You are on page 1of 70

Asuhan Keperawatan

Penanganan Kasus Palliatif dg


Kasus Lansia
Oleh Diah Setiani, M. Kes

Pendahuluan
Berdasarkan

Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor:
812/Menkes/SK/VII/2007 tantangan yang
kita hadapi pada di hari-hari kemudian
nyata sangat besar. Meningkatnya jumlah
pasien dengan penyakit yang belum
dapat disembuhkan baik pada dewasa
dan anak seperti penyakit kanker,
penyakit degeneratif, penyakit paru
obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke,

Parkinson,

gagal jantung /heart


failure, penyakit genetika dan
penyakit infeksi seperti HIV/ AIDS
yang memerlukan perawatan paliatif,
disamping kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Namun

saat ini, pelayanan


kesehatan di Indonesia belum
menyentuh kebutuhan pasien
dengan penyakit yang sulit
disembuhkan tersebut, terutama
pada stadium lanjut dimana
prioritas pelayanan tidak hanya
pada penyembuhan tetapi juga
perawatan agar mencapai
kualitas hidup yang terbaik bagi
pasien dan keluarganya.

Pada

stadium lanjut, pasien dengan


penyakit kronis tidak hanya
mengalami berbagai masalah fisik
seperti nyeri, sesak nafas, penurunan
berat badan, gangguan aktivitas
tetapi juga mengalami gangguan
psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien
dan keluarganya.

Maka

kebutuhan pasien pada


stadium lanjut suatu penyakit
tidak hanya pemenuhan/
pengobatan gejala fisik, namun
juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologis,
sosial dan spiritual yang
dilakukan dengan pendekatan
interdisiplin yang dikenal sebagai
perawatan paliatif. (Doyle &
Macdonald, 2003: 5)

Masyarakat menganggap
perawatan paliatif hanya untuk
pasien dalam kondisi terminal yang
akan segera meninggal. Namun
konsep baru perawatan paliatif
menekankan pentingnya integrasi
perawatan paliatif lebih dini agar
masalah fisik, psikososial dan
spiritual dapat diatasi dengan baik.

Perawatan

paliatif adalah
pelayanan kesehatan yang
bersifat holistik dan terintegrasi
dengan melibatkan berbagai
profesi dengan dasar falsafah
bahwa setiap pasien berhak
mendapatkan perawatan terbaik
sampai akhir hayatnya. (Doyle &
Macdonald, 2003: 5)

Rumah

sakit yang mampu


memberikan pelayanan perawatan
paliatif di Indonesia masih terbatas
di 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu
Jakarta, Yogyakarta, Surabaya,
Denpasar dan Makassar. Ditinjau
dari besarnya kebutuhan dari
pasien, jumlah dokter yang mampu
memberikan pelayanan perawatan
paliatif juga masih terbatas.

Keadaan

sarana pelayanan perawatan


paliatif di Indonesia masih belum
merata sedangkan pasien memiliki hak
untuk mendapatkan pelayanan yang
bermutu, komprehensif dan holistik,
maka diperlukan kebijakan perawatan
paliatif di Indonesia yang memberikan
arah bagi sarana pelayanan kesehatan
untuk menyelenggarakan pelayanan
perawatan paliatif. (KEPMENKES RI
NOMOR: 812, 2007)

Perawatan

paliatif adalah pendekatan


yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan
dan peniadaan melalui identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah-masalah
lain, fisik, psikososial dan spiritual
(KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).

Menurut

KEPMENKES RI NOMOR:
812, 2007 kualitas hidup pasien
adalah keadaan pasien yang
dipersepsikan terhadap keadaan
pasien sesuai konteks budaya
dan sistem nilai yang dianutnya,
termasuk tujuan hidup, harapan,
dan niatnya.

Dimensi

dari kualitas hidup yaitu


Gejala fisik, Kemampuan
fungsional (aktivitas),
Kesejahteraan keluarga, Spiritual,
Fungsi sosial, Kepuasan terhadap
pengobatan (termasuk masalah
keuangan), Orientasi masa
depan, Kehidupan seksual,
termasuk gambaran terhadap diri
sendiri, Fungsi dalam bekerja.

Konsep Lansia
Pasal

1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun


1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa
usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus
diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan
diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea,
2005).

Lansia

adalah fase menurunnya kemampuan


akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia
dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi
dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia
lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang
normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).

Batasan-batasan Usia Lanjut


1. WHO
Usia Lanjut:
Usia Pertengahan (middle age) =
kelompok usia sampai 59 tahun
Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74
tahun
Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90
tahun
Usia sangat tua (very old) = diatas 90
tahun

2. Prof Dr. Ny. Sumiati Ahmad


Mohamad
Membagi periodesasi biologis
perkembangan manusia sebagai
berikut:
0 1 th = masa bayi
1 6 th = masa pra sekolah
6 10 th = masa sekolah
10 20 th = masa pubertas
40 -65 th = masa setengah umur

(prasenium)
65 th keatas = masa lanjut usia

3. Dra Ny. Jos Masdani (Psikolog UI) Usia


lanjut merupakan kelanjutan dari usia
dewasa.

Fase iuventus = antara 25 dan 40 th


Fase vertilitas = antara 40 dan 50 th
Fase prasenium = antara 55 dan 65 th
Fase senium = antara 65 th hingga
tutup

mata

4. Prof Dr Koesoemato Setyonegoro


Usia dewasa muda (elderly adulhood)
= 18 atau 20 25 th
Usia dewasa penuh (middle years)
atau maturitas = 25 60 th atau 65 th
Lanjut usia (Geriatric age) > 65 atau
70 th
Young old = 70 75 th
Old = 75 80 th
Very old = > 80 th.

Data
Menurut

data PBB, Indonesia


diperkirakan mengalami peningkatan
jumlah warga berusia lanjut yang
tertinggi di dunia, yaitu 414%, hanya
dalam waktu 35 tahun (1990 -2025),
sedangkan di tahun 2020
diperkirakan jumlah penduduk usia
lanjut akan mencapai 25,5 juta jiwa.

Bentuk

piramida penduduk tentu


akan berubah, dari piramida
menjadi seperti bentuk lonceng,
dimana populasi berusia muda
masih banyak, namun populasi
berusia lenjut menjadi semakin
meningkat. Hal tersebut
merupakan konskuensi dari
meningkatnya usia harapan
hidup dan menurunnya fertilitas.

Transisi Epidemiologi
Akibat populasi usia lanjut yang meningkat maka akan
terjadi transisi epidemiologi :
- pola penyakit bergeser dari infeksi dan gangguan gizi
menjadi penyakit-penyakit degeneratif (diabetes,
hipertensi, neoplasma, penyakit jantung koroner).

Penanganan penyakit-penyakit ini biasanya


memerlukan teknologi kedokteran yang lebih tinggi
dan konsekwensinya dibutuhkan biaya yang mahal.

Indonesia tidak sepenuhnya mampu memenuhi


kebutuhan ini, bukan saja disebabkan oleh anggaran
yang terbatas, namun karena pada saat yang sama
kita masih harus menghadapi penyakit-penyakit
infeksi dan kekurangan gizi.

Sarana

kesehatan bagi warga usia


lanjut baik yang sehat maupun yang
sakit juga memerlukan modifikasi.
Adanya ruang rehabilitasi akut, ruang
rawat akut, dan kronik, ruang respite
dan sarana day hospital sudah harus
disiapkan sedini mungkin di rumah
sakit. Sarana yang community based
seperti day care center juga mutlak di
perlukan dalam rangka mendekatkan
pelayanan kepada kelompok rentan ini.

Akhirnya

sistem pelayanan
kesehatan yang lain seperti asuransi
kesehatan, tim terpadu geriatri yang
bekerja secara interdisiplin harus
dikembangkan seperti perawatan
palliative care pada lansia, dalam
rangka menjawab tantangan
perubahan demografi dan
epidemiologi yang sebenarnya
sedang berlangsung.

Permasalahan
Palliatif care pada Lansia

Perubahan perubahan yang terjadi


pada Lansia
Perubahan Fisik :
1. Sel
2. St. respirasi
3. St. Persyarafan
4. St. Pendengaran
5. St. Penglihatan
6. St. Kardiovaskuler
7. St. pengaturan suhu tubuh
8. St. Pencernaan
9. St. Genitourinaria
10.St. Muskuloskeletal
11.St. Endokrin
12.St. kulit

Perubahan perubahan Mental


Faktor faktor yang mempengaruhi:
Perubahan fisik khususnya organ perasa
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan
Lingkungan

Kenangan (memory) :
a. Kenangan jangka panjang : Berjam-jam sampai
berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika : 0 10 menit,
kenangan buruk
IQ (Intelegensi Quantion) :
a.tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal.
b.Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan.

Perubahan perubahan Psikososial


1. Pensiun :
Nilai seseorang sering diukur oleh
produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila ia
pensiun akan mengalami kehilangan
antara lain :
kehilangan finansial
Kehilangan status (dulu mempunyai
jabatan dengan posisi yang tinggi lengkap
dengan fasilitasnya)
Kehilangan teman/relasi atau kenalan
Kehilangan pekerjaan/kegiatan

2.
3.

4.

5.

Merasakan atau sadar akan kematian


Perubahan dalam cara hidup, yaitu
memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
Ekonomi akibat pemberhentian dari
jabatan, meningkatnya biaya hidup
pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan
Penyakit kronis dan
ketidakmampuan.

Gangguan saraf pancaindera;


timbul kebutaan dan ketulian
7. Gangguan gizi akibat kehilangan
jabatan
8. Rangkaian dari kehilangan;
kehilangan teman dan family
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan
fisik ; perubahan terhadap
gambaran diri dan konsep diri
6.

Perkembangan spiritual

Agama atau kepercayaan makin


terintegrasi dalam kehidupannya
Lansia makin matang dalam kehidupan
keagamaannya
Berpikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dan
keadilan

DAMPAK DAN REAKSI TERHADAP


PERUBAHAN
Sensitivitas

emosional yang akhirnya


menjadi sumber banyak masalah pada
masa menua : pada masa usia dewasa
tampil cantik/tampan, pada usia lanjut
seseorang merasa kehilangan
kecantikannya/ketampanannya akibat
kemunduran fisik.
Kecemasan timbul karena merasa diri
mulai kurang menarik/kurang mampu.

Klimakterium pada pria dan wanita yang


menyebabkan dorongan seksualitas
menurun
Menopause pada wanita : haid tidak
teratur, gelombang rasa panas kadang
timbul dimuka, leher, dada bagian atas,
keluar keringat yang banyak (rasa panas
30 1 jam).
gejala psikologis : rasa takut, tegang,
gugup, mental kurang mantap, mudah
sedih, cepat marah, mudah tersinggung.

Semua

dampak perubahan yg tjd


disebut proses menua
Proses meua sudah mulai
berlangsung sejak seseorg
mencapai usia dewasa
Perubahan tubuh yg terjadi
sehingga tubuh mati
Menghadapi proses kematian

Konsep Kematian
Kematian

adalah penghentian
permanen semua fungsi tubuh yang
vital, akhir dari kehidupan manusia
(Mass, 2011).
Pengertian kematian / mati adalah
apabila seseorang tidak teraba lagi
denyut nadinya tidak bernafas selama
beberapa menit dan tidak menunjukan
segala refleks, serta tidak ada kegiatan
otak.(Nugroho, 2008)

Ciri atau tanda klien lanjut usia


menjelang kematian
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Gerakan dan pengindraan menghilang secara


berangsur angsur. Biasanya dimulai pada
anggota badan, khususnya kaki dan ujung
kaki
Badan dingin dan lembab, terutama pada
kaki, tangan dan ujung hidungnya
Kulit tampak pucat
Denyut nadi mulai tak teratur
Tekanan darah menurun
Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi
turun.
Pernafasan cepat dangkal dan tidak teratur.

Tanda tanda meninggal secara


klinis
Secara

tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat


dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi
dan tekanan darah.
Pada

tahun 1968, World Medical Assembly,


menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi
kematian, yaitu :
1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar
secara total.
2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya
pernafasan.
3. Tidak ada reflek.
4. Gambaran mendatar pada EKG.

TAHAP-TAHAP KEMATIAN KUBLERROSSS ( KUBLER-ROSSS DYING)


Menurut Yosep iyus (2007, 175) tahap
kematian dapat dibagi menjadi 5 :
1. Denial and isolation (menolak dan
mengisolasi diri)
2. Anger (marah)
3. Bargaining (tawarmenawar)
4. Depression (depresi)
5. Acceptance
(penerimaan/menerima kematian)

Tahap kematian (Nugroho, 2008)


Tahap Pertama ( Penolakan )
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasanya,
sikap itu ditandai dengan komentar saya?tidak, itu tidak
mungkin. Selama tahap ini klien lanjut usia
sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua
orang, kecuali dirinya.

1.

Klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap


penolakannya sehingga ia tidak memerhatikan fakta yang
mungkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. Ia
bahkan menekan apa yg telah ia dengar atau mungkin
akan meminta pertolongan dari berbagai macam sumber
profesional dan nonprofesional dalam upaya melarikan
diri dari kenyataan bahwa mau sudah diambang pintu.

Tahap kedua (marah)


tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi tidak
terkendali. Klien lanjut usia itu berkata mengapa saya?
sering kali klien lanjut usia akan selalu mencela setiap
orang dalam segala hal.

2.

Ia mudah marah terhadap perawat dan petugas


kesehatan lainya tentang apa yang mereka lakukan.
Pada tahap ini, klien lanjut usia lebih menganggap hal ini
merupakan hikmah, daripada kutukan. Kemarahan disini
merupakan mekanisme pertahanan diri klien lanjut usia.
Akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju
kepada kesehatan dankehidupan. Pada saat ini, perawat
kesehatan harus berhati hati dalam memberi penilaian
sebagai reaksi yang normal terhadap kemtian yang perlu
diungkapkan.

Tahap ketiga (tawar menawar )


Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya
berkata , ya, benar aku, tapi... kemarahan biasanya
mereda dan klien lanjut usia biasanya dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang
sedang terjadi pada dirinya.

3.

Akan tetapi, pada tahap tawar menawar ini banyak orang


cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga
mereka sebelum mau tiba, dan akan menyiapkan
beberapa hal, misalnya klien lanjut usia mempunyai
permintaan terkhir untuk melihat pertandingan olahraga,
mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau makan
direstoran.
Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena
membantu klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.

Tahap ketiga (tawar menawar )


Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya
berkata , ya, benar aku, tapi... kemarahan biasanya
mereda dan klien lanjut usia biasanya dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang
sedang terjadi pada dirinya.

3.

Akan tetapi, pada tahap tawar menawar ini banyak orang


cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga
mereka sebelum mau tiba, dan akan menyiapkan
beberapa hal, misalnya klien lanjut usia mempunyai
permintaan terkhir untuk melihat pertandingan olahraga,
mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau makan
direstoran.
Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena
membantu klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.

Tahap keempat (sedih/ depresi )


Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada
hakikatnya berkata ya, benar aku hal ini biasanya
merupakan saat yang menyedihkan karena lanjut usia
sedang dalam suaana berkabung.

4.

Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang yang


dicintainya dan sekarang ia akan kehilangan
nyawanya sendiri. Bersamaan dengan itu, dia harus
meninggalkan semua hal menyenangkan yang telah
dinikmatinya.
Selama tahap ini, klien lanjut usia cenderung tidak
banyak bicara dan sering menangis. Saatnya perawat
duduk dengan tenang disamping klien lanjut usia yang
melalui masa sedihnya sebelum meninggal

Tahap kelima (menerima/ asertif)


Tahap ini ditandai oleh sikap menerima
kematian.menjelang saat ini, klien lanjut usia
telah membereskan segala urusan yg belum
selesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi
karena sudah menyatakan segala sesuatunya.

5.

Tawar menawar sudah lewat dan tibalah saat


kedamaian dan ketenangan. Seseorang mungkin
saja lama ada dalam tahap menerima, tetapi
bukan tahap pasrah yang berarti kekalahan .
Dengan kata lain pasrah terhadap maut tidak
berarti menerima maut.

Perawatan paliatif pada Lansia


menjelang ajal
Dalam

memberi asuhan keperawatan kepada lanjut


usia, yang menjadi objek adalah pasien lanjut usia
(core), disusul dengan aspek pengobatan medis
(cure), dan yang terakhir, perawatan dalam arti yang
luas (care).

Core,

cure, dan care merupakan tiga aspek yang


saling berkaitan dan saling berpengaruh. Kapanpun
ajal menjemput, semua arang harus siap. Namun
ternyata, semua orang, termasuk lanjut usia, akan
merasa syok berat saat dokter memvonis bahwa
penyakit yang dideritanyatidak bisa di sembuhkan
atau tidak ada harapan untuk sembuh.

Pada

kondisi ketika lanjut usia menderita sakit


yang telah berada pada stadium lanjut dan cure
sudah tidak menjadi bagian yang dominan, care
menjadi bagian yang paling berperan. Salah satu
alternatif adalah perawatan paliatif.

Perawatan

paliatif adalah semua tindakan aktif


untuk meringankan beban penderita, terutama
yang tidak mungkin disembuhkan.

Tindakan

aktif antara lain mengurangi atau


menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta
memperbaiki aspek psikologis, social, dan
spiritual.

Tujuan perawatan paliatif


Mencapai

kualitas hidup maksimal bagi si sakit


(lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif
tidak hanya di berikan kepada lanjut usia yang
menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan
segera setelah di diangnosa oleh dokter bahwa
lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak
ada harapan untuk sembuh (mis, menderita
kanker).

Sebagian

besar pasien lanjut usia, pada suatu


waktu akan menghadapi keadaan yang disebut
stadium paliatif, yaitu kondisi ketika pengobatan
sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan.

Diperlukan

pendekatan holistik yang dapat


memperbaiki kualitas hidup klien lanjut usia.

Kualitas

hidup adalah bebas dari segla sesuatu yang


menimbulkan gejala, nyeri, dan perasaan takut
sehingga lebih menekankan rehabilitasi daripada
pengobatan agar dapat menikmati kesenangan selama
akhir hidupnya.

Sesuai

arti harfiahnya, paliatif bersifat meringankan,


bukan menyembuhkan.

Jadi,

perawatan paliatif diperlukan untuk meningkatkan


kualitas hidup dengan menumbuhkan semangat dan
motivasi. Perawatan ini merupakan pelayanan yang
aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari
berbagai displin ilmu.

Tim perawatan paliatif


Terdiri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

atas tim terintegrasi, antara lain:


Dokter
Perawat
Psikolog
ahli fisioterapi
pekerja social medis
ahli gizi
Rohaniawan dan relawan

Pemberi

asuhan keperawatan pada pasien harus


bekerjasama secara profesional, ikhlas, dan
dengan hati yang bersih.

Bagan

kepemimpinan pada perawatan


paliatif tidak berbentuk kerucut ,
melainkan berbentuk lingkaran dengaan
pasien sebagai titik sentral .

kunci

keberhasilan kerja interdisiplin


bergantung pada tanggung jawab setiap
anggota tim , sesuai dengan kemahiran
dan spesialisasinya, sehingga setiap kali
pemimpin berganti, tugas masingmasing tidak akan terganggu.

Perlu diingat !!!


Perawatan

paliatif lanjut usia bukan


untuk intervensi yang bersifat kritis.
Perawatan paliatif adalah perawatan
yang terencana.walaupun dapat
terjadi kondisi kritis dan kedaruratan
medis yang tidak terduga, hal ini
dapat diantisipasi, bahkan dapat
dicegah melalui ikatan kerja tim
yang solid dan kuat .

Asuhan keperawatan lansia


menghadapi kematian
Pengkajian
1. Perasaan takut
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap
rasa nyeri yang tidak terkendalikan yang
begitu sering diasosiasikan dengan keadaan
sakit terminal, terutama apabila keadaan itu
disebabkan oleh penyakit yang ganas.
Perawat

harus menggunakan pertimbangan


yang sehat apabila sedang merawat orang
sakit terminal. Perawat harus mengendalikan
rasa nyeri pasien dengan cara yang tepat.

Perasaan

takut, mungkin takut terhadap rasa nyeri,


walaupun secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi
dengan obat penghilang rasa nyeri, seperti aspirin,
dehidrokodein, dan dektromoramid.

Apabila

orang berbicara tentang perasaan takut mereka


terhadap maut, respon mereka secara tipikal mencakup
perasaan takut tentang hal yang tidak jelas, takut
meninggalkan orang yang dicintai, kehilangan martabat,
urusan yang belum selesai, dan sebagainya.

Kematian

merupakan berhentinya kehidupan. Semua


orang akan mengalami kematian tersebut. Dalam
menghadapi kematian ini, pada umumnya orang merasa
takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan terhadap
kematian ini dapat membuat pasien tegang dan stress.

2.

Emosi.
Emosi pasien yang muncul pada tahap
menjelang kematian, antara lain mencela
dan mudah marah.

3.

Tanda vital
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin
pada suhu badan, denyut nadi, pernapasan,
dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis
yang mengaturnya berkaitan satu sama lain.
Setiap perubahan yang berlainan dengan
keadaan yang normal dianggap sebagai
indikasi yang penting untuk mengenali
keadaan kesehatan seseorang.

4.

Kesadaran.
Kesadaran yang sehat dan adekuat
dikenal sebagai awas waspada, yang
merupakan ekspresi tentangapa yang
dilihat, didengar, dialami, dan perasaan
keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar,
gerak, gerak tekan, dan sikap, bersifat
adekuat, yaitu tepat dan sesuai

5.

Fungsi tubuh. Tubuh terbentuk atas


banyak jaringan dan organ. Setiap
organ mempunyai fungsi khusus.

Pemenuhan kebutuhan klien


menjelang kematian :
Kebutuhan jasmaniah
Kemampuan toleransi terhadap
rasa sakit berbeda pada setiap
orang. Tindakan yang
memungkinkan rasa nyaman
bagi klien lanjut usia (mis., sering
mengubah posisi tidur,
perawatan fisik, dan
sebagainya ).

Kebutuhan fisiologis
a)Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu
melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit,
rambut, mulut, badan dan sebagainya.
b)Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit
digunakan pada klien dengan sakit terminal,
seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian
obat ini diberikan sesuai dengan tingkat
toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obatobatan lebih baik diberikan Intra Vena
dibandingkan melalui Intra Muskular atau

c) Membebaskan Jalan Nafas


Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler
akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu
dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan
bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah
posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan
pemberian oksigen.
d)Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu
untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti
posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan
secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat
untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah
menurun.

e)Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena
adanya penurunan peristaltik. Dapat
diberikan annti ametik untuk mengurangi
nausea dan merangsang nafsu makan
serta pemberian makanan tinggi kalori dan
protein serta vitamin. Karena terjadi tonus
otot yang berkurang, terjadi dysphagia,
perawat perlu menguji reflek menelan
klien sebelum diberikan makanan, kalau
perlu diberikan makanan cair atau Intra
Vena atau Invus.

f)Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan
tonus otot dapat terjadi konstipasi,
inkontinen urin dan feses. Obat laxant
perlu diberikan untuk mencegah
konstipasi. Klien dengan inkontinensia
dapat diberikan urinal, pispot secara
teratur atau dipasang duk yang diganjti
setiap saat atau dilakukan kateterisasi.
Harus dijaga kebersihan pada daerah
sekitar perineum, apabila terjadi lecet,
harus diberikan salep.

g)Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan
menjadi kabur, klien biasanya
menolak atau menghadapkan
kepala kearah lampu atau tempat
terang. Klien masih dapat
mendengar, tetapi tidak dapat
atau mampu merespon, perawat
dan keluarga harus bicara
dengan jelas dan tidak berbisikbisik.

Kebutuhan emosi
Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan
klien lanjut usia dalam menghadapi kematian:
a)Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang
hebat ( ketakutan yang timbul akibat menyadari
bahwa dirinya tidak mampu mencegah kematian).
b)Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama
mendampinginya. Misalnya, lanjut usia ingin
memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu
dan kemudian hari. Bila pembicaraan tersebut
berkenaan, luangkan waktu sejenak.
c)Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama
terhadap klien.

Kebutuhan sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan
diruang isolasi, dan untuk memenuhi
kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat
melakukan:
a)Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin
didatangkan untuk bertemu dengan klien
dan didiskusikan dengan keluarganya,
misalnya: teman-teman dekat, atau
anggota keluarga lain.
b)Menggali perasaan-perasaan klien
sehubungan dengan sakitnya dan perlu
diisolasi.

c)Menjaga penampilan klien pada saatsaat menerima kunjungan kunjungan


teman-teman terdekatnya, yaitu dengan
memberikan klien untuk membersihkan
diri dan merapikan diri.
d)Meminta saudara atau teman-temannya
untuk sering mengunjungi dan mengajak
orang lain dan membawa buku-buku
bacaan bagi klien apabila klien mampu
membacanya.

Kebutuhan spiritual
a)Menanyakan kepada klien tentang harapanharapan hidupnya dan rencana-rencana
klien selanjutnya menjelang kematian.
b)Menanyakan kepada klien untuk
mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c)Membantu dan mendorong klien untuk
melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.

Dx. Keperawatan
1.

Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen yang


berhubungan dengan adanya penyumbatan slem yang
ditandai dengan sesak napas

2.

Gangguan kenyamanan yang berhubungan dengan batuk,


panas tinggi yang ditandai pasien gelisah

3.

Gangguan kesadaran yang berhubungan dengan dampak


patologis degan manifestasi apatis/koma

4.

Perubahan nutrisi sebagai dampak patologis dengan


menampakkan makanan yang dihabiskan sering tidak habis.

5.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang


berhubungan dengan muntah dan diare yang ditandai
dengan turgor jelek, mata cekung, suhu naik.

6.

Gangguan eliminasi alvi yang berhubungan


dengan obstipasi yang ditandai beberapa hari
pasien tidak defekasi

7.

Gangguan eliminasi urine yang berhubungan


dengan produksi urinenya, yang ditandai
dengan jumalah urinenya berapa cc.

8.

Keterbatasan gerakan yang berhubungan


dengan tirah baring lama yang ditandai dengan
kaku sendi/otot

9.

Perubahan dalam merawat diri sendiri


sebagai dampak patologis

10.Gangguan

psikologis yang
berhubungan dengan perubahan pola
seksualitas yang ditandai susah tidur,
pucat, murung.

11.Cemas

yang berhubungan dengan


memikirkan penyakitnya dan
keluarga

Tugas !
4 kelompok
Buat Askep meliputi Pengkajian, Dx.Kep
dan intervensi pada perawatan Lansia
yang mengalami masalah Palliatif
1. Fisik
2. Psikologis
3. Psikososial
4. Spiritual
Selamat mengerjakan,...

You might also like