You are on page 1of 3

Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Pangan

dan Tata Guna Lahan


Posted by: fitria on March 11, 2013 in Cuaca, Emisi, Konservasi Alam, Lingkungan,
Perubahan Iklim, Tata Guna Lahan Leave a comment
Daratan terdiri dari seperempat permukaan Bumi, dan tanah dan tumbuhan
menyimpan/menahan tiga kali lebih banyak karbon daripada di atmosfir. Lebih dari 30 % gas
rumah kaca berasal dari sektor tata guna lahan. Sehingga, tidak ada strategi mitigasi atau
mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim dapat menjadi sempurna atau
sukses tanpa usaha mengurangi emisi dari pertanian, kehutanan dan tata guna lahan lainnya.
Trelebih lagi, hanya yang berbasis daratan atau penyimpanan karbon terestial yang
menawarkan kemungkinan pemusnahan gas rumah kaca dalam skala besar gas rumah kaca
dari atmosfir melalui fotosintesis tanaman.

Lima strategi terbesar untuk mengurangi dan menyimpan emisi gas rumah kaca
terestial/daratan adalah sebagai berikut:
Memperkaya karbon tanah. Tanah adalah kolam karbon terbesar ketiga di permukaan
bumi. Tanah pertanian dapat diatur untuk mengurangi emisi dengan meminimalisir tanah
yang dikerjakan, mengurangi penggunaan pupuk nitrogen dan menahan erosi. Tanah dapat
menyimpan karbon yang ditangkap oleh tanaman dari atmosfir dengan mengumpulkan zat
tanah organik, yang juga akan lebih jauh menambah penyimpnana karbon di tanah.

Beternak dengan tanaman hijau. Tanaman hijau sepanjang tahun, rumput, kelapakelapaan dan pohon secara konstan akan memantain dan menumbuhkan akar dan biomassa
kayu dan karbon yang diasosiasikan, sementara pada saat yang sama menyediakan tutupan
tanaman untuk tanah. Banyak potensi untuk mengganti tanaman yang digarap tahunan
(jagung dan jenis bijian-bijian) dengan tanaman hijau, utamanya untuk makanan hewan dan
minyak sayur, dan juga memasukkan tanaman hijau berkayu ke sistim tahunan pertanian
dalam sistim agroforestri.
Produksi ternak yang ramah iklim. Pertumbuhan permintaan yang cepat akan produk
ternak telah memicu pertumbuhan yang tinggi jumlah binatang, terkonsentarsi pada sampah
di usaha peternakan penggemukan dan perusahaan susu, dan membersihkan padang rumput
alami dan hutan untuk penggembalaan ternak. Emisi karbon yang terkait ternak dan metan
saat ini bertanggungjawab sebesar 15.5% dari total gas rumah kaca-lebih besar daripada
sektor transportasi. Pengurangan di jumlah ternak mungkin dibutuhkan namun inovasi dalam
hal produksi dapat membantu, termasuk sistim penggembalaan berotasi, manajemen manure
dan pemangkapan metah untuk produksi biogas dan memperbaiki makanan dan makanan
tambahan ternak.

Melindungi habitat alam. Bumi memiliki 4 milyar hektar hutan dan 5 milyar hektar
padang rumput alam yang merupakan reservoir raksasa karbon-dalam hal vegetasi di atasnya
maupun di sistim perkaran di bawah tanah. Seiring dengan hutan dan padang rumput tumbuh,
dapat mengurangi karbon di atmosfir. Deforestrasi, pembersihan lahan dan hutan, padang,
kebakaran padang rumput merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca. Insentif
dibutuhkan untuk mendorong petani dan pengguna lahan untuk tetap menjaga vegetasi alami

melalui sertifikasi produk, pembayatan untuk servis iklim, dan mengamankan hak tenure, dan
kontrol kebakaran komunitas. Konservasi dari habitat alami akan memberikan manfaat pada
keanekaragaman dalam perubahan iklim.
Menjaga yang DAS sudah terdegradasi. Area yang luas di dunia telah mengalami
kegundulan vegetasi melalui pembersihan vegetasi untuk tanaman atau grazing dan dari
penggunaan berlebih dan manajemen yang buruk. Degradasi lahan tidak hanya menghasilkan
emisi gas rumah kaca yang besar, namun juga masyarakat lokal kehilangan aset sumber
penghidupan dan fungsi penting DAS. Dengan menyimpan penutup vegetasi pada lahan yang
terdegradasi dapat menjadi strategi menang-memang untuk mengatasi perubahan iklim,
kemiskinan pedesaan dan kelangkaan air.
Komunitas pertanian memiliki peran yang sentral dalam menghadapi perubahan iklim,
Bahkan pada harga yang rendah untuk mitigasi emisi karbon, meningkatkan manajemen
lahan dapat mengimbangi seperempat emisi global dari penggunaan bahan bakar fosil dalam
satu tahun. Bertolak belakang dengan solusi mengurangi emisi dengan penangkapan karbon
di sektor industri yang sepertinya tidak mungkin untuk terwujud dalam waktu puluhan tahun
ke depan dan tidak menghilangkan emisi gas rumah kaca yang sudah ada di atmosfer. Untuk
mengatasi tantangan perubahan iklim, kita perlu untuk mengejar solusi penggunaan lahan di
samping upaya untuk meningkatkan efisiensi energi dan mempercepat transisi ke energi
terbarukan.
Namun hingga saat ini, ilmu pengetahuan dan masyarakat internasional lambat dalam
merangkul aksi iklim di berbasis daratan (terestial). beberapa ketakutan bahwa investasi di
tata guna lahan tidak akan menghasilkan manfaat iklim yang nyata, atau aksi terkait dengan
tata guna lahan akan mengalihkan perhatian dari investasi energi alternatif. Juga ada
kekhawatiran bahwa manajemen perubahan lahan tidak dapat diimplementasikan cukup cepat
dan pada skala yang akan membuat perbedaan terhadap iklim.

You might also like