You are on page 1of 4

MIASTENIA GRAVIS ADALAH

Miastenia gravis adalah penyakit yang menyerang hubungan antara sistem saraf (nervus) dan sistem otot
(muskulus). Penyakit miastenis gravis ditandai dengan kelemahan dan kelelahan pada beberapa atau
seluruh otot, di mana kelemahan tersebut diperburuk dengan aktivitas terus menerus atau aktivitas yang
dilakukan berulang-ulang. Karakteristik dari miastenia gravis adalah kelemahan semakin dirasakan
semakin berjalannya hari (semakin siang atau sore semakin berat kelemahan yang dirasakan). Kelemahan
pada penyakit miastenia gravis akan menghilang dengan istirahat.
Penyakit miastenia gravis merupakan yang cukup jarang terjadi. Miastenia gravis secara statistik
menyerang sekitar 5 orang per 10.000 penduduk. Miastenia gravis dapat menyerang semua usia dan jenis
kelamin, namun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada wanita, umumnya terjadi pada usia 20-30an.
Sementara pada pria, umumnya terjadi pada usia 50-60an.
Penyakit miastenia gravis dapat bergejala ringan, yaitu hanya berupa kelemahan beberapa otot, sampai
gejala yang berat dan mengancam jiwa. Miastenia gravis jarang dapat disembuhkan secara total atau
permanen. Kekambuhan sangat sering terjadi pada penyakit miastenis gravis.

PENYEBAB
Penyakit miastenis gravis merupakan penyakit autoimun, yaitu di mana sistem kekebalan tubuh seseorang
menyerang tubuh orang tersebut. Pada orang normal, ada hubungan antara sistem saraf dengan otot-otot.
Hubungan antara keduanya terjadi melalui zat yang disebut neurotransmiter. Zat neurotransmiter
dikeluarkan dari sel saraf dan akan menempel dan bekerja pada sel otot sehingga otot dapat bekerja
dengan semestinya. Sistem kekebalan tubuh manusia dapat mengeluarkan antibodi, suatu zat yang
dipergunakan untuk melawan kuman penyakit.
Pada miastenia gravis, terdapat antibodi yang menghancurkan tempat neurotransmitter menempel pada
otot (reseptor). Sehingga dengan demikian, neurotransmitter yang dikeluarkan tidak dapat menempel
seluruhnya pada sel otot dan menyebabkan kelemahan dari otot.
Bagaimana bisa terjadi autoimun pada penderita miastenis gravis masih belum dimengerti sepenuhnya.
Sekitar 75% penderita miastenia gravis memiliki kelainan pada kelenjar timus (thymus). Kelenjar timus
adalah kelenjar kecil yang terdapat di belakang tulang dada (tulang sternum) dan berfungsi membantu
dalam system kekebalan tubuh. Sebagian diakibatkan karena hiperaktivitas atau aktivitas yang berlebihan
dari kelenjar timus, dan beberapa disebabkan karena adanya timoma (kanker kelenjar timus).
Pada beberapa kasus miastenia gravis, ditemukan pula penyakit hipertiroid (hormon tiroid yang
berlebihan). Maka dari itu, penderita yang dicurigai perlu melakukan pemeriksaan hormon tiroid.
Seseorang berisiko menderita miastenis gravis bila terdapat riwayat miastenia gravis di dalam
keluarganya. Namun bukan berarti seseorang langsung menderita penyakit miastenia gravis. Walaupun
secara pasti belum diketahui tentang penyakit miastenis gravis, namun diyakini bahwa miastenia gravis
bukan penyakit menular.

GEJALA KLINIS
Penyakit miastenia gravis ditandai dengan adanya kelemahan dan kelelahan. Kelemahan otot terjadi
seiring dengan penggunaan otot secara berulang, dan semakin berat dirasakan di akhir hari. Gejala ini
akan menghilang atau membaik dengan istirahat.
Kelompok otot-otot yang melemah pada penyakit miastenis gravis memiliki pola yang khas. Pada awal
terjadinya miastenia gravis, otot kelopak mata dan gerakan bola mata terserang lebih dahulu. Akibat dari
kelumpuhan otot-otot tersebur, muncul gejala berupa penglihatan ganda (melihat benda menjadi ada dua
atau disebut diplopia) dan turunnya kelopak mata secaara abnormal (ptosis).

Miastenia gravis dapat menyerang otot-otot wajah, dan menyebabkan penderita menggeram saat berusah
tersenyum serta penampilan yang seperti tanpa ekspresi. Penderita juga akan merasakan kelemahan dalam
mengunyah dan menelan. Selain itu, terjadi gejala gangguan dalam berbicara, yang disebabkan
kelamahan dari langit-langit mulut dan lidah.
Sebagian besar penderita miastenia gravis akan mengalami kelemahan otot di seluruh tubuh, termasuk
tangan dan kaki. Kelemahan pada anggota gerak ini akan dirasakan asimetris (tidak sama di kedua sisi).
Bila seorang penderita miastenia gravis hanya mengalami kelemahan di daerah mata selama 3 tahun,
maka kemungkinan kecil penyakit tersebut akan menyerang seluruh tubuh. Penderita dengan hanya
kelemahan di sekitar mata disebut miastenia gravis okular.
Penyakit miastenia gravis dapat menjadi berat dan membahayakan jiwa. Miastenia gravis yang berat
menyerang otot-otot pernafasan sehingga menimbuilkan gejala sesak nafas. Bila sampai diperlukan
bantuan alat pernafasan, maka penyakit miastenia gravis tersebut dikenal sebagai krisis miastenia gravis
atau krisis miastenik. Umumnya krisis miastenik disebabkan karena adanya infeksi pada penderita
miastenia gravis.
Pada bayi yang lahir dari ibu dengan miastenis gravis, sebagian dapat mengalami gejala miastenia.
Namun, gejala yang timbul hanya bersifat sementara. Gejala yang timbul antara lain menangis lemah,
mnghisap dengan lemah, dan anggota gerak yang terkulai. Umunya gejala ini muncul saat 24-48 jam
pertama, dan bertahan hingga beberapa hari sampai beberapa bulan. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya transfer antibodi dari ibu ke janin. Miastenia gravis pada anak-anak jarang terjadi.
Wanita dengan miastenia gravis dapat hamil dan melahirkan dengan sukses. Miastenia gravis tidak
memperngaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin di dalam kandungan.
Bila terdapat gejala miastenia gravis pada seseorang, terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk memastikan penyakit miastenia gravis. Pemeriksaan darah untuk mengukur jumlah
antibodi, bila positif ditemukan antibodi tersebut, maka dapat dipastikan adanya penyakit miastenia
gravis. Namun, bila tidak ditemukan, belum tentu bukan miastenia gravis.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah perangsangan sel saraf. Sel saraf akan diberikan
rangsangan dan kemudian diukur aktivitas pada sel otot yang terjadi. Pada miastenia gravis, terdapat
penurunan aktivitas hingga 10-15% dibandingkan orang normal.
Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah memberikan obat Edrophonium, suatu obat yang
mempertahankan zat neurotransmiter sehingga meningkatkan kemungkinan tertempel pada sel otot. Obat
ini bekerja dalam waktu cepat dan memiliki efek yang singkat. Pada penderita dengan miastenia gravis,
dengan pemberian obat edrophonium akan memberikan perbaikan dari gejala-gejala kelemahan otot.
Edrophonium dapat menimbulkan efek samping berupa mual, diare, air liur yang berlebihan, dan gejala
yang lebih berat seperti pingsan. Namun, hal ini jarang terjadi dan dapat diatasi segera dengan pemberian
obat penawar.

PENGOBATAN
Belum ada pengobatan secara total dan permanen untuk penyakit miastenia gravis. Dengan pengobatan
yang ada saat ini, hampir seluruh penderita miastenia gravis dapat kembali menjalani kehidupan yang
produktif. Beberapa pengobatan yang dapat diberikan meliputi:

Obat-obat jenis anticholinesterase : Obat-obatan anticholinesterase, seperti pyridostigmin,


meringankan gejala dari sebagian besar kasus miastenia gravis. Dosis dan cara pemakaian obat ini
didasarkan pada kebutuhan pasien. Namun, konsultasi dengan dokter tetap dibutuhkan agar tidak
terjadi dosis yang berlebihan. Gejala yang dapat timbul akibat dosis yang berlebih adalah
kelemahan yang bertambah parah, berkeringat dan air liur yang banyak, pupil mengecil (miosis),
dan gagal pernafasan. Selama pengobatan, dapat muncul beberapa gejala pada sebagian penderita.
Gejala tersebut adalah diare, kram pada perut, mual, dan air liur yang berlebihan.

Timektomi : Sebagian kasus miastenia gravis dihubungkan dengan kelenjar timus. Pengobatan
dengan timektomi (pengangkatan kelenjar timus) memberikan peningkatan kualitas hidup yang
dirasakan penderita. Keuntungan dari timektomi adalah pengobatan jangka panjang dan pada
beberapa kasus, penderita dapat terbebas dari obat-obatan. Timektomi dilakukan pada penderita
miastenia gravis dengan gejala di seluruh tubuh dengan usia di antara usia pubertas sampai usia 55
tahun. Di luar dari kriteria di atas, keputusan untuk timektomi didasarkan perhitungan keuntungan
dan kerugian bagi penderita. Bila terdapat timoma, pembedahan perlu dilakukan utnuk
menghindari penyebaran sel kanker.

Terapi imunosupresi : Miastenia gravis adalah penyakit autoimun, di mana kekebalan tubuh balik
menyerang diri sendiri. Dengan dasar tersebut digunakan obat-obatan imunosupresi (penekan
kekebalan tubuh). Penggunaan obat imunosupresi efektif pada hampir seluruh pasien miastenia
gravis. Beberapa obat yang biasa digunakan adalah glukokortikoid, azathioprine, siklosporin,
takrolimus, dan lain-lain. Pemilihan obat yang digunakan didasarkan pada keuntungan dan
kerugian pada masing-masing pasien.

Plasmapheresis atau imunoglobulin : Cairan darah dalam tubuh manusia terbagi menjadi dua,
yaitu sel-sel darah (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit) dan cairan plasma (cairan
yang membawa sel-sel darah mengelilingi tubuh). Plasmapheresis adalah proses pemisahan selsel darah dengan plasma. Plasma yang telah dipisahkan akan diganti dengan pengganti plasma
(terjadi pertukaran plasma). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk membuang antibodi yang ada di
plasma, dan menggantinya dengan yang baru, dengan demikian diharapkan antibodi yang
menyebabkan miastenia gravis dapat hilang.

Prosedur plasmapheresis berlangsung sekitar 1-3 jam setiap kali tindakan tergantung berat, tinggi, dan
jumlah plasma yang diganti. Seberapa sering atau frekuensi berapa kali dilakukan plasmapheresis
tergantung hasil pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter. Tindakan plasmapheresis memberikan efek
yang cepat, dalam beberapa hari dan dapat bertahan hingga 1-2 bulan kemudian. Efek samping yang
umum terjadi dari tindakaan ini adalah penurunan tekanan darah, rasa pusing, kedinginan, berkeringat,
penglihatan buram atau kram perut. Efek samping yang jarang meliputi perdarahan, reaksi alergi berupa
gatal, kemerahan, sampai sesak nafas.
Penggunaan imunoglobulin memiliki tujuan yang sama dengan plasmapheresis, yaitu memberikan
perbaikan gejala dalam waktu singkat. Imunoglobulin biasanya diberikan 3-5 hari, dengan perbaikan
dirasakan saat mulai pengobatan atau dalam 1 minggu, dan dapat bertahan sampai beberapa bulan.
Miastenia gravis yang berat seperti krisis miastenik merupakan keadaan gawat darurat. Pengobatan pada
krisis miastenik meliputi perawatan di ruangan intensif, alat bantu pernafasan, cairan dan elektrolit, dan
pencegahan atau penanganan infeksi. Miastenia gravis merupakan salah satu penyakit yang menimbulkan
kekambuhan. Banyak obat-obatan yang menimbulkan kekambuhan pada miastenia gravis. Obat-obat
tersebut sebaiknya dihindari, antara lain:

Antibiotik;

Obat relaksasi otot untuk anestesi saat operasi;

Beta-blocker (obat yang digunakan untuk menurunkan kinerja jantung, biasanya digunakan pada
penyakit darah tinggi, gangguan irama jantung, dan serangan jantung);

Obat anestesi lokal;

Obat golongan kuinin;

Obat epilepsi atau sakit ayan atau kejang-kejang;

Magnesium dan hipermagnesemia (kadar magnesium tinggi dalam darah);

Botulinum toxin, atau dikenal dengan Botox yang banyak digunakan untuk keperluan kosmetik;

Penisilamin, yaitu hasil metabolism dari penisilin namun tidak memiliki efek antibiotic. Obat jenis
ini umumnya digunakan sebagai penekan sistem imun pada penyakit rheumatoid arthritis;

Allopurinol, obat untuk asam urat, dihindari pada pasien miastenia gravis dengan penggunaan
azathioprine. Kombinasi keduanya dapat menyebabkan kelainan sumsum tulang.

Obat-obatan di luar daftar tersebut bukan berarti aman bagi penderita miastenia gravis. Hal yang harus
diingat adalah menghindari obat-obatan diatas bila mungkin dan berhati-hati bila mengkonsumsi obat
baru, yang belum pernah digunakan sebelumnya. Selalu memberitahukan dan melakukan konsultasi
dengan dokter bila Anda penderita miastenia gravis dan akan menggunakan obat-obatan di luar
pengobatan miastenia gravis.

You might also like