You are on page 1of 18

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

METERNAL DAN NEONATAL


KOMPRESI BIMANUAL INTERNA DAN KOMPRESI BIMANUAL
EKSTERNA

Di Susun Oleh : Kelompok IX


Hesti Jultriani
Radiatul Mardiyah
Suci Rahima Putri

Dosen Pembimbing : Lidia Fitri, Amd,Keb, SKM, M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA


PEKANBARU
T.A 2016 / 2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nyalah sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Sebagai bahan untuk melengkapi tugas terstruktur mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal . Tidak lupa pula
kami ucapan terima kasih kepada dosen ibu Lidia Fitri, Amd.Keb, SKM, M.Kes
selaku pembimbing kami yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
serta teman-teman yang terus memberikan motivasi dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menyambut baik
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan dan
masukan dimasa akan datang.
Akhir kata kami selaku kelompok penulis berharap agar selaku pembaca
dapat puas dan mendapatkan informasi yang kami sampaikan. Dan atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 02 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Atonia Uteri........................................................................................................4
2.1.1 Tanda dan Gejala Atonia Uteri................................................................5
2.1.2 Etiologi....................................................................................................6
2.1.3 Penatalaksanaan Atonia Uteri.................................................................7
2.2 Kompresi Bimanual...........................................................................................8
2.3 Penatalaksanaan KBI & KBE..........................................................................10
2.3.1 standar operasional prosedure kompresi bimanual intern.....................10
2.3.2 standar operasional prosedure kompresi bimanual eksterna.................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang
serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization
(WHO) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa.
Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan
179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.
Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand
26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Berdasarkan data tersebut, AKI di Indonesia masih tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia menurun dari 307/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007. Sedangkan target yang diharapkan berdasarkan Melenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran
hidup. Hal ini berarti bahwa AKI di Indonesia jauh di atas target yang
ditetapkan WHO atau hampir dua kali lebih besar dari target WHO
(Kementerian Kesehatan, 2011).
Hal ini dapat terjadi karena adanya kelompok kehamilan berisiko.
Kelompok kehamilan risiko tinggi di Indonesia pada tahun 2007 sekitar 34%.
Kategori dengan risiko tinggi tunggal mencapai 22,4%, dengan rincian umur
ibu <18 tahun sebesar 4,1%, umur ibu > 34 tahun sebesar 3,8%, jarak
kelahiran < 24 bulan sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3
orang) sebesar 9,4% (BKKBN, 2008).

Berdasarkan Data Profil Kesehatan Provinsi Lampung terlihat bahwa


kasus kematian ibu dapat terjadi pada saat hamil, melahirkan, dan nifas yaitu
sebanyak 179 kasus. Kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat
persalinan (Profil Kesehatan Lampung, 2012).
Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama penyebab
kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan
infeksi (11%). Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi Lampung tidak jauh
berbeda yaitu perdarahan (40,23%), eklampsia (59,33%), infeksi (4,2%), dan
lain-lain (75,42%) (Kementerian Kesehatan, 2010; Profil Kesehatan
Lampung, 2012 ).
Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian maternal
terbanyak. Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu pedarahan
post partum primer dan perdarahan post partum skunder. Perdarahan post
partum primer masih menjadi kontributor yang terpenting dalam morbiditas
dan mortalitas ibu yaitu berkisar 5,00%- 15,00% dari seluruh persalinan.
Salah satu penyebab perdarahan post partum primer yang perlu mendapatkan
perhatian yang serius adalah atonia uteri, karena apabila penanganannya
lambat maka akan memperburuk keadaan dan dapat mengancam jiwa ibu.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Roslyana (2011) dan Shofwal (2010)
bahwa penyebab perdarahan post partum paling banyak menimbulkan
morbiditas dan mortalitas ibu yaitu disebabkan oleh karena atonia uteri yang
kejadiannya berkisar 1-3% dari seluruh persalinan.
Kementerian Kesehatan RI 2010 menyatakan bahwa terdapat tiga faktor
utama kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%),
dan infeksi (11%). Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan
mengalami perdarahan sampai meninggal. Perdarahan pasca persalinan
terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan yang paling
banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan post partum primer yaitu
perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran

(Ismil Khairi,2011). Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling


berat yaitu syok. Bila terjadi syok yang berat dan pasien selamat, dapat
terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas.
Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada
perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi
kegagalan fungsi organ-organ seperti gagal ginjal mendadak (Khairi,2011)
Perdarahan pascapartum primer dapat terjadi karena atonia uterus, retensio
plasenta, trauma dan gangguan koagulasi darah. Atonia uterus, ketika uterus
tidak berkontraksi, menyebabkan 90 persen perdarahan pascapartum.
(Holmes dan baker,2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Atonia Uteri serta Penatalaksanaannya ?
2. Apa yang dimaksud dengan Kompresi Bimanual Interna dan Kompresi
Bimanual Eksterna ?
3. Bagaimana Penatalaksanaan Kompresi Bimanual Interna dan Kompresi
Bimanual Eksterna ?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat melakukan asuhan persalinan dengan atonia uteri
dengan menggunakan Kompresi Bimanual Interna dan Kompresi
Bimanual Eksterna.
2. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Atonia Uteri dan
penatalaksanaan nya.
3. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Kompresi Bimanual
Interna dan Kompresi Bimanual Eksterna.
4. Agar dapat mengetahui penatalaksanaan dari Kompresi Bimanual Interna
dan Kompresi Bimanual Eksterna.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Atonia Uteri
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih
setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000).
Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang
dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks
sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak,
kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan
lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan
postpartum terjadi setelah kala III persalinan selesai (Saifuddin, 2002).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok,
ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus
menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi
banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok
(Mochtar, 1995). Penyebab perdarahan Postpartum antara lain :
1. Atonia uteri 50% - 60%
2. Retensio plasenta 16% - 17%
3. Sisa plasenta 23% - 24%
4. Laserasi jalan lahir 4% - 5%
5. Kelainan darah 0,5% - 0,8% (Mochtar, 1995).
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 1998) :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang
terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan

postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,


robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum
sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik,
atau sisa plasenta yang tertinggal.
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10%
dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru
tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa
perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan
banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan
lain-lain (Wiknjosastro, 2005).
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus mengalami kegagalan
untuk berkontraksi segera setelah bayi lahir (Sulistyawati,2010).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2010).
Atonia uteri terjadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi
lunak dan pembuluh darah pada bekas perlekatan plasenta terbuka lebar
(Maryunani, 2012).
2.1.1 Tanda dan Gejala Atonia Uteri
a. Tanda dan gejala yang selalu ada :
1) Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2) Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pasca persalinan
primer)

b. Tanda dan gejala yang kadang-kadang ada: Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual, dan lainlain.
2.1.2 Etiologi
a. Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi intrinsik uterus
b. Penatalaksanaan kala III yang salah. Mencoba mempercepat kala III
dengan dorongan dan pemijatan uterus sehingga mengganggu mekanisme
fisiologi pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebagian
plasenta yang mengakibatkan perdarahan
c. Anastesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksasi
miometrium

yang

berlebihan,

kegagalan

kontraksi

dan

retraksi

menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum


d. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala persalinan yang
kemungkinan besar akan diikuti oleh kontraindikasi serta retraksi
miometrium jika dalam kala III.
e. Overdistensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara berlebihan
akibat keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar, polihidramnion,
cenderung mempunyai daya kontraksi yang jelek.
f. Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah,
cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu yang
keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan darah
g. Grande-multipara : uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan
h. Mioma uteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu
kontraksi dan retraksi miometrium uteri.
i. Melahirkan dengan tindakan : keadaan ini mencakup prosedur operatik
seperti forsep dan fersi ekstraksi (Corry,2011)
6

j. Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir
kehamilan maka akan berpengaruh pada saat postpartum. Pada ibu
dengan anemia, saat postpartum akan mengalami atonia uteri. Hal ini
disebabkan karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang. Jumlah
oksigen dalam darahyang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang
mengakibatkan perdarahan banyak (Wuryanti,2010)
2.1.3 Penatalaksanaan Atonia Uteri
Pada umumnya dilakukan secara simultan (bila pasein syok) hal-hal sebagai
berikut:
a. Sikap trandelenburg, memasang venous line, dan memberikan oksigen.
b. Merangsang kontraksi uterus dengan cara:
1) Masase fundus uteri dan meransang putting susu
2) Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan i.m,i.v., atau
s.c
3) Memberikan derivat prostaglandin F2 (carboprost tromethamine)
yang kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi, mual
muntah, febris dan takikardia
4) Pemberian misoprostol 800-1000 mcg per-rektal
5) Kompresi bimanual eksternal dan/atau internal
6) Kompresi aorta abdominalis
7) Pemasangan tampon kondom, kondom dalam kavum uteri
disambung dengan kateter, difiksasi dengan karet gelang dan diisi
cairan infus 200 ml yang akan mengurangi perdarahan dan
menghindari tindakan operatif

8) Catatan: tindakan memasang tampon kasa utero-vaginal tidak


dianjurkan dan hanya bersifat temporer sebelum tindakan bedah ke
rumah sakit rujukan (Prawirohardjo, 2010) Sumber: (Manuaba,2007)

2.2 Kompresi Bimanual


Ada beberapa macam pengertian dari kompresi bimanual,antara lain
sebagai berikut:
Kompresi bimanual adalah suatu tindakan untuk mengontrol dengan
segera homorrage postpartum.dinamakan demikian karena secara literature
melibatkatkan kompresi uterus diantara dua tangan (Varney, 2004). Menekan
rahim diantara kedua tangan dengan maksud merangsang rahim untuk
berkontraksi dan mengurangi perdarahan (DEPKES RI, 1996 - 1997).
Tindakan darurat yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan pasca salin
(DEPKES RI, 1997)
Kompresi bimanual dibagi dalam dua cara yaitu :
1. Kompresi bimanual eksterna
2. Kompresi bimanual interna
Kompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang efektif untuk
mengendalikan perdarahan misalnya akibat atonia uteri. Kompresi bimanual
ini diteruskan sampai uterus dipastikan berkontraksi dan perdarahan dapat
dihentikan.ini dapat di uji dengan melepaskan sesaat tekanan pada uterus dan
kemudian mengevaluasi konsistensi uterus dan jumlah perdarahan. Penolong
dapat menganjurkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
eksterna

sambil

penolong

melakukan

tahapan

selanjutnya

untuk

penatalaksanaan atonia uteri. Dalam melakukan kompresi bimanual eksterna


ini, waktu sangat penting, demikian juga kebersihan. sedapat mungkin
,gantillah sarung tangan atau cucilah tangan sebelum memulai tindakan ini.
Kompresi Bimanual Interna adalah tangan kiri penolong dimasukan ke
dalam vagina dan sambil membuat kepalan diletakan pada forniks anterior
8

vagina. Tangan kanan diletakan pada perut penderita dengan memegang


fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta jari-jari
lain di belakang uterus. Sekarang korpus uteri terpegang antara 2 tangan
antara lain, yaitu tangan kanan melaksanakan massage pada uterus dan
sekalian menekannya terhadap tangan kiri.
Kompresi bimanual interna melelahkan penolong sehingga jika tidak lekas
memberhasil, perlu diganti dengan perasat yang lain. Perasat Dickinson
mudah diselenggarakan pada seorang multipara dengan dinding perut yang
sudah lembek. Tangan kanan diletakkan melintang pada bagian-bagian
uterus, dengan jari kelingking sedikit di atas simfisis melingkari bagian
tersebut sebanyak mungkin, dan mengangkatnya ke atas. Tangan kiri
memegang korpus uteri dan sambil melakukan massage menekannya ke
bawah ke arah tangan kanan dan ke belakang ke arah promotorium.
Kompresi bimanual interna dilakukan saat terjadi perdarahan. Perdarahan
postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah
anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post
partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya
kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E
Dongoes, 2001).
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum :

1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan.
Berdasarkan penyebabnya :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).

2.3 Penatalaksanaan Kompresi Bimanual Interna dan Kompresi


Bimanual Eksterna
2.3.1 STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE KOMPRESI BIMANUAL
INTERNA
1. Bersihkan semua gumpalan darah atau selaput yang mungkin masih
berada di dalam mulut uterus atau didalam uterus. (jangan lupa
melakukan vulva hygiene) kemudian mengosongkan kandung kencing
dengan menggunakan kateter.
2. Segera memulai kompresi bimanual interna
a. Penolong berdiri di depan vulva, oleskan antiseptic pada sarung tangan
kanan
b. Masukkan tangan kanan secara obstetric kedalam vagina
c. Kepalkan tangan

10

d. Tekankan tangan yang ada dalam vagina (forniks anterior) dengan


mantap pada bagian bawah uterus (kranio anterior)
e. Hati-hatilah dalam menyingkirkan serviks

yang menghalangi

penekanan
f. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uteri
g. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri
dengan kepalan tangan pada forniks anterior/tekankan/mendekatkan
tangan pada perut dan kepala tangan yang ada dalam vagina
bersamaan.
h. Tekan tangan dengan mantap sampai perdarahan berhenti dan uterus
berkontraksi
3. Jika anda merasa uterus sudah mulai berkontraksi, maka dengan perlahan
tariklah tangan keluar, jika uterus berkontraksi teruskan pemantauan.
4. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, mintalah bantuan keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual eksterna sementara anda member
injeksi metergin 0,2 mg IM dan memulai infuse IV (RL dengan 20 IU
oxytosin/500 cc terbuka lebar atau 60 tetes/menit)
5. Jika uterus tetap tidak berkontraksi, lanjutkan kembali KBI segera setelah
anda memberikan injeksi metergin dan memulai infuse IV
6. Jika uterus belum juga mulai berkontraksi setelah 5-7 menit, segera
siapkan perujukan dengan IV tetap terpasang dengan laju 500cc/jam

11

2.3.2 STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE KOMPRESI


BIMANUAL EKSTERNA
A. PERALATAN
1. Sarung tangan steril
2. Cairan infuse
3. Peralatan infuse
4. Jarum infuse
5. Plester
6. Kateter urin
B. PROSUDER KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA
1. Bila mungkin mintalah bantuan seseorang
2. Cobalah massage ringan agar uterus berkontraksi
3. Periksa apakah kandung kencing penuh.jika kandung kencing penuh,
mintalah ibu untuk buang air kecil.bila tidak berhasil,pasanglah kateter
4. Jika perdarahan tidak berhenti, lakukan kompresi bimanual eksterna. Ada
beberapa cara dalam melakukan kompresi bimanual eksterna yaitu:
Cara I
1. Tangan kiri menggenggam rahimdari luar dan dasar rahim,
2. Tangan kanan menggenggam rahim bagian bawah,
3. Kemudian keduatangan menarik rahim keluar dari rongga panggul,
sedangkan tangan kanan memeras bagian bawah rahim.

12

Cara II
1. Letakansatu tangan pada dinding perut dan usahakan sedapat mungkin
bagian belakang uterus,
2. Letakan tangan dan lain dalam keadaan terkepal pada bagian depan
kurpus uteri,
3. Kemudian rapatkan kedua tangan untuk menekan pembuluh darah ke
dinding uterus dengan jalan menjepit uterus diantara kedua tangan
tersebut.
a. Berikan 10 unit oksitoksin (syntocinon) secara IM atau melalui infuse
jika mungkin, kemudian berikan ergometrin 0,2 mg (methergin) IM,
kecuali jika ibu menderita hipertensi berat. Dapat juga diberikan 0,5
mg syntometrin IM jika ibu tidak menderita hipertensi. Jika
perdarahan berkurang atau berhenti mintalah ibu menyusui bayi.
b. Jika hal ini tidak berhasil menghentikan perdarahan dan uterus tetap
tidak berkontraksi walaupun telah di rangsang dengan mengusap-usap
perut pasanglah infuse.

13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2010).
Kompresi bimanual adalah suatu tindakan untuk mengontrol dengan
segera homorrage postpartum.dinamakan demikian karena secara literature
melibatkatkan kompresi uterus diantara dua tangan (Varney, 2004). Menekan
rahim diantara kedua tangan dengan maksud merangsang rahim untuk
berkontraksi dan mengurangi perdarahan (DEPKES RI, 1996 - 1997).
Tindakan darurat yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan pasca salin
(DEPKES RI, 1997)
Kompresi bimanual dibagi dalam dua cara yaitu :
1. Kompresi bimanual eksterna
2. Kompresi bimanual interna

14

DAFTAR PUSTAKA

Atonia Uteri Documents


Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-Neonatal-Esensial.pdf
1-faktor2 yang mempengaruhi kejadian atonia uteri-Veiny Anggrainy, Irianto,
Irmayani - 1-faktor2 yang mempengaruhi kejadian atonia uteri-veiny anggrainy
irianto irmayani.pdf
Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-Neonatal-Esensial.pdf
https://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/%E2%80%9Dmakalahkompresi-bimanual-interna%E2%80%9D/
http://library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311090/BAB%20II.pdf
http://documents.tips/download/link/atonia-uteri-55f81ef37f8b0
http://documents.tips/documents/atonia-uteri-55f81ef37f8b0.html
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-290-270711906
%20i.terbaru.pdf

15

bab

You might also like