You are on page 1of 14

PERCOBAAN II

Pemeriksaan Simplisia Secara Makroskopik


I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi simplisia berdasarkan bentuk,
warna, bau, dan rasa.
2. Mahasiswa mngetahui anatomi ( irisan membujur dan melintang) bagian
tumbuhan (akar, batang, daun dan biji) termasuk isi sel yang memiliki
bentuk tertentu.
II. Dasar Teori
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia
berupa tananman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat
tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia
murni. Simplisia hewani yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni. Simplisia mineral atau pelican adalah simplisia yang berupa
bahan mineral atau pelican yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Gunawan, 2004).
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen, atau kotoran hewan,
tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir
dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, tidak boleh
mengandung bahan lain yang beracun dan berbahaya. Simplisia hewani harus
bebas dari fragmen hewan asing atau kotoran hewan,tidak boleh menyimpang
bau dan warnanya, tidak boleh mengandung cendawan atau tanda-tanda
pengotor lainnnya, tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun dan
berbahaya. Simplisia pelican harus bebas dari pengotoran oleh tanah, batu,
hewan, fragmen hewan, dan bahan asing lainnya (Triharto, 1996).
Pada umumnya proses pembuatan simplisia terdiri dari sartasi atau
pemilahan, pencucian, perajangan, atau pengirisan dan pengeringan.

Penyortiran dilakukan untuk memperoleh simplisia sesuai yang dikehendaki


baik kemurnian maupun kebersihannya. Tahap sortasi memerlukan ketelitian
yang tinggi. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran kotoran yang
melekat pada tanaman, yang akan digunakan. Pencucian harus dilakukan
dengan cepat untuk menghindari terlarutnya zat aktif. Perajangan pada
simplisia bertujuan untuk mempermudah proses berikutnya.

Proses

pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,


sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama (Sama,2009).
Pemeriksaan mutu simplisia dapat dilakukan dengan cara makroskopik
dan mikroskopik. Anlisis mikroskopik dapat dilakukan dengan cepat dan
sederhana setelah sedikit berlatih, untuk itu diperlukan pengetahuan tentang
peralatan tersebut maupun prosedur yang harus dilakukan. Jika simplisia
tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan maka
simplisia dianggap bermutu rendah, terutama persyaratan kadarnya. Hal yang
menyebabkan simplisia bermutu rendah yaitu tanaman asal, cara panen, dan
pengeringan yang salah, pemyimpanan terlalu lama, kelembaban atau panas,
atau isinya telah disari dengan cara pelarutan dan penyulingan. Secara garis
besar ada beberapa macam cara pemeriksaan dalam menilai simplisia yaitu :
-

Secara organoleptik

Secara mikroskopik

Secara fisika

Secara hayati

Secara makroskopik
Nama latin simplisia ditetapkan dengan menyebutkan nama marga

(genus), atau nama jenis (spesies) atau petunjuk jenis (specific ephitet)
tanaman asal, diikuti dengan bagian tanaman yang dipergunakan. Ketentuan
ini tidak berlaku untuk simplisia nabati yang diperoleh dari beberapa macam
tanaman yang berbeda-beda marganya maupun untuk eksudat tanaman. Nama
latin simplisia hewan ditetapkan dengan menyebutkan nama latin yang paling
umum bagi simplisia tersebut. Nama latin simplisia pelikan ditetapkan
dengan menyebutkan nama latin yang paling umum bagi simplisia tersebut.
Nama latin dengan beberapa perkecualian ditulis dalam bentuk tunggal dan

diperlakukan sebagai kata benda netral deklinasi kedua. Nama Indonesia


simplisia nabati, hewani, atau simplisia pelikan ditulis dengan menyebutkan
nama daerah yang paling lazim. Jika simplisia nabati berupa bagian tanaman,
maka nama daerah tersebut didahului dengan nama bagian tanaman yang
dipergunakan (Sama,2009).
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau
pembelian dari pengumpul / pedagang simplisia. Pemeriksaan organolpetik
dan

makroskopik

dilakukan

dengan

mengguankan

indera

manusia.

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan


mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian
simplisia dan pemeriksaan untuk menetapkan mutu berdasarkan senyawa
aktifnya, umumnya meliputi pengamatan terhadap serbuk (Heinrich, 2009).
Pemeriksaan mutu simplisia umumnya diawali begitu sampai pada tahap
akhir proses penyimpanan simplisia, yaitu setelah dilakukan sortasi kering.
Untuk memeriksa mutu simplisia sudah ada pedoman resmi dari Departemen
Kesehatan RI yaitu monografi-monografi yang tertera dalam Farmakope
Indonesia (FI), Ekstra farmakope Indonesia (EFI), dan Materia Medika
Indonesia(MMI). Pengujian mutu simplisia meliputi pemeriksaan :
1. Organoleptis
2. Kebenaran jenis simplisia, yang dapat ditentukan secara
1. Makroskopik dan mikroskopik
2. Kimia, identifikasi komponen kimiawi dominan dalam simplisia
secara kualitatif dan kuantitatif
3. Kadar air dan susut pengeringan dengan metode resmi yang
berlaku atau metode lain yang sesuai
4. Kemurnian sari yang terlarut dalam etanol, batas bahan organik
asing dan kadar abu
5. Pemeriksaan aktivitas farmakologi
6. Untuk simplisia asal kultur jaringan dilakukan pemeriksaan
cemaran pestisida (apabila diperlukan)
Metode mikroskopi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya pemalsuan simplisia, namun terbatas pada

segi kualitatif saja. Untuk maksud ini, penganalisis harus memahami betul
ciri khas dari setiap simplisia secara mikroskopi. Yang dimaksud haksel
adalah simplisia dalam bentuk rajangan, irisan, fragmen atau utuh yang
biasanya terdapat dalam ramuan atau sediaan (haksel tidak berbentuk serbuk).
Pertelaan atau deskripsi yang diperlukan dalarn mendeskripsikan suatu
simplisia melipuii tumbuhan atau tanaman asal, suku atau familia, bentuk
sediaan dan pertelaan secara organoleptis, ciri khas (bila ada), ukuran bila
perlu, serta gambar dari contoh simplisia yang dideskripsikan (Heinrich,
2009).
III. Metodologi Percobaan
III.1Alat
- Panca indera (mata, hidung, dan mulut)
- Kertas untuk tempat simplisia
III.2Bahan
- Simplisia kunyit
- Simplisia temu giring
- Simplisia laos
- Simplisia kencur
- Simplisia temulawak
- Simplisia sukun
- Simpilisia cengkeh
- Simplisia ketumbar
- Simplisia meniran
- Simplisia sirsak
- Simplisia tapak dara
- Simplisia daun salam
- Simplisia sambiloto
- Simplisia tempuyang
- Simplisia daun belimbing
- Simplisia daun papaya
- Simplisia kedaung
- Simplisia daun sendok
- Simplisia kemukus
- Simplisia kayu angin
III.3Cara Kerja

a. Ambil contoh yang mewakili simplisia tersebut, sebutkan nama


tanaman asal, dan suku kemudian deskripsikan wujudnya secara
umum kemudian ciri khasnya.
b. Lakukan pemeriksaan makroskopik meliputi bentuk, warna, bau,
dan rasa. Jika perlu dirobek dipatahkan atau diremuk.
c. Gambar simplisia tersebut.

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1. Hasil
No

Gambar

Hasil

1.

Kunyit ( Curcuma Domestica)

Suku : Zingiberaceae
Warna : jingga
Bentuk : tipis oval
Aroma : bau khas kunyit
menyengat
Rasa : tidak berasa

Temu giring ( Curcuma heyneana)

Suku : Zingiberaceae
Warna : jingga kecoklatan
Bentuk : tipis
Aroma : bau khas temu giring
Rasa : tidak ada rasa

Laos ( Alpinia galanga L.)

Suku : Zingiberaceae
Warna : coklat muda
Bentuk : tipis persegi
Aroma : bau khas laos
Rasa : sepat, pedas

Kencur ( Kaempferia galanga L.)

Suku : Zingiberaceae
Warna : putih kecoklatan
Bentuk : tipis oval
Aroma : bau khas kencur
Rasa : agak pedas

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza L.)

Suku : Zingiberaceae
Warna : jingga kecoklatan
Bentuk : pipih persegi
Aroma : bau khas temulawak
menyengat
Rasa : sedikit pedas

Daun sukun ( Artocarpus altilis)

Suku : Moraceae
Warna : hijau kekuningan
Bentuk : daun

Aroma : bau khas sukun


Rasa : hambar

Cengkeh

Eugenia

caryoplhyllata

Thunb)

Suku : Myrtaceae
Warna : hitam kecoklatan
Bentuk : seperti bunga
Aroma : khas cengkeh
Rasa : pahit pedas

Ketumbar ( Coriandrum sativum)

Suku : Apiaceae
Warna : coklat krim
Bentuk : bulat
Aroma : bau khas ketumbar
Rasa : sepat

Meniran (Phyllantus urinaria)

Suku : Euphorbiaceae
Warna : coklat muda
Bentuk : bulat
Aroma : tidak ada aroma
Rasa : tidak ada rasa

10

Daun sirsak ( Annona muricata)

Suku : Annoceae
Warna : coklat kekuningan
Bentuk : panjang
Aroma : khas daun sorsak
Rasa : tidak ada rasa

11.

Tapak Dara ( Catantus roseus)

Suku

: Apocynaceae

Warna

: Hijau kecoklatan

Bentuk

: Daun panjang

12.

13.

14.

15.

Aroma

: Tidak ada aroma

Rasa

: Pahit

Suku

: Myrtaceae

Warna

: Coklat

Bentuk

: Daun panjang

Aroma

: Tidak ada aroma

Rasa

: Tidak ada rasa

Suku

: Acanthaceae

Warna

: Hijau tua

Bentuk

: Daun panjang

Aroma

: Bau khas sambiloto

Rasa

: Pahit

Suku

: Asteraceae

Warna

: Abu-abu Gelap

Bentuk

: Daun panjang

Aroma

: Bau menyengat

Rasa

: Sepat

Daun Belimbing ( Averrhoa carambola

Suku

: Oxvalidaceae

L.)

Warna

: Hijau kekuningan

Daun Salam ( Syzgium polyanthum)

Sambiloto ( Andrographis paniculata)

Tempuyung ( Sonchus arvensis L.)

Bentuk

: Daun lebar

Aroma : Khas daun belimbing

16.

17.

18.

Daun Pepaya ( Carica papaya L.)

Kedaung ( Parkia timoriana)

Daun

Sendok

plantaginaceae)

Plantago

mayor

Rasa

: Agak pahit

Suku

: Caricaceae

Warna

: Agak kekuningan

Bentuk

: Daun lebar

Aroma

: Khas daun pepaya

Rasa

: Pahit

Suku

: Fabaceae

Warna

: Coklat kehitaman

Bentuk

: Biji pipih

Aroma

: Tidak ada bau khas

Rasa

: Tidak ada rasa

Suku

: Plantaginaceae

Warna

: Abu-abu gelap

Bentuk

: Daun panjang

Aroma : Bau khas daun sendok


Rasa

: Khas daun sendok

19.

20.

Kemukus ( Piper cubeba L.)

Kayu Angin ( Acasia sinigel)

Suku

: Piperaceae

Warna

: Coklat tua

Bentuk

: Bulat

Aroma

: Bau khas kemukus

Rasa

: Pahit

Suku

: Papilionaceae

Warna

: Coklat muda

Bentuk

: Serabut

Aroma

: Bau khas kayu angin

Rasa

: Pahit

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini berjudul pemeriksaan simplisia secara
makroskopik dengan tujuan mampu mengidentifikasi simplisia bedasarkan
bentuk, warna, bau dan rasa serta menyebutkan nama asal dan suku.
Digunakan bahan simplisia sebanyak 20 macam tanaman yang berbeda
dengan bagian. Masing-masing tanaman memiliki cirikhas tersendiri baik
dari bentuk, warna, bau, dan rasa.
Didalam percobaan ini, menggunakan sampel simplisia yang akan
diuji sebanyak 20 macam. Simplisia yang diteliti secara makroskopik yang
pertama adalah kunyit ( Curcuma Domestica) yang merupakan suku dari
zingeberaceae dengan hasil pengujian tidak berasa, berwarna jingga,
bentuk tipis oval dan bau khas kunyit yang menyengat. Simplisia yang
kedua adalah temu giring ( Curcuma heyneana) yang termasuk suku
zingeberaceae tidak memiliki rasa berwarna jingga kecoklatan , bentuk
tipis dan aroma atau baunya menyengat khas temu giring. Yang ke 3
adalah laos ( Alpinia galanga L.) yang termasuk dari suku zingeberaceae

hasil pengujian makroskopik rasa dari laos adalah kelat, dengan warna
simplisianya adalah coklat, dan bentuk tipis persegi serta laos memiliki
aroma atau bau yang menyengat. Yang ke 4 adalah kencur ( Kaempferia
galanga L.) yang termasuk suku zingeberaceae dengan rasa pedas
berwarna putih kecoklatan, bentuk tipis oval dan aroma khas kencur yang
menyengat. Dan yang ke 5 adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza L.)
yang termasuk kedalam suku zingeberaceae dengan rasa sedikit agak
pedas, berwarna jingga kecoklatan, bentuk pipih persegi dan aroma khas
temulawak yang menyengat. Ke 5 simplisia tersebut adalah simplisia dari
bagian rimpang atau rhizome.
Selain bagian rhizome simplisia yang diuji atau diperiksa ada yang
terbuat dari bagian folium atau daun, flos atau bunga, fructus atau buah,
dan semen atau biji. Diantaranya simplisia daun sukun ( Artocarpus altilis)
yang termasuk kedalam suku Moraceae yang memiliki warna hijau
kekuningan, bentuknya daun, aroma khas sukun dengan rasa hambar.
Simplisia yang diperiksa berikutnya adalah daun sirsak ( Annona
muricata) yang termasuk kedalam suku Annoceae dengan warna coklat
kekuningan dengan bentuk panjang, aroma khas daun sirsak, dan tidak
memiliki rasa. Simplisia

daun tapak dara ( Cataranthus roseus) yang

termasuk dalam suku Apocynaceae dilakukan pemeriksaan makroskopik


didapatkan hasil warma hijau kecoklatan, dengan daun panjang serta tidak
memiliki aroma dan memiliki rasa yang pahit. Selanjutnya adalah daun
salam ( Syzgium polyanthum)yang termasuk kedalam suku Myrtaceae
dengan warna coklat, daunnya panjang tidak ada aroma tidak memiliki
rasa. Simplisia berikutnya adalah daun sambiloto ( Andrographis
paniculata) yang termasuk kedalam suku Apocynaceae yang hasil
pemeriksaan makroskopiknya adalah berwarna hijau tua, daunnya panjang
bau khas sambiloto dan rasanya pahit. Selanjutnya simplisia daun
tempuyang ( Sonchus arvensis L.) yang termasuk kedalam suku Asteraceae
dengan warna abu-abu gelap, daunnya panjang aromanya menyengat dan
rasa yang sepat. Simplisia daun belimbing ( Averrhoa carambola L.) yang
termasuk kedalam suku Oxalidaceae memiliki warna hijau kekuningan,
daun lebar, aromanya khas daun belimbing dan rasanya agak pahit.

Simplisia daun papaya ( Carica papaya L.) yang termasuk dalam suku
Caricaceae memiliki warna agak kekuningan, daun yang lebar, aroma khas
daun papaya dan rasa yang pahit. Dan selanjutnya simplisia daun sendok
( Plantago major) yang termasuk dalam suku Plantaginaceae yang
memiliki warna abu-abu gelap, bentuk daun panjang dengan aroma bau
khas daun sendok dan memiliki rasa khas daun sendok.
Simplisia bunga cengkeh ( Eugenia caryoplhyllata Thunb) yang
termasuk kedalam suku Myrtaceae memiliki warna hitam kecoklatan,
bentuknya seperti bunga, aromanya khas cengkeh dan memiliki rasa yang
pahit dan pedas. Simplisia buah ketumbar ( Coriandrum sativum) yang
termasuk dalam suku Apiaceae memiliki warna coklat krim, dengan
bentuk bulat dan aroma khas ketumbar serta rasa yang sepat. Simplisia
meniran (Phyllantus urinaria) yang termasuk dalam suku memiliki warna
coklat muda dengan bentuk bulat dan tidak memiliki aroma serta tidak
memiliki rasa. Simplisia kedaung( Parkia timoriana) yang termasuk dalam
suku Fabaceae memiliki warna coklat kehitaman, bentuknya biji yang
pipih dan tidak berbau serta tidak memiliki rasa. Simplisia kemukus
( Piper cubeba L.) dengan suku Piperaceae memiliki warna coklat tua,
bentuk bulat dan aroma khas kemukus serta rasa yang pahit. Yang terakhir
adalah simplisia kayu angina ( Acacia sinegel) yang termasuk dalam suku
Papilionaceae yang memiliki warna coklat muda, bentuknya serabut dan
memiliki bau khas kayu angina serta dengan rasa yang pahit.
Semua

simplisia

tersebuat

dilakukan

pemeriksaan

secara

makroskopik dengan tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui


kekhasan, bentuk, warna, bau dan rasa dari ke 20 simplisia yang diperiksa,
serta menyebutkan nama tanaman asal serta suku dari tanaman tersebut.
Pemeriksaan ini menggunakan panca indera manusia yaitu mata, hidung
dan mulut. Tentunya banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang
jelas jika dibandingkan dengan simplisia yang lain. Hal ini disebabkan
simplisia tersebut memiliki ciri khas yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri khas tersebut dapat pula
tidak nampak karena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan
penyimpanan simplisia yang relatif lama. Pada pemeriksaan simplisia

perbedaan hasil pengamatan disebabkan oleh beberapa faktor di


antaranya yaitu simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk,
warna, dan bau yang hampir mirip pada sebagian besar simplisia.

V. Kesimpulan
Dari percobaan didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Uji makroskopik yaitu pemeriksaan awal dengan mengamati bentuk
organoleptik simplisia menggunakan panca indra dengan mendiskripsikan
bentuk, warna, bau, dan rasa menggunakan panca indera manusia yaitu
mata hitung dan mulut serta menyebutkan nama asal dan suku dari
simplisia.
2. Simplisia yang diperiksa secara makroskopik berjumlah 20 macam, yaitu
kunyit, temu giring, laos, kencur, temulawak, daun sukun, cengkeh,
ketumbar, meniran, daun sirsak, tapak dara, daun salam, tempuyang, daun
belimbing, daun pepaya, kedaung, daun sendok, sambiloto, kemukus, dan
kayu angin.
3. Banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan
dengan simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia tersebut memiliki
ciri khas yang diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi.
4. Irisan pada daun sebagian besar menggunakan irisan melintang. Dan
rimpang menggunakan irisan membujur dan melintang.
5. Simplisia yang menggunakan bagian rimpang antara lain kunyit, temu
giring, laos, kencur dan temulawak. Sedangkan simplisia yang
menggunakan bagian daun antara lain daun sukun, daun sirsak, daun tapak

dara, daun salam, tempuyang, daun belimbing, daun papaya, dan daun
sendok daun sendok. Simplisia yang menggunakan bagian biji antara lain
ketumbar, kedaung dan kemukus. Sedangkan yang meggunakan bagian
buah adalah simplisia meniran. Serta yang menggunakan bagian kayu
adalah simplisia kayu angina.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, D, M, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penerbit
Penebar Swadaya : Jakarta
Heinrich, Michael, etc. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. EGC. Jakarta
Matnawi, H. 1989. Perlindungan Tanaman jilid 1.Kasinus : Yogyakatra Nuraenina
Sama, Surya. 2009. Pengaweatan Tanaman dan Pengawetan Hewan. UPI :
Bandung
Triharto, Ahmad. 1996. Dasar-dasar perlindungan Tanaman. UGM press :
Yogyakatra

You might also like