You are on page 1of 33

Talasemia

Ns.Darwin Karim, M.Biomed

Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang
terdapat pada sel darah merah.
Berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dari paru dan dalam
peredaran darah untuk dibawa ke
jaringan dan membawa karbon
dioksida dari jaringan tubuh ke paru

Struktur hemoglobin terdiri atas dua


unsur utama yaitu :
a. Besi yang mengandung pigmen Hem
b. Protein Globin, seperti halnya jenis
protein lain, globin mempunyai rantai
panjang dari asam amino. Ada empat
rantai globin yaitu alpha ( ), beta (),
delta () dan gamma (), dan enzimenzim spt G6PD

Ada tiga jenis Hemoglobin yaitu :


a) HbA merupakan mayoritas dari
hemoglobin orang dewasa, mempunyai
rantai globin 2 alfa dan 2 beta.
b) HbA2 merupakan minoritas dari
hemoglobin orang dewasa, mempunyai
rantai globin 2 alfa dan 2 beta.
c) HbF merupakan hemoglobin fetal,
mempunyai rantai globin 2 alfa dan 2
gamma. Saat bayi lahir 2/3 jenis
hemoglobinnya adalah jenis hemoglobin
HbF dan 1/3nya adalah HbA. Menjelang
usia 5 tahun menjadi HbA > 95 %, HbA2 <
3.5 % dan HbF < 1.5%

Hemoglobin mengandung kira-kira 95%


Besi
(Fe) dan berfungsi membawa oksigen
dengan cara mengikat oksigen menjadi
Oksihemoglobin dan diedarkan ke seluruh
tubuh untuk kebutuhan metabolisme
Hemoglobin juga membawa
karbondioksida dan dengan karbon
monooksida membentuk ikatan karbon
monoksihemoglobin (HbCO), juga
berperan dalam keseimbangan ph darah

Pengertian
Talasemia adalah gangguan produksi
hemoglobin yang diturunkan, pertama kali
ditemukan secara bersamaan di Amerika
Serikat dan Itali antara tahun 1925 sampai
1927
Talasemia berasal dari bahasa Yunani,
yaitu thalasa yang artinya laut (yang
dimaksud dengan laut adalah Laut Tengah,
oleh karena penyakit ini pertama kali
dikenal di daerah sekitar Laut Tengah)

Talasemia merupakan penyakit genetik


yang menyebabkan gangguan sintesis
rantai globin, komponen utama molekul
hemoglobin (Hb)
Thalasemia adalah suatu penyakit
keturunan yang diakibatkan oleh
kegagalan pembentukan salah satu dari
empat rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin, sehingga
hemoglobin tidak terbentuk sempurna
Tubuh tidak dapat membentuk sel darah
merah yang normal, sehingga sel darah
merah mudah rusak atau berumur pendek
kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia

Talasemia merupakan penyakit genetik


yang diturunkan secara autosomal
resesif berdasarkan hukum Mendel
dari orang tua kepada anaknya
Penyakit ini terjadi akibat kelainan
sintesis hemoglobin dimana terjadi
pengurangan produksi satu atau lebih
rantai globin yang menyebabkan
ketidakseimbangan produksi rantai
globin

Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel


darah merah yang berfungsi mengangkut
zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh,
juga memberi warna merah pada eritrosit
Hemoglobin manusia terdiri dari
persenyawaan hem dan globin
Hem terdiri dari zat besi (Fe) dan globin
adalah suatu protein yang terdiri dari
rantai polipeptida
Hemoglobin pada manusia normal terdiri
dari 2 rantai alfa () dan 2 rantai beta ()
yang meliputi HbA (22 = 97%),
sebagian lagi HbA2 (22 = 2,5%) sisanya
HbF (22 = 0,5%).

Penyakit thalasemia diturunkan melalui


gen yang disebut sebagai gen globin beta.
Gen globin beta mengatur pembentukan
salah satu komponen pembentuk
hemoglobin.
Gen globin beta hanya sebelah yang
mengalami kelainan maka disebut
pembawa sifat thalassemia-beta.
Seorang pembawa sifat thalassemia
tampak normal atau sehat, sebab masih
mempunyai sebelah gen dalam keadaan
normal dan dapat berfungsi dengan baik
dan jarang memerlukan pengobatan

Kelainan gen globin yang terjadi pada


kedua kromosom, dinamakan penderita
thalassemia mayor yang berasal dari
kedua orang tua yang masing-masing
membawa sifat thalassemia
Pada proses pembuahan, anak hanya
mendapat sebelah gen globin beta dari
ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya
Satu dari orang tua menderita thalasemia
trait/bawaan maka kemungkinan 50%
sehat dan 50% thalasemia trait
Kedua orang tua thalasemia trait maka
kemungkinan 25% anak sehat, 25% anak
thalasemia mayor dan 50% anak
thalasemia trait

Epidemiologi
Talasemia ditemukan tersebar di
seluruh ras di Mediterania, Timur
Tengah, India sampai Asia Tenggara
Gen pembawa sifat/carrier Talasemia
tersebar di negara-negara mediterania
seperti: Italia, Yunani, Malta, Sardinia,
dan Cyprus yang berkisar antara 10%
sampai 16% sedangkan di Asia seperti
Cina, Malaysia, dan Indonesia berkisar
antara 3% sampai 10%

Klasifikasi Thalasemia
Thalasemia diklasifikasikan
berdasarkan molekuler menjadi dua
yaitu thalasemia alfa dan thalasemia
beta.
1. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh
mutasi salah satu atau seluruh globin
rantai alfa yang ada.

Thalasemia alfa terdiri dari :


a. Silent Carrier State
Gangguan pada 1 rantai globin alfa.
Keadaan ini tidak timbul gejala sama
sekali atau sedikit kelainan berupa sel
darah merah yang tampak lebih
pucat.
b. Alfa Thalasemia Trait
Gangguan pada 2 rantai globin alpha.
Penderita mengalami anemia ringan
dengan sel darah merah hipokrom
dan mikrositer, dapat menjadi carrier

c. Hb H Disease
Gangguan pada 3 rantai globin alfa.
Penderita dapat bervariasi mulai
tidak ada gejala sama sekali, hingga
anemia yang berat yang disertai
dengan perbesaran limpa.

d. Alfa Thalassemia Mayor


Gangguan pada 4 rantai globin alpha.
Thalasemia tipe ini merupakan kondisi yang
paling berbahaya pada thalassemia tipe alfa
Pada kondisi ini tidak terdapat rantai globin
yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau
HbF yang diproduksi
Janin yang menderita alpha thalassemia
mayor pada awal kehamilan akan
mengalami anemia, membengkak karena
kelebihan cairan, perbesaran hati dan limpa
Janin ini biasanya mengalami keguguran
atau meninggal tidak lama setelah
dilahirkan.

2. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat
mutasi pada satu atau dua rantai globin
beta yang ada. Thalasemia beta terdiri
dari :
a. Beta Thalasemia Trait.
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen
normal dan satu gen yang bermutasi.
Penderita mengalami anemia ringan
yang ditandai dengan sel darah merah
yang mengecil (mikrositer).

b. Thalasemia Intermedia.
Kondisi ini kedua gen mengalami
mutasi tetapi masih bisa
memproduksi sedikit rantai beta
globin. Penderita mengalami anemia
yang derajatnya tergantung dari
derajat mutasi gen yang terjadi.

c. Thalasemia Mayor.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi
sehingga tidak dapat memproduksi rantai
beta globin. Gejala muncul pada bayi ketika
berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
Penderita thalasemia mayor tidak dapat
membentuk hemoglobin yang cukup
sehingga hampir tidak ada oksigen yang
dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang
lama kelamaan akan menyebabkan
kekurangan O2, gagal jantung kongestif,
maupun kematian. Penderita thalasemia
mayor memerlukan transfusi darah yang
rutin dan perawatan medis demi
kelangsungan hidupnya

Patofisiologi
Penyakit thalassemia disebabkan oleh
adanya kelainan/perubahan/mutasi
pada gen globin alpha atau gen globin
beta sehingga produksi rantai globin
tersebut berkurang atau tidak ada. Di
dalam sumsum tulang mutasi
thalasemia menghambat pematangan
sel darah merah dan mengakibatkan
anemia berat. Akibatnya produksi Hb
berkurang dan sel darah merah mudah
sekali rusak atau umurnya lebih pendek
dari sel darah normal (120 hari).

Talasemia merupakan sindrom kelainan


yang disebabkan oleh gangguan sintesis
hemoglobin akibat mutasi di dalam atau
dekat gen globin.
Pada Talasemia mutasi gen globin ini
dapat menimbulkan perubahan rantai
globin dan , berupa perubahan
kecepatan sintesis (rate of synthesis)
atau kemampuan produksi rantai globin
tertentu, dengan akibat menurunnya atau
tidak diproduksinya rantai globin
tersebut. Perubahan ini diakibatkan oleh
adanya mutasi gen globin pada clusters
gen atau berupa bentuk delesi atau
non delesi

Gejala
Penderita thalasemia memiliki gejala
yang bervariasi tergantung jenis
rantai asam amino yang hilang dan
jumlah kehilangannya
Penderita sebagian besar mengalami
anemia yang ringan khususnya
anemia hemolitik

Keadaan yang berat pada beta-thalasemia


mayor akan mengalami anemia karena
kegagalan pembentukan sel darah,
penderita tampak pucat karena
kekurangan hemoglobin. Perut terlihat
buncit karena hepatomegali dan
splenomegali sebagai akibat terjadinya
penumpukan Fe, kulit kehitaman akibat
dari meningkatnya produksi Fe, juga
terjadi ikterus karena produksi bilirubin
meningkat. Gagal jantung disebabkan
penumpukan Fe di otot jantung,
deformitas tulang muka, masalah
pertumbuhan dan penuaan dini

Diagnosis
Terdapat empat diagnosis utama
penderita anemia :
1.Terdapat gambaran sel darah merah
mikrositik yang banyak sehingga nilainya
jatuh kepada diagnosis anemia
2.Dari anamnesa terdapat riwayat keluarga
yang menderita penyakit yang sama
3.Gambaran sel darah merah yang
abnormal yakni mikrositik, acanthocytes
dan terdapat sel target
4.Untuk talasemia beta, terdapat
peningkatan hemoglobin 2 atau F

Penderita pertama datang dengan


keluhan anemia/pucat, tidak nafsu
makan dan perut membesar
Keluhan umumnya muncul pada usia 6
bulan
Pemeriksaan fisik yang meliputi bentuk
muka mongoloid (facies Cooley),
ikterus, gangguan pertumbuhan,
splenomegali dan hepatomegali.

Pemeriksaan penunjang laboratorium


yang dilakukan meliputi : Hb bisa sampai
2-3 g%, gambaran morfologi eritrosit
ditemukan mikrositik hipokromik,
anisositosis berat dengan
makroovalositosis, mikrosferosit,
polikromasi, basophilic stippling,
poikilositosis dan sel target. Pemeriksaan
khusus juga diperlukan untuk
menegakkan diagnosis meliputi : Hb F
meningkat 20%-90%, elektroforesis Hb

Terapi
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat
menyembuhkan secara total
Pengobatan yang dilakukan meliputi
pengobatan terhadap penyakit dan
komplikasinya
Pengobatan terhadap penyakit dengan cara
tranfusi darah, splenektomi, induksi sintesa
rantai globin, transplantasi sumsum tulang
dan terapi gen
Pengobatan komplikasi meliputi mencegah
kelebihan dan penimbunan besi, pemberian
kalsium, asam folat, imunisasi.

Pemberian vitamin C 100-250 mg/hari


untuk meningkatkan ekskresi besi
dan hanya diberikan pada saat kelasi
besi saja
Vitamin E 200-400 IU/hari untuk
memperpanjang umur sel darah
merah. Transfusi harus dilakukan
seumur hidup secara rutin setiap
bulannya

Transfusi Berulang Pada


Thalasemia Mayor
Penderita thalasemia mayor membutuhkan
transfusi seumur hidup untuk mengatasi
anemia. Transfusi diberikan apabila kadar
Hb < 8 gr/dl dan diusahakan kadar Hb
diatas 10 gr/dl namun dianjurkan tidak
melebihi 15 gr/dl dengan tujuan agar suplai
oksigen ke jaringan-jaringan cukup juga
mengurangi hemopoesis yang berlebihan
dalam sumsum tulang dan mengurangi
absorbsi Fe dari traktus digestivus.
Transfusi diberikan sebaiknya dengan
jumlah 10-20 ml/kg BB dan dalam bentuk
PRC (paked read cells)

Transfusi yang berulang-ulang setiap bulan


akan mengakibatkan penumpukan zat besi
pada jaringan tubuh seperti hati, jantung,
pankreas, ginjal. Akumulasi zat besi pada
jaringan hati mulai terjadi setelah dua tahun
mendapat transfusi.
Tindakan transfusi yang dilakukan secara
rutin selama hidup selain untuk
mempertahankan hidup juga dapat
membahayakan nyawa penderita karena
berisiko terinfeksi bakteri dan virus yang
berasal dari darah donor seperti infeksi
bakteri Yersinia enterocolitica, virus hepatitis
C, hepatitis B dan HIV

Terima kasih

You might also like