makan karena keterbatasan
kamar mandi dan fasilitas yang
kurang mendukung (tidak ada sabun
cuci tangan di kamar mandi).
DO:
1. 25 orang (71,4%) dari 35 orang
pekerja dibagian pengepakan di
ruangan sektor A7 tidak mencuci
tangan setelah bekerja.
2. 10 orang (28,6%)dari 35 orang
pekerja dibagian pengepakan di

Ketidakadekuatan

Perilaku kesehatan

hygine perorangan

cenderung beresiko

pada pekerja

pada pekerja
perusahaan rokok di
ruangan sektor A7 PT.
NOJORONO kudus
jawa tengah

ruangan sektor A7 mencuci tangan


tapi dengan prosedur yang kurang
benar.
3. 40 orang(72,7%) dari 55 orang
pekerja dibagian pelintingan di
ruangan sektor A7 tidak mencuci
tangan setelah bekerja.
4. 15 orang (27,3%)dari 55 orang
pekerja dibagian pelintingan di
ruangan sektor A7 mencuci tangan
tapi dengan prosedur yang kurang
benar.
3.

DS:
1. Pekerja mengatakan sering
mengalami pegal di daerah
punggung dan leher.
2. Petugas klinik perusahaan
mengatakan telah ada program
senam aerobic tiap jumat pagi tetapi
antusias pekerja untuk mengikuti
kurang bahkan digunakan sebagai
ajang datang terlambat untuk bekerja
DO:
1. 55 orang dari 55 orang (100%)
jumlah pekerja dibagian pelintingan
rokok di ruangan sektor A7
mengeluhkan sering merasa pegal di
daerah leher dan punggungnya.
a. 30 orang (54,5%) dari 55 orang
pekerja dibagian pelintingan
rokok di ruangan sektor A7
duduk dengan posisi duduk yang
salah/ terlalu membungkuk.

Posisi tubuh saat

Resiko cidera pada

bekerja yang salah

pekerja perusahaan

pada pekerja

rokok di ruangan
sektor A7 PT.
NOJORONO kudus
jawa tengah

b. 25 orang (43,5%) dari 55 orang


pekerja dibagian pelintingan
rokok di ruangan sektor A7 tidak
menggerak-gerakkan badannya
untuk merelaksasi tubuhnya/
berada dalam posisi duduk yang
sama dalam waktu yang lama.
2. Pekerja yang mengikuti senam
aerobic pagi pada hari jumat (19
november 2012) di ruangan sektor
A7 sebanyak 60 orang (60%) dari
jumlah seluruh pekerja di ruangan
sektor A7
B. PENAMPISAN MASALAH
Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan
masalah untuk menentukan perioritas masalah, adapun penapisan masalah
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
No

Masalah Kesehatan

.
1.

Resiko terjadinya

KRITERIA
Score
1 2 3 4 5 6 7 8
5 5 5 5 4 3 4 3 34

Keterangan
Keterangan kriteria:

peningkatan penyakit

1. Sesuai dg peran perawat

akibat partikel

komunitas
2. Resiko terjadi/jumlah

tembakau (PPOK,ISPA)
pada pekerja
perusahaan rokok di

yang beresiko
3. Resiko parah
4. Potensi utk

ruangan sektor A7 PT.


NOJORONO kudus
jawa tengah
berhubungan dengan

5.
6.
7.
8.

pend.kesehatan
Interest utk komunitas
Kemungkinan diatasi
Relevan dg program
Tersedianya sumber daya

Kurang pengetahuan
dan kesadaran pekerja

Keterangan Pembobotan:

2.

tentang pentingnya K3

1. Sangat rendah

bagi kesehatan dan

2. Rendah

keselamatan pekerja
Perilaku kesehatan

3. Cukup
5 4 4 5 4 4 4 3 33

cenderung beresiko

4. Tinggi
5. Sangat tinggi

pada pekerja
perusahaan rokok di
ruangan sektor A7 PT.
NOJORONO kudus
jawa tengah
berhubungan dengan
Ketidakadekuatan
hygine perorangan pada
pekerja
3.

Resiko cidera kerja

4 5 3 4 4 4 3 4 31

pada pekerja
perusahaan rokok di
ruangan sektor A7 PT.
NOJORONO kudus
jawa tengah
berhubungan dengan
Posisi tubuh saat
bekerja yang salah pada
pekerja

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan
komunitas pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT.
NOJORONO adalah sebagai berikut:
No

Diagnosa Keperawatan

Score

.
Resiko

terjadinya

peningkatan

penyakit

akibat

partikel

tembakau

(PPOK,ISPA) pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT.


1.

NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Kurang pengetahuan

34

pekerja dan kesadaran tentang pentingnya K3 bagi kesehatan dan


keselamatan pekerja.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja perusahaan rokok di
2.

ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan

33

dengan Ketidakadekuatan hygine perorangan pada pekerja.


Resiko cidera kerja pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT.
3.

NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Posisi tubuh saat


bekerja yang salah pada pekerja.

31

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan kerja merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang di
tujukan kepada masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.
Kegunaannya untuk mencapai derajat keaehatan dan kesejahteraan tenaga kerja
serta meningkatkan produksi yang berlandeaskan pada meningkatkan efisiensi
dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi. Tugas keperawatan yang
dapat dilakukan oleh perawat industri meliputi kesehatan lingkungan kerja,
kesehatan pekerjadan keselamatan kerja.
B. SARAN
1. Bagi Pekerja
Mereka akan lebih memahami dan mau berperilaku sehat dan baik di
dalam tempat kerja maupun diluar tempat kerja. Kepuasan kerja akan
meningkat ketika mereka menyadari bahwa perusahaan peduli dengan
kesehatan mereka. Pada akhirnya pekerja sehat tentu akan lebih optimal
dalam produktivitas kerja.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan yang menyelenggarakan

program PKDTK

(Promosi

Kesehatan Dalam Tempat Kerja) tentu lebih memperlihatkan kepada


karyawannya bahwa mereka peduli terhadap kesehatan pekerja. Hal ini dapat
meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Pekerja yang puas dengan iklim
kerja mereka tentu akan lebih loyal kepada perusahaan. Dengan
demikian,angka turn over pekerja akan semakin rendah. Akibatnya biaya
untuk proses rekruitmen dan pelatihan karyawan baru,akan berkurang.
Pekerja sehat tentu akan lebih produktif yang akan meningkatkan
produktivitas perusahaan pada akhirnya. Selain itu pekerja sehat juga akan
mengurangi biaya kompensasi perusahaan untuk mengobati karyawan yang
sakit. Lebih jauh lagi,perusahaan juga dapat memperoleh citra positif baik
dari masyarakat,pemerintah maupun para mitra pebisnis mereka.

DAFTAR PUSTAKA

http//www.academia.edu/62111163/askep_komunitas_kesehatan_kerja.
Diakses pada 15 September 2014, jam 11.30 WIB
Mubarok,Wahit Iqbal,dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta :
Salemba Medika
Soeripto. 2008. Hiegiene Industri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : aplikasi dalam praktik.
Jakarta : EGC
UNIMED-NonDegree-22832-babII_fero_2.pdf-Adobe Reader. Diakses pada 16
September 2014, jam 13.00 WIB

You might also like