You are on page 1of 18

BAB 1

DASAR TEORI

Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun
indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur
makanan seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan
keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf
nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah
bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan
keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan
substansi nutrisi tertentu (Diah Savitri, 1997). Indera pengecap kurang lebih
terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi, beberapa di antaranya disebut sel
sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel pengecap terus menerus
digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel disekitarnya, sehingga beberapa
diantaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah
bagian tengah indera dan akan segera terurai dan larut (Guyton, 1997). Sensasi
rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di ujung sel
pengecap (taste buds) yang terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Sel
pengecap tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi.
Proses ini bergantung pada pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut
dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap. (Sunariani et al., 2007).
Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor
kimia (chemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah
berupa tunas pengecap yang terdapat pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan,
zat itu harus larut dalam kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup
rasa atau tunas pengecap. Kuncup rasa kebanyakan terdapat pada permukaan
lidah. Ada juga beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di belakang
mulut dan lengkung langit-langit. Kemoreseptor ini dapat dibedakan menjadi
empat macam sensasi utama, yaitu rasa manis, rasa asam, rasa asin dan rasa pahit.

Dengan menggunakan larutan sukrosa, asam hidrokalat, NaCl dan kinina sulfat
encer, seorang dapat mengetahui keempat rasa sensasi utama tersebut yang
masing-masing ada di daerah khusus pada lidah. Akan tetapi, memetakan
percobaan semacam ini pun menunjukkan adanya daerah rasa yang sangat
tumpang tindih dan sangat bervariasi pada setiap orang (Pratiwi et al., 2006).
Daerah sensasi rasa manis terletak di bagian depan, rasa asin di bagian tepi, rasa
asam di bagian kedua sisi lidah dan rasa pahit di bagian tengah belakang lidah.
Pada lidah terdapat tiga papil pengecap, yaitu:
a. Papil bentuk benang, merupakan papil peraba dan tersebar di seluruh
permukaan lidah
b. Papil seperti huruf V, tersusun dalam lengkungan yang dilingkari oleh
suatu saluran pada daerah dekat pangkal lidah
c. Papil berbentuk palu, terdapat pada daerah tepi-tepi lidah.
Walaupun sejak dulu kita mengetahui bahwa manusia memiliki paling
tidak empat jenis rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya reseptor rasa
kelima, yaitu rasa cita rasa glutamat seperti yang ditemukan pada monosodium
glutamate (MSG). Para peneliti bahkan telah menemukan bahwa sebuah cita rasa
reseptor otak untuk neurotransmitter glutamate (Chaudari, Landin, dan Roper,
2000). Cita rasa glutamate menyerupai cita rasa kaldu ayam tanpa garam. Bahasa
Inggris tidak memiliki kata yang tepat untuk mewakili rasa tersebut, tetapi bahasa
Jepang meilikinya. Oleh sebab itu, peneliti berbahsa Inggris telah mengdaptasi
sebuah kata dalam bahasa Jepang, yaitu umami. Para peneliti telah menemukan
cita rasa lemak sebagai cita rasa yang keenam (Laugerette et al., 2005). Selain
fakta bahwa tiap-tiap zat kimia mengeksitasi reseptor yang berbeda, zat-zat kimia
tersebut juga menghasilkan ritme yang berbeda pula (Kalat, 2010).
Penelitian menyebutkan bahwa adanya variasi yang diwariskan dalam
kemampuan rasa. Pemahaman tentang rasa pahit semakin berkembang dengan
informasi gabungan dari penemuan dan studi TAS2R gen resptor rasa, yang masih
memiliki hubungan genetik dan studi kloning posisional, terutama pada
kemampuan untuk mencicipi phenylthiocarbamide (PTC). Rasa manis dan
umami, yang dimediasi oleh reseptor TAS1R, menjadi baik ditandai pada tingkat
genetik molekular. Rasa asin dan asam masih belum mampu dikarakteriskan hal
2

genetik.

Masih

diperlukan

pengembangan

penilitian

untuk

menentukan

karakteristik gen tersebut (Kim et al., 2004).


Mekanisme kerja reseptor cita rasa asin sangatlah sederhana. Reseptor
mendeteksi adanya natrium dan struktur reseptor tersebut hanya mebuka kanalkanal ion natrium supaya dapat melintasi membran. Semakin tinggi konsentrasi
natrium pada lidah, maka semakin besar juga respon yang dihasilkan oleh
reseptor. Zati kimia seperti amilorida dapat menghalangi ion sodium yang akan
melintasi membran, sehingga mengurangi intensitas rasa asin. Cara kerja asam
sedikit berbeda. Ketika asam berkaitan dengan reseptor, maka asam akan menutup
kanal ion ion kalium sehingga mencegah keluarnya ion kalium dari neuron.
Hasilnya adalah peningkatan muatan positif di dalam neuron yang menyebabkan
depolarisasi membran (Shirley dan Persaud, 1990). Secara kimiawi cita rasa
manis, pahit dan umami memiliki kemiripan (He et al., 2004). Apabila ada sebuah
molekul yang berikatan dengan salah satu reseptor cita rasa tersebut, maka hal
tersebut akan mengaktivasi protein G yang melepaskan penyampai pesan dalam
neuron (Kalat, 2010).

BAB II
HASIL PERCOBAAN

2.1

Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area


Wajah
Persepsi

No

Bentuk

Orang
Coba

Ukuran
(mm)

Waktu

Segitiga

12

6 detik

Lingkaran

10

11,7 detik

Kotak

12,4 detik

Oval

15

8,5 detik

2.2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah


Bagian
Anterior Lidah
Samping Lidah
Posterior Lidah
Palatum
Mukosa Pipi
Gusi
Dahi
Hidung
Cuping Telinga
Bibir Atas
Bibir Bawah
Leher
Pipi Kiri-Kanan
Dagu

Jarak 1 mm
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1

Jarak 2 mm
2
1
2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1

Jarak 3 mm
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2

2.3

Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah


Bagian
Anterior Lidah
Samping Lidah
Posterior Lidah
Palatum
Mukosa Pipi
Gusi
Dahi
Hidung
Cuping Telinga
Bibir Atas
Bibir Bawah
Leher
Pipi Kiri-Kanan

Air Es

80o C

++

++

++

++

+++

++

+++

+++

++++

++++

++

++

++

++

++

++

++

++

+++

+++

++
Dagu
Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah

2.4
Lokas

++

Garam

Air Gula

cuka

Kina

umami

++

++

++

++

+++

++

++

+++

+++

+++

++

+++

++

+++

+++

++

+++

++

++

2.5

++

+++

++

Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah


2.5.1 Rangsangan Tekanan
Lokasi

Kedalaman

2 mm

4 mm

3 mm

1 mm

3 mm

3 mm

1 mm

2 mm

2.5.2

Area Paling Sensitif

Rangsangan Panas

Lokasi

70o

80o

90o

Waktu Nyeri
70o

80o

90o

130

++

115

++

++

140

145

150

135

2.5.3

Rangsangan Dingin
6

2.6

Lokasi

0o

5o

10o

++

Waktu Nyeri
0o

5o

10o

35

130

30

50

115

++

33

52

120

++

31

51

122

38

18

40

15

210

43

111

27

45

115

25

Pemeriksaan Vitalitas Gigi


2.6.1

Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin

Lokasi

Respon

Labial 1/3
incisa insisiv

Merasakan dingin

Mesio bukal
cusp molar

Merasa dingin

2.6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas


Lokasi

Respon Air Suhu Kamar

Labial 1/3 incisa Tidak merasakan apa-apa


insisiv
Mesio bukal
cusp molar

2.6.3

Tidak merasakan apa-apa

Respon Gutap Perca


Nyeri
Nyeri

Test Vitalitas Gigi dengan Tekan

Lokasi

Respon

Labial 1/3
incisa insisiv

Sakit

Mesio bukal
cusp molar

Sakit

2.6.4

Test Perkusi Gigi dan Palpasi

Lokasi

Respon

Labial 1/3
incisa insisiv

Sakit

Mesio bukal
cusp molar

Sakit

PERTANYAAN
1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap
pengenalan bentuk benda?
Bagian mulut yaitu lidah
2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitiv mengenali
jarak antara dua titik? Jelaskan mengapa?
Dorsum lidah, karena dorsum lidah terdapat pada tengah lidah dan dapat
mengakibatkan

timbulnya

gaging

refleks.

Letak

dorsum

lidah

mempengaruhi sensitivitas dalam rongga mulut. Semakin kedaerah bagian


dalam rongga mulut sensitivitas akan semakin tinggi. Sedangkan pada
daerah wajah daerah yang sensitiv adalah telinga dan leher diakibatkan
oleh persarafan yang terdapat pada telinga dan leher.
3. Bagian lidah yang lebih sensitive terhadap suhu adalah, jelaskan
mengapa!
Dorsum lidah. Hal ini dikarenakan karena kontur dari dorsum lidah yang
berlipat dan banyak papil sehingga lebih sensitive, selain itu bagian
dorsum lidah juga banyak dilalui persarafan.

4. Bagian lidah yang lebih sensitive terhadap nyeri adalah, jelaskan


mengapa!
Bgian tengah lidah. Hal ini dikarenakan karena kontur dari bagian tengah
lidah yang berlipat dan banyak papil sehingga lebih sensitive, selain itu
bagian tengah lidah juga banyak dilalui persarafan.
5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?
Percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami peroleh.
6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin,
pahit, asam, dan umami?
Rasa manis dapat dirasakan di lidah bagian ujung, rasa asin di lidah bagian
tepi depan, asam di lidah bagian tepi belakang, dan pahit di lidah bagian
pangkal. Sedangkan rasa umami merupakan kombinasi dari berbagai rasa
manis, asin, asam, dan pahit. Oleh karena itu, rasa umami dapat dirasakan
pada semua bagian lidah
7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?
Test vitalitas gigi perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan atau status
kesehatan gigi tersebut. Sejauh mana tingkat kesehatan gigi dan sejauh
mana kerusakan gigi apabila memang atau telau terjadi gangguan maupun
kerusakan pada gigi. Dengan dilakukannya test vitalitas gigi ini, kita
sebagai calon dokter gigi dapat belajar tentang bagaimana untuk melihat
vitalitas gigi tersebut, yang mana berguna untuk menegakkan diagnosa
pada pasien nantinya.
8. Untuk apa test perkusi dan palpasi?
Test perkusi dan palpasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi
gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik. Test perkusi berfungsi untuk
mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi periapikal pada
gigi, biasanya pasien akan merasakan sakit atau tidaknya dan ada atau
tidaknya sensasi ngilu pada saat dilakukan test perkusi. Bila positif sakit,
maka memang adanya kelainan pada jaringan di sekitarnya. Sementara itu,
test palpasi berfungsi untuk mengecek ada atau tidaknya oedema /
pembengkakan, fluktuasi / pergerakan jaringan, ada atau tidaknya kelainan
periapikal, dan juga limfa denopati.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area


Wajah
Pada

saat

melakukan

percobaan

ini,

orang

coba

tidak

diperkenankan mengetahui bentuk permen yang akan dicobakan. Untuk


itu, mata orang coba harus ditutup. Setelah mata orang coba ditutup
ambil salah satu permen dan masukkan ke dalam mulut di atas lidah
orang coba menggunakan pinset, letakkan perlahan dan jangan
menyentuh lidah. Kemudian orang coba diminta untuk menyebutkan
bentuk dan ukuran benda yang telah dimasukkan ke dalam mulut.
Hasil percobaan menunjukkan beberapa bentuk dimulai dari bentuk
segitiga dengan ukuran 12 mm, dilanjutkan dengan bentuk lingkaran
dengan ukuran 10 mm, bentuk kotak dengan ukuran 5 mm, dan bentuk
oval dengan ukuran 15 mm. Dari hasil percobaan tersebut dapat
disimpulkan bahwasanya orang coba bisa merasakan dan mampu
mengenali bentuk serta ukuran pada benda yang telah dimasukkan ke
dalam mulut orang coba.
3.2

Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah


Pada

saat

melakukan

percobaan

ini,

orang

coba

tidak

diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata


orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda dengan
orang coba pada percobaan sebelumnya. Kemudian ambil jangka ukur
dengan jarak 1 mm, 2 mm dan 3 mm, diletakkan pada beberapa bagian
lidah dan beberapa bagian wajah. Jangka ukur tersebut diletakkan pada
beberapa bagian lidah dan wajah orang coba secara perlahan-lahan.
Kemudian orang coba disuruh menyebutkan berapa jarak yang dirasakan.

10

Pada percobaan kelompok kami didapatkan hasil dapat mengenali


tekanan jangka pada bagian tertentu dengan jarak tertentu, pada bagian
lidah orang coba, yang paling sensitive membedakan 2 titik adalah
bagian anterior dan posterior lidah. Sedangkan pada bagia wajah orang
coba, yang paling sensitive membedakan 2 titik adalah telinga dan leher.
Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa bagian
anterior lidah, posterior lidah, telinga dan leher merupakan bagian yang
paling sensitive dalam membedakan 2 ujung jangka karena memiliki
banyak persyarafan di daerah tersebut.
3.3

Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah


Pada

saat

melakukan

percobaan

ini,

orang

coba

tidak

diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata


orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda dengan
orang coba pada percobaan sebelumnya. Orang coba dengan kelamin
perempuan ditutup matanya, sediakan air es dan air dengan suhu 80oC
diletakkan pada bagian-bagian yang telah ditentukan. Kemudian orang
coba disuruh menjelaskan apakah mampu mengenali suhu air yang
diberikan.
Pada samping lidah dan posterior lidah orang coba dapat mengenali
air dengan suhu dingin dan panas. Namun pada daerah anterior lidah,
orang coba tidak terlalu merasakan suhu dari air dingin dan panas
tersebut. Pada daerah

palatum, mukosa, gusi, dahi, hidung, cuping

telinga, bibir atas dan bawah, leher, pipi kiri dan kanan, dan dagu orang
coba dapat mengenali semua air dengan suhu panas dan dingin dengan
benar akan tetapi bagian yang paling sensitive adalah gusi.
3.4

Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah


Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan terhadap persepsi
rasa manis, asam, asin, pahit, dan umami pada bebearap bagian lidah,

11

yaitu ujung lidah, lateral lidah, dan pangkal lidah. Bahan yang diujikan
adalah air garam, air gula, cuka, kina, dan monosodium glutamate
(MSG).
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa lidah menimbulkan reaksi
rasa yang berbeda-beda sesuai dengan tabel hasil percobaan. Ujung lidah
dapat menerima semua modalitas terutama manis dan asin. Tepi lidah
dapat menerima modalitas asin dan rasa asam. Pangkal lidah hanya dapat
menerima modalitas pahit. Rasa asam disebabkan oleh asam dan
intensitas dari sensasi rasa, hampir sebanding dengan logaritma dari
konsentrasi ion hidrogen, yaitu makin asam suatu asam, maka makin kuat
sensasi yang terbentuk. Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang
terionisasi. Kualitas rasanya berbeda beda antara garam yang satu
dengan yang lain. Karena garam-garam juga membentuk sensasi rasa
yang lain. Kaitan dari garam terutama berperan membentuk rasa asin
tetapi anionnya juga ikut berperan walaupun lebih kecil. Rasa manis
tidak di bentuk oleh satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa
tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa manis mencakup gula,
gikol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein
kecil, asam sulforat, asam halogenasi, dan garam anorganik dari timah.
Rasa pahit seperti rasa manis, tidak hanya dibentuk oleh satu substansi
kimia, tapi juga beberapa substansi yang hampir seluruhnya adalah
substansi organik mencakup bitrigen, alkoloid, juibib, kafein, strinki, dan
nikotin.
Dalam keadaan kering, lidah tidak dapat merasakan apa yang
diletakkan diatasnya, termasuk gula, garam, maupun zat lainnya. Lidah
baru merasakan zat tersebut bila terdapat cairan liur dan zat itu larut
dalam air liur tersebut. Kepekaan manusia untuk membedakan intensutas
ras relatif besar, hal ini tergantung pada faktor individual, nilai ambang,
dan konsentrasi substrat yang diberikan.

12

3.5

Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah


3.5.1
Rangsangan Tekanan
Percobaan yang dilakukan kali ini adalah menguji area
yang sensitif terhadap rangsangan tekanan yang dilakukan pada
daerah lidah yang dibagi menjadi 8 daerah. Penekanan yang
dilakukan pada beberapa bagian tersebut yaitu dengan
menggunakan sonde besar. Dan berdasarkan hasil praktikum
yang didapatkan, orang coba merasakan area yang lebih sensitif
terhadap tekanan adalah pada bagian tengah lidah. Karena
bagian tengah lidah merupakan salah satu area yang memiliki
banyak korpuscle paccini yang merupakan suatu reseptor
terhadap adanya rangsangan tekanan. Sehingga ia akan dapat
dengan cepat menangkap adanya rangsangan tekanan dan
selanjutnya merasakan nyeri.
3.5.2

Rangsangan Panas
Rangsangan panas didapatkan dengan cara merendam
sonde besar pada air yang telah dipanaskan dengan suhu
o

80

, dan

90

70

. Setelah itu, sonde tersebut diletakkan pada

beberapa bagian lidah.


Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan perbedaan
sensitivitas pada masing-masing bagian. Urutan sensitivitas dari
yang terbesar ke terkecil adalah pada lidah bagian 1, 8, 7, 5, 6, 2,
3, dan 4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah yang paling
cepat untuk timbulnya rasa nyeri adalah pada lidah bagian 2, 3,
dan 4. Hal ini menunjukkan lidah bagian 2, 3, dan 4 merupakan
daerah yang paling peka terhadap rangsangan.

13

Selain mengamati daerah yang paling sensitif terhadap


rangsangan, didapatkan pula hasil bahwa semakin tinggi suhu
dari rangsangan, maka respon nyeri akan semakin cepat timbul.
Hal ini disebabkan karena suhu tinggi dapat mempercepat kerja
syaraf untuk menyampaikan rangsangan menuju sistem saraf
pusat.
3.5.3

Rangsangan Dingin
Pemeriksaan rangsang dingin yang dilakukan pada suhu 0,
5, dan 10 derajat diperoleh hasil dengan urutan yang paling
sensitive adalah lidah bagian 2, 3, dan 4. Hal ini dikarenakan
karena kontur dari bagian lidah tersebut yang berlipat dan
banyak papil sehingga lebih sensitive, selain itu bagian dorsum
lidah juga banyak dilalui persarafan.

3.6

Pemeriksaan Vitalitas Gigi


3.6.1

Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin


Pemeriksaan vitalitas gigi yang kami lakukan terdiri dari 4
macam, yaitu test vitalitas gigi dengan suhu dingin, test vitalitas
gigi dengan suhu panas. Test vitalitas gigi dengan suhu dingin
dilakukan pada gigi insisive pertama bawah dan molar pertama
bawah. Pada gigi incisive pertama bawah setelah diberi Chlorethyl tidak terasa ngilu dan dingin. Hasil menunjukkan bahwa
gigi insisiv subjek dalam status vital. Sedangkan pada gigi molar
pertama bawah setelah diberi Chlor-ethyl tidak menimbulkan
ngilu dan terasa dingin. Hal ini menunjukkan bahwa rangsangan
dari Chlor-ethyl berhenti sehingga tidak terjadi ngilu dan
merupakan pertanda bahwa gigi masih vital.

3.6.2

Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas

14

Dari data hasil percobaan yang didapat, diketahui bahwa


tes vitalitas gigi terhadap suhu panas dapat menentukan
ketahanan gigi. Gigi insisivus lebih sensitive terhadap
rangsangan suhu panas daripada gigi molar. Hal ini disebabkan
lapisan enamel dari gigi insisive lebih tipis daripada lapisan
enamel dari gigi molar, sehingga rangsangan lebih mudah masuk
ke tubuli dentin, dan kemudian dilanjutkan ke pulpa, yang
merupakan tempat persarafan gigi berada. Sedangkan untuk
rangsangan termis ditanggapi oleh reseptor ruffini.
3.6.3

Test Vitalitas Gigi dengan Tekan


Pada percobaan kali ini, dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui vitalitas gigi dengan rangsangan tekan, pada
percobaan kali ini, kelompok kami menggunakan orang coba
dengan jenis kelamin perempuan, dan didapatkan hasil pada gigi
insisive pertama setelah ditekan dengan kaca mulut gigi orang
coba terasa agak ngilu, sedangkan pada gigi molar bawah kanan,
saat ditekan dengan kaca mulut, gigi orang coba tidak terasa
ngilu. Dari data percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa gigi
insisive pertama lebih sensitive terhadap rangsangan tekan
dibandingkan dengan gigi molar pertama bawah kanan.

3.6.4

Test Perkusi Gigi dan Palpasi


Pada percobaan tes gigi menggunakan palpasi, didapatkan
hasil bahwa beberapa bagian gigi peka terhadap rangsangan
berupa palpasi. Ini dikarenakan lapisan enamel pada beberapa
bagian gigi tersebut lebih tipis, sehingga rangsangan lebih
mudah diteruskan melewati tubuli dentin menuju ke pulpa yang
berisi saraf. Begitu pula dengan gingiva, yang memiliki
mekanisme aliran impuls hampir sama seperti kulit, yang
memiliki sensor terhadap rangsangan tekanan. Sedangkan

15

persarafan gigi dan gingiva ini terdapat saraf yang peka terhadap
rangsangan tekanan adalah reseptor paccini.

16

BAB IV
KESIMPULAN

Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah.
Waktu sensasi yang diperlukan oleh reseptor mengenali dan menanggapi
rangsangan akan diteruskan ke otak. Sel-sel reseptor untuk pengecapan
adalah sel-sel epithelium yang telah termodifikasi yang diorganisasikan
menjadi kuncup pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian permukaan
lidah dan mulut. Dari setiap makanan dan minuman yang dikenali oleh
lidah , otak akan mengintegrasikan input yang berbeda dari kuncup
pengecapan dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks. Reseptor rasa
manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan
bagian lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah, reseptor
rasa pahit terletak di pangkal / dorsal lidah dan reseptor rasa umami
terletak pada ujung lidah.

17

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F., 2003, Fisiologi Kedokteran, penerbit Buku Kedokteran
EGC:Jakarta
Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta
Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia:
Jakarta

18

You might also like