You are on page 1of 12

Hubungan Antara Gagal Ginjal Kronik dengan Faktor-Faktor Predisposisinya

ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan
irreversibel. Tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, sehingga menyebabkan uremia dan akhirnya bisa menyebabkan gangguan pada
imunitas tubuh. Gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain
umur, jenis kelamin, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, obesitas, kolesterol,
dan lupus. Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua orang yang berumur 60 tahun. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan metode random sampling terhadap semua orang yang berumur 60 tahun.
Data yang diperoleh dianalisa menggunakan uji Anova. Hasil penelitian menunjukan adanya
hubungan antara hipertensi, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, obesitas, kolesterol, dan
lupus dengan terjadinya gagal ginjal kronik.
Kata kunci: Gagal Ginjal Kronik, Hipertensi, Diabetes Mellitus, Obesitas.

Relationship Between Chronic Kidney Disease and Predisposition Factor


ABSTRACT
Chronic kidney disease is a progressive loss of kidneys function, they cant support to fulfill
bodys metabolism and fluid balance function so that can make uremia and interfere the immune
systems. Chronic kidney disease can be influenced by some factors such as age, sex,
hypertension, diabetes mellitus, cardiovascular problems, obesity, cholesterol and lupus. This
design of study is to use cross sectional method. The population of this study is all of those ages
over 60 year-old. The sampling in this study was conducted using random sampling of all people
over the age of 60 year-old. The data have been obtained were analyzed by Anova test. The
results showed an association between hypertension, diabetes mellitus, cardiovascular problems,
obesity, cholesterol, lupus with chronic kidney disease.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penurunan fungsi dan kerja ginjal dalam waktu
yang cukup lama (bulan sampai tahun). Menurut United States Renal Data System
(USRDS) pada tahun 1988-2004 prevalensi terjadinya GGK sekitar 12% - 14% dari
populasi dunia. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,
prevalensi GGK di Indonesia sekitar 0,2% dari populasi yang ada. Prevalensi terbesar
penderita GGK ada di daerah Aceh sekitar 0,4%, sedangkan prevalensi penderita GGK
di DKI Jakarta hanya sebesar 0,1%. Prevalensi tersebut didapat berdasarkan wawancara
yang di diagnosis dokter meningkat seiring bertambahnya umur dan meningkat tajam
pada umur 75 tahun sebesar 0,6%.1,2
1.2. Rumusan Masalah
Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gagal ginjal kronik?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gagal ginjal
kronik.
Tujuan Khusus: mengetahui secara spesifik mengenai hubungan antara faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya gagal ginjal kronik.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi dasar untuk mencegah peningkatan
angka insiden terjadinya gagal ginjal kronik pada populasi orang dewasa tua dan
menjadi dasar bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
faktor-faktor yang dibahas, yaitu: umur, sex, diabetes melitus, hipertensi, penyakit
kardiovaskuler, obesitas, kolestrol, lupus, dan riwayat penyakit keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teori
Gagal ginjal adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut maupun
kronis. Dapat dikatakan gagal ginjal akut bila penurunan fungsi ginjal berlangsung
secara tiba-tiba, tetapi keemudian dapat kembali normal setelah penyebabnya segera
diatasi, sedangkan gagal ginjal kronis gejalanya muncul secara bertahap dan biasanya
tidak menimbulkan gejala awal yang jelas (asimptomatis), sehingga penurunan fungsi
ginjal tersebut sering tidak dirasakan, namun fungsi ginjal sudah rusak pada fase yang
parah (kronis) dan sulit diobati.3
Uji fungsi ginjal yang utama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum
adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati
dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam
urin terhambat sehingga kadar ureum akan meningkat di dalam darah. Kreatinin
merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh
karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan
fungsi ginjal. Di Laboratorium, pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam mg/dl dan
estimated GFR (eGFR) yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju filtrasi
glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.4
Nilai Normal Kreatinin
Pria

: 0.5 1.5 (mg/dl)

Wanita

: 0.5 1.5 (mg/dl)

Nilai Normal Ureum (Nilai Normal BUN)


Pria

: 15 40 (mg/dl)

Wanita

: 15 40 (mg/dl)

Selanjutnya uji protein merupakan uji kuantitatif untuk proteinuria. Normalnya membran
glomerulus hanya melewatkan protein denga BM rendah untuk masuk ke dalam filtrat.
Kemudian tubulus ginjal mereabsorpsi sebagian besar protein ini, hanya sebagian kecil yang
dieksresikan dan tidak terdeteksi dalam uji skrinning. Tujuan: membantu diagnosis keadaan
patologik yang ditandai proteinuria, terutama penyakit ginjal. Nilai rujukan: 50-80 mg/hari.4
3

Serta laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m 2 selama 3 bulan,
dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Penderita gagal ginjal kronis biasanya akan terlihat tanda
gejala klinisnya yaitu adanya penderita akan tampak lemas, mual, muntah, neuropati perfier,
nokturia, kejang, pruritus dan lain lain. Pada pemeriksaan USG akan tampak adanya
hydronephrosis, ginjal menipis dan ukuran ginjal yang mengecil.2 Pada penderita gagal ginjal
kronis biasanya berkaitan dengan faktor-faktor berikut:
a. Umur
Menurut data yang dikumpulkan oleh USRDS pada tahun 2014 odds ratio orang yang
terkena gagal ginjal kronik terbanyak pada usia 60 tahun, pada kesimpulannya
semakin tua seseorang, maka semakin tinggi resiko terkena gagal ginjal kronis.2
b. Jenis Kelamin
Pada data yang dikumpulkan menurut USRDS tahun 2014, pervalensi perempuan
yang terkena gagal ginjal kronis lebih tinggi dibandingkan laki-laki dimulai dari
tahun 2007-2012. Perempuan (15.1%) > Laki-laki (12.1%).2
c. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik
yang lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan jangka waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung cukup lama ini dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal karena pembuluh darah pada ginjal akan mengalami
vasokonstriksi, sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan mengakibatkan
kerusakan sel-sel ginjal.5
d. Obesitas
Peningkatan berat badan yang khususnya obesitas abdominal dapat menimbulkan
faktor resiko gagal ginjal kronik karena dapat memicu peningkatan tekanan darah.
Selain itu penderita obesitas lebih resisten terhadap pengobatan untuk menurunkan
tekanan darah. Peningkatan resiko gagal ginjal kronik pada individu obesitas terjadi
melalui beberapa mekanisme. Salah satu mekanisme yang berhubungan adalah
peningkatan kadar leptin yang menyebabkan rusaknya sistem kardiovaskuler ginjal
yang merupakan kontribusi signifikan dari patogenesis hipertensi dan diabetes karena
obesitas.6
e. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat menyebabkan penyakit ginjal. Insidensinya meningkat sering
dengan lamanya penyakit, dimana 30% pasien menderita nefropati dalam kurun
4

waktu 20 tahun setelah diagnosis. Penyakit ini ditemukan pada 10% pasien yang
membutuhkan transplantasi ginjal. 6
f. Penyakit Kardiovaskular
Pada gagal ginjal kronik menimbulkan suatu keadaan uremia. Pada uremia sering
dikaitkan dengan peningkatan VLDL dan dalam jumlah sedang. Mekanisme dasar
yang terpenting adalah kemungkinan resistensi insulin dan gangguan katabolisme
VLDL. Pasien yang menjalani transplantasi ginjal mungkin mendapat glukokortikoid
yang merangsang peningkatan kadar kolesterol LDL.7
g. Kolestrol
Hiperlipidemia umum terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal. Jenis lipid
dan lipoprotein yang tidak normal pada penyakit ginjal bervariasi, termasuk
hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia, dan peningkatan LDL dengan HDL yang
rendah, normal atau meningkat.7
h. Lupus
Lupus eritomatosus sistemik adalah salah satu penyebab dari glomerulonefritis.
Glomerulonefritis yang berhubungan dengan diabetes mellitus tidak jarang dijumpai
dan dapat berakhir menjadi penyakit ginjal kronik.8

2.2. Kerangka Konsep

Faktor predisposisi:

Umur
Sex
Diabetes Mellitus
Hipertensi
Penyakit
Kardiovaskular
Obesitas
Kolesterol
Lupus
Eritomatosus

Gagal Ginjal
Kronik

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Macam-macam desain penelitian yaitu:
3.1.1. Cross Sectional
Studi epidemiologi yang mempelajari tentang prevalensi, distribusi, maupun
hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau
outcome lain secara bersamaan pada setiap individu dari suatu populasi pada
waktu tertentu. Jadi desain penelitian ini tidak mengenal adanya dimensi waktu,
sehingga mempunyai kelemahan dalam menjamin bahwa paparan mendahului
efek atau sebaliknya. Namun studi ini mudah dilakukan dan murah, serta tidak
memerlukan waktu follow up. Umumnya studi cross sectional dimanfaatkan
untuk merumuskan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi
analitiknya (kohort atau kasus kontrol).9
3.1.2. Kohor
Kohor adalah studi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status
paparan kemudia diikuti hingga periode tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan
dihitung besarnya kejadian penyakit. Apabila periode induksi yaitu kejadian
penyakit dapat diamat dalam waktu yang panjang maka studi kohor rawan
terhadap bias penarikan responden, perlu dana yang besar dan waktu yang
panjang.9
3.1.3. Kasus Kontrol
Kasus kontrol adalah studi analitik yang menganalisis hubungan kausal
dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome)
terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor resiko). Riwayat
paparan dalam penelitian ini dapat diketahui dari register medis atau berdasarkan
wawancara dari responden penelitian.9
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada waktu yang telah ditentukan di seluruh daerah DKI
Jakarta.
3.3. Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data tersier.
3.4. Analisa Data
7

a.

b.

Analisis Univariat
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pada tiap variabel dalam
penelitian.
Analisis Bivariat
Dilakukan untuk mengetahui hubungan antara umur dengan gagal ginjal kronik,
hubungan antara jenis kelamin dengan gagal ginjal kronik, hubungan antara
hipertensi dengan gagal ginjal kronik, hubungan antara diabetes mellitus dengan
gagal ginjal kronik, hubungan antara penyakit jantung dengan gagal ginjal
kronik, hubungan antara obesitas dengan gagal ginjal kronik, hubungan antara
kolesterol dengan gagal ginjal kronik, hubungan antara penyakit lupus dengan
gagal ginjal kronik, serta hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan
gagal ginjal kronik menggunakan uji Anova atau Chi Square Test (X) 2. Analisis
dilakukan pada tingkat kemaknaan 95% untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan yang bermakna secara statistik menggunakan uji SPSS versi 16.
3.5. Populasi Penelitian
Populasi penelitan yang dicari adalah seluruh orang yang berumur diatas 60 tahun
dengan atau tanpa obesitas atau hipertensi atau kolesterol atau penyakit kardiovaskular
atau diabetes mellitus atau lupus.
3.6. Sampel Penelitian
Metode sampling data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan teknik probabilitas
dan non-probabilitas.
a.
Non Probability Sampling Method
a.
Convenience Sampling
Memilih sampel dengan cara seenaknya tanpa ada protokoler. Misalnya
seorang peneliti mengadakan interview pada setiap orang yang
b.

dijumpainya di jalan.10
Quota Sampling
Memilih sampel dengan cara menentukan kuota, misalkan seorang
pewawancara ditugaskan untuk melakukan interview pada laki-laki

c.

d.

maupun wanita dalam jumlah yang sama.10


Judgement Sampling
Memilih sampel dengan cara memakai proses seleksi bersyarat, misalnya
sampel pasien hipertensi dengan kebiasaan merokok.10
Panel Sampling

Sampel semi permanen yang dipilih untuk keperluan suatu studi yang
berkelanjutan. Panel sampling sangat bermanfaat dan menguntukan
karena data yang telah dikumpulkan dapat dipergukan berulang kali.10
b.

Probability Sampling Method


Dengan sampling probabilitas, setiap individu atau objek pada suatu
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel
penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara acak, sehingga data
penelitian yang ada setidaknya sudah dapat menggambarkan keadaan populasi
yang sebenarnya, dan margin of error dapat diatasi secara statistik. Ada beberapa
cara untuk melakukan sampling probabilitas, yaitu:
a.
Simple Random Sampling
Pemilihan sampel secara random dengan mempergunakan tabel random
b.

atau komputer. 10
Systematic Sampling
Teknik pemilihan sampel pada sampling ini hampir sama seperti simple
random sampling, tetapi tidak mempergunakan tabel random. Sampel
dipilih secara sistematik dengan cara menentukan lebih dulu angka

c.

kelipatannya.10
Stratified Sampling
Populasi penelitian dibagi lebih dulu menjadi beberapa kelompok, lalu
baru dilakukan pemilihan sampel secara acak dengan menggunakan tabel

d.

random pada setiap kelompok.10


Cluster Sampling
Pada sampling ini, unit samplingnya terdiri lebih dari satu elemen
populasi, dimana setiap unit sampling adalah satu gugusan atau group

e.

dari elemen populasi.10


Multistage Sampling
Teknik pemilihan sampel ini dilakukan secara bertingkat dan biasanya
berdasarkan pembagian wilayah kerja suatu pemerintahan. Pada
pemilihan sampel ini dipengaruhi oleh faktor-faktor: Category Outcomes,
Tests of Hypotheses ( dan levels), Power (1-) and Confidence Level
(1-) dan Jenis Studi.10

3.7. Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang diteliti, yaitu sebagai berikut:

a.

Umur, hasil pengurangan dari tanggal, bulan dan tahun lansia saat ini
dengan tanggal bulan dan tahun kelahiran lansia. Umur bukan lansia
adalah kurang dari 60 tahun dan umur lansia adalah lebih dari atau sama
dengan 60 tahun. Hasil ukur dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu: (1)
lansia jika 60 tahun dan (0) bukan lansia jika <59 tahun. Hasil ukur

b.

tersebut berskala interval.


Jenis kelamin, jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil ukur berskala

c.

nominal.
Hipertensi (JNC7), seseorang dapat digolongkan memiliki hipertensi
apabila tekanan sistol lebih atau sama dengan 140 dan tekanan diastol
lebih atau sama dengan 90, sedangkan tekanan sistol dibawah 140 dan
tekanan diastol dibawah 90. Hasil ukur dikategorikan dalam 2 kategori,
yaitu: (1) hipertensi jika tekanan darah 140/90 dan (0) tidak hipertensi

d.

jika tekanan darah < 140/90. Hasil ukur berskala ordinal.


Diabetes mellitus (American Diabetes Association), peningkatan gula
darah akibat kerusakan dari organ ginjal yang tidak dapat menggunakan
insulin secara maksimal, sehingga kadar gula dalam darah akan
meningkat lebih dari normal atau disebut hiperglikemia. Seseorang dapat
dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar gula darah puasa (GDP)
lebih dari 100mg/dL, sedangkan seseorang tidak menderita diabetes
mellitus jika kadar gula darah puasa dibawah 100mg/dL. Hasil ukur
dibedakan dalam 2 kategori yaitu: (1) diabetes mellitus jika GDP >100
mg/DL dan (0) tidak diabetes mellitus jika GDP 100 mg/dL. Hasil ukur

e.

berskala ordinal.
Obesitas (NHS); kelebihan berat badan, seseorang yang menderita
obesitas jika indeks massa tubuh (IMT) seseorang lebih dari 30, lalu jika
indeks massa tubuh 25-29.9 maka dapat dikatakan bahwa seseorang
mengalami pre-obesitas, jika sesorang memiliki indeks massa tubuh
kurang dari 25 maka tidak menderita obesitas. Hasil ukur dapat dibedakan
menjadi 3 kategori yaitu: (0) tidak menderita obesitas jika IMT >25, (1)
pre-obesitas jika IMT 25-29.9 dan (2) obesitas jika IMT 30. Hasil ukur
berskala interval.

10

f.

Kolesterol (e-medicine health); total lemak yang ada di dalam darah,


dikategorikan menjadi 3 kategori (0) normal jika kadar kolesterol total
<200mg/dL, (1) borderline jika kadar kolesterol diantara 200-239 mg/dL
dan (2) tinggi jika kadar kolesterol 240mg/dL. Hasil ukur berskala

g.

interval.
Penyakit kardiovaskular, dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu (1) ada
dan (0) tidak ada.

11

Daftar Pustaka
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar; 2013. h. 94-96.
2. United States Renal Data System. USRDS Annual Data Report; 2014
3. Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Klien gangguan ginjal: Seri asuhan
keperawatan. Jakarta: EGC; 2009 h.124-6.
4. Bradley J, Rubenstein D, Wayne D. Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Edisi Ke6. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2007 h. 231.
5. Dalimantha S, Purnama B.T, Sutarina N, dkk. Care Your Self, Hipertensi. Jakarta:
Penebar Plus+; 2008. h.37.
6. Ronco, dkk. Pola Hidup Penderita Gagal Ginjal Kronik. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 2008. h. 21-22.
7. Hellerstein S. Urinary tract infection. Diunduh dari http://www.medscape.com.
Diakses pada Oktober 2015.
8. Endav Sukandar. 2006. Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis. Fakultas
Kedokteran UNPAD. Bandung.
9. Murti B. Desain Studi. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret; 2011.
10. Chandra B. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran

EGC; 1995. h. 40-45.

12

You might also like