Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia terlahir sebagai mahluk sosial yang secara kodrat akan selalu
membutuhkan orang lain sehingga terjalinlah suatu hubungan interpersonal
yang positif. Semua itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
kepuasan hidup. Dalam melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain,
tidak dapat dipungkiri bahwa orang lain yang tengah berinteraksi dengan kita
dapat dikatakan sebagai individu yang sehat dalam arti tidak mempunyai suatu
gangguan. Namun, kerap kali kita tidak menyadari, bahwa diantara orangorang tersebut sebenarnya ada juga yang menderita suatu gangguan dalam
jiwanya, diantaranya gangguan hubungan sosial. Ironisnya gangguan
hubungan sosial sering terabaikan sehingga terlambat untuk mendapatkan
perawatan kesehatan atau bahkan dibiarkan saja sehingga membuat gangguan
jiwa tersebut semakin menjadi parah. Akibatnya, akan semakin banyak orang
yang dikirim ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pengobatan dan
perawatan.
Insiden mengenai penderita gangguan hubungan sosial dapat dengan
mudah diketahui dari banyak sumber. Saat ini, di Indonesia penderita
gangguan jiwa dalam hal ini gangguan hubungan sosial yaitu sekitar 15%
sampai 20% di kalangan anak-anak dan remaja. Berdasarkan hasil pencatatan
jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di BPRS Dadi Makassar
pada bulan Januari sampai Maret 2009 sebanyak 2294 orang, halusinasi 1162
orang (50.65 %), menarik diri 462 orang (20.13 %), waham 130 orang (5.66
%). Berdasarkan data tersebut dinyatakan bahwa isolasi sosial mengalami
peningkatan tiap tahunnya dan menempati urutan kedua masalah kesehatan
jiwa setelah halusinasi. Namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya
kurang dari 20%. Untuk insiden di luar negeri khususnya wilayah Amerika
ditemukan sebanyak 4 juta orang lansia yang mengalami gangguan hubungan
sosial. Menurut data dari Konas II, 2005 bahwa gangguan jiwa menarik diri
berada di urutan ke 7 dari 10 diagnosis keperawatan terbanyak di RSJ. Saat
ini jumlahnya pun semakin meningkat dikarenakan tidak adanya penanganan
kedepan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan menarik diri?
2. Apa sajakah faktor predisposisi dari menarik diri?
3. Apa sajakah faktor presipitasi dari menarik diri?
4. Bagaimanakah tanda dan gejala dari menarik diri?
5. Bagaimana proses terjadinya menarik diri?
6. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk menarik diri?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan hubungan sosial, menarik diri.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari menarik diri.
2
2.
3.
4.
5.
6.
1.4 Manfaat
1. Memahami pengertian dari menarik diri.
2. Memahami faktor predisposisi dari menarik diri.
3. Memahami faktor presipitasi dari menarik diri.
4. Memahami tanda dan gejala dari menarik diri.
5. Memahami proses terjadinya menarik diri.
6. Memahami asuhan keperawatan untuk menarik diri.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Menurut Townsend, M.C (1998) Menarik diri merupakan suatu keadaan
dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain.
Sedangkan menurut Dekes RI (1989) Penarikan diri atau withdrawal
merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara
atau menetap.
Jadi menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain
secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Perilaku yang teramati pada respon social maladaptive mewakili upaya
individu untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan rasa kesepian,
rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah, dan merasa tidak aman. Seringkali
respon yang terjadi meliputi manipulasi, narkisisme, dan impulsive. Berikut
ini gambar yang akan menyajikan ringkasan prilaku yang berhubungan dengan
respon tersubut.
Gambar :
Rentang Respon Sosial
Respon adaptif
Solitut
Otonomi
Kebersamaan
Saling ketergantungan
Respon maladaptif
Kesepian
Menarik diri
Ketergantungan
Manipulasi
Impulsif
Narkisisme
akan
menyebabkan
menurunnya
diri,
sukar
menetapkan
penyakitnya.
melakukan
2011
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial
: Nn. E
(P)
Umur
: 25 thn
: 12034250
Informan : Keluarga
II. ALASAN MASUK
Nn. E menyendiri di kamarnya selama dua minggu, tidak mau makan,
berbicara, dan mandi.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
2. Pengobatan sebelumnya
3.
Kurang
berhasil
Korban/Usia Saksi/Usia
Berhasil
Pelaku/Usia
Ya
Tidak
Tidak
berhasil
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
20th
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3
:
Nn. E pernah di rawat di RSJ dan pengobatan sebelumnya berhasil. Akan
tetapi muncul sebuah pemicu yang membuat Nn. E sering menyendiri lagi.
Bpk. A tidak terlalu perduli dg keadaan Nn. E. Bpk. A selalu mementingkan
kakak laki-lakinya yang akan menikah.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial: Menarik diri
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:
Ya
Tidak
Hubungan keluarga
Gejala
Riwayat
pengobatan/perawatan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Pada bulan April 2010, klien pernah ditinggal menikah oleh kekasihnya dan
ibunya meninggal dikarenakan kecelakaan. Setelah dirawat di RSJ, klien
membaik dan sembuh dibawa pulang. Akan tetapi saat di rumah, bapak Nn. E
lebih sering memperhatikan kakaknya dari pada Nn. E.
Masalah Keperawatan : HDR karena penolakan-penolakan yang terjadi.
IV. FISIK
1. Tanda vital
P : 20
x/menit
2. Ukur
: TB : 160 cm BB : 45 kg
3. Keluhan fisik :
Ya
Tidak
Jelaskan
:
9
2
5
Jelaskan
:
Klien adalah anak perempuan kedua dalam keluarganya. Klien sangat dekat
dengan ibunya, tetapi ibunya sudah meninggal. Klien sekarang tinggal dengan
ayah dan saudara laki-lakinya. Setelah ibunya meninggal, klien kurang
diperhatikan oleh ayahnya. Ayahnya lebih mengutamakan kepentingan kakak
laki-lakinya.
Sehingga hubungan klien dengan ayahnya kurang harmonis.
Masalah Keperawatan
: Isolasi sosial: Menarik diri
2. Konsep diri
a Gambaran diri
: Tidak ada masalah
b. Identitas
: Kurang puas terhadap dirinya sendiri
c. Peran
:
Terjadi perubahan peran sebagai anak dalam sebuah keluarga, karena
ditinggal pacarnya menikah, ibunya meninggal, serta kurangnya perhatian
dalam keluarga (dari ayah dan kakak laki-lakinya)
d. Ideal diri
:
Klien berharap keluarganya harmonis dan ayahnya dapat membagi
perhatiannya kepada kakak dan diri klien.
e. Harga diri
: Rasa bersalah yang terus dirasakan klien.
Masalah Keperawatan
: Isolasi sosial: Menarik diri
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
: Ibu
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Tidak ada
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain :
Klien bersikap tertutup setelah mengalami berbagai masalah yang bertubitubi.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial: Menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Menurut masyarakat, orang dengan gangguan jiwa sebaiknya dijauhi. Karena
bisa berdampak negatif.
b. Kegiatan ibadah
: Tidak menjalankan kegiatan ibadah selama sakit
Masalah Keperawatan
: Tidak ada masalah keperawatan
VI. STATUS MENTAL
10
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian
Cara berpakaian tidak
tidak
sesuai
seperti biasanya
Jelaskan
: Rambut acak-acakan, kotor, bau, serta pakaian lusuh
Masalah Keperawatan : Defisit keperawatan diri
2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Inkoheren
Apatis
Lambat
Membisu
Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan :
Klien malas untuk berbicara (tertutup, sulit untuk berkomunikasi). Klien hanya
berbicara apabila ditanya dan memjawab dengan jawaban singkat (ya/tidak).
Masalah Keperawan : Isolasi sosial: Menarik diri
3. Aktivitas Motorik:
Lesu
Tegang
Gelisah
Agitasi
Tik
Grimasen
Tremor
Kompulsif
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik diri
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Jelaskan : Klien hanya bereaksi jika ditanya
Masalah Keperawatan
: Isolasi sosial: Menarik diri
6. lnteraksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Mudah tersinggung
Kontak mata (-)
Defensif
Curiga
Jelaskan : Klien sering menundukkan kepala saat berkomunikasi
pembicaraan/persevarasi
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
Obsesi
Fobia
Hipokondria
Depersonalisasi
Ide yang terkait
Pikiran magis
11
Waham
Agama
Nihilistic
Somatik
Sisip pikir
Kebesaran
Siar pikir
Curiga
Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
bingung
sedasi
stupor
Disorientasi
waktu
tempat
orang
Jelaskan : Klien nampak kacau
Masalah Keperawatan : Resiko persepsi sensori: Halusinasi
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka
Gangguan daya ingat jangka
panjang
pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
mudah beralih
tidak mampu konsentrasi
Tidak mampu
berhitung
sederhana
Jelaskan : Klien masih nampak bingung
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: HDR
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan
: Klien dapat menentukan pilihan dengan bantuan perawat
dirinya
Jelaskan : Klien merasa diacuhkan oleh semua orang
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: HDR
Bantuan minimal
Bantual total
Jelaskan
:
keluarga
menyiapkan
apa
saja
yang
diperlukan, dan mengingatkan
klien.
3. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
Bantual total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 12.30 s/d 14.30
12
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan
Ya
Tidak
Perawatan pendukung
Ya
Tidak
Mempersiapkan makanan
Ya
Tidak
Menjaga kerapihan rumah
Ya
Tidak
Mencuci pakaian
Ya
Tidak
Pengaturan keuangan
Ya
Tidak
Belanja
Ya
Tidak
Transportasi
Ya
Tidak
Lain-lain
Ya
Tidak
Maladaptif
Minum alkohol
Reaksi lambat/berlebih
Bekerja berlebihan
Menghindar
Mencederai diri
Lainnya : Murung dan mengurung
dirinya
di dalam kamar
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik diri
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik tidak ada masalah
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik tidak ada masalah
Masalah dengan pendidikan, spesifik tidak ada masalah
Masalah dengan pekerjaan, spesifik tidak ada masalah
Masalah dengan perumahan, spesifik tidak ada masalah
Masalah ekonomi, spesifik tidak ada masalah
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik tidak ada masalah
Masalah keluarga, spesifik ibu klien meninggal, perhatian ayah yang selalu
13
System pendukung
Penyakit fisik
Koping
Obat-obatan
Lainnya
Masalah Keperawatan :
Perhatian kepada klien kurang, ketidakmampuan keluarga merawat klien di
rumah an ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
14
2.6.3
No.
1.
DS:
a.
Analisis
Data
Etiologi
Klien mendengar bunyi/suara
2.
mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
DS:
a. Sukar didapat jika klien menolak komunikasi.
b. Terkadang hanya berupa jawaban singkat ya atau
tidak.
DO:
Klien terlihat apatis, ekspresi sedih, afek tumpul,
3.
apa-apa,
bodoh,
mengkritik
diri
sendiri,
Masalah Keperawatan
Resiko perubahan sensori persepsi:
Halusinasi pendengaran
HDR
15
mengakhiri hidup.
DS:
Klien menggaruk-garuk, klien merasa gatal-gatal, dan
tidak nyaman.
DO:
Bau, baju lusuh, rambut tidak terawat, dan kotor.
16
Kurangnya motivasi
dalam perawatan diri
Resiko perubahan
persepsi sensori:
Halusinasi
pendengaran
Isolasi sosial:
Menarik diri
17
2.6.6 Intervensi
Tgl
No
Dx
1.
Perencanaan
Dx Keperawatan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
kali :
1. Klien menunjukkan tanda-tanda
halusinasi
Tujuan
sosial, halusinasi
TUK:
menarik diri.
1. Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya
e.
perasaan
1Bersedia
mengungkapkan masalahnya
f.
Bersedia mengungkapkan
masalahnya
2. Klien mampu
menyebutkan
penyebab
menarik diri
a.
b.
c.
Diri sendiri
Orang lain
Lingkungan
klien di rumah/di RS
c. Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan
klien di rumah/di RS
e. Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut
f. Upaya yang harus dilakukan agar
dekat dengan orang lain
2.2 Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan penyebab menarik
diri atau tidak mau bergaul
2.3 Beri pujian terhadap kemampuan
3. Klien mampu
menyebutkan
menyebutkan keuntungan
keuntungan
berhubungan
misalnya:
a.
Banyak teman
b.
Tidak kesepian
c.
Bisa diskusi
d.
Saling menolong,
dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang
lain dan
kerugian tidak
19
berhubungan
dengan orang
lain
4. Klien dapat
melaksanakan
hubungan
social secara
bertahap
20
mengungkapan
mengungkapkan perasaanya
perasaanya
setelah
lain untuk:
a. Diri sendiri
b. Orang lain
c. Lingkungan
berhubungan
dengan orang
lain
6. Klien dapat
dukungan
keluarga dalam
memperluas
6. Keluarga dapat:
a. menjelaskan cara merawat
klien menarik diri
b. mengungkapkan rasa puas
dalam merawat klien
hubungan
dengan orang
lain dan
lingkungan
keluarga.
6.4. Motivasi keluarga agar membantu
klien untuk bersosialisasi.
6.5. Beri pujian kepada keluarga atas
21
Isolasi
sosial,
harga
rendah.
diri
TUM:
Klien dapat
berhubungan
dengan orang lain
secara optimal
TUK:
1. Klien dapat
mengidentifikas
1. Klien mengidentifikasi
yang dimiliki
a. Kemampuan yang dimiliki
klien
b. Aspek positif keluarga
c. Aspek positif lingkungan
yang dimiliki klien
i kemampuan
dan aspek
realistis
positif yang
dimiliki
2. Klien dapat
menilai
kemampuan
yang dimiliki
dilanjutkan pelaksanaannya
untuk
22
dilaksanakan
3. Klien dapat
(menetapkakan)
merencanakan
sesuai kemampuang.
a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan bantuan
kegiatan sesuai
dengan
sebagian
c. Kegiatan yang membutuhkan
kemampuan
yang dimiliki
bantuan total.
3.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien.
3.3 Beri contoh cara pelaksanaan
4. Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kemampuannya
memanfaatkan
kondisi dan
5. Klien dapat
sistem
23
pendukung yang
ada
3.
Devisit perawatan
diri b.d kurangnya
motivasi dalam
perawatan diri.
TUM:
Klien
melakukan
perawatan diri
TUK:
1. Klien
mengetahui
pentingnya
menyebutkan:
a. Penyebab tidak merawat diri
b. Manfaat menjaga pwtan diri
c. Tanda-tanda bersih dan rapi
d. Gangguan yang dialami jika
perawatan diri tidak
diperhatikan
mengetahui cara-
cara melakukan
perawatan diri:
a. Frekuensi mandi
b. Frekuensi gosok gigi
c. Frekuensi keramas
d. Frekuensi ganti pakaian
e. Frekuensi berhias
f. Frekuensi gunting kuku
Dalam 3 kali interaksi klien
perawatan diri
perawatan diri
2. Klien
lingkungan di rumah.
1. Diskusikan dengan klien:
a. Penyebab klien tidak merawat diri
b. Manfaat menjaga perawatan diri
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3. Klien dapat
perawatan diri:
Cara mandi
Cara gosok gigi
Cara Keramas
Cara Berpakaian
Cara berhias
Cara gunting kuku
melaksanakan
perawatan diri
dengan bantuan
perawat
4. Klien dapat
melaksanakan
perawatan diri
secara mandiri
b. Gosok gigi
c. Keramas
d. Berpakaian
e. Berhias
f. Gunting kuku
2.3 Berikan pujian untuk setiap respon
klien yang positif
3.1 Bantu klien saat perawatan diri.
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Keramas
d. Ganti pakaian
e. Berhias
f. Gunting kuku
3.2 Beri pujian setelah klien selesai
melaksanakan perawatan diri
4.1 Pantau klien dalam melaksanakan
perawatan diri:
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Keramas
d. Ganti pakaian
e. Berhias
f. Gunting kuku
4.2 Beri pujian saat klien melaksanakan
perawatan diri secara mandiri.
25
5. Klien
panjang
5.1 Dalam 3 kali interaksi keluarga
mendapatkan
dukungan keluarga
untuk
meningkatkan
perawatan diri
perawatan dirinya
5.2 Dalam 3 kali interaksi keluarga
menyiapkan sarana perawatan diri
klien: sabun mandi, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, handuk,
pakaian bersih, sandal, dan alat
berhias
5.3 Keluarga mempraktekan
perawatan diri pada klien
26
27
2.6.7 Implementasi
Dalam melaksanakan intervensi yang telah dibuat maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
tanda-tanda
percaya
kepada/terhadap
perawat.
b. Klien dapat menyebutkan satu penyebab menarik diri.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
d. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
e. Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan
dengan orang lain.
f. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien menarik diri
mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.
2. Evaluasi DP 2
a. Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b. Klien menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.
c. Klien membuat rencana kegiatan harian.
d. Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya.
e. Klien memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.
3. Evaluasi DP 3
28
29
BAB 3
CONTOH KASUS
Klien Nn. E, 25 Tahun, anak bungsu dari 2 bersaudara, dari keluarga
Bapak A dan Ibu B, bertempat tinggal di Surabaya. Nn. E merupakan sosok yang
ramah dan mudah bergaul. Setahun yang lalu, Ibu B meninggal karena
kecelakaan. Tidak lama kemudian, Nn. E ditinggal menikah oleh kekasihnya.
Sejak saat itu, Nn. E sering menangis, melamun, dan mengurung diri di kamar.
Puncaknya Nn. E mengunci diri di kamarnya selama dua hari berturut-turut.
Sehingga keluarga membuka paksa pintu kamar Nn. E pada tanggal 30 April 2010
dan menemukan klien dalam kondisi yang buruk: rambut acak-acakan, kumal,
bau, dan badan amat kurus. Akhirnya keluarga memasukkan Nn. E ke RSJ pada
tanggal 7 Mei 2010. Setelah Nn. E dirawat di RSJ selama tiga bulan, keadaannya
membaik dan dibolehkan pulang. Setelah empat bulan, Nn.R tidak menunjukkan
adanya kekambuhan sehingga keluarga memutuskan untuk menghentikan
pengobatan dan tidak melakukan kontrol lagi. Namun, pada tanggal 30 Desember
2010 Nn. E mulai murung dan suka mengurung diri di kamar karena ada masalah
di keluarganya, yaitu Bapak A selalu mementingkan kakaknya laki-laki yang akan
menikah. Dan Bapak A tidak terlalu peduli dengan keadaan Nn. E sehingga pada
tanggal 15 Januari 2011 keluarga baru memasukkan Nn. E ke RSJ. Dari hasil
diagnosa medis, diketahui Nn. E menderita sindrom depresi situasional. Dari hasil
observasi pada hari itu juga, didapat data tentang klien, yaitu rambut acak-acakan,
kotor dan bau, wajah murung, dan tatapan mata kosong. Klien mengatakan malas
mandi. Gaya bicara klien hati-hati, bicara apabila ditanya, jawaban singkat. Klien
sering duduk sendiri dan banyak tidur.
30
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Identitas
Tidak ada hal yang khas dari pengkajian mengenai identitas klien dengan
gangguan hubungan sosial.
4.2 Faktor Predisposisi
Sebelumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu karena
kepergian ibunya dan ditinggal menikah oleh kekasihnya. Dua faktor tersebut
merupakan salah satu faktor predisposisi yang mendorong klien untuk
menarik diri sehingga klien mengalami gangguan hubungan sosial. Setelah
mendapat pengobatan klien sempat menghentikan pengobatan tersebut karena
dianggap sudah sembuh. Namun kemudian timbul masalah dalam keluarga,
Bapak A terlalu sibuk dan mementingkan kakak Nn. E.Hal tersebut kemudian
menjadi faktor predisposisi bagi klien untuk menarik diri lagi.
4.3 Psikosiosial
Pada dasarnya klien dapat dikategorikan sebagai orang yang memiliki tipe
kepribadian ramah dan gampang bergaul. Akan tetapi kenyataannya pasien
menderita gangguan hubungan sosial yaitu menarik diri. Setelah dikaji lebih
dalam dari keluarga klien, klien memang orang yang ramah, periang, dan
mudah bergaul, namun klien suka memendam perasaannya jika mendapat
masalah yang cukup berat dan menutupinya dengan gayanya yang riang.
Kematian ibu klien dan putusnya klien dari kekasihnya merupakan cobaan
yang sangat berat bagi klien, sehingga klien tidak sanggup menanggungnya
lagi. Terlebih lagi klien memendam semua perasaan sedihnya sendiri da mulai
menyalahkan diri sendiri. Lama-kelamaan klien menarik diri dari pergaulan
sekitarnya dan mengalami gangguan hubungan sosial. Orang yang paling
dekat dengan klien adalah Bpk A yang merupakan ayah klien. Namun justru
klien diacuhkan oleh sang ayah ketika Bpk A yang selalu lebih
memperhatikan anak tertuanya. Klien merasa tertekan tapi tidak ada tempat
untuk mencurahkan isi hati klien sehingga klien memendam semua
perasaanya sendiri dan mengurung diri.
4.4 Status Mental
31
32
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain
secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Faktor predisposisi dibagi menjadi faktor perkembangan, faktor biologis,
dan faktor sosial budaya. Sedangkan faktor presipitasi dibagi menjadi stressor
sosial budaya dan stressor psikologis.
33
Daftar Pustaka
Sutrisno (2008). Menarik Diri. Diakses 6 Mei 2011, dari web site
http://trisnoners.blogspot.com/2008/02/pojok-jiwa.html
Khaidir muhaj (2009). Askep Menarik Diri. Diakses 6 Mei 2011, dari Tempat
Asuhan Keperawatan dan Materi Kuliah Keperawatan, web site
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/05/askep-menarik-diri.html
FIK UNPAD (2008). Gangguan Hubungan Sosial. Diakses 8 Mei 2011, dari web
site
http://sehatjiwa-6.blogspot.com/2008/04/gangguan-hubungan-
sosial.html
Mahnum Lailan Nasution (2004). Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran. Diakses 9 Mei 2011, dari Digitized by USU digital library,
web
site
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3582/1/keperawatanmahnum2.pdf
34