You are on page 1of 9

TINJAUAN PUSTAKA

M O R BI LI
Pendahuluan
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh
virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromals
ampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.
Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet. Angka kejadian campak di
indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi sekitar 3000-4000 per tahun
demikian juga frekuensi terjadinya kejadian luar tampak meningkat dari 23 kali
pertahun menjadi 174. namun case fatality rate telah dapat diturunkan dari 5.5%
menjadi 1.2%. umur terbanyak menderita campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok
umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun.

Definisi
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium yaitu stadium kataral ( prodromal ), stadium erupsi, dan stadium konvalesensi.
Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Nama lain
penyakit inin adalah campak, measles atau rubeola.

Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemis, terutam,a di negara sedang berkembang.
Di Indonesia penyakit campak sudah di kenal sejak lama. Di masa lampau campak
dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga anak yang terkena
campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh
sendiri bila ruam sudah keluar. Di Indonesia,menuruut survey kesehatan rumah tangga
campak menduduki tempat kelima dalam urutan sepuluh macam penyakit terutama
pada bayi ( 0.7%) dan tempat kelima dalam urutan 10 macam penyakit utama pada
anak umur 1-4 tahun ( 0.77 % ).

16

Secara biologik, campak mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak
diperlukan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga ( Vektor
), adanya siklus musiman dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus
secara tetap, hanya memiliki satu serotipe virus dan adanya vaksin campak yang
efektif.
Sifat-sifat biologik campak ini serupa dengan cacar. Hal ini menimbulkan
optimisme kemungkinan campak dapat dieradikasi dari muka bumi sebagaiman yang
dapat dilakukan terhadap penyakit cacar. Cakupan imunisasi campak yang lebih dari
90% akan menghasilkan daerah bebas campak, seperti halnya di Amerika serikat.
Menurut kelompok umur kasus campak yang rawat inap di rumah sakit selam
kurun waktu 5 tahun (1984 1988) menunjukkan proporsi yang terbesar dalam
golongan umur balita dengan perincian 17,6 % berumur <1 tahun, 15.2% beru,ur 1
tahun, 20.3% berumur 2tahun, 12.3% berumur 3 tahun, dan 8.2% berumur 4 tahun.
Hampir semua anak indonesia yang mempunyai usia 5 tahun pernah terserang
penyakit campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun.
Hasil survey prospektif oleh badan litbangkes di sukabumi 1982 menunjukkan CFR
campak pada anak balita sebesar 0.64 % sedangkan survey prospektif di Sidoarjo dan
19 propinsi lainnya mendapatkan CFR tampak berkisar antara 0.76 1.4%
Laporan kasus di rumah sakit menunjukkan CFR campak jauh lebih besar. Hal
ini disebabkan kebanyakan kasus campak yang dibawa ke rumah sakit merupakan
kasus yang parah dan hampir selalu dengan penyulit. Bagian anak RS.Pringadi Medan
melaporkan angka kematian akibat penyulit campak rata-rata 26.4% setiap tahunnya.
Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan terutama
daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan. Khususnya dalam program
imunisasi. Di daerah transmigarsi sering terjadi wabah dengan dengan angka kematian
tinggi. Di darah perkotaan khusus kasus campak tidak terlihat, kecuali dari laporan
rumah sakit. Hal ini tisak berarti bahwa daerah urban terlaepas dari campak. Daerah
urban yang padat dan kumuh merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang sangat
menular seperti campak. Daerah semacam ini dapat merupakan sumber kejadian luar
biasa penyakit campak.

17

Etiologi1,
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh
virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal
sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan
perantara droplet.

Patogenesis 6
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui
udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul
ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat
ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan
dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Disini virus
memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan disitu mulailah penyebaran ke sel
jaringan limforetikuler sperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan
terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari Warthin, sedangkan limfosit T meliputi
klas penekanan dan penolong yang rentan terdapat infeksi, aktif membelah.
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus
masuk ke dalam pembuluh darah dan meyebar ke permukaan epitel orofaring,
konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.
Pada hari 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam
jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik
dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput
konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses peradangan
epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tampak
suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti
untuk menegakkan diagnosis.

18

Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke 14 sesudah awal


infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dapat dideteksi. Selanjutnya daya
tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensisitivity terhadap antigen
virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami
defisit sel-T. fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak
secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian
dengan imunoflouresensi dan histologik menunjukkan bahwa antigen campak dan
gambaran histologik pada kulit diduga suatu rekasi arthus. Daerah epitel yang nekrotik
di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri
sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu
adaenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu
campak dapat menyebabkan gizi kurang.

Manifestasi klinik
Terjadi demam tinggi terus menerus 38.5 C atau lebih disertai batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya ( fotofobia ), seringkali diikuti
diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat
lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam
timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas
atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan bersisik dapat merupakan tanda
penyembuhan.

Diagnosa
Penegakan diagnosis morbili

berdasarkan dari anamnesa karena biasanya

pasien datang ke rumah sakit setelah timbul bintik-bintik kemerahan yang sebelumnya
panas tinggi dan selebihnya kita dapatkan melaui pemeriksaan fisik, laboratorium,
maupun pemeriksan penunjang lainnya.

19

Anamnesis: 2,3,4

Memastikan adanya bintik-bintik kemerahan ( makulo papular ), yang sifatnya


dimulai dari leher, tengkuk, dada. Bintik kemerahan ini diawali dengan panas
tinggi terus menerus selama 4-5 hari. 2,3,4

Menanyakan riwayat perkembangan, riwayat imunisasi campak sebelumnya,


alergi pada orangtua atau alergi yang timbul pada anak.: 2,3,4

Singkirkan penyebab lain: 2,3,4

Pemeriksaan fisik: 2,3,4

Keadaan umum : pasien tampak lemah / gelisah. Kesadaran: cepat kembali


( compos mentis), suhu tubuh , tanda rangsang meningeal (tidak ditemukan),
tanda peningkatan tekanan ekstrakranial, tanda infeksi di luar SSP

Kesadaran: cepat kembali / compos mentis ; pasien sadar dengan atau tanpa
rangsangan dari luar.

Tanda Vital

: Suhu tubuh , Nadi, Pernafasan

Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari 3 stadium
1.

Stadium Prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang


disertai dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis dan
konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan
molar tiga disebut Bercak Koplik.

2.

Stadium Erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulo papular

yang

bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di
belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ke
ekstremitas.
3.

Stadium Konvalesens, setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai


urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu.

20

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab morbili4
o Laboratorium
:
darah tepi untuk leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri
o Foto Thorax
:
Untuk melihat adanya komplikasi bronkopneumoni
o Pemeriksaan Feses lengkap
:
Adanya kelainan abdominal / enteritis
o Pungsi Lumbal, analisis gas darah dan kadar elektrolit darah :
Untuk menyingkirkan kemungkinan ensefalopati / ensefalitis

Edukasi dan Profilaxis


1. pengobatan pasien campak dengan memberikan vitamin A
2. Imunisasi Campak
PPI : diberikan pada usia 9 bulan. Imunisasi campak dapat diberikan
bersamaan vaksin MMR PADA USIA 12-13 BULAN
Mass campaign, bersamaan dengan pekan imunisasi nasional
Catch up imunization, diberikan pada anak sekolah dasar kelas 1-6
3.
Survailens41,2,3,4,5,6

Penatalaksanaan

Pasien diisolasi untuk mencegah timbulnya penularan terhadap


pasien lain.

Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang


cukup, suplemen nutrisi, pengobatan yang simptomatik yaitu antipiretik bila suhu
tinggi , sedatif, obat antitusif, antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder.
Antikonvulsi apabila terjadi kejang dan pemberian vitamin A dengan defisiensi
vitamin A

Indikasi rawat inap, timbulnya bintik-bintik makulopapular disertai


hiperpireksia ( suhu >39C ), asupan oral sedikit, dehidrasi, kejang atau adanya
komplikasi.

Pengobatan tanpa komplikasi :


pasien dirawat di ruang isolasi, tirah baring.
Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU
tiap hari.
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai.

21

Pengobatan dengan komplikasi :


Bronkopneumonia : Oksigen 2 liter/menit, Kloramphenikol dosis 75
mg/kg/hari dan Ampisillin 100 mg/kg/hari selama 7-10 hari.
Enteritis koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi.
Ensefalopati / ensefalitis

Kloramphenikol dosis 75 mg/kg/hari,

kortikosteroid dexametason 1 mg/ kg/hari dilanjutkan 0.5 g/kg/hari dibagi


dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik.

Komplikasi / penyulit
a. laringitis akut
b. Bronkopneumonia
c. Kejang demam
d. Ensefalitis
e. SSPE ( Subacute sclerosinng panencephalitis )
f. Otitis media
g. Enteritis
h. Konjunngtivitis
i. Sistem kardiovaskular

PROGNOSIS2
Prognosis Baik, tapi prognosis lebih buruk pada anak dengan Gizi Buruk,
menderita penyakit kronik, atau bila disertai komplikasi.
Imunisasi1,2
Efek proteksi dari vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara. Salah
satu indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penuruna angka kejadian sakit
kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi.
Kegagalan vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder.
Dikatakan primer apabila tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder
apabila tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi. Berbagai kemungkinan yang
menyebabkan tidak terjadinya serokonversi ialah, (a) adanya antibodi yang dibawasejak
lahir yanng dapat menetralisir virus vaksin campak yang masuk, (b) vaksinnya yang
rusak, (c) akibat pemberian Ig yang diberikan bersama-sama. Kegagalan sekunder
dapat terjadi karena potensi vaksin yang kurang kuat sehingga respon imun yang terjadi
22

tidak adekuat dan tidak cukup untuk memberikan perlindungan pada bayi terhadap
serangan campak secara alami.

BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM3,4

KEJANG
Perhatikan jalan napas, kebutuhan O2 atau bantuan
pernapasan
*bila kejang menetap selama 3 -5 menit
1. Diazepam rectal 0,5 mg/kgBB, atau
Berat badan 5 10 kg : 5 mg
Berat badan < 10 kg : 10 mg
2. Diazepam IV 0,2-0,5 mg/kgBB
KEJANG
Diazepam rectal
( dapat diberikan 2 kali dosis dengan interal 5- 10 menit)

dirumah sakit

KEJANG
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/ menit
(dapat terjadi depresi pernapasan)
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5- 1 mg/kgBB/menit
KEJANG

Transfer ke ruang rawat intensif


23

Keterangan:
1. bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau komlpleks dan faktorresikonya.
2. pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan
NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.

24

You might also like