You are on page 1of 3

Jolly (030.11.

149)
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Ilmu Penyakit Mata RSUD Kota Bekasi
Periode 11 April 2016 13 Mei 2016

Ringkasan Jurnal
Efek Penggunaan Obat Tetes Mata Antiglaukoma Jangka Panjang pada Struktur
Konjungtiva
I.

Latar belakang
Glaukoma merupakan salah satu penyakit kronis progresif okular dengan neuropati optikus
yang memerlukan penggunaan obat tetes mata antiglaukoma jangka panjang. Obat-obatan
yang digunakan tentunya mengandung bahan preservative yang dapat menyebabkan
kerusakan permukaan bola mata khusunya konjungtiva, seperti squamous metaplasia,
subconjunctival fibrosis, dan penurunan sel goblet pada konjungtiva. Akan tetapi penggunaan
obat tetes mata antiglaukoma dengan bahan preservative ini sudah tidak dapat dihindari lagi
terutama pada negara berkembang dimana obat antiglaukoma tanpa preservative tidak
tersedia. Oleh karena itu studi ini dilakukan untuk membandingkan efek berbagai macam obat
antiglaukoma pada struktur konjungtiva.

II. Tujuan
Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi efek dari penggunaan berbagai obat tetes mata
antiglaukoma terhadap struktur konjungtiva.
III.Metodologi
Studi observasional cross-sectional ini dilakukan pada 80 pasien yang didiagnosa dengan
glaucoma sudut terbuka primer (POAG) dan 20 relawan sehat. Subjek yang terkumpul
kemudian dibagi ke dalam 5 kelompok berdasarkan antiglaukoma yang digunakan.
Kelompok 1 adalah kelompok normal yang terdiri dari 20 relawan sehat tanpa riwayat
pengobatan ataupun penyakit mata sebelumnya khususnya kelainan/gangguan pada
konjungtiva. Kelompok 2 (kelompok beta-blocker) terdiri dari 20 pasien yang menggunakan
carteolol hydrochloride 2% 2x sehari. Kelompok 3 (alpha adrenergic agonist group) terdiri
dari 18 pasien dengan brimonidine tartate 0.2% sebanyak 2x sehari. Kelompok 4 (kelompok
prostaglandin) terdiri dari 21 pasien yang menggunakan obat Travoprost 0.004% sebanyak
sekali sehari. Sedangkan kelompok 5 (kelompok kombinasi) terdiri dari 21 pasien yang
menggunakan dua atau tiga macam obat antiglaukoma, seperti beta-blocker, alpha adrenergic
agonist, dan analog prostaglandin. Sedangkan struktur konjungtiva dinilai dari ephitelial cell
density (ECD), globet cell density (GCD), dendritic cell density (DCD), dan subepithelial
1

Jolly (030.11.149)
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Ilmu Penyakit Mata RSUD Kota Bekasi
Periode 11 April 2016 13 Mei 2016

collagen fiber diameter (SFD) dengan menggunakan laser scanning confocal microscopy
(LSCM). Selain itu fungsi lakrimasi bola mata juga dinilai dengan menggunakan Schirmer
test (ST) dan break-up time air mata (BUT). Data yang terkumpul kemudian dianalisis
dengan uji ANOVA dengan menggunakan SPSS. Nilai p<0.05 menunjukkan hasil yang
diperoleh bermakna secara statistik.
IV. Hasil
Terdapat penurunan produksi dan kualitas air mata yang bermakna pada kelompok

antiglaukoma jika dibandingkan dengan kontrol (p<0.05)


Terdapat perbedaan yang signifikan pada globet cell density (GCD) antara kelima
kelompok subjek. Terjadi penurunan GCD yang signifikan pada semua pasien yang
diberikan antiglaukoma dibandingkan dengan kelompok 1. (F= 19.464 dan P = 0.000).
Namun tidak terdapat perbedaan GCD yang signifikan antara kelompok 2 hingga

kelompok 5.
Terdapat perbedaan yang signifikan pada dendritic cell density (DCD) antara kelima
kelompok subjek. Terjadi peningkatan penurunan DCD yang signifikan pada semua
pasien yang diberikan antiglaukoma dibandingkan dengan kelompok 1. (F= 11.295 dan
P = 0.000). Peningkatan DCD paling tinggi pada subjek yang menggunakan terapi

kombinasi.
Terdapat peningkatan subepithelial collagen fiber diameter (SFD) pada kelompok 2
hingga kelompok 5 dibandingkan dengan kelompok normal (F= 6.721 dan P = 0.000).
SFD tidak mengalami peningkatan yang bermakna pada pasien yang menggunakan

analog prostaglandin.
Tidak terdapat perbedaan ECD yang bermakna antara kelompok antiglaukoma dengan
kontrol (p>0.05).

V. Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu penyakit kronik progresif pada mata yang memerlukan
pengobatan jangka panjang. Oba-obatan antiglaukoma yang digunakan khususnya pada
negara berkembang adalah obat tetes mata anitglaukoma dengan bahan preservative yang
dapat merusak permukaan bola mata. Struktur permukaan bola mata yang penting untuk
diperhatikan adalah konjungtiva mengingat fungsinya dalam memproduksi musin yang
2

Jolly (030.11.149)
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Ilmu Penyakit Mata RSUD Kota Bekasi
Periode 11 April 2016 13 Mei 2016

berguna untuk mempertahankan kuaitas air mata. Struktur konjungtiva ini sering mengalami
kerusakan pada pasien yang menggunakan antiglaukoma dalam jangka panjang. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa semua obat antiglaukoma menyebabkan penurunan
produksi maupun kualitas air mata. Selain itu juga terdapat tanda-tanda kerusakan struktur
konjungtiva pada penggunaan obat antiglaukoma kecuali antiglaukoma golongan analog
prostaglandin. Kerusakan konjungtiva paling signifikan terutama pada kelompok yang
menggunakan terapi kombinasi antiglaukoma. Namun demikian, obat antiglaukoma yang
paling sedikit menyebabkan kerusakan konjungtiva adalah golongan analog prostaglandin.
VI. Hasil Pembelajaran
Mayoritas pasien dengan glaukoma sudut terbuka primer memerlukan obat-obatan
antiglaukoma dalam jangka panjang. Efek samping kronis penggunaan obat-obatan tersebut
telah banyak menuai perhatian terutama terhadap kelainan atau gangguan struktur permukaan
bola mata. Sebagai sumber utama musin yang menjaga kualitas air mata, sel goblet
konjungtiva sangatlah rentan terhadap zat-zat toksik dan reaksi inflamasi yang dapat
ditimbulkan oleh bahan preservative antiglaukoma. Hal ini tentunya dapat menyebabkan
komplikasi atau penyakit penyerta lain pada pasien glaukoma dalam pengobatan. Hasil studi
ini menemukan terjadinya penurunan produksi dan kualitas air mata yang signifikan pada
pasien dengan antiglaukoma. Selain itu, tanda-tanda kerusakan konjungtiva yang signifikan
juga ditemukan pada pasien dengan antiglaukoma. Hal ini dibuktikan dengan penurunan
jumlah GDC, dan peningkatan jumlah DCD dan SFD. Meskipun begitu, diantara berbagai
golongan antiglaukoma yang diteliti pada studi ini, golongan analog prostaglandin
merupakan satu-satunya antiglaukoma yang tidak menimbulkan kerusakan konjungtiva yang
bermakna. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mencegah/mengurangi terjadinya kerusakan
konjungtiva pada penggunaan obat tetes mata antiglaukoma dengan bahan preservative yang
pada umumnya ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia.

You might also like