Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Elman Dani Firdaus (1018011008)
Citra Saskia Masri (1018011048)
Milani Nur Fadila (1018011078)
Ni Made Dwi Adnyani (1018011083)
Yulia Dewi Asmariati (1018011129)
I. PENDAHULUAN
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit pelaksana teknik
dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kepmenkes
RI No.
desa.
Sebuah
puskesmas
mempunyai
tugas
menyampaikan
kesehatan
Puskesmas
adalah
beberapa
upaya
kesehatan
II. ISI
A. Program-Program Utama Puskesmas
Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya bahwa program pokok
Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan
karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Puskesmas dalam kedudukannya
sebagai penanggungjawab wilayah dan penyedia pelayanan kesehatan harus
mengoperasikan sejumlah kegiatan pokok yang di wujudkan dalam berbagai
program-program kesehatan Puskesmas. Pelaksanaan program-program kesehatan
ini ditujukan untuk memenuhi tanggung jawab terhadap kesehatan wilayah
kerjanya serta anggota masyarakat secara keseluruhan.
Ada 6 program pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu :
1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan
kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada
seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan
2. Promosi kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang
diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal
melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB
di Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS
(Pasangan Usia Subur) untuk ber-KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan
nifas serta pelayanan bayi dan balita.
4. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular yaitu
program
pelayanan
kesehatan
Puskesmas
untuk
mencegah
dan
Unit
Pelaksana
Teknis
Dinas
(UPTD)
pada
setiap
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Pelayanan KIA di puskesmas meliputi antara lain :
a. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas
b. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah
Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan menyeluruh terpadu sebagai salah satu wujud
upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif/ penanganan kedaruratan
kebidanan, yang meliputi pelayanan pemeliharaan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi baru lahir, keluarga
berencana, ibu sedang menyusui, serta calon ibu di wilayah kerja.
Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah di Puskesmas
yakni bagian dari pelayanan kesehatan menyeluruh terpadu berupa wujud
kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang meliputi pemeliharaan
kesehatan anak dalam kandungan, pelayanan kesehatan neonatal, pemeriksaan
bayi, manajemen terpadu balita sakit, serta deteksi dan stimulasi dini tumbuh
kembang balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja.
2. Tujuan KIA
Tujuan KIA terbagi menjadi 2 bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju Norma Kelurga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Adapun tujuan khusus dari KIA adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan ibu dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya
pembinaan kesehatan keluarga, penyelenggaraan posyandu dan sebagainya.
10
ANTIGEN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
HBO<7 hari
BCG
DPT/HB.1
DPT/HB.2
DPT/HB.3
POLIO 1
POLIO 2
POLIO 3
POLIO 4
CAMPAK
2011
%
60,4
82,0
94,0
96,4
91,4
94,0
96,4
93,0
87,2
85,3
2012
%
60,4
101,5
103,6
107,8
107,4
101,7
104,6
104,6
109,9
108,8
2013
%
100,9
99,6
100,5
99,5
98,7
100,5
100,8
98,9
95,3
93,8
11
12
Hematemesis, melena
Hematuria
c. Hepatomegali
13
e. Trombositopenia
Penurunan jumlah trombosit menjadi < 100.000/mm3 atau kurang dari 1-2
trombosit/ lapangan pandang besar (lpb) dengan rata-rata pemeriksaan
dilakukan pada 10 lpb, pada umumnya trombositopenia terjadi sebelum ada
peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun.
f. Hemokonsentrasi/ kadar hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit (Ht) atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada
DBD, merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan Ht secara berkala. Pada umumnya
penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit. Hemokonsentrasi
dengan peningkatan hematokrit 20 % atau lebih ( misalnya dari 35 % menjadi
14
berikutnya nyamuk ini menghisap darah lagi, selanjutnya bertelur lagi. Walaupun
umur nyamuk dewasa betina di alam bebas hanya 25 hari, waktu itu cukup bagi
nyamuk untuk berkembang biak.
Pada saat nyamuk betina menghisap darah pasien DBD, maka bersama
darah, virus masuk ke dalam perut nyamuk. Di perut nyamuk, virus ini
berkembangbiak secara propagatif. Diperlukan waktu 8-10 hari sampai nyamuk
ini dapat menyebarkan DBD kepada orang lain, inilah yang dinamakan masa
tunas ekstrinsik. Virus ini tidak di temukan pada telur nyamuk jadi tidak ada
penularan melalui transovarian (herediter). Jarak terbang umumnya ialah sekitar
100 meter.
Tempat perindukan nyamuk A.aegypti ialah tempat-tempat berisi air bersih
(yang tidak berhubungan dengan tanah) yang berdekatan dengan rumah-rumah
penduduk, biasanya tidak melebihi 500 meter dari rumah.
Adanya vektor berhubungan erat dengan berbagai faktor antara
lain:kebiasaan masyarakat yang menampung air bersih untuk keperluan seharihari, sanitasi lingkungan yang kurang baik dan penyediaan air bersih yang
langkah.
Kasus DBD cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan hal ini
disebabkan karena :
1. Perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk, karena pengaruh
musim hujan, puncak gigitan terjadi pada siang dan sore hari.
2. Perubahan musim mempengaruhi sikap manusia terhadap gigitan nyamuk
dengan lebih banyak berdiam di dalam rumah selama musim hujan.
Derajat DBD :
1. Derajat I : demam 2-7 hari terus-menerus + rumple leed (+)
2. Derajat II : I + perdarahan spontan
3. Derajat III : I + II + kegagalan sirkulasi (renjatan)
4. Derajat IV : renjatan dalam dengan nadi tidak teraba, tekanan darah tidak
terukur
16
17
18
DBD
setingkat
dibawahnya
secara
berjenjang
dan
19
20
21
22
Dinas Kesehatan
Desa
Puskesmas dan
puskesmas Perawatan
Keluarga
Penyelidikan
Epidemiologi
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir
ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan
masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian
penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih
dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China
dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di
dunia. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap
dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.
Adapun gejala dari penyakit TBC adalah sebagai berikut :
1. Batuk yang terus - menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
Setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala
utama ini harus di anggap sebagai suspek tuberkulosis atau tersangka
penderita TBC dan segera diperiksa dahaknya di laboratorium.
2. Mengeluarkan dahak bercampur darah (hemoptisis), sesak nafas dan nyeri
pada dada.
3. Lemah badan, kehilangan nafsu makan, rasa kurang enak badan (malaise),
berkeringat malam tanpa disertai kegiatan dan meriang lebih dari satu
bulan.
Pada balita diagnostik TBC adalah berdasarkan di bawah ini menurut urutan
prioritas:
1. Adanya riwayat kontak dengan penderita TBC yang menular, terutama
yang tinggal serumah.
2. Adanya suatu gambaran abnormal dari foto rontgen dada di mana
menunjukkan adanya unilateral limfadenopati dan atau bayangan paru
yang mengisyaratkan adanya suatu infiltrat.
24
3. Adanya hasil yang positif dari tes tuberkulin, sedang pada orang dewasa
dengan pemeriksaan sputum (dahak) ditemukan 2 kali basil tahan asam
( BTA ) positif pada pemeriksaan mikroskopik dahak tiga kali ( sewaktu,
pagi, sewaktu)
Agen Penyebab
Penyebab TBC paru adalah kuman Mikobakterium tuberkulosis. Dikenal
ada M. tuberkulosis tipe humanum, tipe bovinum dan tipe avinum.
Sumber Penularan
Sumber penularan adalah pasien TBC paru yang BTA positif. Sumber
penularan TBC usus adalah sapi yang sakit TBC.
Cara Penularan
Cara penularan TBC paru melalui udara pernapasan (aerogen) dengan
menghirup partikel kecil yang mengandung bakteri TBC, sedangkan untuk TBC
usus adalah dengan minum susu sapi yang sakit TBC.
25
Masa Tunas
Masa tunas penyakit TBC paru berkisar antara 4-12 minggu.
Masa Penularan
Masa penularan terus berlangsung selama pasien sputum BTA masih positif.
Pasien meludah di sembarang tempat, kemudian dahak yang mengandung bakteri
TBC tersebut mengering, lalu diterbangkan di udara dan kemudian di hirup oleh
orang lain (aerogen) atau air bone transmission.
Patogenesis infeksi
Infeksi Primer : terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar
limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6
minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadangkadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Kekebalan dan Kerentanan
26
Semua orang dapat ditulari penyakit TBC paru. Tiap orang mempunyai resiko
untuk mendapatkan infeksi TBC, tetapi 80-90% tidak menjadi sakit karena
perlindungan sistem kekebalan tubuhnya, dan kuman TBC tidur untuk sementara
( dormant ) dalam tubuh orang tersebut. Sisanya karena kondisi badan kurang baik
dan gencarnya penularan, akan menderita TBC yang ditandai dengan batuk
berdahak lebih dari 3 minggu, mengeluarkan dahak bercampur darah, sesak nafas
dan atau nyeri dada, lemah, kehilangan nafsu makan, demam dan berkeringat
malam. Beberapa faktor predisposisi seseorang terkena TBC :
a)
b)
c)
d)
e)
Menyembuhkan penderita
Mencegah kematian
Mencegah kekambuhan
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
27
Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat
bagus.
2) Pemberantasan
Pemberantasan TBC bertujuan untuk untuk memutus mata rantai virulenci
penularan penyakit TBC, dan agar tidak terjadi prevalenci penyakit TB yang
lebih besar.
Pemberantasan TBC meliputi;
1. Pengobatan pada penderita hingga sembuh
2. Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan factor
kesehatan lingkungan dengan menambah ventilator sebagai pengganti
udara, genteng kaca supaya sinar matahari dapat masuk, dan faktor higiene
lingkungan yang lain yang lebih baik.
3. Sterilisasi rumah pasca penderita.
3) Pengobatan
Prinsip pengobatan TBC : Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi
dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya
semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
dalam dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembang menjadi kuman kebal.
Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:
1. Tahap intensif
2. Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama 2
- 3 bulan.
28
3. Tahap lanjutan
4. Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu
selama 4 5 bulan.
Pengobatan TB diberikan berdasarkan kategori-kategorinya, yaitu
1. Kategori -1 (2RHZE/ 4H3R3), diberikan untuk
a. Penderita baru BTA positif
b. Penderita baru BTA negatif/ Rontgen positif yang sakit berat dan ekstra
paru berat.
Pada fase awal ( intensif ) diberikan setiap hari selam 60 hari (2 bulan )
terdiri dari :
1) INH 300 mg, satu tablet
2) Rifampisin 450 mg, satu tablet
3) Pirazinamid 500 mg, 3 tablet
4) Ethambutol 250 mg, 3 tablet
Satu minggu sebelum fase awal/ intensif selesai, dahak di periksa ulang,
bila tetap positif diberikan obat sisipan selama 30 hari (satu bulan).
Satu minggu sebelum selesai pemberian obat sisipan, dilakukan
kembali pemeriksaan dahak.
Setelah menelan obat selama tiga bulan pada masa intermitten, dilakukan
periksa ulang dahak, bila negatif lanjutkan obatnya.
Bila pada pemeriksaan ulang dahak, hasilnya positif maka harus diganti
pengobatannya dengan kategori-2 ( penderita gagal ).
2. Kategori-2 : (2 HRZES/ HRZE/ 5H3R3Z3)
29
30
Program penanggulangan TBC yang efektif terdiri dari 5 kunci utama yang
merupakan rangkaian proses, yang bila dilaksanakan secara komprehensif,
merupakan kunci keberhasilan penanggulangan TBC.
Strategi Penemuan dan Evaluasi
Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan
tersangka penderita yang dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan
meningkatkan penyuluhan TBC kepada masyarakat. Bila ditemukan penderita
tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA +, maka semua orang yang kontak
serumah dengan penderita harus diperiksa. Apabila ada gejala-gejala suspek
(Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa dahaknya.
Strategi penemuan dan evaluasi pengobatan penderita TBC dengan
melaksanakan fungsi PRM dan PS (Puskesmas Rujukan mikroskopis dan
Puskesmas Satelit), dimana Puskesmas Satelit membuat fiksasi sediaan untuk di
warnai dan dibaca oleh Puskesmas Rujukan Mikroskopis.
Kunci utama strategi tersebut adalah :
a)
b)
c)
d)
31
3. Hiv-Aids
3.1 Pengertian HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai
sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena
berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel
darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang
masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai
32
CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan
yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama
akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA,
2007c).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.
Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim
reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia,
dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup,
yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe,
dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara
kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas
di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).
3.2. Pengertian AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk
melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS
melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya
berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam
sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam
kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai
dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur.
Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006).
3.3. Epidemiologi
Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April
tahun 1987. Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di
RSUP Sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir
tahun 1990, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat (Muninjaya,
1998).
33
34
plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit TCD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi
virus ini dan angka kesalahan reverse transcriptase HIV yang berikatan,
diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam
basis harian (Brooks, 2005).
Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit
klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang
lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut.
HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut
dan lebih virulin daripada yang ditemukan pada awal infeksi (Brooks, 2005).
Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi
penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga
beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu.
Bahkan mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan
menimbulkan penyakit (Zein, 2006).
3.5. Cara penularan
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang
berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air
susu ibu (KPA, 2007c).
Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual,
kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa
kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006)
1. Seksual
Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari
semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi
selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki.
Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral
(mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal
yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.
2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus
HIV.
36
3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke
dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau
pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika
melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja
(tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.
4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya
dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut
disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.
5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV.
6. Penularan dari ibu ke anak
Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung,
dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.
7. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas laboratorium.
Terdapat resiko penularan melalui pekerjaaan yang kecil namun defenitif, yaitu
pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja dengan
spesimen/bahan terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam
(Fauci, 2000).
Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi
baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada
pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV
(Fauci,2000).
Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat
ditularkan antara lain:
1. Kontak fisik
Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas
dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan
pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi,
tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang
tertular.
2. Memakai milik penderita
37
38
39
semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon
imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).
3.8. Pencegahan
Menurut Muninjaya (1998), tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS adalah
Puasa (P) seks (abstinensia), artinya tidak (menunda) melakukan hubungan seks,
Setia (S) pada pasangan seks yang sah (be faithful/fidelity), artinya tidak
berganti-ganti pasangan seks, dan penggunaan Kondom (K) pada setiap
melakukan hubungan seks yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit
menular seksual (PMS) lainnya. Ketiga cara tersebut sering disingkat dengan
PSK.
Bagi mereka yang belum melakukan hubungan seks (remaja) perlu
diberikan pendidikan. Selain itu, paket informasi AIDS untuk remaja juga perlu
dilengkapi informasi untuk meningkatkan kewaspadaaan remaja akan berbagai
bentuk rangsangan dan rayuan yang datang dari lingkungan remaja sendiri
(Muninjaya, 1998).
Mencegah lebih baik daripada mengobati karena kita tidak dapat
melakukan tindakan yang langsung kepada si penderita AIDS karena tidak adanya
obat-obatan atau vaksin yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena
itu kita perlu melakukan pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi. Informasi
yang benar tentang AIDS sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak mendapat
berita yang salah agar penderita tidak dibebani dengan perilaku yang tidak masuk
akal (Anita, 2000).
Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku
sehingga perilaku individu, masyarakat maupun kelompok sesuai dengan nilainilai kesehatan. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai
hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.
Kemudian perilaku kesehatan akan berpengaruh pada peningkatan indikator
kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.
(Notoadmodjo, 2007)
Paket komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang masalah AIDS
adalah salah satu cara yang perlu terus dikembangkan secara spesifik di Indonesia
40
masyarakat
Indonesia
menggangap
bahwa
seks
masih
41
muka atau masker, dan pelindung mata. Pilihan alat tersebut sesuai dengan
kebutuhan aktivitas pekerjaan yang dilakukan tenaga kesehatan (Lyons, 1997).
Bagi seorang ibu yang terinfeksi AIDS bisa menularkan virus tersebut
kepada bayinya ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. ASI
juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi HIV pada saat
mengandung maka ada kemungkinan si bayi lahir sudah terinfeksi HIV. Maka
dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui anaknya sekalipun HIV +. Bayi yang
tidak diberi ASI beresiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi kurang
gizi (Yatim, 2006).
Bila ibu yang menderita HIV tersebut mendapat pengobatan selama hamil
maka dapat mengurangi penularan kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang
tidak mendapat pengobatan (MFMER, 2008).
Data Puskesmas Natar
1. HIV
a. Tahun 2011 tidak ada kasus HIV.
b. Tahun 2012 tidak ada kasus HIV.
c. Tahun 2013 tidak ada kasus HIV.
d. Tahun 2014 tidak ada kasus HIV.
2. AIDS
a. Tahun 2011 tidak ada kasus AIDS.
b. Tahun 2012 tidak ada kasus AIDS.
c. Tahun 2013 tidak ada kasus AIDS.
d. Tahun 2014 tidak ada kasus AIDS.
E. KESEHATAN LINGKUNGAN
42
dasar, pemantauan
dan penataan
lingkungan,
pengukuran dan
43
lahan baru, pemukiman pengungsi dan urbanisasi yang erat kaitannya dengan
penyebaran penyakit melalui vektor, perubahan kualitas udara karena polusi dan
paparan terhadap bahan berbahaya lainnya. Peningkatan mutu lingkungan
mensyaratkan kerjasama dan perencanaan lintas sektor bahkan lintas negara yang
berwawasan kesehatan.
Sasaran yang akan dicapai oleh program ini adalah :
1. Tersusunya kebijakan dan konsep peningkatan kualitas lingkungan di tingkat
lokal, regional dan nasional dengan kesepakatan lintas sektoral tentang
tanggung jawab perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
2. Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan budaya
masyarakat dengan memaksimalkan potensi sumber daya secara mandiri
3. Meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk memelihara
lingkungan sehat
4. Meningkatnya cakupan keluaran yang mempunyai akses terhadap air bersih
yang mempunyai kualitas bakteriologis dan sanitasi lingkungan di perkotaan
dan pedesaan
5. Tercapainya pemukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat
kesehatan di pedesaan dan perkotaan termasuk penanganan daerah kumuh
6. Terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat-tempat umum termasuk saran
dan cara pengelolaannya
7. Terpenuhinya lingkungan sekolah dengan ruang yang memadai dan kondusif
untuk menciptakan interaksi sosial dan mendukung perilaku hidup sehat
8. Terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat kerja, perkantoran dan industri
termasuk bebas radiasi
9. Terpenuhinya persyaratan kesehatan di seluruh rumah sakit dan saran
pelayanan kesehatan lain termasuk pengelolaan limbah
10. Terlaksananya pengolahan limbah industri dan polusi udara oleh industri
maupaun saran transportasi
11. Menurunnya tingkat paparan pestisida dan insektisida di lingkungan kerja
pertanian dan industri serta pengawasan terhadap produk-produknya untuk
keamanan konsumen.
44
45
Natar: 3 buah
Dari 10 penyelenggara air minum tersebut pada tahun 2013 ini belum ada
yang diambil sampel untuk diperiksa.
d. Jenis sanitasi yang layak
Jenis sanitasi yang paling banyak dipakai adalah jenis leher angsa.
46
1. Pendahuluan
Definisi UKS
Depdiknas, 2006:
Segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia
sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari Taman
Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah.
Enjtang 2000:
Usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sekolah,
yaitu: anak didik, guru dan karyawan sekolah lainnya.
Ananto 2006:
Upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar,
berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan,
menumbuhkan, mengembangkan dan membimbing untuk menghayati,
menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari.
UKS sendiri, adalah strategi penting untuk meningkatkan kesehatan anak usia
prasekolah (TK) dan sekolah. Sekolah adalah kelompok masyarakat yang
terorganisir dimana informasi dapat lebih mudah disebarkan. Sesuai usia murid di
tiap tingkatan pendidikan, dapat ditanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Upaya UKS dilakukan lewat Tri Program UKS, yaitu Pendidikan
Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah
Sehat.
UKS memiliki daya ungkit yang tinggi untuk rnenumbuhkan kesadaran hidup
sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik. UKS dapat pula
dimanfaatkan untuk menjadi perpanjangan tangan bagi program-program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
48
Lingkungan (PP dan PL), pengobatan, promosi kesehatan, dan berbagai upaya
kesehatan lain.
Pelaksanaan UKS bertitik berat pada kegiatan promotif dan preventif.
Dukungan upaya kuratif dan rehabilitatif tentu diberikan oleh tenaga kesehatan
yang terlibat dalam UKS. UKS dapat didukung atau dibina oleh Puskesmas. Agar
berhasil, pelaksanaan UKS juga harus memperhatikan perkembangan fisik dan
psikologis murid sesuai usia dan tingkat pendidikan. Setiap tingkatan pendidikan
memiliki kemampuan penyerapan, jenis masalah kesehatan, dan jenis perilaku
yang harus dibentuk. Untuk anak usia TK/RA dan SD/MI, PHBS dimulai dengan
membentuk kebiasaan menggosok gigi dengan benar, mencuci tangan, serta
membersihkan kuku dan rambut. Pada tingkat SMP/MT dan SMA/MA murid
remaja antara lain berisiko terhadap penyalahgunaan Napza, kehamilan yang tidak
diingini, abortus yang tidak aman, penyakit menular seksual, stress, dan trauma,
Murid usia remaja perlu dibina agar manjalankan hidup sehat lewat pendidikan
ketrampilan kehidupan sehari-hari (life-skill education). Usaha kesehatan di
sekolah bukanlah ranah kerja Departemen Pendidikan Nasional atau Departemen
Kesehatan saja, tetapi merupakan upaya terpadu lintas program dan lintas sektor.
Diperlukan kerjasama berbagi' program dan sektor terkait untuk meningkatkan
derajat
kesehatan
serta
membentuk
PHBS
pada
anak
usia
sekolah.
Anak usia sekolah adalah anak berusia 7-21 tahun, yang sesuai program
tumbuh kembangnya di bagi menjadi 3 sub kelompok, yakni :
a. Pra remaja ( 7-9 tahun)
b. Remaja ( 10-19 tahun)
c. Dewasa muda ( 20-21 tahun)
2. Tujuan
Tujuan Umum
-
Tujuan Khusus
a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha meningkatkan
kesehatan di sekolah, perguruan agama, di rumah tangga maupun
lingkungan masyarakat.
b. Memiliki daya hayat dan tangkal terhadap pengaruh buruk narkotika,
alkohol, rokok dan bahan berbahaya lain.
c. Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah
3. Sasaran
Sasaran UKS adalah pendidikan formal dan non-formal pada setiap jalur dan
jenis pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai Sekolah Menengah
Atas termasuk perguruan agama beserta lingkungannya. Sasaran Pembinaan
UKS: peserta didik, pembina teknis (guru dan petugas kesehatan), pembina
non teknis (pengelola pendidikan dan karyawan sekolah), sarana dan
prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan, lingkungan
(lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat)
Depdiknas 2006.
4. Ruang Lingkup
50
Ruang Lingkup UKS tercermin dalam tri program UKS (trias UKS) yang
meliputi :
1. Pendidikan Kesehatan
a) Intrakurikuler : pelaksanaan jam pelajaran sesuai ketentuan mulai dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah
b) Ekstrakurikuler : kegiatan di luar jam pembelajaran biasa ( termasuk
pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah,
dengan tujuan antara lain untuk memperluas pengetahuan dan
keterampilan peserta didik, serta melengkapi upaya pembinaan manusia
seutuhnya.
Kegiatan ini berupa :
- Kegiatan oleh peserta didik, guru, OSIS
Kerja bakti sosial
Dokter kecil, PMR, piket sekolah
Pramuka
Lomba yang ada hubungannya dengan kesehatan
- Bimbingan hidup sehat
- Penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan untuk pelayanan
kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan
a) Promotif : penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan dalam rangka
pelayanan kesehatan
b) Preventif : peningkatan daya tahan tubuh, pemutusan rantai penularan,
penghentian proses penyakit tahap dini, upaya mencegah penyakit dan
melaksanakan upaya kebersihan lingkungan ( pencegahan)
c) Kuratif dan Rehabilitatif : pengobatan dan upaya mencegah komplikasi
dan kecacatan, meningkatkan kemampuan yang cedera atau cacat agar
dapat berfungsi optimal
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat
a) Bina lingkungan fisik
51
Perbaikan gizi
b)
Kesehatan lingkungan
c)
d)
Penyuluhan kesehatan
e)
Pengobatan
f)
g)
Kesehatan jiwa
h)
Kesehatan reproduksi
i)
Laboratorium sederhana
j)
Pencatatan pelaporan
Intervensi perorangan
b)
Intervensi lingkungan
c)
Intervensi perilaku
c. Jangkauan
Puskesmas perlu menjangkau semua sekolah dalam wilayah kerjanya
dengan suatu standar pelayanan tertentu. Standar tertesebut ditetapkan
52
Standar minimal
Paket minimal yang terdiri dari :
- penyuluhan kesehatan
- Imunisasi pada ana SD kelas I (DT) dan anak kelas II dan III (TT)
- Pembinaan lingkungan sekolah sehat
(ii)
Pelayanan Standar
Paket standar yang terdiri dari paket minimal ditambah :
- Kader kesehatan sekolah (dokter kecil/ KKR)
- P3K dan P3P
- Penjaringan penyakit
- Pemeriksaan kesehatan periodik setiap 6 bulan :BB, TB, Visus, Hb
- UKGS tahap II
- Pengawasan terhadap warung sekolah.
53
54
55
DAFTAR PUSTAKA
Andri Sanityoso. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jilid I Edisi IV.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2004. Pedoman Kerja Puskesmas.
Dr. R. Soehadi dkk. 1995. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas.
Podorejo, Magelang.
Trihono, 2002. Pedoman Manajemen Puskesmas. Proyek Kesehatan Keluarga dan
Gizi, Departemen Kesehatan.
www.depkes-ri.com
www.medicine.com
56