Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Asma adalah penyakit inflamasi yang mempengaruhi saluran udara besar
dan kecil.1 Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di
seluruh dunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas,
akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan
kegiatan harian.2
Asma biasanya berkembang di masa kanak-kanak dan sering disertai
dengan alergi , meskipun asma berkembang di masa dewasa dalam subkelompok
pasien.1 14 % dari anak-anak di dunia mengalami gejala asma . 8,6 % dari orang
dewasa muda (usia 18-45 ) mengalami gejala asma . 4,5 % dari orang dewasa
muda telah didiagnosa dengan asma dan / atau mengambil pengobatan untuk
asma. Beban asma paling besar untuk anak-anak berusia 10-14 dan orang tua
berusia 75-79 tahun.3
Pasien dengan asma memiliki serangan sesak napas , sesak dada , batuk ,
dan mengi yang disebabkan obstruksi jalan napas umum , yang dimanifestasikan
sebagai penurunan laju aliran kapasitas vital paru dan berkurangnya
volume
ekspirasi paksa dalam 1 detik ( FEV1 ) yang biasanya beralih sepenuhnya setelah
serangan itu.1
Kesepakatan bagaimana
menangani
asma
dengan
benar
yang
dilakukan oleh National Institute of Heallth National Heart, Lung and Blood
Institute (NHLBI) bekerja sama dengan World Health Organization (WHO).
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi
jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
I.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui
Tujuan Penulisan
Memahami definisi, epidemiologi, klasifikasi,
faktor resiko ,
Metode Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Definisi
Asma
adalah
gangguan
inflamasi
kronik
saluran
napas
yang
melibatkan banyak sel dan elemennya.2 Asma adalah gangguan inflamasi kronis
yang berhubungan dengan variable obstruksi aliran udara dan hiperresponsif
bronkial.4
II.2
Epidemiologi
Jumlah penderita asma di dunia mungkin setinggi 334 juta. Angka ini
berasal dari analisis yang komprehensif terbaru dari Global Burden of Disease
Study
(GBD)
yang
dilakukan
2008-2010.3
di
Prevalensi
asma
dan
II.3
Klasifikasi
Tabel 1.
Berat penyakit asma diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis
sebelum pengobatan dimulai2
Tabel 2.
Penilaian berat asma pada penderita yang sudah dalam pengobatan2
II.4
Faktor Resiko
Patofisiologi
Bagan 1.
yang menyebabkan
preformed
, sel mast,
sel epitel,
banyak
belum
10
Peningkatan
menjadikan fibrosis
Gambar 1.
Asma dan perbaikan jalan napas2
Gambar 2.
11
Pada anak-anak , seperti pada orang dewasa , perubahan patologis dari bronkus,
yang hadir dalam saluran udara . peradangan dipicu oleh berbagai faktor ,
termasuk alergen , virus , latihan dll. Faktor-faktor ini juga menyebabkan
hyperreactive tanggapan dalam saluran udara penderita asma . Peradangan dan
hiperaktivitas menyebabkan obstruksi jalan napas . meskipun patofisiologi
perubahan yang berhubungan dengan asma umumnya reversibel , pemulihan
parsial adalah mungkin. 4
II.6
Diagnosis
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala
berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabilitas yang
berkaitan dengan cuaca.
diagnostik. 2
Riwayat penyakit / gejala :
Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Respons terhadap pemberian bronkodilator 2
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
Riwayat keluarga (atopi)
Riwayat alergi / atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan 2
12
Pemeriksaan Jasmani
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani
dapat normal. Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering
ditemukan
hiperinflasi. 2
Pada
sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar
bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas . 2
Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai: obstruksi jalan napas,
reversibilitas kelainan faal paru, variabilitas faal paru, dan sebagai penilaian
tidak langsung hiperesponsif jalan napas. Banyak parameter dan metode untuk
menilai faal paru, tetapi yang telah diterima secara luas (standar) dan mungkin
dilakukan adalah pemeriksaan spirometri dan arus puncak ekspirasi (APE). 2
Spirometri
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan
kapasitas vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui
prosedur
yang
standar.
Pemeriksaan
itu
sangat
bergantung
kepada
napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai
prediksi. 2
13
pagi
hari
untuk
14
Selama 1 minggu setiap hari diukur APE pagi dan malam , misalkan
didapatkan APE pagi terendah 300, dan APE malam tertinggi 400; maka
persentase dari nilai terbaik adalah 300/ 400 = 75%. Metode tersebut paling
mudah dan mungkin dilakukan untuk menilai variabilitas. 2
Uji Provokasi Bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada
penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji
provokasi
bronkus
Pemeriksaan
uji
provokasi
bronkus
mempunyai
sensitivitas yang tinggi tetapi spesifisitas rendah, artinya hasil negatif dapat
menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi
berarti bahwa penderita tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada
penyakit lain seperti rinitis alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan
jalan napas seperti PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik.
alergi
pada
asma
dapat
diindentifikasi
nilai
kecil
untuk
mendiagnosis
asma,
melalui
Uji tersebut
tetapi
membantu
dilaksanakan kontrol
cara
mendiagnosis
status
alergi/atopi,
kulit
adalah
utama
untuk
Walaupun uji kulit merupakan cara yang tepat untuk diagnosis atopi, tetapi juga
dapat menghasilkan positif
15
Bagan 2..
Diagnosis asma dan bronkokontriksi yang diinduksi latihan pada atlit
II.7
Penatalaksanaan
Tujuan
2. Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan pengawasan asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penderita asma.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi
jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega. 2
17
hasil
belum
tercapai,
18
penggunaannya
dikombinasikan
Antikolinergik
Aminofillin
Adrenalin2
Pengontrol
Glukokortikosteroid inhalasi
Glukokortikosteroid inhalasi adalah medikasi jangka panjang yang
paling
efektif
untuk
ditoleransi
dengan
baik
dan
aman
pada
dosis
Steroid
yang
direkomendasikan. 2
Efek samping steroid inhalasi adalah efek samping lokal seperti
kandidiasis orofaring, disfonia dan batuk karena iritasi saluran napas atas.
Semua efek samping tersebut dapat dicegah dengan penggunaan spacer, atau
mencuci
mulut
dengan berkumur-kumur
dan membuang
keluar setelah
inhalasi. Absorpsi sistemik tidak dapat dielakkan, terjadi melalui absorpsi obat
di paru. Risiko terjadi efek samping sistemik bergantung kepada dosis dan
potensi
obat yang
berkaitan
dengan
biovailibilitas, absorpsi di
usus,
metabolisme di hati , waktu paruh berkaitan dengan absorpsi di paru dan usus;
sehingga masing-masing obat steroid inhalasi berbeda kemungkinannya untuk
menimbulkan efek sistemik.
Penelitian
mempunyai
efek
menunjukkan
sistemik
budesonid
yang
rendah
dan
flutikason
propionate
dibandingkan beklometason
mengurangi
efek
inhalasi. 2
19
Tabel 4.
Dosis glukokortikoid inhalasi dan perkiraan kesamaan potensi. 2
Glukokortikosteroid sistemik
Cara
pemberian
melalui
oral
atau
parenteral.
Kemungkinan
digunakan sebagai pengontrol pada keadaan asma persisten berat (setiap hari atau
selang sehari), tetapi penggunaannya terbatas mengingat risiko efek sistemik.
Steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada steroid oral jangka panjang.
Jangka panjang lebih efektif menggunakan steroid inhalasi daripada steroid
oral selang sehari. Jika steroid oral terpaksa harus diberikan misalnya pada
keadaan asma persisten berat yang dalam terapi maksimal belum terkontrol
(walau telah menggunakan paduan pengoabatn sesuai berat asma), maka
dibutuhkan steroid oral selama jangka waktu tertentu. Hal itu terjadi juga
pada steroid dependen.
20
samping
sistemik
penggunaan
glukokortikosteroid
oral/
belum
dipahami,
tetapi
dan nedokromil
diketahui
merupakan
saat melakukan
inhalasi . 2
Metilsantin
Teofilin
adalah
bronkodilator
yang
juga
mempunyai
efek
21
Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya
melalui oral. Mekanisme kerjanya menghambat 5-lipoksigenase sehingga
memblok sintesis semua leukotrin (contohnya zileuton) atau memblok
reseptor-reseptor leukotrien sisteinil pada sel target (contohnya montelukas,
pranlukas,
zafirlukas).
Mekanisme
kerja
tersebut
menghasilkan
efek
Pelega
Agonis beta-2 kerja singkat
Termasuk golongan Agonis beta-2 kerja singkat
adalah salbutamol,
Antikolinergik
Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek
penglepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan
bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik, selain itu
juga menghambat refleks bronkokostriksi yang
kering di mulut dan rasa pahit. Tidak ada bukti mengenai efeknya pada sekresi
mukus. 2
23
Adrenalin
Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat, bila
tidak tersedia agonis beta-2, atau tidak respons dengan agonis beta-2
kerja
dengan
herbal,
ayuverdic
medicine,
ionizer,
osteopati dan
Tabel 6.
Pengobatan sesuai berat asma2
24
25
Tabel 7.
Sediaan dan dosis obat pengontrol asma2
Tabel 7.
26
Tabel 8.
27
Tabel 8.
28
29
Bagan 3.
Penatalaksanaan serangan asma di rumah sakit2
Bagan 3.
30
Bagan 4.
31
32
Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang
dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan. penderita
asma dianjurkan untuk tidak merokok. Penderita asma yang sudah merokok
diperingatkan
agar
menghentikan
kebiasaan
tersebut
karena
dapat
Komplikasi
Komplikasi asma : eksaserbasi berat , eksaserbasi moderat, renovasi
Prognosis
Onset Usia dini ( sebelum 16 ) dan asma intermiten memiliki prognosis
lebih menguntungkan. 8
BAB III
33
KESIMPULAN
gambaran
klinis
sebelum
pengobatan dimulai, yang sudah dalam pengobatan, dan saat serangan asma akut.
Faktor risiko pada asma : faktor penjamu dan faktor lingkungan. Pada
asma, faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berkontribusi dalam proses
penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan
struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks .
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala
berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabilitas yang
berkaitan
dengan
34
DAFTAR PUSTAKA
35
5. Louis-Philippe Boulet, dan Paul M. OByrne, M.B. Asthma and exerciseinduced bronchoconstriction in athletes. N Engl J Med 2015; 372:641-648.
Diambil dari : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1407552
6. Matthew Masoli, dkk. Global burdden of Asma 2004. Diambil dari :
http://www.ginasthma.org/local/uploads/files/GINABurdenReport_1.pdf
7. Complication. BMJ Practice.. Diambil dari :
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/44/followup/complications.html
8. G. Ogilvie. Asthma: a study in prognosis of 1,000 patients.
(1962), 17, 183 . Diambil dari :
http://thorax.bmj.com/content/17/3/183.full.pdf
36
Thorax