You are on page 1of 5

A.

Definisi Diuretik
Pada gagal jantung, berkurangnya volume darah arterial menyebabkan
ginial menahan air dan garam. Sistem renin- angiotensin-aldosteron pun dipacu
sehingga terbentuk angiotensin ll yang merangsang sekresi aldosteron. Aldosteron
menambah retensi natrium disertai pembuangan kalium' Semua ini yang
menyebabkan retensi cairan pada penderita gagal jantung. Diuretik memacu
ekskresi NaCl dan air sehingga beban hulu berkurang dan gejala bendungan paru
dan bendungan sistemik berkurang. Diuretik juga mengurangi volume ventrikel
kiri dan tegangan dindingnya sehingga resistensi perifer menurun. Kini, diuretik
merupakan pilih' an pertama pada gagal iantung kronik yang ringan dengan irama
sinus. Pada gagal iantung yang lebih berat, penggunaan diuretik harus lebih
hatihati dan pengaruhnya terhadap gangguan elektrolit yang telah ada sebelumnya
harus dipertimbangkan (Farmakologi UI, 2009). Pada penatalaksanaan gagal
jantung kongestif dan hipertensi, diuretik menjadi salah satu pilihan terbaik
bersama ACE (Kuswardhani, 2006).

4. Diuretik Hemat Kalium


Diuretik hemat kalium merupakan diuretik lemah, penggunaannya
terutama dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah atau mengurangi
hipokalemia dari diuretik lain. Diuretik hemat kalium dapat menyebabkan
hiperkalemia, terutama pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal atau bila
dikombinasi dengan penghambat ACE, suplemen kalium, atau AINS. Pada
penderita dengan kreatinin serum > 2,5 mg/dl, penggunaannya harus dihin_
darkan. Spironolakton Odtam dosis sampai dengan 'l 00 mg sehari mempunyai
elek hipotensif yang sebanding dengan hidroklorotiazid. Spironolakton adalah
antagonis spesifik dari aldosteron, maka merupakan obat pilihan utama untuk
hiperal_ dosteronisme prirner. Elek sampingnya idalah ginekomastia, mastodinia,
menstruasi tidak teratur, dan berkurangnya libido pada pria (Farmakologi UI,
2009).

Hipokalemia sering terjadi pada pasien yang mendapat inhibitor


karbonatanhidrase, loop diuretic, atau tiazid. Hal ini biasanya dapat diatasi dengan
pembatasan NaCl dalam makanan atau pemberian suplemen KCL. Jika
hipokalemia tidak dapat diatasi dengan cara ini, penambahan diuretik hemat
kalium dapat mengurangi ekskresi K+. Perlu dihindari penggunaan untuk pasien
gagal ginjal dan mereka yang mendapat antagonis angiotensin yang dapat
menimbulkan hiperkalemia (Katzung, 2013).

5. Diuretik Osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang
mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suau zat dapat dikatakan sebagai
sebagai diuretik osmotik dengan memenuhi beberapa syarat, yang pertama
adalah difiltrasi secara bebas oleh oleh gromerulus, sedikit atau tidak sama
sekali direabsorbsi ginjal, secara farmakologis merupakan zat yang inert dan
umumnya resisten terhadap perubahan metabolik (Farmakologi UI, 2009).
Semua bahan yang secara osmotis aktif yang difiltrasi oleh glomerulus
tetapi tidak direabsorbsi akan menyebabkan air tertahan di segmen-segmen ini
dan mendorong diuresis air. Bahan bahan tersebut dapat digunakan untuk
mengurangi tekanan intrakranium dan mempercepat pengeluaran toksin ginjal.
Prototipe yang biasa digunakan adalah manitol (Katzung, 2013). Manitol ini
dapat mencegah kenaikan volume intravaskuler dan dijadikan salah satu terapi
untuk mencegah kehilangan darah dan membatasi pengeluaran cairan (Seo,
2016).
Manitol paling sering digunakan diantara obat diuretik osmotik, karena
monitol tidak mengalami metabolisme di dalam badan dan hanya sedikit sekali
direabsorbsi tubuli bahkan praktis dianggap tidak direabsorbsi. Contoh lain dari
obat ini adalah urea, gliserin dan isosorbid. (Farmakologi UI, 2009)
Farmakokinetik
Manitol kurang dserap oleh saluran cerna dan jika diberikan per
oral bahan ini lebih menyebabkan diare osmotik dariapa diuresis. Untuk

menghasilkan efek sistemik, manitol harus diberikan secara intravena.


Manitol tidak dimetabolisasi dan diekskresikan oleh filtrasi glomerulus
dalam 30-60 menit, tanpa reabsorbsi atau sekresi signifikan di tubulus.
Obat ini perlu diberikan secara hati-hati pada pasien dengan insufisiensi
ginjal bahkan yang ringan (Katzung, 2013).
Farmakodinamik
Diuretik osmotik terutam bekerja di tubulus proksimal dan pers
desendens ansa Henle. Melalui efek osmotik, obat golongan ini juga
melawan efek ADH di tubulus koligentes. Adanya zat terlarut yang tidak
dapat direabsorbsi, misalnya manitol menghambat absorpsi normal air
dengan melawan gaya osmotik. Akibatnya, volume urin meningkat.
Peningkatan laju aliran urin mengurangi waktu kontak antara cairan dan
epitel tubulus sehingga reabsorbsi baik Na+ maupun air berkurang.
Natriuresis yang terjadi lebih ringan daripada diuresis air sehingga
akhirnya terjadi pengeluaran air yang berlebihan dan hopernatremia.
(Katzung, 2013)
Indikasi:
1.
2.
3.
4.

Proteksi gagal ginjal akut


Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler
Menurunkan tekanan atau volume sserebrospinal
Pengobatan sindrom disquilibrium pada hemodialisis

Efek Samping Obat


Manitol didistribusi ke cairan ekstrasel, oleh karena itu pemberian
larutan manitol hipertonis akan meningkatkan osmolaritas cairan ekstrasel,
sehingga dapat menambahkan jumlah cairan ekstrasel. Hal ini tentu
berbahaya bagi pasien payah jantung. Kadang- kadang manitol juga dapat
menimbulkan reaksi hipersensitif. Selain itu ada jga efek samping Urea
yang menyebabkan muntah, nausea, dan Diare (Otvos,2014)
6. Antagonis ADH

ADH (hormon anti diuretik) disebut juga vasopresin merupakan suatu


oktapeptid yang diproduksi oleh sel saraf dalam nukleus supraoptikus dan
paraventrikularis di hipotalamus. Melalui serabut saraf, ADH ditransport ke selsel pituisit hipolisis posterior. Di hipofisis posterior, vasopresin ini terikat pada
suatu protein spesifik yang disebut neurofisin; ikatan ini dapat dilepaskan dengan
perangsangan listrik atau pemberian asetilkolin. (Farmakologi UI, 2009)
ADH atau vasopressin ini berhubungan dengan kerjanya dalam keadaan
hiponatremia pada pasien euvolemik. ReseptorV2 pada ginjal sebgai reseptor
ADH membuat reabsorbsi air. Tolvaptan menjadi salah satu obat pertama yang
baru baruini diakui sebgai salah satu obat yang efektif untuk menanggulangi
hiponatremia yang berkaitan dengan penyakit SIDH (Rajendran, 2012)
Dua obat non selektif, litium dan demeklosiklin digunakan karena efek
mereka pada aktivitas ADH. Demeklosiklin digunakan lebih sering darpiada
litium karena litium mempunya efek samping yang lebih besar (Katzung, 2013)
Farmakodinamika
Antagonis hormon ADH menghambat efek ADH di tubulus koligentes,
Konivaptan dan tolvaptan merupakan antagonis langusng reseptor ADH,
sedangkan litium dan demeklosiklin mengurangi cAMP yang ditimbulkan oleh
ADH melalui mekanisme yang belum sepenuhnya dipahami.
Farmakokinetika
Pemberian ADH, lipresin, alau kongenernya secara oral tidak efektif karena
segera akan mengalami inaktivasi oleh tripsin yang memutuskan rantai peptida
pada ikatan 8-9. Sediaan ADH dalam larutan diberikan lV, lM atau SK dan dalam
bentuk bubuk untuk insuflasi nasal atau juga sebagai semprotan. Pada pemberian
lV efeknya hanya berlangsung sebentar akibat ADH cepat mengalami inaktivasi,
kecuali bila sediaan tersebut diberikan sebagai infus. Desmopresin dapat bertahan
lama dalam sirkulasi setelah diabsorpsi dari mukosa hidung. Sediaan kerja
panjang, misalnya vasopresin tanat dalam minyak, yang disuntikkan secara lM
efeknya dapat bertahan lebih lama, sekitar 48 sampai 96 jam. (Farmakologi UI,
2009)

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2009. Farmakologi dan Terapi


Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI.
Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2009. Basic & Clinical Pharmacology, 11th Ed. New
York:McGraw-Hill.
Kuswardhani, Tuty. 2006. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA LANJUT
US1A. J Peny Dalam, Volume 7 Nomor 2

Seo, Hyungsoek, MD,.,In-Gu Jun, MD, PhD., Tae-Yong Ha, MD, PhD, Shin
Hwang, MD., Sung-Gyu Lee, MD, PhD, and Young-Kug Kim, MD, PhD.
2016. High Stroke Volume Variation Method by Mannitol Administration
Can Decrease Blood Loss During Donor Hepatectomy. Medicine. Vol 95,
No.2.
Otvos, Balint, Ph.D..,1 varun r. Kshettry., M.D., Edward C. Benzel, M.D.2014.
The history of urea as a hyperosmolar agent to decrease brain
swelling. Neurosing Focus. Vol 36.
Rajendran, Rajesh., Ashley B. Grossman and Partha Kar. 2012. Vasopressin
Receptor
Syndrome

Antagonist
of

in

Inappropriate

the
Antidiuretic

Treatment
Hormone

Hospital Practice. Endocrine journal. Vol 59, Hal 903-309.

Of
in

the
General

You might also like