Professional Documents
Culture Documents
DD 3 : ABSES OTAK
1. Pengertian
Abses otak adalah proses pernanahan yang
disertai pembentukan
pernanahan yang terlokalisir diantara jaringan otak, baik itu disertai pembentukan
kapsul atau tidak. Abses otak disebabkan oleh berbagai macam variasi: bakteri,
jamur, protozoa dan bisa berbentuk soliter maupun multipel.
2. Patofisiologi
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari
fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh,
atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses
yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak,
tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan
yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak
pada lobus tertentu.
Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak
dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak,
kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai
beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga
membentuk
suatu
rongga
abses.
Astroglia,
fibroblas
dan
makrofag
Saat ini terjadi perubahan histologis yang sangat berarti. Daerah pusat nekrosis
membesar oleh karena peningkatan acellular debris dan pembentukan nanah
karena pelepasan enzim-enzim dari sel radang. Di tepi pusat nekrosis didapati
daerah sel radang, makrofag-makrofag besar dan gambaran fibroblast yang
terpencar. Fibroblast mulai menjadi reticulum yang akan membentuk kapsul
kolagen. Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi
sangat besar.
meningkat
dalam
pembentukan
kapsul.
Lapisan
fibroblast
pembentukan
vaskularisasi
di
daerah
dinding
sangat
substansi
lambat
putih
oleh
karena
dibandingkan
kurangnya
substansi
abu.
jaringan
fasial,
selulitis
orbita,
sinusitis
etmoidalis,
amputasi
6. Diagnosis
Gejala awal abses otak tidak jelas karena tidak spesifik. Pada beberapa
kasus, penderita yang berobat dalam keadaan distress, terus menerus sakit kepala
dan semakin parah, kejang atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu
sisi bagian tubuh melemah). Dokter harus mengumpulkan riwayat medis dan
perjalanan penyakit penderita serta keluhan-keluhan yang diderita oleh pasien.
Harus diketahui kapan keluhan pertama kali timbul, perjalanan penyakit dan
apakah baru-baru ini pernah mengalami infeksi. Untuk mendiagnosis abses otak
dilakukan pemeriksaan CT scan (computed tomography) atau MRI (magnetic
resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan gambaran potongan
tiap inci jaringan otak. Abses terlihat sebagai bercak/noktah pada jaringan otak.
Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan sumber infeksi tersebut.
Jika diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka sampel dari bercak/noktah
tersebut diambil dengan jarum halus yang dilakukan oleh ahli bedah saraf.
b. Kortikosteroid
Hanya digunakan bila terdapat efek masa yang menyebabkan
manifestasi neurologis lokal dan penurunan kesadaran. Sebaiknya bila terjadi
perbaikan kesadaran status neurologi memungkinkan, maka pemberian steroid
harus segera dihentikan secara berangsur-angsur.
c. Pembedahan
Bisa berupa eksisi atau fungsi aspirasi.
8. Komplikasi
9. Prognosis
Angka kematian yang dihubungkan dengan abses otak secara signifikan
berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau MRI dan antibiotic yang
tepat, serta manajemen pembedahan merupakan faktor yang berhubungan dengan
tingginya angka kematian, dan waktu yang mempengaruhi lesi, abses mutipel,
kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-Scan. Angka harapan yang terjadi paling
tidak 50% dari penderita, termasuk hemiparesis, kejang, hidrosefalus, abnormalitas
nervus kranialis dan masalah-masalah pembelajaran lainnya.
Prognosis dari abses otak ini tergantung dari:
a.
b.
c.
d.
didiagnosis sehingga prognosis lebih baik. Prognosis AO soliter lebih baik dan
multipel. Defisit fokal dapat membaik, tetapi kejang dapat menetap pada 50%
penderita.
Daftar Pustaka
Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalasanaan. Edisi
pertama-Jakarta: Salemba Medika.
Robert H. A. Haslam. Neurologic Evaluation. In Nelson Textbook of Pediatrics 17th ed. USA:
WB Saunders. 2004.
Goodkin HP, Harper MB, Pomeroy SL. 2004. Prevalence, Symptoms, and Prognosis of
Intracerebral Abscess. American Academy of Pediatrics.
http://aapgrandrounds.aappublications.org