Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
pengetahuan
peserta
dan
masyarakat
mengenai
1.4. Manfaat
Dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1.4.1. Puskesmas
1.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Berdarah Dengue
2.1.1. Definisi dan Etiologi
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, diathesis
hemoragik dan perembesan plasma.Yang membedakan demam berdarah dengue
dengan demam dengue adalah ada tidaknya perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Demam dengue dan demam berdarah dengue sama-sama disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae dengan
diameter sekitar 30 nanometer yang terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal
dengan berat molekul 4 x 10-6. Terdapat 4 serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4.Keempat serotipe virus tersebut semuanya telah ditemukan di
Indonesia dengan serotipe terbanyak adalah DEN-3.
2.2 Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat,
dan Karibia.Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran merata di
seluruh tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6-15 per 100.000 penduduk
(pada 1989 hingga 1995) dan pernah meningkat tajam hingga 35 per 100.000
penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun
hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue melalui
vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus).Peningkatan
kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana berisi air jernih (bak mandi, kaleng
bekas, dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
penularan virus dengue, yaitu: (1) Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan
menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke
tempat lain; (2) Pejamu: terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi
dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; (3) Lingkungan: curah
hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
2.3 Patogenesis
Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat dua perubahan
patofisiologis yang signifikan, yaitu:
oleh
antibodi
heterotipik
sebagai
akibat
infeksi
dengue
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama
2-7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan:
- Uji tourniquet positif
- Petekia, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dan atau melena
Kriteria Laboratoris :
- Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml)
- Hemokonsentrasi (kenaikan Hematokrit (Htc)> 20%)
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4
derajat seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi Infeksi Dengue berdasarkan Derajat Penyakit
Kategor
Deraja
Gejala
Demam diserai 2/lebih tanda:
nyeri kepala, nyeri retro-
DD
DBD
DBD
II
DBD
III
DBD
IV
sendi
Gejala di atas + uji tourniquet
Laboratorium
-
leukopenia
trombositopenia ringan
tidak ada tanda kebocoran
plasma
positif
Gejala di atas + perdarahan
spontan
Gejala di atas + tanda-tanda
2.5 Diagnosis
Diagnosis DBD dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
maupun pemeriksaan penunjang.Adapun hal-hal yang menyangkut anamnesis dan
pemeriksaan fisik telah dibahas pada sub bab 2.4 mengenai manifestasi klinis
DBD. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis DBD antara lain:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah yang umum dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam berdarah dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit (Htc), jumlah trombosit, dan hitung jenis leukosit untuk melihat ada
tidaknya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru (LPB).
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction). Namun karena teknik ini masih sulit
dilakukan dan biayanya mahal maka dapat digunakan juga uji serologis yang
dapat mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap virus dengue dengan
memeriksa kadar IgM dan IgG.
Parameter-parameter lainnya yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan
darah adalah:
Leukosit: dapat berupa leukositosis atau leukopenia, mulai hari ke-3 dapat
ditemukan limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai limfosit
plasma biru (> 15% dari total leukosit di mana pada fase syok akan
meningkat jumlahnya
Trombosit: terjadi trombositopenia pada hari ke-3 sampai hari ke-8
Hematokrit: terjadi peningkatan hematokrit >20% dari nilai hematokrit
awal, umumnya mulai terlihat padaa hari ke-3 demam
syok
Imunoserologis: dapat terjadi peningkatan IgM antidengue mulai hari ke-3
sampai dengan minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari, serta
terjadi peningkatan IgG mulai hari ke-14 (infeksi primer) atau hari ke-2
(infeksi sekunder)
Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI): uji ini merupakan standar WHO untuk
kepentingan surveilans. Uji ini memerlukan minimal 2 sampel serum pada
fase akut dan fase konvalesens (penyembuhan) dengan interpretasi seperti
pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Interpretasi Hasil Uji Hemaglutinasi Inhibisi
Interval Serum III
7 hari
Berapapun
< 7 hari
Kenaikan
Titer
4 kali
4 kali
4 kali
Titer Serum II
Kesimpulan
1: 1280
1: 1560
1: 1280
Berapapun
tidak ada
1: 2560
7 hari
tidak ada
1: 1280
< 7 hari
tidak ada
1: 1280
Infeksi Primer
Infeksi Sekunder
Infeksi primer atau
infeksi sekunder
Mungkin infeksi
dengue
Bukan infeksi
dengue
Tidak bisa
disimpulkan
Tidak bisa
disimpulkan
Hanya 1 serum
1: 1280
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dilakukan untuk membantu mendeteksi
komplikasi dari DBD yaitu efusi pleura dan asites.Efusi pleura dapat dilihat pada
foto thorax PA dan lateral, sedangkan asites dapat ditemukan pada pemeriksaan
USG Abdomen.
2.6 Penatalaksanaan
a. Promotif
Kegiatan promotif untuk mencegah meluasnya kasus DBD di masyarakat
adalah melalui semboyan 4M plus yaitu menguras bak mandi minimal
seminggu sekali, menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barangbarang bekas yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti,
pemberian bubuk abate di tempat-tempat penampungan air atau ikanisasi tempat
penampungan air untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, serta melakukan
fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa.
b. Preventif
Kegiatan preventif di sini dimaksudkan untuk mencegah gigitan nyamuk,
yaitu dengan cara mengoleskan lotion antinyamuk (repellent), menggunakan
insektisida antinyamuk (semprot, bakar, atau elektrik), memakai kaos kaki yang
panjang hingga ke lutut untuk anak-anak yang masih sekolah atau menggunakan
celana panjang maupun baju lengan panjang, serta tidur dengan menggunakan
kelambu.
c. Kuratif
Tidak ada terapi yang spesifik untuk infeksi dengue, prinsip utama adalah
dengan terapi simtomatis.Dengan terapi simtomatis yang adekuat angka kematian
dapat
diturunkan
hingga
kurang
dari
1%.Pemeliharaan
volume
cairan
RAWAT INAP
atau dapat juga dijabarkan dalam Rumus Holiday-Segar yang dapat pula
digunakan pada pasien anak-anak. Adapun perhitungannya seperti pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3. Tabel Perhitungan Kebutuhan Cairan Maintenance menurut Holiday-Segar
Kebutuhan Cairan
100 cc/kgBB/hari
50 cc/kgBB/hari
10
> 20 kg
20 cc/kgBB/hari
Alur penatalaksanaan pasien tersangka DBD tanpa perdarahan dan syok di
ruang rawat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
ruang rawat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Suspek DBD
Perdarahan spontan & massif (-)
Tanda-tanda syok (-)
Terapi awal
cairan IV
6-7
cc/kgBB/jam
Penanganan
dengan
Gambar 2. Protokol II (Pemberian Cairan Tersangka DBD di
Ruang Rawat)
Protokol III
sebanyak Hematokrit
kurang lebih5%.Penatalaksanaannya seperti yang
terlihatMEMBAIK
pada bagan
TIDAK
Hematokrit , Nadi
Tensi <20 mmHg
Diuresis
Nadi , Tensi
berikut ini.
Diuresis 2
cc/kgBB/Jam
MEMBAIK
TIDAK MEMBAIK
Kurangi infus
kristaloid
3 cc/kgBB/Jam
MEMBAIK
MEMBAIK
TIDAK MEMBAIK
Tanda Syok (+)
Penanganan
dengan Protokol V
11
hematemesis,
melena,
hematokezia,
hematuria,
perdarahan
12
KASUS DBD:
Perdarahan spontan masif
Tanda-tanda syok (-)
DIC (-):
DIC (+):
Tranfusi
komponen
darah (k/p)
Tranfusi komponen
darah
(k/p)
Kristaloid
10-20
cc/kgBB/30 menit
Observasi
tanda
Hb, Htc, Trombo tiap 4-6 jam, ulang pemeriksaan hemost
Heparinisasi
5000-10.000/hari
drip
O2 vital,
2-4 liter/menit
Analis Gastiap
Darah
(AGD),
Htc, Trombosit,
Elektrolit,
Ureum, Kreatinin,
Golongan
Darah
servasi tanda vital, Hb,Periksa
Htc, Trombo
4-6
jam,Hb,
ulang
pemeriksaan
hemostasis
24 jam
kemudian
TIDAK MEMBAIK
Kristaloid disesuaikan
20-30 cc/kgBB/30
menit
transfusi komponen darah hendaknya
dengan
MEMBURUK
Kembali Ke Awal
Hematokrit
Koloid tetes cepat
10-20 cc/kgBB/10-15 menit
Hematokrit
Transfusi WB 10 cc/kgBB
Dapat diulang sesuai kebutuhan
MEMBAIK
Kristaloid 3 cc/kgBB/jam
TIDAK MEMBAIK
Pasang PVC
NORMOVOLEMIK
Kristaloid pantau tiap 10-15 menit
Koreksi Gangguan Asam Basa, Elektrolit, Hipoglikemia, Anemia, DIC,
- Inotropik
Vasopressor
Kombinasi Koloid-Kristaloid
Perbaikan terhadap vasopressor
- After load
PERBAIKAN
Koreksi Gangguan Asam Basa, Elektrolit, Hipoglikemia, Anemia, DIC, Infeksi sekunder
13
14
Sasaran pada kegiatan ini adalah para siswa sekolah dasar yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Panaikang
3.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal
: 21 April hingga
Pukul
: 10.00 WIB
Tempat
3.4. Peserta
Peserta pada kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh siswa SD di wilayah
kerja puskesmas Panaikang.
3.5.
Isi Penyuluhan
Materi Peyuluhan yang disampaikan pada kegiatan ini yaitu :
a. Pengertian DBD
b. Penyebab DBD
c. Penularan DBD
d. Tanda dan gejala DBD
e. Pencegahan dan penanganan DBD
3.6.
Rencana Evaluasi
Indikator Keberhasilan dapat dilihat dari :
a. Kehadiran peserta
Indikator : peserta yang hadir mengikuti penyuluhan sebanyak minimal 75
% orang.
b. Peserta dengan antusias mendengarkan ceramah
Indikatornya : peserta tidak mengantuk, tidak lain lain, mendengarkan
dengan seksama dan aktif bertanya.
c. Peserta aktif bertanya
15
16
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Komunitas Umum
4.1.1 Sosial Ekonomi dan Budaya
Dengan adanya keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat khususnya
keluarga miskin maka masyarakat dapat menggunakan fasilitas kesehatan di
tingkat puskesmas tanpa dipungut bayaran. Untuk menjamin akses penduduk
Sulawesi Selatan terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945, maka sejak awal agenda Pemerintahan Gubernur
dan Wakil Gubernur terpilih berupaya untuk mengatasi hambatan dan kendala
tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Pelayanan Kesehatan Gratis yang
tertuang pada Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2008
tentang Pedoman Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gratis.
Secara sosial, untuk wilayah kerja Puskesmas panaikang didominasi oleh suku
bugis. Dalam melakukan aktifitas, masyarakatnya berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa Bugis. Agama yang dianut oleh
masyarakat kurang lebih 95 % agama Islam dan 5 % kepercayaan non-Islam.
Mata pencahariannya sebagian besar adalah petani dan nelayan.
4.2 Data Geografis
1. Geografis
Puskesmas Panaikang berada di wilayah Kecamatan Sinjai Timur
Kabupaten Sinjai yang terdiri dari 4 (empat) desa, di antaranya:
a.
Desa Panaikang
b.
Desa Pasimarannu
c.
Desa Sanjai
d.
Desa Lasiai
Dengan luas wilayah kerja 25, 46 km2, dan berbatasan langsung dengan :
a.
b.
18
c.
d.
Tenaga
kesehatan
Menurut
Unit
Kerja
Puskesmas
19
20
21
5.1
Kesimpulan
Pelaksanaan
penyuluhan
yang
direncanakan
telah
dapat
Saran
Para peserta penyuluhan hendaknya menerapkan pengetahuan yang
mereka dapatkan,dalam kehidupan sehari hari.
22
DAFTAR PUSTAKA
23