You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh
kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan
emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaan perasaan atau
emosi. Seperti aspek-aspek lain dalam kepribadian, emosi atau mood
berperan dalam proses adaptasi. Ada empat fungsi adaptasi dari emosi, yaitu
sebagai bentuk komunikasi sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran
secara subjektif, dan mekanisme pertahanan psikodinamis (Stuart, 1998:349).
Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis
seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya
seseorang yang sedih, malas untuk berkomunikasi, makan, bekerja, dan
sebagainya. Perasaan (mood) merupakan bagian dari emosi dan afek. Seperti
halnya kognitif, kemauan, dan psikomotor, maka emosi serta afek seseorang
dapat mengalami gangguan.
Alam perasaan didefinisikan sebagai watak emosi seseorang yang
menetap, yang secara signifikan mempengaruhi perilaku, kepribadian, dan
persepsi. Gangguan pada alam perasaan merupakan tanda gangguan alam
perasaan yang paling dominan (APA, 1994).
Gangguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang dalam, atau
kombinasi dari depresi dan gembira yang berlebihan. Dengan kata lain
individu dengan kelainan mood selain depresi yang mendalam dapat berupa
periode elasi (keceriaan) dan depresi.
Gangguan

mood

merupakan

disfungsi

neurobiologi

yang

menimbulkan perubahan respon emosional. Sekitar 25% penduduk akan


mengalami beberapa tingkat gangguan mood sepanjang hidup mereka.
Individu yang mengalami gangguan mood melakukan fungsi dalam batas
realitas, kecuali 9% populasi ini yang menjadi sikotik serta memiliki pikiran
dan tindakan yang mengalami disorganisasi dan tidak lazim ketika berada
pada tahap akut gangguan mood. Pada individu yang mencari bantuan di
lingkungan perawatan primer, depresi lebih sering terjadi daripada hipertensi.
(Montano, 1994)

Keperawatan Jiwa 1 | 1

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep gangguan alam perasaan serta pendekatan
asuhan keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari gangguan alam perasaan
2. Mengidentifikasi klasifikasi dari gangguan alam perasaan
3. Mengidentifikasi faktor predisposisi gangguan alam perasaan
4. Mengidentifikasi manifestasi klinis gangguan alam perasaan
5. Menguraikan patofisiologi gangguan alam perasaan
6. Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan gangguan alam
perasaan
7. Mengidentifikasi diagnosa pada klien dengan gangguan alam
perasaan
8. Mengidentifikasi intervensi pada klien dengan gangguan alam
perasaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan alam perasaan meliputi sekelompok besar gangguan,
dengan

mood patologis serta gangguan yang terkait

mood yang

Keperawatan Jiwa 1 | 2

mendominasi gambaran klinisnya. Gangguan mood juga dikenal sebagai


gangguan afektif, merupakan perubahan pervasif emosi individu yang
ditandai dengan depresi atau mania. Gangguan ini paling baik dianggap
sebagai sindrom (bukannya penyakit terpisah), yang terdiri atas sekelompok
tanda dan gejala yang bertahan selama berminggu-minggu hingga berbulanbulan, yang menunjukkan penyimpangan nyata terhadap kehidupan suatu
individu. Gangguan ini juga mempunyai kecenderungan untuk kambuh,
sering dalam bentuk periodik.
Gangguan alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai
meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai
gembira yang berlebihan (euphoria), dan gerak yang berlebihan (agitation).
Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam
bentuk lain seperti mania sebagai gangguan tipe bipolar (Santrock, 1991:490).
2.2 Klasifikasi
Gangguan alam perasaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :.
1. Depressive Disorders (Gangguan Depresi)
a. Mayor Depressive Disorders (Gangguan Depresi Mayor)
Gangguan depresi mayor dideskripsikan sebagai gangguan alam
perasaan yang meliputi depresi atau hilang minat atau kesenangan
pada aktivitas biasa dan hiburan. Gangguannya dapat berupa
episode

berulang

atau

episode

tunggal.

Ditandai

dengan

penampilan diam atau melamun. Gaya bicara menjadi lambat,


berhenti bicara (halting), cemas dan menyalahkan diri sendiri
(moaning dejectedly), dan lebih banyak duduk di lantai atau tempat
tidur. Individu secara langsung bersifat agresi ke dalam dirinya
sendiri, merasa berdosa, dan bersalah di dunia. Kesengsaraan
sangat mendalam, selanjutnya setelah periode ini individu akan
mencoba bunuh diri.
b. Dysthymia Disorder (Gangguan Distimia)
Dalam Diagnostic and statistical manual of Mental Disorder, kondisi
kelompok ini dikenal dengan depresi neurosis (neurotic depression).
Kondisi ini ditandai dengan mood yang terdepresi dalam sebagian

Keperawatan Jiwa 1 | 3

besar hari. Dua atau lebih gejala depresi berikut dapat ditampilkan,
yaitu :
1) Menurunnya nafsu makan
2) Kelelahan yang sangat
3) Susah tidur atau tidur berlebihan
4) Harga diri rendah
5) Kesulitan konsentrasi atau kesulitan membuat keputusan
6) Perasaan putus harapan
A. Bipolar Disorders
Gangguan ini ditandai dengan perubahan alam perasaan dari
depresi berat hingga euphoria ekstrem (mania), dengan periode normal.
Selama episode mania, alam perasaan meningkat, meluas, atau
iritabel. Aktivitas motoric berlebihan dan ingar-bingar. Gambaran psikosis
dapat muncul. Bentuk yang lebih ringan adalah hipomania. Biasanya,
hipomania tidak terlalu parah sehingga tidak memerlukan hospitalisasi.
Selain itu, pada hipomania tidak tampak gambaran psikosis.
Serangan biasanya terjadi dalam beberapa bulan atau tahun, dan
pasien mungkin mengalami siklus berbeda dalam jangka waktu hari atau
minggu. Pada siklus yang cepat berubah-empat atau lebih episode afek
setahun. Prognosis lebih buruk tetapi polanya dapat hilang atau
menunjukkan gejala berlawanan yang terjadi pada

saat yang sama

(contoh : bernyanyi dengan semangat yang diselingi dengan menangis).


Berikut ini adalah tipe gangguan bipolar :
1. Gangguan Bipolar I : merupakan diagnosa yang ditegakkan pada
individu yang sedang mengalami, atau pernah mengalami semua
sindrom mania atau gejala campuran dan juga mengalami episode
depresi.
2. Gangguan Bipolar II : ditandai dengan serangan kambuhan depresi
mayor disertai episode hipomania. Individu ini tidak mengalami
semua sindrom mania atau gejala campuran.
3. Gangguan Siklotimia : gambaran utamanya adalah gangguan alam
perasaan kronik setidaknya selama 2 tahun, meliputi sejumlah
periode depresi dan hipomania, tetapi tingkat keparahan dan
durasinya tidak termasuk dalam kriteria gangguan bipolar I atau II.
Tidak terdapat gambaran psikotik.
a.

Faktor Predisposisi

Keperawatan Jiwa 1 | 4

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan.


Teori-teori tersebut menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang
mungkin menjadi pemicu timbulnya gangguan alam perasaan.
a. Faktor Fisiologis
1. Faktor Genetik
Depresi lebih banyak dijumpai pada seseorang dengan kepribadian
tertentu, dan kepribadian banyak ditentukan oleh faktor genetik. Faktor
genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui
riwayat keluarga atau keturunan. Hal ini disepakati bahwa faktor
keturunan dan lingkungan memegang peranan penting dalam beberapa
gangguan mood atau alam perasaan. Gangguan tipe bipolar dan mayor
depressive terjadi pada keluarga, tetapi fakta menunjukkan sebagai
berikut :
a. Salah satu orang tua menderita gangguan alam perasaan tipe
bipolar maka kecenderungan terjadi 25% pada anaknya
b. Satu monozigot kembar mengalami bipolar,

40-70%

kecenderungan terjadi pada kembarannya


c. Satu dizigot kembar mengalami bipolar, maka kecenderungan 20%
terjadi pada saudara kembarnya
d. Satu orang tua mengalami kelainan tipe depresif, maka 10-13%
kecederungan terjadi pada anaknya
Pada keluarga yang salah satu orang tuanya mengalami
depresi/gangguan jiwa akan berpeluang 10-15% untuk memiliki anak
yang akan mengalami depresi/gangguan jiwa di kemudian hari.
2. Gangguan Neuroendokrin
Peningkatan kadar kortisol serum dan kadar TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) dikaitkan dengan alam perasaan depresi beberapa individu.
3. Biokimia
Teori biokimia mengaitkan amina biogenic norepinefrin, dopamine,
dan serotonin. Kadar zat kimia ini ditemukan tidak memadai pada
individu yang mengalami penyakit depresi (Janowsky et al., 1988)
4. Efek Samping Pengobatan
Beberapa obat dapat menyebabkan sindrom depresi sebagai efek
sampingnya. Jenis obat yang sering kali menimbulkan efek samping
sindrom depresi, antara lain, ansiolitik, antipsikotik, dan sedative-

Keperawatan Jiwa 1 | 5

hipnotik. Obat antihipertensi, seperti propranolol dan reserpine


diketahui menyebabkan gejala depresi.
5. Kondisi Fisiologis Lain
Gejala depresi dapat timbul jika terjadi ketidakseimbangan elektrolit,
defisiensi nutrisi, defisiensi katekolamin, defisiensi norepinefrin dan
epinefrin, disfungsi endokrin dan pada gangguan fisik tertentu, seperti
cedera kardiovaskuler, SLE, hepatitis, dan diabetes melitus.
b. Faktor Psikososial
1. Agression Turned Inward Theory
Teori agresi menyerang ke dalam menunjukkan bahwa depresi
terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
Menurut Sigmund Freud, depresi adalah agresi yang diarahkan pada
diri sendiri sebagai bagian dari nafsu bawaan yang bersifat merusak
(instinc agresif). Untuk beberapa objek yang berhubungan dan disertai
perasaan berdosa/bersalah. Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau
perasaan ambivalen terhadap objek yang sangat dicintai. Perasaan
marah dan mencintai yang terjadi secara bersamaan dan tidak mampu
mengekspresikan kemarahannya sebab dianggap tidak tepat atau tidak
rasional.
2. Object Loss Theory
Teori kehilangan objek merujuk pada perpisahan traumatik
individu dengan benda atau seseorang yang sangat berarti dalam fase
membutuhkan seseorang yang memberikan rasa aman. Dua isu
penting dalam teori ini adalah kehilangan dalam masa kanak-kanak
sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi pada masa dewasa dan
perpisahan dalam kehidupan setelah dewasa yang menjadi faktor
pencetus terjadinya stress.
Fakta untuk model ini pertama kali dilaporkan oleh Spitz yang
mendeskripsikan reaksi perpisahan bayi dari ibunya saat berusia 6-12
bulan. Reaksi tersebut adalah kekhawatiran, menangis, menarik diri,
gerakan psikomotor lambat, sedih dan patah hati, pingsan, kesulitan
tidur, tidak nafsu makan, kelambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Sindrom ini dikenal dengan Analytic Depression.

Keperawatan Jiwa 1 | 6

Teori ini mengungkapkan penyakit depresi terjadi jika


seseorang dipisahkan dari, atau ditinggalkan oleh orang terdekat pada
6 bulan pertama kehidupan. Proses ikatan terputus dan anak menarik
diri dari lingkungan (Bowlby, 1973).
3. Personality Organization Theory
Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaimana konsep
diri negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi
adalah memfokuskan pada variabel utama dari psikososial, yaitu harga
diri

rendah.

Konsep

diri

klien

menjadi

isu

pokok

ketika

mengekspresikan kesedihan hati, depresi, dan over kompensasi.


Gambaran harga diri yang terancam seringkali memperlihatkan
episode manik atau hipomanik. Ancaman terhadap harga diri
menimbulkan penampilan peran yang kurang baik, merasakan fungsi
kehidupan yang rendah dan hilangnya identitas.
4. Cognitive Model
Model kognitif menyatakan bahwa depresi terjadi karena
gangguan kognisi. Gangguan proses pikir membuat evaluasi diri dari
individu negatif. Individu selalu memandang dirinya tidak berdaya
dan tidak berharga. Pandangan tentang masa depan selalu pesimis dan
putus asa (Beck et al.,1979). Berdasarkan teori ini, adanya kejadian
yang merugikan merupakan akibat dari kesalahan dirinya sehingga ia
hanya fokus pada kekurangan yang dimilikinya dan hanya dapat
berpikir berpikir tentang dirinya secara negatif serta tidak mencoba
memahami kemampuan, prestasi, dan atribut-atribut yang ada pada
dirinya.
5. Learned Helplessness Model
Model ketidakberdayaan menunjukkan bahwa bukan hanya
trauma yang menyebabkan gangguan alam perasaan khususnya
depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali
terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya sehingga mengulang
respon yang adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak satu orangpun
yang dapat membantunya, dan tidak seorangpun dapat melakukan
sesuatu untuk dirinya. Keyakinan yang negatif tersebut menyebabkan

Keperawatan Jiwa 1 | 7

dia putus harapan, bersikap pasif, dan ketidakmampuan untuk


bersikap asertif pada dirinya dan orang lain.
6. Teori Belajar
Menurut Seligman (1974), penyakit depresi dipicu dari
keyakinan individu tentang kehidupannya yang kurang terkendali.
Keyakinan individu ini diperkirakan timbul dari pengalaman yang
menyebabkan kegagalan (baik persepsi maupun nyata). Setelah
banyak kegagalan, individu merasa tidak berdaya untuk berhasil,
sekuat apa pun usahanya, sehingga menyerah sebelum mencoba.
7. Behaviour Model
Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang
mengasumsikan bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya
keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi
berkaitan

dengan

lingkungan.

interaksi

Teori ini

antara

memandang

perilaku
bahwa

individu
individu

dengan
memiliki

kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya.


Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang
dikendalikan oleh lingkungan. Tetapi tidak juga bebas dari pengaruh
lingkungan dan melakukan apa saja yang mereka pilih. Antara
individu dan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna. Asumsi
pokok dari teori ini adalah kurangnya hal-hal positif dari lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan alam perasaan.
8. Teori Psikoanalisis
Menurut Klein (1948), gangguan ikatan antara ibu dan anak (motherchild bonding) pada usia dini, sangat penting dalam pembentukan
kepribadian anak pada saat mendatang. Jika seorang ibu menderita
depresi, maka peran dan fungsinya sebagai ibu akan terganggu,
sehingga mengakibatkan reaksi patologis pada anak. Pengalaman pada
awal pertama kehidupan masa kanak-kanak yang menimbulkan
trauma psikis, dapat membentuk kepribadian yang rentan untuk
mengalami depresi.
b. Manifestasi Klinis

Keperawatan Jiwa 1 | 8

Gangguan alam perasaan menimbulkan gejala-gejala yang khas. Berikut


adalah tanda dan gejala individu yang mengalami gangguan alam perasaan
(mood) :
1. Afek individu yang depresi adalah sedih, tidak berdaya, dan putus asa.
Pandangan individu suram dan pesimistis. Individu merasa sangat tidak
berharga
2. Individu berpikiran lambat dan sulit berkonsentrasi. Sangat umum muncul
ide obsesif dan pikiran negatif. Pada depresi berat (gangguan depresi
mayor atau depresi bipolar), gambaran psikosis, seperti halusinasi dan
waham, yang merefleksikan salah interpretasi terhadap lingkungan, dapat
muncul
3. Secara fisik, individu tampak lemah dan letih, sangat sedikit energi untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Individu dapat mengekspresikan
perhatian yang berlebihan terhadap fungsi tubuh, tampak mengalami
peningkatan sensitivitas terhadap sensasi somatis.
Beberapa individu mungkin cenderung makan dan minum berlebihan,
sementara individu lain mengalami anoreksia dan penurunan berat badan.
Sebagai respon terhadap perlambatan tubuh, pencernaan sering melambat,
konstipasi sring terjadi, dan retensi urin mungkin juga terjadi.
Gangguan tidur sering terjadi, baik insomnia maupun hiperinsomnia. Pada
tahapan yang tidak terlalu parah (gangguan distimia), individu cenderung
merasa paling baik pada pagi hari dan berlanjut merasa lebih buruk
sementara hari berlalu. Individu yang depresi berat mengalami
kebalikannya. Penyebab pasti fenomena ini belum diketahui secara pasti,
tetapi diperkirakan berhubungan dengan irama sirkadian hormone dan
pengaruhnya pada tubuh.
4. Pelambatan umum pada aktivitas motorik seringkali menyertai depresi
(retardasi psikomotor). Individu mengalami penurunan tingkat energi,
gerakan letargi, dan sangat sulit melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Regresi sering terjadi, ditandai dengan menarik diri dan berbaring dengan
posisi janin.
Individu dengan depresi berat dapat memanifestasikan aktivitas
motoriknya melalui gejala agitasi. Agitasi psikomotor tersebut berupa
gerakan konstan, cepat, tidak terarah, dan tidak memedulikan lingkungan.

Keperawatan Jiwa 1 | 9

5. Verbalisasi terbatas. Saat individu depresi bicara, isi pembicaraan


biasanya berupa pikiran tentang kekecewaan hidup, atau pada klien
psikosis, berupa refleksi pikiran delusional mereka
6. Partisipasi dalam kegiatan sosial tidak ada. Individu yang depresi
memiliki kecenderungan egosentris dan narsisme, fokus intens pada diri
sendiri. Hal ini membuat orang lain enggan membina hubungan dengan
individu tersebut sehingga dia merasa semakin tidak berharga dan
cenderung mengisolasi diri.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan Depresi
A.1 Pengkajian
1. Identitas
1.
2.
3.

Nama perawat, nama klien, tujuan, waktu, tempat


Usia dan no. rekam medik
Sumber daya yang diambil

2. Alasan Masuk
1.

Apa penyebab klien masuk RS saat ini.

2.

Tindakan yang dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.

3.

Bagaimana hasilnya ?

3. Faktor Predisposisi
1. Apakah klien pernah menderita gangguan jiwa di masa lalu ?
2. Bagaimana hasil pengobatan sebelumnya ?
3. Apakah klien pernah melakukan/menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan dalam keluarga dan tindakan
kriminal ?
4. Apakah ada anggota keluarga yang lalu mengalami gangguan jiwa ?
5. Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ?
4. TTV
1. TTV : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien
2. TB dan BB
Keperawatan Jiwa 1 | 10

3. Keluhan pada sistem dan fungsi organ


5. Keadaan psikososial
1. Genogram : minimal 3 generasi masalah yang terkait
2. Pengkajian
Konsep diri meliputi :
1. Citra tubuh : apersepsi klien terhadap tubuhnya ?
2. Identitas diri : status dan posisi sebelum dirawat ?
3. Peran : Kemampuan klien melakukan tugas ?
4. Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas ?
5. Harga diri : hubungan dengan orang lain
3. Hubungan sosial
1. Siapa yang terdekat dengan klien , tempat mengadu , tempat
bicara/curhat
2. Sejauh mana hubungan klien dan masyarakat.
4. Spiritual
1. Nilai dan kegiatan
2. Kegiatan ibadah
5. Status mental
a. Penampilan
1. Rapi/tidak
2. Penggunaan pakaian sesuai/tidak
3. Cara berpakaian.
b. Pembicaraan
1. Kalimat, berpindah-pindah
2. Aktivitas motorik
3. Lesu, tegang, gelisah
4. Gagap, apatis, membisu
5. Gerakan tidak terjontrol
6. Tremor
7. Kompulsif
c. Alam Perasaan
1. Sedih, putus asa, gembira berlebihan
2. Ketakutan
3. Khawatir
d. Afek
1. Datar tidak ada perubahan
2. Tumpul ( hanya bereaksi dengan cepat )
3. Labil ( emosi cepat berubah )

Keperawatan Jiwa 1 | 11

4. Tidak sesuai
5. Kontak mata kiurang, curiga
e. Persepsi
1. Halusinasi sudah jelas
2. Isi halusinasi
3. Frekuensi halusiansi
f. Proses pikir
1. Sirkumtonsial ( berbelit- belit tapi sampai tujuan)
2. Tangensial (berbelit-belit tidak sampai tujuan)
3. Kehilangan asosiasi
4. Flight of idea (pembicaraan yang meloncat-loncat)
5. Blocking (berhenti tiba-tiba)
6. Perseverasi (pengulangan)
h. Isi pikir
1. Obsesi ( pikiran yang sering muncul)
2. Fobia ( ketakutan )
3. Hipokondria ( keyakinan adanya gangguan)
4. Dipersonalisasi ( perasaan asing pada diri sendiri )
5. Pikiran magis ( keyakinan akan kemampuan hal-hal yang
mustahil)
6. Waham
7. Sedasi
8. Stupor
i. Memori
1. Orientasi waktu , tempat
2. Gangguan daya ingat
3. Konfubulasi ( Pembeciraan tidak sesuai dengan kenyataan )
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
1. Mudah dialihkan
2. Tidak mampu berkonsentrasi lagi
k. Kemampuan penilaian
1.

Penilaain ringan ( dapat mengambil keputusan )

2. Penilalain bermakna ( tidak mampu mengambil keputusan )


6. Kebutuhan persiapan pulang : Makan
Frekuensi, jumlah, variasi, macam
a. BAK dan BAB

Keperawatan Jiwa 1 | 12

b. Mandi
Frekuensi, cara mandi, dll.
a. Berpakaian
b. Istirahat
c. Penggunaan obat dan pemeliharaan kesehatan
d. Aktivitas di luar rumah
e. Aktivitas di dalam rumah
7. Mekanisme koping
8. Masalah psikososial dan lingkungan
9. Pengetahuan
A.2 Analisa Data
No.
1.

Data

Etiologi

Masalah
Keperawatan

DS: klien menyatakan putus


asa & tidak berdaya, tidak
bahagia, tidak ada harapan.

Stressor

Koping maladaptif

Emosional yang
berkepanjangan
Koping maladaptif

DO: klien tampak sedih,


mudah marah, gelisah.
2.

DS: klien tidak mampu


mengemukakan pendapat,
malas bicara, merasa dirinya
tidak berguna lagi, tidak
berarti, merasa putus asa,
tidak ada tujuan hidup dan
cenderung bunuh diri.

Emosional yang
berkepanjangan

Gangguan alam
perasaan depresi

Koping maladaptive
Gangguan alam
perasaan: depresi

DO: ekspresi wajah klien


murung,
jalan
lambat,
langkah kaki diseret, tampak
malas, lemah, mudah putus
asa, sering menangis, sukar
tidur, mudah tersinggung,
dan tidak suka diganggu.

Keperawatan Jiwa 1 | 13

3.

DS:
klien
mengatakan
marah dan jengkel kepada
dirinya
sendiri,
ingin
membunuh,
ingin
membakar dan mengacak
acak yang ada di sekitarnya.

Koping maladaptive
Gangguan alam
perasaan: depresi

Resiko tinggi
mencederai diri

Resiko tinggi
mencederai diri

DO:
klien
mengamuk,
merusak dan melempar
barang barang, melakukan
tindakan kekerasan pada
dirinya sendiri.
A.3 Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai diri
Gangguan alam perasaan : depresi
Koping maladaptif
A.4 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi mencederai diri berhubungan dengan gangguan alam
perasaan : depresi
2. Gangguan alam perasaan : depresi dengan koping maladaptif
A.5 Rencana Intervensi
No
1.

Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Risiko menciderai TUM :
diri berhubungan Klien tidak
dengan depresi
menciderai
diri sendiri
TUK (1) :
Dapat
membina
hubungan

Kriteria
Hasil

Intervensi

Rasional

Klien
1. Bina hubungan
menunjukka saling percaya
Hubungan saling
n
tanda- a. Sapa
klien percaya
sebagai
tanda
dengan ramah, dasar interaksi yang
Keperawatan Jiwa 1 | 14

saling percaya

percaya
kepada
perawat
b.
c.

d.

e.
f.
TUK (2) :
Klien
terlindung dari
perilaku
menciderai
diri

Klien
menunjukka
n tidak ada
tanda-tanda
untuk
menciderai
diri dengan
tanda
:
tenang

Klien dapat Klien


menggunakan minum obat

ucapkan dengan terapeutik


sopan, ciptakan
suasana tenang
dan santai.
Terima klien
apa adanya
Pertahankan
kontak
mata
saat
berhubungan
Tunjukkan
sikap
empati
dan
penuh
perhatian pada
klien
Jujur
dan
menepati janji
Perhatikan
kebutuhan klien

1. Pantau dengan
seksama risiko
bunuh
diri/melukai
diri
2. Jauhkan dan
simpan alatalat
yang
digunakan oleh
pasien untuk
menciderai
dirinya
di
tempat yang
aman
dan
terkunci.
Jauhkan alatalat
yang
membahayaka
n pasien
3. Awasi
dan
tempatkan
pasien di ruang
yang mudah
dipantau oleh
petugas
4. Diskusikan
tentang obat

1.Memantau secara
seksama
dapat
mengetahui lebih
dini tanda-tanda
ingin menciderai
diri
2. Dapat
menghindari
keinginan
pasien
untuk
melukai diri.

3. Mempermudah
perawat
mengawasi
pasien
4. Minum
secara

Keperawatan Jiwa 1 | 15

obat
benar

obat dengan secara benar


benar
dan dan tepat
tepat

2.

Gangguan
alam
perasaan : depresi
berhubungan
dengan
koping
individu maladaptif

(nama, dosis,
frekuensi, efek
samping
minum obat).
Bantu
menggunakan
obat dengan
prinsip 5 benar
(benar pasien,
obat,
dosis,
cara
dan
waktu).
Anjurkan
membicarakan
efek samping
yang
dihasilkan. Beri
reinforcement
(+)
bila
menggunakan
obat dengan
benar

dapat
membantu
penyembuhan
pasien

TUM :
Klien tidak
terjadi
gangguan
alam
perasaan
:
depresi
TUK (2) :
Klien dapat
menggunakan
koping
adaptif.

Klien
mampu
menggunak
an koping
adaptif yang
baik.

Tanyakan kepada
klien
tentang
perasaan saat ini
a. Beri dorongan
untuk
mengungkapkan
perasaannya dan
mengatakan
bahwa perawat
memahami apa
yang dirasakan
b. Tanyakan
kepada
pasien
cara yang bisa
dilakukan
mengatasi

Memberikan hal-hal
yang adaptif yang
dapat
digunakan
oleh klien bila ada
masalah

Keperawatan Jiwa 1 | 16

perasaan sedih/
menyakitkan
c. Diskusikan
dengan
pasien
manfaat
dari
koping
yang
biasa digunakan
d.Bersama
klien
mencari berbagai
alternatif koping
e. Beri dorongan
kepada
pasien
untuk memilih
koping
yang
paling tepat dan
dapat diterima
f. Beri dorongan
kepada
pasien
untuk mencoba
koping yang telah
dipilih
g.
Anjurkan
pasien
untuk
mencoba
alternatif
lain
dalam
menyelesaikan
masalah
B. Asuhan Keperawatan Mania
B.1 Pengkajian
1. Identitas
1. Nama perawat, nama klien, tujuan, waktu, tempat
2. Usia dan no. rekam medic
3. Sumber daya yang diambil
2. Alasan Masuk
1.

Apa penyebab klien masuk RS saat ini.

2.

Tindakan yang dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah


ini.

3.

Bagaimana hasilnya ?

3. Faktor Predisposisi
1. Apakah klien pernah menderita gangguan jiwa di masa lalu ?

Keperawatan Jiwa 1 | 17

2. Bagaimana hasil pengobatan sebelumnya ?


3. Apakah klien pernah melakukan/menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan dalam keluarga dan tindakan
kriminal ?
4. Apakah ada anggota keluarga yang lalu mengalami gangguan jiwa ?
5. Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ?
4. TTV
1. TTV : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien
2. TB dan BB
3. Keluhan pada sistem dan fungsi organ
5. Keadaan psikososial
1. Genogram : minimal 3 generasi masalah yang terkait
2. Pengkajian
Konsep diri meliputi :
1. Citra tubuh : apersepsi klien terhadap tubuhnya ?
2. Identitas diri : status dan posisi sebelum dirawat ?
3. Peran : Kemampuan klien melakukan tugas ?
4. Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas ?
5. Harga diri : hubungan dengan orang lain
3. Hubungan sosial
1. Siapa yang terdekat dengan klien , tempat mengadu , tempat
bicara/curhat
2. Sejauh mana hubungan klien dan masyarakat.
4. Spiritual
1. Nilai dan kegiatan
2. Kegiatan ibadah
5. Status mental
a. Penampilan
1. Rapi/tidak
2. Penggunaan pakaian sesuai/tidak
3. Cara berpakaian.
b. Pembicaraan
1. Kalimat, berpindah-pindah
2. Aktivitas motoric
3. Lesu, tegang, gelisah
4. Gagap, apatis, membisu
5. Gerakan tidak terjontrol
6. Tremor
Keperawatan Jiwa 1 | 18

7. Kompulsif
c. Alam Perasaan
1. Sedih, putus asa, gembira berlebihan
2. Ketakutan
3. Khawatir
d. Afek
1. Datar tidak ada perubahan
2. Tumpul ( hanya bereaksi dengan cepat )
3. Labil ( emosi cepat berubah )
4. Tidak sesuai
5. Kontak mata kiurang, curiga
e. Persepsi
1. Halusinasi sudah jelas
2. Isi halusinasi
3. Frekuensi halusiansi
f. Proses pikir
1. Sirkumtonsial ( berbelit- belit tapi sampai tujuan)
2. Tangensial (berbelit-belit tidak sampai tujuan)
3. Kehilangan asosiasi
4. Flight of idea (pembicaraan yang meloncat-loncat)
5. Blocking (berhenti tiba-tiba)
6. Perseverasi (pengulangan)
g. Isi pikir
1. Obsesi ( pikiran yang sering muncul)
2. Fobia ( ketakutan )
3. Hipokondria ( keyakinan adanya gangguan)
4. Dipersonalisasi ( perasaan asing pada diri sendiri )
5. Pikiran magis ( keyakinan akan kemampuan hal-hal yang
mustahil)
h. Waham
1. Sedasi
2. Stupor
i. Memori
1. Orientasi waktu , tempat
2. Gangguan daya ingat
3. Konfubulasi ( Pembeciraan tidak sesuai dengan kenyataan )
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
1.
Mudah dialihkan
2.
Tidak mampu berkonsentrasi lagi
k. Kemampuan penilaian
1.

Penilaain ringan ( dapat mengambil keputusan )

2.

Penilalain

bermakna

tidak

mampu

mengambil

keputusan )
l. Kebutuhan persiapan pulang : Makan
Keperawatan Jiwa 1 | 19

Frekuensi, jumlah, variasi, macam


a. BAK dan BAB
b. Mandi
Frekuensi, cara mandi, dll.
a. Berpakaian
b. Istirahat
c. Penggunaan obat dan pemeliharaan kesehatan
d. Aktivitas di luar rumah
e. Aktivitas di dalam rumah
7. Mekanisme koping
8. Masalah psikososial dan lingkungan
9. Pengetahuan
B.2 Analisa Data
No.
1.

Data

Etiologi

No.

DS:
klien
menyatakan
semangatnya berkobar, tidak
senang jika diam, ingin
selalu melakukan apapun.

Stressor

Koping maladaptif

Emosional yang
berkepanjangan
Koping maladaptif

DO: klien tampak agresif,


mudah marah, gelisah.
2.

DS: pasien mengatakan


perasaannya tidak tenang
dan penuh energy.

DO:
kegiatan
motorik
meningkat, ekspresi wajah
tidak tenang, jalan cepat,
langkah kaki cepat, tampak
gelisah, agresif, mudah
putus asa, sering menangis,
sukar
tidur,
mudah
tersinggung, dan tidak suka
diganggu,
tertawa

Emosional yang
berkepanjangan

Gangguan alam
perasaan mania

Koping maladaptive
Gangguan alam
perasaan: depresi

Keperawatan Jiwa 1 | 20

berlebihan.

3.

DS:
klien
mengatakan
marah dan jengkel kepada
dirinya
sendiri,
ingin
membunuh,
ingin
membakar dan mengacak
acak yang ada di sekitarnya.

Koping maladaptive
Gangguan alam
perasaan: depresi

Resiko tinggi
mencederai diri

Resiko tinggi
mencederai diri

DO:
klien
mengamuk,
merusak dan melempar
barang barang, melakukan
tindakan kekerasan pada
dirinya sendiri.
B.3 Pohon Masalah
Resiko
gangguan
nutrisi
Gangguan
pola
tidur /
istirahat

Gangguan
komunikasi
verbal

Resiko mencederai
diri, orang lain,
lingkungan

Gangguan alam perasaan: mania

Defisit
perawatan
diri

Koping maladaptif

B.4 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi mencederai diri berhubungan dengan gangguan alam
perasaan : mania
2. Gangguan alam perasaan : mania dengan koping maladaptif

Keperawatan Jiwa 1 | 21

B.5 Rencana Intervensi


No
1.

Diagnosa
Keperawatan
Risiko
menciderai diri
berhubungan
dengan mania

Tujuan
TUM :
Klien
tidak
menciderai diri
sendiri
TUK (1) :
Dapat
membina
hubungan
saling percaya

Kriteria Hasil

Klien
menunjukkan
tanda-tanda
percaya
kepada
perawat

Klien
TUK (2) :
menunjukkan
Klien
tidak
ada
terlindung dari tanda-tanda
perilaku
untuk
menciderai diri menciderai diri
dengan tanda :
tenang

Intervensi

1. Bina hubungan
saling percaya
a. Sapa
klien
dengan ramah,
ucapkan dengan
sopan, ciptakan
suasana tenang
dan santai.
b. Terima klien
apa adanya
c. Pertahankan
kontak
mata
saat
berhubungan
d. Tunjukkan
sikap
empati
dan
penuh
perhatian pada
klien
e. Jujur
dan
menepati janji
f. Perhatikan
kebutuhan klien
7. Pantau dengan
seksama risiko
bunuh
diri/melukai
diri
8. Jauhkan dan
simpan alatalat
yang
digunakan oleh
pasien untuk
menciderai
dirinya
di
tempat yang
aman
dan
terkunci.
Jauhkan alat-

Rasional

Hubungan saling
percaya
sebagai
dasar interaksi yang
terapeutik

5.Memantau secara
seksama
dapat
mengetahui lebih
dini tanda-tanda
ingin menciderai
diri
6. Dapat
menghindari
keinginan
pasien
untuk
melukai diri.

Keperawatan Jiwa 1 | 22

Klien minum
Klien
dapat obat
secara
menggunakan benar dan tepat
obat dengan
benar dan tepat

2.

Gangguan alam
perasaan : mania
berhubungan
dengan koping
individu
maladaptif

alat
yang
membahayaka
n pasien
9. Awasi
dan
tempatkan
pasien di ruang
yang mudah
dipantau oleh
petugas
10. Diskusikan
tentang obat
(nama, dosis,
frekuensi, efek
samping
minum obat).
Bantu
menggunakan
obat dengan
prinsip 5 benar
(benar pasien,
obat,
dosis,
cara
dan
waktu).
Anjurkan
membicarakan
efek samping
yang
dihasilkan. Beri
reinforcement
(+)
bila
menggunakan
obat dengan
benar

7. Mempermudah
perawat
mengawasi
pasien
8. Minum
obat
secara
benar
dapat
membantu
penyembuhan
pasien

TUM :
Klien
tidak
terjadi
gangguan alam
perasaan
:
mania
TUK (2) :
Klien
dapat
menggunakan Klien mampu
koping adaptif. menggunakan
koping adaptif
yang baik.

Tanyakan kepada
klien
tentang
perasaan saat ini
a. Beri dorongan
untuk

Memberikan hal-hal
yang adaptif yang
dapat
digunakan
oleh klien bila ada
masalah

Keperawatan Jiwa 1 | 23

mengungkapkan
perasaannya dan
mengatakan
bahwa perawat
memahami apa
yang dirasakan
b. Tanyakan
kepada
pasien
cara yang bisa
dilakukan
mengatasi
perasaan sedih/
menyakitkan
c. Diskusikan
dengan
pasien
manfaat
dari
koping
yang
biasa digunakan
d.Bersama
klien
mencari berbagai
alternatif koping
e. Beri dorongan
kepada
pasien
untuk memilih
koping
yang
paling tepat dan
dapat diterima
f. Beri dorongan
kepada
pasien
untuk mencoba
koping yang telah
dipilih
g.
Anjurkan
pasien
untuk
mencoba
alternatif
lain
dalam
menyelesaikan
masalah

BAB IV
Keperawatan Jiwa 1 | 24

PENUTUP
8.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Townsend, Mary. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri. Jakarta :
EGC.
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.
Copel, Linda.(2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta : EGC.
Yoedhas. (2010). Keperawatan Jiwa.
http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasiendengan-mania.html diakses tanggal 12 Mei 2011. Pukul : 20.00 WIB.

Keperawatan Jiwa 1 | 25

You might also like