You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan
paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru harus dibedakan dengan
kavitas pada pasien tuberkulosis paru. Abses paru lebih sering terjadi pada lakilaki dibanding perempuan dan umumnya terjadi pada umur tua karena terdapat
peningkatan insiden penyakit peridontal dan peningkatan prevalensi aspirasi.
Kemajuan ilmu kedokteran saat ini menyebabkan kejadian abses paru menurun
(jarang ditemukan) karena adanya perbaikan risiko terjadinya abses paru seperti
teknik operasi dan anastesi yang lebih baik dan penggunaan antibiotik lebih dini,
kecuali pada kondisi-kondisi yang memudahkan untuk terjadinya aspirasi dan
pada populasi dengan imunocompromised. Karena angka harapan hidup yang
lebih baik dari pada pasien HIV maka pada tahun-tahun belakangan ini kasus
abses paru tampak mengalami peningkatan lagi.1
Pada umumnya kasus abses paru berhubungan dengan karies gigi, epilepsi
tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada
negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respon
imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari pasca
obstruksi.1
Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupun anaerob dari
koloni oropharing sering menjadi penyebab abses paru, Kesalahan dalam
diagnosis dan pengobatan abses paru-paru akan memperburuk kondisi klinis.
Kuman atau bakteri penyebab terjaddinya abses paru bervariasi sesuai dengan
peneliti dan teknik penelitian yang digunakan finegolal dan fisliman mendapatkan
bahwa organisme penyebab abses paru lebih dari 89% adalah kuman anerob ,
Asher dan Beandry mendapatkan pada anak-anak kuman penyebab abses paru
terbanyak adalah Staphylococcus Aureus. Penelitian pada penderita abses paru
nosokomial ditemukan kuman aerob seperti golongan enterobacteriaceae yang
1

terbanyak. Sedangkan penelitian dengan teknik biopsi perkutan atau biopsi


transtrakeal ditemukan terbanyak adalah kuman anaerob.1
Pada penelitian yang dilakukan di taiwan oleh Yen dkk (2015) didapatkan
kuman mikroorganisme patogen yang paling sering ditemukan pada abses paru
primer adalah streptococcus pneumonia dan yang paling banyak ditemukan pada
abses paru sekunder pseudomonas aureoginosa kemudian pada penelitian lain
yang dilakukan oleh Chan dkk (2015) didapatkan mikroorganisme yang paling
banyak dijumpai pada abses paru dengan anak yang mengalami karies pada gigi
ditemukan mikroorganisme yang terbanyak ialah stapylococcus aureus.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Abses Paru
2.1.1

Defenisi
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan

paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih.1
2.1.2

Etiologi
Abses paru dapat dibedakan oleh berbagai mikroorganisme yaitu:
Kelompok bakteri anaerob, biasanya diakibatkan oleh pneumonia
aspirasi
Bacteriodes melalinogenus
Bacteriodes fragilis
Peptostreptococcus spesies
Bacillus intermedius
Fusobacterium nucleatum
Mikroaerophilic streptococcus
Bakteri anaerobik meliputi 89% penyebab abses paru dan 85-100% dari

spesimen yang didapat melalui aspirasi transtrakheal.


Kelompok bakteri aerob:
Gram positif: sekunder oleh sebab selain aspirasi

Staphylococcus aureus

Streptococcus microaerophilic

Streptococcus pyogenes

Streptococcus pneumonia

Gram negatif: biasanya merupakan sebab nosokomial

Klebsiella pneumoniae

Pseudomonas aeruginosa

Eschericha coli

Haemophilus influenza

Actinomyces species

Nocardia species

Gram negatif bacilli

Kelompok:

Jamur: mucoraceae, aspergilus species

Parasit, amuba

Studi yang dilakukan Bartlett et al. (1974) mendapatkan 46% abses paru
disebabkan hanya oleh bakteri anaerob, sedangkan 43% campuran anaerob dan
aerob.
Spektrum

kuman

patogen

penyebab

abses

paru

pada

pasien

immunocompromissed sedikit berbeda. Pada pasien AIDS kebanyakan kumannya


adalah bakteri aerob, P. Carinii dan jamur termasuk Cryptococcus neoforman dan
mycobacterium tuberculosis.1
2.1.3

Faktor predisposisi
Kondisi-kondisi yang memudahkan terjadinya aspirasi:

Gangguan kesadaran: Alkoholisme, epilepsi/kejang sebab


lain,

gangguan

serebrovaskular,

anestesi

umum,

penyalahgunaan obat intravena, koma, trauma, sepsis

Gangguan esofagus dan saluran cerna lainnya: Gangguan


motilitas

Fistula trakeoesopageal

Sebab-sebab Iatrogenik
Penyakit-penyakit periodontal
Kebersihan mulut yang buruk
Pencabutan gigi

Immunosupresi
Bronkiektasis
Kanker paru
Infeksi saluran napas atas dan bawah yang belum teratasi. Psien
HIV yang terkena abses paru pada umumnya mempunyai status
immunocompromised yang sangat jelek (kadar CD<50/mm3), dan
kebanyakan didahului oleh infeksi terutama infeksi paru.1
2.1.4

Patofisiologi
Terjadinya abses paru biasanya melalui 2 cara yaitu aspirasi dan

hematogen. Yang paling sering dijumpai adalah kelompok abses bronkogenik


yang termasuk akibat aspirasi, stasis sekresi, benda asing, tumor dan struktur
bronkial. Keadaan ini menyebabkan obstruksi bronkus dan terbawanya organisme
virulen yang akan menyebabkan terjadinya infeksi pada daerah distal obtruksi
tersebut. Abses jenis ini banyak terjadi pada pasien bronkitis kronik karena
banyaknya mukus pada saluran nafas bawahnya yang merupakan kultur media
yang sangat baik bagi organisme yang teraspirasi. Pada prokok usia lanjut
keganasan bronkogenik bisa merupakan dasar untuk terjadinya abses paru.1
Secara hematogen, yang paling sering terjadi adalah akibat septikemi atau
sebagai fenomena septik emboli, sekunder dari fokus infeksi dari bagian lain
tubuhnya seperti tricuspid valve endocarditis. Penyebaran hematogen ini
umumnya akan berbentuk abses multipel dan biasanya disebabkan oleh
stapylococcus. Penanganan abses multipel dan kecil-kecil adalah lebih sulit dari
abses single walaupun ukurannya besar. Secara umum diameternya abses paru
bervariasi dari beberapa mm sampai dengan 5 cm atau lebih.3
Disebut abses primer bila infeksi diakibatkan aspirasi atau pneumonia
yang terjadi pada orang normal, sedangkan abses sekunder bila infeksi terjadi
pada orang yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi seperti obstruksi,
bronkiektasis dan gangguan imunitas.2
Selain itu abses paru dapat terjadi akibat necrotizing pneumonia yang
menyebabkan terjadinya nekrosis dan pencairan pada daerah yang mengalami
5

konsolidasi dengan organisme penyebabnya paling sering ialah staphylococcus


aureus, klebsiella pneumoniae dan group pseudomonas. Abses yang terjadi
biasanya multiple dan berukuran kecil-kecil (<2cm).
Bulla atau kista yang sudah ada bisa berkembang menjadi abses paru.
Kista bronkogenik yang berisi cairan dan elemen sekresi epitel merupakan media
kultur untuk tumbuhnya mikroorganisme. Bila kista tersebut mengalami infeksi
oleh mikroorganisme yang virulens maka akan terjadilah abses paru.
Abses paru biasanya satu (single) tapi bisa multiple yang biasanya
unilateral pada satu paru, yang terjadi pada pasien dengan keadaan umum yang
jelek atau pasien yang mengalami penyakit menahun seperti malnutrisi, sirosis
hati, gangguan imunologis yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, atau
penggunaan sitostatika. Abses akibat aspirasi paling sering terjadi pada segmen
posterior lobus atas dan segmen apical lobus bawah, dan sering terjadi pada paru
kanan, karena bronkus utama kanan lebih lurus dibandingkan kiri.
Abses bila mengalami ruptur ke dalam bronkus, dengan isinya di
ekspetorasikan keluar dengan meninggalkan kavitas yang berisi air dan udara.
Kadang-kadang abses ruptur ke rongga pleura sehingga terjadi empiema yang bisa
diikuti dengan terjadinya fistula bronkopleura.1
2.1.5

Gambaran klinis
Onset bisa berjalan lambat atau mendadak/akut. Disebut abses akut bila

terjadinya kurang dari 4-6 minggu umumnya pasien mempunyai riwayat


perjalanan penyakit 1-3 minggu dengan gejala awal adalah badan terasa lemah,
tidak nafsu makan, penurunan berat badan, batuk kering, keringat malam, demam
intermitten bisa disertai menggigil dengan suhu tubuh mencapai 39,4 0C atau lebih.
Tidak ada demam tidak menyingkirkan adanya abses paru. Setelah beberapa hari
dahak bisa menjadi purulen dan bisa mengandung darah.
Sputum yang

berbau amis

dan berwarna

anchovy menunjukan

penyebabnya bakteri anaerob dan disebut dengan putrid abscesses, tetapi tidak
didapatkannya sputum dengan ciri diatas tidak menyingkirkan kemungkinan

infeksi anaerob. Bila terdapat nyeri dada menunjukan keterlibatan pluera. Batuk
darah bisa dijumpai, biasanya ringan tetapi ada yang masif.
Pengecatan gram terhadap sputum dapat menampakan banyak leukosit
polimorfnuklear dan temuan-temuan yang cocok dengan mikroorganisme
anaerob, misalnya basil gram negatif yang pleomorfik dan kecil (Bacterioides,
fusobakterium); batang gram negatif dengan ujung yang makin menipis
(Fusobakterium); basil gram-positif yang besar (Clostridium); dan kokus yang
sangat kecil (streptococcus aneaerob).
Bila abses paru letaknya dekat pleura dan pecah akan terjadi piotoraks
(empiema torakis) sehingga pada pemeriksaan fisik ditemukan pergerakan dinding
dada tertingal pada tempat lesi, fremitus vokal menghilang, perkusi redup/pekak,
bunyi nafas menghilang dan terdapat tanda-tanda pendorongan mediastinum
terutama pendorongan jantung ke arah kontra lateral tempat lesi. Pada abses paru
bisa dijumpai jari tabuh, yang proses terjadinya berlangsung cepat.1
2.1.6

Diagnostik

Laboratorium

Hitung leukosit umumnya tinggi berkisar 10.000-30.000/ mm 3 dengan


hitung jenis bergeser kekiri dan sel polimorfonuklear yang banyak terutama
neutrofil yang immature. Pemeriksaan dahak dapat membantu dalam menemukan
mikroorganisme penyebab abses, namun dahak tersebut hendaknya diperoleh dari
aspirasi transtrakeal, transtorakal atau bilasan/sikatan bronkus, karena dahak yang
dibatukan akan terkontaminasi dengan organisme anaerobic normal pada rongga
mulut dan saluran napas atas.1
Bronkoskopi
Bronkoskopi dengan biopsi sikatan yang terlindung dan bilasan bronkus
merupakan cara diagnostik yang paling baik dengan akurasi diagnostik
bakteriologi melebihi 80%. Cara ini hendaknya dilakukan pada pasien AIDS
sebelum dimulainya pengobatan karena banyaknya kuman yang terlihat dan sulit
diprediksi secara klinis. Selain itu 10%-25% dari penyebab abses paru pada orang

dewasa adalah karsinoma bronkogenik, dan 60% di antaranya dapat didiagnosa


dengan memakai bronkoskopi.1
Aspirasi Jarum Perkutan
Cara ini mempunyai akurasi tinggi untuk diagnosis bakteriologis, dengan
spesifitas melebihi aspirasi transtrakeal.1
Radiologi
Foto dada PA dan lateral sangat membantu untuk melihat lokasi lesi dan
bentuk abses paru. Pada hari-hari pertama penyakit, foto dada hanya menunjukan
gambaran opak dari satu atau lebih segmen paru, atau hanya berupa gambaran
densitas homogen yang berbentuk bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran
radiolusen dalam bayangan infiltrate yang padat. Selanjutnya bila abses tersebut
mengalami rupture sehingga terjadi drainase abses yang tidak sempurna ke dalam
bronkus, maka baru akan tampak kavitas iregular dengan batas cairan dan
permukaan udara (air fluid level) di dalamnya. Khas pada abses paru anaerobic
kavitasnya kavitasnya single (soliter) yang biasanya ditemukan pada infeksi paru
primer, sedangkan abses paru sekunder (aerobic, nosokomial atau hematogen)
lesinya bisa multiple.1
CT Scan bisa menunjukan tempat lesi yang menyebabkan obstruksi
endobrokial, dan gambaran abses tampak seperti massa bulat dalam paru dengan
kavitasi sentral. CT Scan juga bisa menunjukan lokasi abses berada dalam
parenkim paru yang membedakannya dengan empiema.3
2.1.7

Diagnosis Banding
Penyakit infeksi: Tuberkulosis, Bulla infeksi, emboli septik Penyebab non

infeksi: kavitas oleh karena keganasan, wageners granulomatosis, nodul


reumatoid, vaskulitis, sarkoidosis, infark paru, kongenital (bulla, kista, bleb).1
2.1.8

Penanganan
Tujuan utama pengobatan pasien abses paru adalah eradikasi secepatnya

dari pathogen penyebab dengan pengobatan yang cukup, drainase yang adekuat
dari empiema dan pencegahan komplikasi yang terjadi.
8

Pasien abses paru memerlukan istirahat yang cukup. Bila abses paru pada
foto dada menunjukan diameter 4cm atau lebih sebaiknya pasien dirawat inap.
Posisi berbaring pasien hendaknya miring dengan paru yang terkena abses berada
diatas supaya gravitas drainase lebih baik.
Penyembuhan sempurna abses paru tergantung dari pengobatan antibotic
yang adekuat dan diberikan sedini mungkin segera setelah sample dahak dan
darah diambil untuk kultur dan tes sensivitas. Kebanyakan pasien mengalami
perbaikan hanya dengan antibiotic dan postural drainage, sedangkan kira-kira
10% harus dilakukan tindakan operatif
Antibiotic yang paling baik adalah klindamisin oleh karena mempunyai
spectrum yang lebih baik pada bakteri anaerob. klindamisin diberikan mula-mula
dengan dosis 3x600 mg intravenous, kemudian 4x300 mg oral/hari. Regimen
alternative adalah penisilin G 2-10 juta unit/hari, ada yang memberikan sampai
dengan 25 juta atau lebih/hari dikombinasikan dengan streptomisin kemudian
penisilin oral 4x500-750 mg/hari. Kombisansi penisilin 12-18 juta unit/hari dan
metrodinazole 2 gram/hari dengan dosis terbagi (untuk penyebab bakteri anaerob)
yang diberikan selama 10 hari dikatakan sama efektifnya dengan klindamisin.1
Pada teori lain mengatakan antibotik pilihan pertama untuk abses paru
primer adalah sefalosporin ditambah klindamisin, vankomisin dapat digantikan
untuk klindamisin jika pasien alergi terhadap klindamisin. Untuk pilihan pada
abses paru skunder adalah ampisilin-sulbaktam atau klindamisin. Vankomisin
dapat digantikan untuk klindamisin jika pasien alergi terhadap klindamisin.
Piperacillin-Tazobactam, Tikarsilin-Tazobactam atau meropenem sesuai untuk
nasokomial aspirasi.2
2.1.9

Komplikasi
Komplikasi local meliputi penyebaran infeksi melalui aspirasi lewat

bronkus atau penyebaran langsung melalui jaringan sekitarnya. Abses paru yang
drainasenya kurang baik, bisa mengalami ruptur kesegmen lain dengan
kecenderungan penyebaran infeksi stapylococcus, sedang yang rupture ke rongga
pluera menjadi piotoraks (empiema). Komplikasi sering lainnya berupa abses
9

otak, hemoptisis massif, rupture pleura viseralis sehingga terjadi piopneumotoraks


dan fistula bronkopleura. Abses paru kronik bisa menyebabkan anemia,
malnutrisi, gangguan cairan dan elektrolit serta gagal jantung terutama pada
manula.1
2.1.10 Penyulit
Penyulit yang biasa timbul adalah perluasan abses di jaringan paru
sekitarnya sehingga sebagian besar paru hilang. Penyulit lainnya ialah fistula
bronkopleura, emfisema, pneumotoraks, dan perikarditis. Penyebaran akibat
sepsis dapat menyebabkan timbulnya abses di organ lain, terutama di otak.1
2.1.11 Pencegahan
Perhatian khusus ditunjukan kepada kebersihan mulut. Kebersihan mulut
yang jelek dan penyakit-penyakit peridontal bisa menyebabkan koloniasi bakteri
pathogen orofaring yang akan menyebabkan infeksi saluran nafas sampai dengan
abses paru. Menghindari pemakaian anastesi umum pada tonsilektomi,
pencabutan abses gigi dan operasi sinus paranasal akan menurunkan insiden abses
paru.1

10

BAB III
KESIMPULAN
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan
paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih.
Untuk memastikan diagnosa dari abses paru maka dilakukan serangkaian
pemeriksaan dari anamnesa, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan radiologi.2
Dari pemeriksaan Foto dada PA dan lateral pada pasien akan dijumpai
kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda konsolidasi disekelilingnya,
lebih sering dijumpai pada paru kanan dibandingkan paru kiri. Bila terdapat
hubungan dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat Air Fluid Level. Tetapi
bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda-tanda konsolidasi (opasitas).3
Pengobatan pilihan pertama pada abses paru primer adalah klindamisin
oleh karena mempunyai spectrum yang lebih baik pada bakteri anaerob.
klindamisin diberikan mula-mula dengan dosis 3x600 mg intravenous, kemudian
4x300 mg oral/hari, pada abses paru skunder adalah ampilisin-sulbactam dengan
dosis 100-200 mg/kgBB/iv, untuk nasokomial aspirasi diberikan meropenem
dengan dosis 20-40 mg/kgBB/iv.2

11

You might also like