Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga tugas Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berjudul Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) dapat kami selesaikan.
Tugas ini kami buat untuk memenuhi persyaratan dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat yang kami jalani di
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada dr. Sukma Sahadewa,M.kes selaku pembimbing
dalam penyusunan tugas IKM ini.
Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mohon kritik dan saran untuk kesempurnaanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
ii
JUDUL SKENARIO...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan .........................................................................................
BAB II
2
4
4
ANALISIS KASUS
A. Analisis Secara Epidemiologi ..................................................... 5
B. Kausa dan Alternatif Kausa......................................................... 7
C. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Prioritas Pemecahan
Masalah yang dipilih................................................................... 10
JUDUL SKENARIO
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
"Desa Duren adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Madurasa kabupaten
Madangkara. Desa tersebut terdiri atas 4 RW (rukun warga) dan 14 RT (rukun
tetangga), dihuni oleh 3809 jiwa dalam 1008 kepala keluarga. Proporsi
pekerjaan penduduk didominasi oleh pekerja swasta, menyusul pekerjaan petani
atau buruh tani dan sedikit yang bekerja di lembaga pemerintahan atau lembaga
formal lainnya. Tingkat pendidikan penduduk dewasa umumnya lulusan SD dan
SMP dan hanya sedikit yang mengenyam pendidikan tinggi. Dalam catatan
Puskesmas Madurasa desa ini hanya memiliki 487 jamban (kakus) dan 3 buah
fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK). Kebiasaan Open Defecation (OD) sudah
menjadi kebiasaan di masyarakat Duren.
Menghadapi keadaan desa ini, dr. Anggie, kepala Puskesmas Madurasa, cukup
resah apalagi angka kesakitan penyakit berbasis saluran alat cerna juga masih
cukup tinggi. Dalam membina kesehatan masyarakat Desa Duren memiliki kepala
desa dengan perangkatnya yang cukup kooperatif dan telah membina 20 kader
kesehatan. Dr.Anggie bertekad untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dengan mendorong masyarakat memiliki fasilitas yang berkaitan
dengan program tersebut secara swadaya, sehingga tercapai Open Defecation
Free (ODF) sesuai konsep "Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ".
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada tahun 2008 telah diputuskan strategi nasional Sanitasi Total Berbasis
tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi
tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Hal
ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per
seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar
Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi
dengan menetapkan Open Defecation Free dan peningkatan perilaku hidup bersih
dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan komitmen
pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs)
tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara
berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum
mendapatkan akses.
Banyaknya penyakit berbasis saluran cerna dan kebiasaan open defecation
yang tinggi serta perilaku hidup bersih sehat (PHBS) yang rendah dan tingkat
pendidikan yang rendah serta kepemilikan jamban yang rendah di Desa Duren
Kecamatan Madurasa Kabupaten Madangkara adalah hal yang menarik untuk
dibahas pada makalah ini.
B.
Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebiasaan open defecation (OD) ?
2. Bagaimana cara mengatasi kebiasan open defecation (OD) pada
3.
4.
Duren?
Bagaimana kebiasaan open defecation (OD) dapat meningkatkan angka
5.
C.
Tujuan
1. Menjelaskan masalah kebiasaan OD
2.
3.
4.
5.
6.
menunjang PHBS
Menjelaskan peranan PHBS dalam pengendalian penyakit saluran
7.
8.
pencernaan
Memahami konsep STBM dalam menunjang PHBS
Menyusun perencanaan yang dapat dilaksanakan oleh Puskesmas dalam
mencapai ODE
BAB II
ANALISIS KASUS
A.
1.
Analisis kasus
Analisis Secara Epidemiologi
Open Defecation (OD) merupakan perilaku yang tidak sehat sebagai
anak usia dibawah lima tahun dan sarana jamban berisiko 17,25 kali terkena diare
pada bayi dan balita. Perilaku penjamu dipengaruhi berbagai faktor, berdasar
penelitian berkaitan dengan penggunaan jamban dan perilaku BABS menyebutkan
bahwa pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku buang air besar (BAB) yang
sehat cukup tinggi (90%) dan 93,7% toilet dipastikan berfungsi dengan baik tetapi
12,2 % keluarga tidak memakai toilet secara teratur.19 Didalam penelitian lain
menunjukkan bahwa perubahan perilaku buang air besar sembarangan tergantung
kesadaran seseorang untuk menggunakan fasilitas, akses jamban dan persepsi
seseorang tentang tinja dan hubungannya dengan penyakit.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.1 milyar
orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data
tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang BABS terdapat di 10 negara dan
Indonesia sebagai Negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar
di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (5%), China (4,5%), Ethiopia
(4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil
(1,2%) dan Niger (1,1%).
Di Indonesia, penduduk yang masih buang air besar di area terbuka sebesar
5% merefleksikan 26% total penduduk Indonesia. Hasil Riskesdas 2010
menunjukkan penduduk yang buang air besar di area terbuka sebesar 36,4%
Sedangkan akses sanitasi dasar sebesar 55,5 %.
Pendekatan STBM adalah pendekatan partisipatif untuk merubah perilaku
higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Hasil akhir pendekatan ini adalah merubah cara pandang dan perilaku sanitasi
yang memicu terjadinya pembangunan jamban dengan inisiatif masyarakat sendiri
tanpa substdi pihak luar serta menimbulkan kesadaran bahwa kebiasaan BABS
adalah masalah bersama karena berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga
pemecahannya juga hares dilakukan dan dipecahkan secara bersama.
2.
Gambar 1. Fish Bone tentang Kausa dan Alternatif Kausa rendahnya kepemilikan
jamban di desa Duren
A.
B.
Fasilitas
Keterbatasan kepemilikan jamban mengakibatkan masyarakat di desa Duren
Material
Salah satu faktor penyebab rendahnya kepemilikan jamban adalah penduduk
terbentur masalah ekonomi sehingga mereka tidak bisa membuat fasilitas jamban
di rumahnya masing-masing dan lebih senang untuk buang air di sungai, sawah,
atau tempat lain. Mereka juga berpikir dengan adanya fasilitas jamban umum
yang dapat digunakan secara berjemaah maka mereka tidak perlu susah payah
membangun jamban sendiri sehingga dapat mengurangi pengeluaran penduduk.
D.
Metode
Selain faktor manusia, faktor metode juga dapat dikategorikan sebagai salah
satu kausa rendahnya kepemilikan jamban pada penduduk desa Turen ini. Metode
yang dimaksud antara lain penyuluhan, koordinasi lintas sektor atau mungkin
kurangnya motivasi dari tenaga kesehatan, seperti yang telah kita ketahui,
sejatinya penyuluhan dapat memberikan kontribusi besar terhadap perubahan
perilaku penduduk ke arah yang lebih baik. Salah satu contohnya dengan adanya
penyuluhan dapat meningkatkan kesadaran penduduk akan betapa pentingnya
kepemilikan jamban pada suatu desa pada umumnya dan dalam rumah pada
khususnya serta efek yang ditimbulkan bagi penduduk serta lingkungan dengan
adanya jamban pada masing masing rumah.
Tidak lupa tenaga kesehatan juga memegang peranan penting dalam
meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kalau tidak ada atensi dari tenaga
kesehatan yang terkait serta kurangnya motivasi dari tenaga kesehatan tersebut
maka Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
3.
Kausa
Alternatif kausa
Alternatif Pemecahan
Pemecahan
Masalah
Masalah
Terpilih
Rendahnya tingkat
pendidikan
Kebiasaan turun
temurun masyarakat
Pekerjaan
SDM
A. Melakukan
penyuluhan tentang
dampak buruk OD
B. Mengadakan
Melakukan
pengobatan gratis
penyuluhan
bagi kesakitan
tentang
akibat OD
C. Melakukan
masyarakat yang
kunjungan banding
kurang di lembaga
ke daerah lain
dampak buruk
OD
pemerintahan
Kurangnya jamban
Fasilitas
A. Sosialisasi
Proposal
pembangunan
pembangunan
jamban
Material
jamban umum
Ketiadaan program
pembangunan
jamban
Kurangnya
pendanaan
A. Proposal
pembangunan
Proposal
jamban
pembangunan
B. Arisan jamban
Kurangnya jumlah
Metode
A. Menambah jumlah
kader kesehatan
kader kesehatan
dari masyarakat
Kurangnya
penyuluhan
desa
B. Merekrut kader dari
desa lain
jamban umum
Menambah
jumlah kader
kesehatan dari
masyarakat
desa
BAB III
RENCANA DAN PROGRAM
A.
Berbagai Pendekatan
Pendekatan STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan
itu
tidak
orang lain.
2. Cuci tangan pakai sabun
Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit. Mencuci
tangan dengan air saja tidak cukup, penggunaan sabun selain membantu
singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari dengan sabun
menghilangkan kuman yang tidak tampak, minyak/lemak/kotoran di
permukaan kulit. Perpaduan kebersihan dan perasaan segar merupakan
hal positif yang didapat setelah menggunakan sabun.
3. Pengelolaan air minum/makanan rumah tangga
Air bersih harus memenuhi syarat kesehatan, syarat fisik air harus
memenuhi syarat antara lain
a. Air tidak berwarna, bening/jernih
b. Air tidak keruh, bebas dari lumpur, sampah, busa, dll
c. Air tidak berasa, tidak asin, tidak rasa asam, tidak payau
d. Air tidak berbau, tidak bau amis, anyir, busuk, belerang, dll
4. Pengelolaan sampah rumah tangga
Sampah harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak akan
dapat menjadi tempat perindukan vector berbagai bibit penyakit. Kini
sampah dapat dikelola dengan pendekatan 3R (reduce, reuse dan
recycle). Reduce adalah upaya pengelolaan sampah dengan cara
mengurangi volume sampah itu sendiri. Reuse adalah suatu cara untuk
menggunakan kembali sampah yang ada untuk keperluan yang sama atau
fungsinya sama. Recycle atau daur ulang, adalah pemanfaatan limbah
melalui pengolahan fisik atau kimia untuk menghasilkan produk yang
Penyuluhan Kesehatan.
Salah satu metode untuk program peningkatan jamban yaitu dengan
dilaksanakannya
Penyuluhan
kesehatan
dimana
merupakan
penambahan
faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap manusia yang mempunyai efek
merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup. Umumnya
upaya sanitasi meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia
(jamban), pengelolaan sampah (tempat sampah) dan pembuangan air limbah
(SPAL) tetapi khususnya disini hanya akan membahas mengenai pembuangan
kotoran manusia (jamban).
Pembuangan Tinja (Jamban) - Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan
dari tubuh manusia sebagai sisa dari proses pencernaan (tractus digestifus). Dalam
ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih
dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan
buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab
timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Soeparman dan
Suparmin, 2002).
Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan masalah yang
sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari
lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusia. Penyebaran
penyakit yang bersumber pada kotoran manusia (faeces) dapat melalui berbagai
macam jalan atau cara.
1.
terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa
leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran
tin ja tanpa air untk menggelontor, sehingga metode ini tidak perlu
dilengkapi dengan water seal atau lebih sering disebut leher angsa.
Umumnya jenis ini banyak digunakan di daerah pedesaan atau daerah yang
sulit mendapatkan air bersih. (Didik Sarudji, 2004)
Ada beberapa macam yang tergolong dalam jenis pembuangan tinja ini:
1) Kakus sederhana
Jenis ini sering disebut kakus cemplung. Konstruksinya terdiri atas
lubang galian semacam sumuran tetapi dindingnya tidak perlu
kedap air.
2) Kakus kolong
Yaitu tempat pembuangan tinja yang terdiri atas bak berdinding
lapis semen kedap air, ditanam dalam tanah tetapi tidak berfungsi
sebagai septic tank, melainkan hanya untuk melindungi bahaya
kontaminasi terhadap tanah di sekitarnya.
3) Kakus pengurai
Metode pembuangan tinja ini menggunakan bak pengurai (septic
tank) yang kedap air, hanya saja tidak menggunakan air
penggelontor tetapi dalam pengoprasiaannya perlu penambahan air
untuk mengisi agar dalam bak tersebut tidak kekurangan air yang
dimanfaatkan sebagai media penguraian.
4) Kakus kimia
Jenis ini mahal dalam pengoperasiannya, kapasitasnya terbatas, dan
perlu perhaitan khusus terutama bila sudah penuh karena biasanya
masyarakat
akan
pentingnya
sarana
pembuangan
air
besar
Organisasi
Merupakan
strategi
terencana
dalam
Pengembangan
organisasi
merupakan
proses
terencana
untuk
mengintegrasikan
keinginan
individu
akan
pertumbuhan
dan
Melalui
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
a.
c.
d.
e.
pemberdayaan
masyarakat
untuk
3.
A. Pejamu
Pejamu dalam penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan OD hampir
mencangkup seluruh lapisan masyarakat tanpa ada batasan umur dan jenis
kelamin, hal ini sangat bergantung terhadap pengetahuan dan kesadaran akan
akibat OD. Maka dalam hal ini diperlukan meningkatan pemahaman
masyarakat terhadap masalah OD dengan cara pemicuan.
B. Agent
Etiologi maupun vector berperan sangat penting dalam program
pencegahan ini, penyakit yang di sebabkan oleh OD berbasis pada penyakit
saluran cerna, saluran pernapasan dan penyakit kulit. Penyakit berbasis
saluran cerna seperti diare, thypoid, hepatitis A dan keracunan memiliki
vector utama yaitu lalat, kecoa dan tikus yang di sebabkan oleh bakteri
BAB IV
KESIMPULAN/SARAN
Kesimpulan
Perlunya penyuluhan tentang peningkatan kepemilikan jamban di Desa
Duren
Kecamatan
Madurasa
Kabupaten
Madangkara
dan
peningkatan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Kedokteran EGC.
Depkes RI, 2004. Pencegahan dan Penang-gulangan Penyakit Demam
3.
4.
(.jpg).http://promkesdinkeskarawan.com/wp-
5.
6.
Aditya Bakti
Kemendagri. 2011. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor
140/1508/SJ
tentang
PEDOMAN
PELAKSANAAN
Negeri.
Kemenkes. 2010. Pusat Promosi Kesehatan. Pedoman Umum Pengembangan
8.
9.
RI.
10. Masli, Jonneri. 2010. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengadaan
Jamban Keluarga dalam Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 26, No. 3,
September 2010 halaman 145.
11. Murwati. 2012. Faktor Host Dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Perilaku
Buang Air Besar Sembarangan. Semarang: Universitas Diponegoro
Semarang
12. Notoatmodjo. 2010. Kesehatan Masyarakat llmu dan Seni. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
13. Ridley John.
Erlangga.Jakarta.
2010.
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja.
Penerbit
14. Sarudji Didik. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Media
Ilmu. Sidoarjo.
15. Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu
Pengantar). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
16. Yuwono Budi. 2008. 40 Juta Masyarakat Indonesia Masih Buang Air Besar
Di Tempat Terbuka. Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementrian
Pekerjaan Umum