Professional Documents
Culture Documents
Kristen
Ortodoks,
yang
pengaruhnya
dapat
membahayakan
perkembangan
Islam.
Kedua,
orang-orang
Byzantium
sering
melakukan
Dalam seni suara yang berkembang adalah seni baca Al-Quran, qasidah, musik dan
lagu-lagu yang bernafaskan cinta. Sehingga pada saat itu bermunculan seniman
dan qori/ qoriah ternama.
Perkembangan seni ukir yang paling menonjol adalah penggunaan khot Arab
sebagai motif ukiran atau pahatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dinding
masjid dan tembok-tembok istana yang diukur dengan khat Arab. Salah satunya
yang masih tertinggal adalah ukiran dinding Qushair Amrah (Istana Mungil Amrah),
istana musim panas di daerah pegunungan yang terletak lebih kurang 50 mil
sebelah Timur Amman.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu
pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu
kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, sejarah, dan lain-lain.[5]
Pada ini juga, politik telah mengaami kamajuan dan perubahan, sehingga lebih
teratur dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah
(kepemimpinan), dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan),
Organisasi Keuangan, Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata Usaha Negara.[6]
Kekuatan militer pada masa Bani Umayyah jauh lebh berkembang dari masa
sebelumnya, sebab diberlakukan Undang-Undang Wajib Militer (Nizhamut Tajnidil
Ijbary). Sedangkan pada masa sebelumnya, yakni masa Khulafaurrasyidin, tentara
adalah merupakan pasukan sukarela. Politik ketentaraan Bani Umayyah adalah
politik Arab, dimana tentara harus dari orang Arab sendiri atau dari unsure Arab.
Pada masa ini juga, telah dibangun Armada Islam yang hampir sempurna hingga
mencapai 17.000 kapal yang dengan mudah dapat menaklukan Pulau Rhodus
dengan panglimanya Laksamana Aqabah bin Amir. Disamping itu Muawiyah juga
telah membentuk Armada Musin Panas dan Armada Musim Dingin, sehingga
memungkinkannya untuk bertempur dalam segala musim.
Dalam bidang social budaya, kholifah pada masa Bani Umayyah juga telah banyak
memberikan kontribusi yang cukup besar. Yakni, dengan dibangunnya rumah sakit
(mustasyfayat) di setiap kota yang pertama oleh Kholifah Walid bin Abdul Malik.
Saat itu juga dibangun rumah singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal
oleh orang tua mereka akibat perang. Bahkan orang tua yang sudah tidak mampu
pun
dipelihara
di
rumah-rumah
tersebut.
Sehingga
usaha-usaha
tersebut
menimbulkan simpati yang cukup tinggi dari kalangan non-Islam, yang pada
akhirnya mereka berbondong-bondong memeluk Islam.[7]
4. Keruntuhan Bani Umayyah
Bani Umayyah mengalami keruntuhan oleh banyak hal, diantaranya adalah
terbaginya kekuasaan Daulah Bani Umayyah ke dalam dua wilayah. Kholifah
Marwan bin Muhammad berkuasa di wilayah Semenanjung Tanah Arab, dan Kholifah
Yazid bin Umar berkuasa di wilayah Wasit. Namun yang paling kuat di antara kedua
wilayah tersebut adalah yang berpusat di Semenanjung Tanah Arab. Sehingga para
pendiri kerajaan Daulah Bani Abbasiyah terus menerus mengatur strateginya untuk
menumbangkan Kholifah Marwan dengan cara apapun, termasuk menghabisi
nyawanya.
Pembunuhan Terhadap Marwan bin Muhammad dan Yazid bin Umar
Salah satu pendiri daulah Bani Abbasiyah, Abul Abbas As-Shaffah mengirimkan
pasukannya untuk melumpuhkan kepemimpinan Marwan. Sebagai panglima, ia
mengutus Abdullah bin Ali. Kholifah MArwan juga telah mempersiapkan pasukannya
yang besar dengan membaginya dengan dua lapis. Lapis pertama, adalah terdiri
dari pasukan yang selalu mengalami kemenangan dalam setiap peperangan, yang
kedua, adalah pasukan yang selalu mengalami kekalahan dalam setiap peperangan.
Kedua pasukan tersebut bertempur di lembah Sungai az-Zab, salah satu cabang
Sungai Djlah (Tigris) dari sebelah timur. Pertempuran berlaku sengit. Angkatan
perang Marwan memang cukup besar dan memiliki perbekalan yang banyak.
Namun, itu semua tidak menyurutkan keinginan pasukan Abbasiyah untuk
memperoleh kemenangan demi masa depan yang cemerlang. Demikianlah
angkatan tentara Abbasiyah mencapai kemenagan atas pasukan Kholifah Marwan.
Sejak saat itu, Marwan terus diburu untuk benar-benar dibunuh, sehingga tidak ada
lagi kekuasaan Bani Umayyah yang tersisa. Marwan terus menerus melakukan
pengunduran dari satu tempat ke tempat lain, dimulai dari ia mundur dari Harran,
Qinnisirin (Syiria), kemudian Hims, Damsyik, Palestin dan akhirnya Mesir. Di Mesir,
Marwan dan sedikit pasukannya yang tersisa masih harus melakukan pertempuran
kecil, dan saat itu pula ia tewas.[8]
Moment inilah yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran daulah Bani
Umayyah yang sudah berkuasa selama 90 tahun.
B. BANI ABBASIYAH
1. Pembangunan Daulah Bani Abbasiyah
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi
Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin AlAbbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani
Abbasiyah berdiri antara tahun 132 656 H / 750 1258 M. Lima setengah abad
lamanya keluarga Abbasiyah menduduki singgasana khilafah Islamiyah. Pusat
pemerintahannya di kota Baghdad.
Tokoh pendiri Daulah Bani Abbasiyah adalah ; Abul Abbas As-Saffah, Abu Jafar AlMansur, Ibrahim Al-Imam dan Abu Muslim Al-Khurasani. Bani Abbasiyah mempunyai
kholifah sebanyak 37 orang. Dari masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai
Kholifah Al-Watsiq Billah agama Islam mencapai zaman keemasan (132 232 H /
749 879 M). Dan pada masa kholifah Al-Mutawakkil sampai dengan Al-Mutashim,
Islam mengalami masa kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa
Mongol Tartar pimpinan Hulakho Khan pada tahun 656 H / 1258 M.[9]
2. Peta Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah
sebagai berikut :
a. Kota-Kota Pusat Peradaban
Di antara kota pusat peradaban pada masa dinasti Abbasiyah adalah Baghdad dan
Samarra. Bangdad merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan
Kholifah Abu Jafar Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya,
kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ke
kota inilah para ahli ilmu pengetahuan datang beramai-ramai untuk belajar.
Sedangkan kota Samarra terletak di sebelah timur sungai Tigris, yang berjarak + 60
km dari kota Baghdad. Di dalamnya terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh
seni bangunan Islam di kota-kota lain.[13]
b. Bidang Pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M), kekuasaan kholifah sebagai kepala negara
sangat terasa sekali dan benar seorang kholifah adalah penguasa tertinggi dan
mengatur segala urusan negara. Sedang masa Abbasiyah II 847-946 M) kekuasaan
kholifah sedikit menurun, sebab Wazir (perdana mentri) telah mulai memiliki andil
dalam urusan negara. Dan pada masa Abbasiyah III (946-1055 M) dan IV (10551258 M), kholifah menjadi boneka saja, karena para gubernur di daerah-daerah
telah menempatkan diri mereka sebagai penguasa kecil yang berkuasa penuh.
Dengan demikian pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi.
Dalam
pembagian
wilayah
(propinsi),
pemerintahan
Bani
Abbasiyah
yang
tidak
senang
terhadap
kepemimpinan
kholifah
Abbasiyah.