You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN

STEVEN JOHNSON SYNDROME


Tomson sapta
13631370
Mughni Rahmawati
13631375
Aan Prastyo
13631387
Faradila Rahmah Sartika
13631400

Steven Johnson Syndrome adalah


sindroma yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium dan mata dengan
keadaan umum bervariasi dari ringan
sampai berat, kelainan pada kulit berupa
eritema, vesikel/bula, dapat disertai
purpura ( Mochtar Hamzah, 2005 : 147 )

Etiologi

Penyebab pasti dari SJS ini idiopatik atau


belum diketahui. Namun penyebab yang
paling sering terjadi ialah alergi sistemik
terhadap obat yaitu reaksi berlebihan dari
tubuh untuk menolak obat-obatan yang
masuk ke dalam tubuh. Ada pula yang
beranggapan bahwa sindrom ini merupakan
Eritema Multiforme yang berat dan disebut
Eritema Multiforme Mayor, sehingga
dikatakan mempunyai penyebab yang sama

Diperkirakan sekitar 75% kasus SJS disebabkan oleh


obat-obatan dan 25% karena infeksi dan penyebab
lainnya
. Berikut merupakan beberapa faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya SJS antara lain:
Alergi obat tersering adalah golongan obat
analgetik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun
demam). Berbagai obat yang diduga dapat
menyebabkan SJS antara lain: Penisilin dan
derivatnya, Streptomysin, Sulfonamide, Tetrasiklin,
Analgetik/antipiretik (misalnya Derivat Salisilat,
Pirazolon, Metamizol, Metampiron dan
Paracetamol), Digitalis, Hidralazin, Barbiturat
(Fenobarbital), Kinin Antipirin, Chlorpromazin,
Karbamazepin dan jamu-jamuan.

Penyebab Lain
Zat tambahan pada makanan (Food
Additive) dan zat warna
Faktor Fisik: Sinar X, sinar matahari, cuaca
dan lain- lain
Penyakit penyakit Kolagen Vaskuler
Penyakit-penyakit keganasan: karsinoma
penyakit Hodgkins, Limfoma, Myeloma, dan
Polisitemia
Neoplasma
Radioterapi.

Klasifikasi
Stevens-Johnson Syndrome (SJS)
merupakan suatu reaksi hipersensitivitas
kompleks imun yang biasanya
menyerang daerah - daerah lapisan kulit
dan membran mukosa. Gejala - gejala
yang khas ditandai dengan trias lesi
kulit, mukosa orifisium dan mata.

Manifestasi Klinis
Sindroma Steven Johnson ini umunya
terdapat pada anak dan dewasa, jarang
dijumpai pada usia 3 tahun kebawah.
Keadaan umumnya bervariasi dari baik
sampai buruk sampai kesadarannya
spoor dan koma. Berawal dari penyakit
akut dapat disertai gejala prodromal
berupa demam tinggi, malaise, nyeri
kepala, batuk, pilek dan nyeri
tenggorokan. Trias Steven Johnson

Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula yang


kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas.
Purpura dapat terjadi dan prognosisnya menjadi lebih
buruk. Pada keadaan berat kelainannya generalisata.
Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah
mukosa mulut (100%), orifisium genitalia eksterna
(50 %), lubang hidung (8%), dan anus (4%).
Kelainan mata (80%) yang tersering konjungtivitis
kataralis. Dapat terjadi konjungtivitis purulen,
perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan
iridosiklitis.
Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain,
misalnya nefritis dan onikolisis.

Gejala prodormal dapat berlangsung 114 hari, dengan gejala yang bervariasi
dalam derajat berat dan kombinasi gejala
seperti :
Batuk berdahak dengan sputum purulen
Nyeri kepala
Malaise
Athralgia
Nyeri menelan
Nyeri dada

Patofisiologi

Penyebab SJS sulit untuk ditentukan dengan pasti,


karena penyebabnya berbagai faktor, walaupun pada
umunya sering berkaitan dengam respon imun
terhadap obat. Sekitar 50% penyebab SJS adalah
obat. Obat - obatan yang paling sering menimbulkan
reaksi SJS adalah obat - obatan sulfonamid, golongan
beta laktam, imidazol, dan NSAID. Sedangkan obat obatan berikut juga dapat menimbulkan SJS seperti
golongan kuinolon, antikonvulsan aromatik, dan
allopurinol. Beberapa obat lainnya juga dapat
menimbulkan SJS seperti salisilat, sulfa, penicilin,
etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis, kontraseptif,
klorpromazin, karbamazepin, kinin,
analgetik/antipiretik (contoh: paracetamol).

Komplikasi

Menurut mansjoer, A (2000,hlm.137) komplikasi


yang dapat terjadi pada klien dengan Sindrom
Steven Johnson yaitu bronkopneumonia, sepsis,
kehilangan cairan atau darah, gangguan
keseimbangan atau elektrolit, syok, dan
kebutaan karena gangguan lakrimasi.
Pemeriksaan Penunjang
Foto rontegen
WBC (white blood cell) biasanya kurang dari
20.000 cells/

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan utama adalah menghentikan obat yang diduga sebagai


penyebab SJS. Sementara itu kemungkinan infeksi herpes simpleks dan
Mycoplasma pneumoniae harus dihilangkan.
Simptomatik.
Antihistamin, untuk mengatasi gejala pruritus.

Feniramin hidrogen maleat (Avil) : usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis,


usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan tiga kali sehari.
Diphenhidramin hidrokloride (Benadril) : 1 mg/kgBB/kali untuk
tiga kali sehari.
Setirizin : usia 2-5 tahun 2,5 mg/kgBB/dosis untuk satu kali
sehari ; >/= 6 tahun 5-10 mg/kgBB/dosis, untuk sati kali sehari.

Pengelupasan pada kulit dapat dikompres basah dengan larutan NaCl.


Papula dan makula pada kulit, baik yang intak diberikan kortikosteroid
topikal, kecuali kulit yang terbuka.
Pengobatan infeksi sekunder dengan antibiotika. Antibiotika yang paling
berisiko tinggi seperti beta laktam dan sulfonamide jangan digunakan.
Pada terapi infeksi sekunder dibutuhkan antibiotika yang tidak
menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersifat balterisidal dan tidak
bersifat nefrotoksik, seperti klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari secara IV
diberikan sebanyak dua kali dalam sehari.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Menurut Smeltzer (2008, hlm. 1975) pengkajian pasien dengan


Sindrom Steven Johnson diantaranya melakukan pangkajian fisik
dengan penekanan khusus pada manifestasi kulit terhadap :
Adanya eritema, area kemerahan yang disebabkan oleh peningkatan
jumlah darah yang teroksigenasi pada vaskularisasi dermal
Adanya area yang melepuh dan perkembangannya ditubuh
Pengeluaran cairan pada bulla (lepuhan) baik jumlah, warna dan bau
Pada area mulut adakah terdapatnya bula atau lepuhan dan lesi
arosive serta adanya rasa gatal, rasa terbakar dan kekeringan
dimata.
Kemampuan klien dalam menelan dan minum serta berbicara secara
normal juga ditentukan
TTV dan perhatian khusus terhadap adanya demam, pernafasan
yang cepat, dalam, ritme, dan batuk
Karakteristik dan banyaknya sekret dalam rongga pernafasan
diobservasi

Pengkajian terhadap adanya demam tinggi, dan


adanya takikardi dan kelemahan yang berlebihan
serta fatigue sering muncul mengingat faktorfaktor tersebut merupakan proses nikrosis
epidermal, peningkatan metabolisme, dan
kemungkinan adanya pengelupasan mukosa pada
gastrointestinal dan pernafasan.
Adanya pemasukan intra vena dilihat adanya
tanda-tanda lokal infeksi
Pasien ditanya gambaran fatigue, dan tingkat nyeri
Melakukan evaluasi terhadap adanya kecemasan
serta koping mekanisme yang digunakan serta
strategi koping dapat dikenali.

Diagnosa keperawatan

Gangguan integritas kulit b.d adanya lesi


Gangguan rasa nyaman b.d keluarnya serum
Gangguan body images b.d keluarnya serum
Gangguan kekurangan volume cairan b.d keluarnya
serum
Gangguan presepsi sensori b.d lesi pada mata
Gangguan bersihan jalan nafas b.d edema laring
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan oksigen
Gangguan komunikasi verbal b.d lesi/krusta pada
mulut
Kerusakan mukosa oral b.d lesi pada mulut
Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d adanya lesi pada
mulut
Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan

TERIMAKASIH

You might also like