Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang belum terkena
infeksi, tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk mendapatkannya, atau bila terkena
infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi pasien. Penggunaan antibiotik di rumah
sakit, sekitar 30-50% untuk tujuan profilaksis bedah. Profilaksis bedah merupakan
pemberian antibiotik sebelum adanya tanda-tanda dan gejala suatu infeksi dengan
tujuan mencegah terjadinya manifestasi klinik infeksi.. Profilaksis adalah usaha untuk
mencegah organisme sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi.4
Tujuan Antibiotik Profilaksis
Tujuan pemberian antibiotik sebagai profilaksis pada pasien bedah antara lain 1 :
Mencegah timbulnya infeksi pada daerah operasi setelah pembedahan
Mencegah bakterialis endokarditis sebelum mendapat tindakan bedah pada pasien
yang memiliki resiko bakteriemi
Menghambat pertumbuhan bakteri yang masuk kedalam jaringan pada waktu
pembedahan
Melindungi orang sehat yang beresiko mendapat invasi bakteri
Mencegah infeksi sekunder pada pasien yang sedang menderita suatu penyakit
Penggunaan antibiotik yang lebih efektif
Penting untuk ditegaskan bahwa antibiotik profilaksis pada kasus bedah merupakan
suatu faktor tambahan atau hanya bersifat membantu, bukan mengganti suatu tehnik bedah
yang baik. Antibiotik profilaksis harus dipandang sebagai satu komponen yang efektif untuk
mengontrol infeksi yang diperoleh di rumah sakit. 1
Sedangkan pada daerah kepala leher, Blanchaert (2001) membagi tindakan bedah
yang dapat diberikan antibitotik profilaksis menjadi 2 katagori yaitu :
1. Pembedahan kepala leher non-kontaminasi
Pembedahan non-kontaminasi biasanya berkenaan dengan pembuatan insisi
terbatas pada kulit dan bukan di mukosa. Prosedur ini biasanya tidak terdapat
infeksi dan selama pembedahan sterilitas luka tetap dipertahankan. Pada akhir
pembedahan, luka ditutup dengan rapat sehingga tidak terbuka dan berkontak
dengan bakteri.
2. Pembedahan kepala leher yang terkontaminasi
Pembedahan ini umumnya merupakan tindakan transmukosal seperti reseksi,
glosektomi, maksilektomi dan lain-lainnya.
Berdasarkan pembagian tindakan-tindakan diatas, ahli bedah dapat dengan
bijaksana untuk menentukan pemberian antibiotik sebagai profilaksis atau sebagai
terapi dengan telah mempertimbangkan segala resiko dan akibatnya.
b. Mikrobiologi
Rongga mulut merupakan tempat yang paling baik untuk hidupnya sejumlah
bakteri, baik yang bersifat aerob maupun anaerob. Biasanya infeksi di rongga mulut
berasal dari flora normal individu tersebut, dan umumnya disebabkan oleh
streptokokus, staphilokokus, batang gram negatif dan anaerob. Dibawah ini terdapat
tabel mikroorganisme yang sering ditemukan pada organ-organ tubuh (Tabel 1) serta
yang sering terdapat pada daerah infeksi pasca pembedahan daerah kepala leher (tabel
2). 6
Lokasi
Hidung
Kulit
S. aureus, S. epidirmidis
Mulut/pharing
Streptokokus, pneumokokus,
Fusobakterium, peptostreptokokus
Tabel 2. Lokasi dan mikroorganisme yang sering ditemukan didaerah mulut dan sekitarnya
Tipe mikroorganisme
Insidensi
AEROB
Gram (+) :
- Coagulase-negatif staphilokokus spp
- Streptokokus (Non-grup A)
Gram (-) :
Eikenella corrodens
E. colli
Pseudomonas aeroginosa
Klebsiella spp.
ANAEROB
Gram (-) :
4
3
Bacteriodes
Fusobakterium
H. Parainfluenza
Tabel 3. Mikroorganisme yang sering ditemukan pada infeksi luka pasca bedah daerah kepala
dan leher
Situasi
Standar profilaksis
Medikasi
Amoxicillin
Dosis
Dewasa: 2.0 g;
Ampicillin
m e n i n u m obat PO
Alergi Penicillin
Clindamycin
Cephalexin/cefadroxil
Dewasa: 2.0 g;
Anak; 50 mg/kg 1 jam
sebelum prosedur PO
Azithromycin/
clarithromycin
Clindamycin
Cefazolin
Dewasa: 1.0 g;
Anak: 25 mg/kg IM
atau IV 30 menit
s e b e l u m prosedur
Waktu pemberian
Mulainya resiko terkena infeksi dimulai bersamaan dengan insisi yang dilakukan.
Antibiotik harus diberikan pada waktu yang tepat agar pada saat insisi dilakukan , tingkat
obat dalam jaringan sudah mencapai tingkatan yang maksimal. Menurut Burke (1962)
pemberian antibiotik profilaksis terdiri atas 3 periode yaitu pre, intra dan pasca bedah. Waktu
yang paling tepat diberikannya adalah pada saat pra bedah, disusul intra dan pasca bedah.
Biasanya antibiotik diberikan dalam waktu 30-60 menit sebelum pembedahan dimulai
atau pada saat induksi anastesi dilakukan. Konsentrasi antibiotik dalam jaringan harus
dipertahankan selama tindakan bedah yang dipengaruhi oleh lamanya prosedur bedah dan
waktu paruh obat tersebut. Umumnya dosis tambahan diberikan jika pembedahan lebih dari 4
jam atau 2 kali waktu paruh obat.
Classen, dkk. memonitor 2847 pasien yang menjalani operasi bersih atau bersih
terkontaminasi. Pasien dibagi atas 4 katagori berdasarkan waktu pemberian antibiotik
profilaksis dan tingkat infeksi yang terjadi (Tabel 5). 8
Waktu pemberian
Lamanya pemberian
tingkat infeksi
Awal/early
3,8%
Pre op
0,6%
Peri op
1,4%
Post op
3,3%
Terdapat kemungkinan 6 kali lebih besar terkenanya infeksi pada pemberian antibiotik
profilaksis antara waktu awal dan pre operasi. Jadi waktu pemberian sangat penting bagi
keberhasilan antibiotik profilaksis
Sekalipun pasien telah diberikan antibiotik secara IV, tak kalah pentingnya adalah
pemberian dosis selanjutnya, waktu tindakan, dosis antibiotik yang sesuai. Tindakan
profilaksis umumnya cukup diberikan dengan dosis tunggal, kecuali daerah operasi kotor
(drainase abses), tindakan yang lama, pasien imunokompromise dan secara klinis mengalami
infeksi. Pada kasus-kasus ini perlindungan antibiotik harus dilanjutkan.
Perkembangan
terakhir menganjurkan penggunaan antibiotik secara perenteral untuk profilaksis dan harus
diberikan dengan dosis yang cukup, yaitu 30-60 menit sebelum insisi dilakukan. Hal ini akan
menghasilkan tingkat obat pada luka bedah dan jaringan sekitarnya hampir maksimum
selama tindakan pembedahan. Ini dapat diperoleh dengan pemberian antibiotik oleh ahli
anestesi di ruang operasi ketika infus dipasang sebelum operasi dimulai. Bila persiapan
dengan preoperasi peroral obat harus diberikan selama 24 jam sebelum operasi supaya
dicapai kadar obat intraluminal yang maksimal.
Cara pemberian
Pemberian antibiotik secara IV segera, sebelum, atau sesudah induksi anastesi
merupakan metoda yang paling dipercaya akan keefektifan konsentrasi semua antibiotik pada
jaringan saat pembedahan dilakukan.
Konsentrasi serum setelah pemberian secara oral atau IM ditentukan oleh tingkat
absorbsi yang bervariasi setiap individunya. Juga terdapat beberapa keadaan yang
mempengaruhi pemberian antibiotik secara intraoral atau IM. Masalahnya antara lain waktu
pemberian yang sulit untuk menjamin konsentrasi obat dalam jaringan yang maksimal pada
saat operasi. 7
Jenis antibiotik
Walaupun organisme dengan spektrum yang luas dapat menyebabkan infeksi pada
pasien bedah, tapi biasanya disebabkan oleh sejumlah kecil patogen yang umum. Antibiotik
yang dipilih untuk profilaksis harus dapat melawan patogen tersebut. Antibiotik yang dipilih
untuk profilaksis dapat juga digunakan untuk terapi aktif pada infeksi.
Penilaian resiko yang ditimbulkan harus merupakan bagian dari proses pemilihan
antibiotik yang tepat. Hal ini termasuk pertimbangan ekonomi, seperti biaya tambahan obatobatan dan kemungkinan kegagalan profilaksis serta kerugiannya. 2,7
Pemilihan antibiotik didasarkan pada jenis operasi, mikroorganisme yang terlibat,
sifat obatnya dan sensitifitas antibiotik yang spesifik khususnya dilingkungan rumah sakit.
Karena itu obat profilaksis harus bersifat nontoksik, bakterisid, tersedia dalam bentuk
perenteral, dapat mencapai level terapi dalam waktu singkat di jaringan, serta waktu paruh
yang panjang.
. Pada pembedahan kepala dan leher, golongan penisillin masih efektif pada
hampir semua kasus. clindamycin atau sefazolin merupakan pilihan berikut bila terdapat
reaksi alergi.
Karasteristik antibiotik yang optimal untuk profilaksis harus meliputi 2 :
Harus memakai obat yang efektif melawan organisme patogen yang sering temukan
menyebabkan infeksi.
Sebagian besar infeksi orofasial berasal dari odontogenik, dan bersifat self-limiting,
yang memiliki karakteristik berupa drainase spontan. Perawatan didasarkan pada dua prinsip:
eliminasi penyebab yang mendasarinya, serta drainase dan debridemen lokal. Jika infeksi
lokal tidak dirawat, infeksi akan menyebar ke bagian atas dan bawah wajah.Prosedur dental
invasif akan meningkatkan resiko bakterimia transien. Hanya sejumlah spesies bakteri yang
diimplikasikan dalam infeksi. Jika diindikasikan, antibiotik harus diadministrasi segera
sebelum melakukan prosedur dental. Jika prosedur semacam itu dilakukan di sekitar jaringan
yang terinfeksi, dibutuhkan dosis tambahan.Beberapa penelitian telah mengevaluasi
prevalensi dan perluasan bakterimia akibat berbagai macam prosedur dental pada anak-anak.
Dalam kaitan ini, telah dibuktikan bahwa menyikat gigi menyebabkan bakterimia pada lebih
dari sepertiga anak-anak, dan pemasangan/pelepasan wedge/splint dan braket atau band
meningkatkan jumlah kasus bakterimia dalam kasus pediatrik secara bermakna. Tingkat oral
higiene sangat mempengaruhi tingkat bakterimia.
Oleh karena itu, oral higiene yang optimal merupakan faktor paling penting untuk
mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat bakterimia meskipun menurut beberapa
penulis, dibutuhkan lebih banyak perawatan antibiotik. Pencabutan gigi sederhana dapat
menyebabkan bakterimia pada 40-50% kasus. Tingkat bakterimia tertinggi disebabkan oleh
injeksi intraligamen dalam prosedur yang dilakukan di bawah kondisi anestesi lokal [96,6%
anak]. Trauma gigi merupakan salah satu faktor resiko infeksi rongga mulut, terutama jika
terjadi pembukaan pulpa dan/atau perubahan ruang periodontal. Kecenderungan infeksi akan
meningkat jika trauma pada jaringan keras gigi atau pendukungnya mengakibatkan luka
membran mukosa atau kulit terbuka.3
Perawatan
Pertimbangan penatalaksanaan infeksi odontogenik. Berikut ini adalah beberapa hal
yang harus dipertimbangkan sebelum mengadministrasikan antibiotik pada anak-anak:1
1. Keparahan infeksi, saat anak datang ke dokter gigi
8.Adanya abses lokal, kronis, atau minor. Anak-anak sehat yang perlu menjalani pencabutan gigi
sulung yang mengalami abses, atau perawatan endodontik gigi permanen, dapat menjalani
prosedur
tersebut
tanpa
pemberian
antibiotik.
Sebaliknya,
pada
anak-anakyang
sesegera
mungkin
agar
diperoleh
hasil
yang
optimaldengan
mempertimbangkan jalur administrasi yang paling efektif untuk setiap kasus [intravena,
intramuskuler, dan oral]. Jika perawatan tersebut telah dimulai, khasiatnya harus diawasi,
diindikasikan untuk melakukan uji kerentanan jika pasien tidak memberikan respon terhadap
obat-obatan yang diberikan dalam perawatan pendahuluan.
b. Penatalaksanaan pulpitis, periodontitis apikal, inflamasi intraoral terlokalisir:
Bakteri dapat mencapai pulpa melalui lesi karies, jaringan pulpa yang terbuka akibat
trauma, atau mekanisme iatrogenik. Penetrasi dapat terjadi di sepanjang tubulus dentinalis,
retakan dentin, atau restorasi gigi yang buruk. Jika seorang anak mengalami pulpitis akut,
maka harus dilakukan perawatan gigi (pulpotomi, pulpektomi, atau ekstraksi). Biasanya,
perawatan antibiotik tidak diindikasikan jika proses infeksi hanya mencapai pulpa atau
jaringan sekitarnya, tanpa tanda-tanda infeksi sistemik (yaitu, demam, atau pembengkakan
wajah).
perawatan
gigi
segera.
Tergantung
pada
tanda-tanda
klinisnya,
penatalaksanaannya dapat berupa perawatan atau ekstraksi gigi, serta terapi antibiotik.
Alternatifnya, antibiotik dapat diberikan selama beberapa hari untuk menghindari penyebaran
infeksi, yang dilanjutkan dengan perawatan gigi kausal. Profesional dental harus mengetahui
keparahan infeksi dan kondisi umum anak dalam menentukan rujukan ke rumah sakit untuk
administrasi antibiotik melalui jalur intravena.
d. Penatalaksanaan traumatisme dental:
Aplikasi antibiotik secara lokal pada permukaan akar gigi yang mengalami avulsi
(doksisisklin 1 mg/20 ml) mengurangi kemungkinan terjadinya reabsorbsi akar dan
meningkatkan vaskularisasi pulpa. Administrasi antibiotik sistemik dapat dilakukan sebagai
perawatan kombinasi (penisilin dan derivatnya dalam dosis tinggi, atau doksisiklin dosisnormal).
tinggi dibandingkan jika antibiotik digunakan untuk tujuan terapeutik. Jadi, dosis profilaktik
yang diberikan sebelum pembedahan haruslah dua kali lipat dibandingkan dosis terapeutik.1
Antibiotik profilaksis diindikasikan untuk situasi berikut ini:3
a) Pasien yang mengalami gangguan jantung akibat endokarditis; banyak pasien yang
beresiko menderita endokarditis setelah menjalani perawatan dental, akibat riwayat gangguan
jantung. The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) telah menyetujui pedoman
pencegahan bakterial endokarditis yang dibuat oleh American Heart Association. Pedoman
tersebut menegaskan bahwa anak-anak yang memiliki riwayat administrasi obat-obatan
melalui intravena, dan anak-anak yang menderita sindrom tertentu [seperti, Down syndrome,
atau Marfan syndrome], beresiko mengalami bakteriall endokarditis, akibat anomali jantung.
b) Pasien immunocompromise: pasien semacam ini tidak dapat mentolerir bakterimia
transien setelah perawatan dental invasif. Jadi, pasien yang sedang menjalani kemoterapi,
iradiasi, atau transplantasi sumsum tulang harus dirawat dengan hati-hati. Kriteria tersebut
juga berlaku pada pasien yang mengalami kondisi berikut ini: infeksi human
immunodeficiency virus (HIV), defisiensi imun, neutropenia, imunosupresi, anemia,
splenectomy, terbiasa mengkonsumsi steroid, lupus eritematosus, diabetes, dan transplantasi
organ.
c) Pasien yang memakai shunt, kateter atau protesa vaskuler: bakterimia setelah
perawatan dental invasif akan meningkatkan kolonisasi pada kateter atau shunt vaskuler.
Pasien yang menjalani dialisis atau kemoterapi, atau transfusi darah, juga sangat rentan
terhadap gangguan ini.
DAFTAR PUSTAKA