Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 2
D-3 Tingkat 2 Semester 3
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2014
Untuk
S1 Kimia.
Pekerjaan, untuk mengetahui keadaan ekonomi pasien, sehingga bidan dapat
menikah sekali dan usia nikahnya sudah 10 tahun, tetapi baru melahirkan anak
pertama. Dari kasus ini, bisa kita kaji beberapa hal: apakah anak yg dilahirkan adalah
anak yang sangat ditunggu, apakah ibu nifas tidak berhubungan harmonis dengan
suami atau suami yang berada jauh dari ibu nifas, apakah pasangan tersebut
mengalami gangguan dalam fertilisasi.
c. Status perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga ibu nifas. Apakah ibu nifas menikah atau tidak, ini
berhubungan dengan dukungan dari orang-orang sekitarnya di masa nifas. Bila ibu
tidak menikah, secara psikologis ia tidak memiliki dukungan yg cukup dari semua,
sehingga sangat rentan mengalami post-partum blues dan kejadian trauma psikologis
lainnya.
Apakah status pernikahan ibu nifas sah/tidak, ini berhubungan dengan kondisi
pasangan saat ini. Pasangan yang tidak mendapat respon baik dari sekitarnya, akan
cenderung menutup diri dan tidak mau berinteraksi. Kehidupan rumah tangga yang
tertutup akan memicu terjadinya KDRT.
5. Riwayat Kehamilan Terakhir
a. Periksa hamil berapa kali dan dimana
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini
mungkin
semenjak
ia
merasa
dirinya
hamil
untuk
mendapatkan
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Pentingnya mengetahui dimana pemeriksaan antenatal dilakukan, berhubungan
dengan kualitas perawatan kehamilan. Kualitas perawatan kehamilan merupakan
salah satu upaya dalam penurunan angka kematian, pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat difokuskan pada tiga pesan
kunci Making Pregnancy Saver yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
penanganan komplikasi obstetrik dan neonatal, serta pencegahan kehamilan tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi abortus (Sujudi, 2002). Untuk dapat
memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dibutuhkan
tenaga kesehatan terampil yang didukung tersedianya sarana dan prasarana yang
memadai (Azwar, 2002)
b. Keluhan selama hamil (masing-masing trimester) dan mengatasinya
1. Nausea
Nausea lebih kerap terjadi pada asaat perut dalam keadaan kosong sehingga lebih
parah pada pagi hari. Julah puncak nausea dan muntah pada wanita hamil adalah
pada usia kandungan 11 minggu dengan lama kira-kira lima sampai 6
minggu.biasanya nausea berakhir pada trimester kedua.
yang hebat dan menetap hingga setelah kehamilan trimester pertama dapat
mengindikasikan hiperemesis gravidarum atau mola hidatidosa. Untuk mengurangi
nausea caranya yaitu :
a. Makan porsi kecil, sering, bahkan setiap dua jam karena hal ini mudah
dipertahankan dibanding makan prosi besar tiga kali sehari.
b. Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur di pagi
hari.
c. Jangan menyikat gigi setelah selesai makan untuk menghindari stimulasi
d.
e.
f.
g.
refleks gag.
Minum minuman yang mengandung karbonat, khususnya gingerale.
Hindari makanan yang beraroma kuat atau menyengat.
Batasi lemak dalam diet makanan.
Menganjurkan mengkonsumsi pirodoksin (B6) dengan dosis 25 mg QID atau 50
mg
BID.
Apabila
mengkonsumsi
masih
doksilamin,
mengalami
mual
dipasaran
terkenal
dan
muntah
dengan
disarankan
merk
unisom.
berlebihan. Kondisi berlangsung terus menerus dan menjadi suatu siklus karena
bukan saja saliva yang berlebihan yang membuat rasa mual semakin kuat, tetapi
keinginan untuk menghindari nausea juga mengakibatkan pasien menelan lebih
sedikit makanan sehingga jumlah saliva di dalam mulut meningkat.
3. Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama, namun alasannya belum diketahui.
Metode untuk meredakannya adalah meyakinkan bahwa keletihan adalah hal yang
normal dan akan hilang secara spontan pada trimester kedua. Ibu diancurka untuk
istirahat pada sianghari. Latihan ringan dan nutrisi yang baik juga dapat membantu
mengatasi keletihan.
4. Nyeri punggung
Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan
ukuran payudara, yang membuat payudara semakin berat. Pembesaran ini dapat
mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak disokong dengan baik. Cara untuk
mengurangi nyeri yaitu dengan menggunakan bra yang berukuran sesuai ukuran
payudara. Bra yang baik karakteristiknya yaitu :
a. Bahan bra menyokong dengan baik, berpori, lembut dan mudah dicuci.
b. Bra memiliki bentuk yang mencegah penekanan dan iritasi pada payudara dan
putting, sekaligus memberi sokongan yang pas.
c. Tali bahu yang lebar dan mudah disesuaikan.
d. Tali belakang yang lebar dan sejumlah kait pengencang yang mudah
disesuaikan.
e. Penyokong dari bawah ke atas dan dari samping ke arah dalam.
Selain itu, nyeri punggung pada kehamilan terjadi akibat pertumbuhan uterus yang
menyebabkan perubahan postur, dan juga pengaruh hormon relaksin terhadap
ligamen.
Untuk
mengurangi
rasa
tidak
nyaman
tersebut
dapat
dengan
frekuensi berkemih yaitu dengan menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi dan
mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam sehingga wanita tidak perlu bolakbalik ke kamar mandi.
7. Nyeri Ulu Hati
Timbul menjelang akhir trimester dan bertahan hingga trimester ke tiga.
Penyebabnya yaitu relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengarug
peningkatan hormon progesteron, penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi
aibat relaksasi otot halus yang disebakan oleh peningkatan jumlah progesterond
dan tekanan uterus, serta tidak ada ruang fungsional untuk lambanung atau
perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar. Saran yang dapat
diberikan untuk mengatasi nyeri ulu hati terdiri :
a. Makan dalam porsi kecil tetapi sering, untuk menghindari lambung menjadi
penuh.
b. Mempertahankan postur tubuh yang mampu memberikan ruang lebih besar
untuk lambung. Postur tubuh membungkuk tidak disarankan.
c. Regangkan tangan melampaui kepala untuk memberikan ruang pad perut.
d. Hindari makanan yang berlemak karena mengurangi motilitas usus dan sekresi
asam lambung yang dibutuhkan untuk pencernaan.
e. Hindari minum bersamaan dengan dengan makan karena cairan cendrung
menghambat asam lambung.
f. Hindari makanan dingin dan makanan pedas.
g. Upayakan minum susu murni dibandingkan susu manis.
8. Perubahan Payudara
Seringkali payudara menjadi lebih lunak dan terasa penuh akibat perubahan
hormonal. Terjadi peningkatan hormon estrogen yang merupakan alat untuk
penyimpanan lemak sebagai persiapan laktasi. Sirkulasi vaskular meningkat, puting
susu membesar, dan terjadi hiperpigmentasi areola.
9. Kram tungkai
Kram merupakan kontraksi tiba-tiba pada otot betis. Sering terjadi pada kehamilan
trimester ketiga. Kram ini dapat disebebkan oleh penurunan kadar kalsium
terionisasi dalam serum dan peningkatan kadar fosfat (Davis, 1996). Untuk
mengurangi kram tungkai di malam hari, bidan dapat menganjurkan ibu untuk
melakukan latihan peregangan tungkai sebelum tidur. Mengurangi asupan susu,
minuman ringan, dan makanan siap santap dapat mengurangi terjadinya kram
tungkai. Ketika terjadi kram, ibu dianjurkan untuk menekuk kaki ke arah yang
berlawanan.
10. Sakit Kepala
Ibu hamil sering mengeluh sakit kepala selama hamil disebabkan oleh perubahan
hormonal, sinusitis, tegangan pada mata, keletiham dan perubahan emosional
(Peterson & Scotland 1994). Apabila sakit kepala terjadi pada trimester ketiga dan
disertai
dengan
peningkatan
tekanan
darah
dan
disertai
proteinurea
ini
11. Konstipasi
Konstipasi pada kehamilan diduga disebabkan karena efek relaksasi progesteron
yang menyebabkan terjadinya motilitas usus, peningkatan absorbsi air kolonik,
kompresi usus bagian bawah oleh uterus, pemberian tablet zat besi secara oral.
Diet tinggi serat dan asupan cairan yang memadai supaya feses tetap lunak dan
memudahkan defekasi. Bidan harus menanyakan erubahan frekuensi dan
konsistensi defekasi pada ibu hamil. Jika konstipasi bersifat resisten dapat
menyebabkan hemoroid yang dapat menimbulkan rasanyeri dan perdarahan.
c. Adakah patologi dalam kehamilan
1. Anemia
Anemia adalah istilah umum yang digunakan untuk defisiensi pada kuantitas atau
kualitas sel darah merah (SDM), yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pembawa- oksigen darah (Sweet, 1997).
a. Anemia defisiensi zat besi
Kebutuhan zat besi pad kehamilan secara signifikan meningkat sebagai akibat
peningkatan kebutuhan maternal dan janin.
Tanda dan gejala :
Kebanyakan wanita yang mengalami defisiensi zat besi adalah asimtomatik.
Mereka yang dating dengan gejala keluhan keletihan, kurang energi, atau kunang
kunang. Ibu dengan anemia berat dapat juga dapat juga mengalami dispnea dan
palpitasi. Pemeriksaan fisik dapat mengidentifikasi membrane mukosa pucat.
b. Anemia Megaloblastik
Kebanyakan anemia megaloblastik yang ditemukan di Amerika Serikat adalah
akibat defisiensi asam folat. Kebutuhan folat meningkat secara drastis pada
kehamilan, dan defisiensi dapat terjadi pada ibu yang tidak mengkonsumsi protein
hewani atau sayur sayuran hijau.
Tanda dan gejala :
Kebanyakan ibu dengan anemia megaloblastik asimtomatik. Identifikasi faktor
risiko, terutama penggunaan alcohol berat, dapat ,membantu dokter dalam
mengidentifikasi penyebab anemia. Anemia berat dapat dikaitkan dengan keletihan,
dan defisiensi vitamin B12, dapat dikaitkan dengan gejala neurologis, termasuk
kehilangan proprioseptif ekstermitas bawah dan kehilangan indra penciuman
(Aldreoli et at., 1997)
c. Anemia herediter
1) Hemoglobinopati Sel Sabit
Ibu dengan sifat sel sabit (AS) mengalami peningkatan morbiditas karena ISK dan
anemia defiesiensi folat dan zat besi yang menyertai. Sifat sel sabit adalah tipe
hemoglobinopati paling umum, yang terjadi dalam 1dari 12 individu berkult hitam
atau keturunan Mediterania.
Tanda dan gejala :
Tanda dan gejala serupa pada mereka dengan anemia lain dan bergantung pada
beratnya anemia. Pada kasus berat pasien mengeluh keletihan, dispnea, dan
palpitasi, serta membrane mukosa pucat.
2) Talasemia
Talasemia adalah determinan genetic gangguan hematologis yang dikarakteriskkan
oleh gangguan kecepatan produksi satu atau lebih rantai peptide yang ditemukan
dalam globin (Gant dan Cunningham, 1993).
Tanda dan gejala :
Anemia bentuk ringan sering asimtomatik. Skrinning hitung darah komplet sering
menunjukkan Hb 30% sampai 35% dan hitung retikulosit meningkat sampai 10%
sampai 20%.
2. Preeklamsia/ Eklamsia
Respon imun abnormal, gangguan endokrin, predisposisi genetic, kelebihan atau
kekurangan nutrisi, dan gangguan ginjal semua diajukan sebagai berperan dalam
terjadinya preeklamsia. Banyak sumber menyetujui bahwa penyebab preeklamsia
adalah multifactor.
Tanda dan gejala :
Preeklamsia ringan (TD diastolic <110 mmHg) sering asimtomatik. Dugaan pertama
terjadinya penyakit ini adalah temuan peningkatan TD selama pemeriksaan
prenatal. Proteinuria dan edema adalah dua temuan klasik lain pada preeklamsia.
Namun, proteinuria adalah temuan lanjut. Meskipun edema konsisten dengan
proses penyakit, sulit untuk membedakan edema normal pada kehamilan dari
edema awal yang dikaitkan dengan preeklamsia. Adanya penambahan berat badan
tiba tiba lebih dari 1 kg per minggu pada trimester dua kehamilan yang tidak
dapat dijelaskan oleh asupan diet harus dipertimbangkan sebagai tanda edema
sampai terbukti demikian.
3. Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis dianggap ada pada 2% sampai 5% kehamilan. Hipertensi ringan
sampai sedang pada kehamilan tidak meningkatkan risiko ibu tetapi dikaitkan
dengan IUGR janin dan kematian janin. Faktor risiko untuk hipertensi kronis
meliputi usia lebih dari 35 tahun, riwayat keluarga hipertensi, ras kulit hitam,
penyalahgunaan alcohol, dan patologi dasar ginjal atau kardiovaskuler. Konstributor
utama untuk hipertensi adalah aterosklerosis.
Tanda dan gejala :
Individu dengan hipertensi mungkin mengalami kemajuan penyakit ke titik penyakit
organ akhir di jantung, otak, dan ginjal. Pada kasus ini tanda dan gejala akan
konsisten dengan derajat gangguan organ.
4. Prolaps Katup Mitral
Prolaps Katup Mitral (PKM) diperkirakan terjadi pada 6% populasi dan dapat terjadi
pada 12% sampai 17% ibu usia subur. Prevalensi pada ibu memuncak pada usia
20 sampai 29 tahun dan paling rendah pada usia 50 sampai 59 tahun. Meskipun
telah ada banyak tulisan mengenai PKM secara umum, terdapat keterbatasan
pengetahuan tentang efek perubahan kardiovaskuler akibat kehamilan terhadap
PKM. PKM dapat menjadi penyakit fungsi primer atau patologi sekunder yang
diikaitkan dengan gangguan jaringan penyambung atau penurunan ukuran ventrikel
kiri (Cowles dan Gonik, 1990).
PKM adalah pembesaran satu atau kedua katup mitral, paling umum katup
posterior.
Tanda dan gejala :
Kebanyakan ibu hamil dengan asimtomatik. Namun, bebarapa ibu mungkin
mengalami peningkatan palpitasi, aritmia, dan nyeri dada, terutama pada aktivitas
fisik.
5. Asma
Diperkirakan kira kira 1% sampai 4% kehamilan dikomplikasi oleh asma (Clark et
al, 1993). Selama decade akhir, prevalensi, morbiditas, dan mortalitas asma
meningkat, mungkin karena polusi udara, kurangnya kualitas udara di dalam
rumah, dan meningkatkan pemajanan pada kimiawi baru setiap hari dalam
kehidupan. Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan napas yang
dikarakteristikkan oleh penggundulan epitel jalan napas, deposisi kolagen di bawah
dasar membrane jalan napas, edema, aktivitas sel mast, dan inflamasi infiltrasi sel
(National Heart, Lung and Blood Institude, 1997). Asma dapat dikaitkan dengan
peningkatan risiko kelahiran preterm, BBLR, mortalitas neonates, hiperemesis
gravidarum, perdarahan vaginal, dan preeklamsia.
Tanda dan gejala :
Gejala meliputi pemendekan napas, perasaan sesak di dalam dada, mengi, dan
keluhan memburuknya gejala pada malam hari, dengan aktifitas fisik, atau
pemanjaan pada iritan yang diketahui.
6. Infeksi Saluran Kemih
Perubahan anatomis dan fisiologis pada kehamilan meningkatkan risiko ISK. ISK
pada kehamilan dikaitkan dengan berat badan lahir rendah, persalinan, dan
kelahiran preterm, hipertensi/preeklamsia, anemia maternal, dan amnionitis.
Tanda dan gejala :
Gejala sistitis meliputi disuria yang disebabkan oleh inflamasi dinding kandung
kemih dan uretra dan urgensi berkemih serta inkomtinensia yang disebabkanoleh
iritabilitas otot destrumsor. Nyeri tekan suprapubik dan ketidaknyamanan pinggang
mungkin ada. Sedimen pada urine mengandung banyak leukosit polimorfonuklear,
bakteri, dan darah.
Tanda dan gejala pielonefritis meliputi malaise umum, demam, dan menggigil, nyeri
pinggang hebat, takikardia, dan hipotensi bila septikermia terjadi signifikan. Mual
dan muntah mungkin ada.
7. Diabetes Gestasional (Intoleransi Glukosa dalam kehamilan)
mengingat
belum
banyak
penelitian
yang
menyatakan
keamanan
kurang nafsu makan, cuci darah, menghilangkan bau badan, menurunkan kolestrol,
perut kembung/ sebah, jerawat, pegal, dan pusing.
Bahan baku :
Sambiloto, brotowali, widoro laut, doro putih, babakan pule, adas atau empon
empon, dan rempah rempah.
g. Jamu kunci Suruh
Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu ibu untuk emngobati
keluhan keputihan (fluor albus). Manfaat lain untuk merapatkan bagian intim wanita
(vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut, serta menguatkan
gigi.
Bahan baku :
Rimpang kunci, daun sirih, buah asam yang masak, buah delima, buah pinang, kunci
pepet, majakan, jambe, manis jangan, kayu legi, beluntas, kencur, gula merah, gula
pasir, dan garam.
h. Jamu uyup uyup/ Gepyokan
Digunakan untuk mengingkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang
menyusui. Khasiat lain untuk menghilangkan bau badan, baik pada ibu maupun anak
dan mendinginkan perut.
Bahan baku :
Kencur, jahe, bangle, laos, kunir, daun katu, temulawak, puyang, temugiring, dan gula.
2. Obat obatan
Wanita yang cerdas akan mengumpulkan banyak informasi mengenai kondisi
kesehatannya, terlebih ketika mengetahui kondisi kehamilannya memerlukan obatobatan tertentu untuk memulihkan kesehatan. Karena tidak pernah ada jaminan
bahwa obat yang dikonsumsi aman bagi setiap orang, maka ada baiknya sebelum
mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Untuk mengetahui obat-obatan yang aman untuk janin ketika di konsumsi oleh ibu
hamil, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat membuat kategori obatobatan berdasarkan tingkat keamanannya terhadap janin:
a. Kategori A: penelitian pada manusia di trimester 1 tidak menunjukan kelainan
terhadap janin (belum ada bukti pada trimester 2 dan 3)
b. Kategori B: penelitian pada hewan percobaan tidak menunjukan efek terhadap janin
dan penelitian terhadap manusia masih belum menunjukan bukti yang jelas. Atau
pada hewan percobaan menunjukan kelainan janin, sedangkan pada manusia tidak
menunjukan kelainan janin sama sekali di semua trimester.
c. Kategori C: penelitian pada hewan percobaan menunjukan kelainan janin, tetapi
pada manusia belum menunjukan bukti yang jelas. Tetapi manfaat obat lebih tinggi
dibandingkan potensial resiko yang terjadi.
d. Kategori D: penelitian pada manusia menunjukan bukti kelainan yang jelas pada
janin. Tetapi manfaat obat lebih tinggi dibandingkan potensi resiko yang terjadi.
e. Kategori X: penelitian pada manusia menunjukan kelainan pada janin. Dan tingkat
bahayanya lebih besar daripada manfaatnya.
masalah tersebut.
Bagi mereka yang punya masalah dengan jamur bisa memakai obat salep jenis
miconazole, tioconazole, butoconazole dan butenafine untuk membantu mengatasi
masalah tersebut. Itulah tadi beberapa obat yang aman dikonsumsi selama hamil.
kala tiga sampai 30 menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih lama
dari 30 menit, terutama antara 30 dan 60 menit.
Komponen data dasar dalam menetapkan keadaan wanita selama kala tiga persalinan
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Keadaan Bayi
Keadaan bayi baru lahir dapat dilihat dengan melakukan pemeriksaan terhadap bayi
baru lahir. Komponen pemeriksaan bayi baru lahir yang lengkap terdiri dari tiga
bagian: (1) riwayat bayi baru lahir, (2) pengkajian usia kehamilan, dan (3) pemeriksaan
fisik.
Faktor medis dan perinatal serta dampak pada neonatus
Faktor
Faktor medis ibu
Penyakit jantung
Diabetes
Penyakit ginjal
Hipertensi
permaturitas;
abrupsio
plasenta
Transmisi perinatal
Sindrom putus zat pada neonatus
Anemia; ikterus; hidrops fetalis
Sindrom genetik
Oligohidramnion
menelan
Defek pada
amniotic
band;
sindrom
dehidrasi;
Infeksi
Faktor perinatal
Persalinan kurang
RDS; asfiksia
bulan
Persalinan memanjang
Penggunaan obat pada persalinan
Gawat janin
Peningkatan suhu ibu
Persentasi/posisi janian abnormal
Cairan
amnion
bercampur
mekonium
Pecah ketuban yang lama
Perdarahan berlebihan pada saat
persalinan
Prolaps tali pusat
Hipotensi maternal
Asidosis janin
Asfiksia
Asfiksia
Asidosis bayi baru lahir
Pengkajian fisik
Warna tubuh pusat dan perifer
Tonus otot
Karakteristik tangisan
Karakteristik pernapasan
Proporsi tubuh dan pembentukan bagianbagian tubuh yang terlihat
Kontur abdomen
Adanya rambut, kuku tangan dan kuku kaki
Kesimetrisan mata; gerakan mulut, lengan,
kaki
Adanya genetalia eksternal normal
Tulang belakang lurus, utuh
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar
atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Maryuni, 2009;
Rukiyah, 2010). Syarat ibu dan bayi yang dapat di rawat gabung Bayi dan ibunya yang
dapat dirawat gabung harus memenuhi syarat atau kriteria antara lain : usia kehamilan
>34 minggu dan berat lahir >1800 gram (berarti berarti refleks menelan dan
menghisapnya sudah membaik), nilai APGAR pada lima menit pertama minimal 7,
tidak ada kelainan kongenital yang memerlukan perawatan khusus, tidak ada trauma
lahir atau morbiditas lain yang berat, dan bayi yang lahir dengan sectio caesarea yang
menggunakan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar,
misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Apabila pembiusan secara spinal, bayi dapat
segera disusui. Apabila ibu masih mendapat infus, bayi tetap dapat disusui dengan
bantuan petugas, dan ibu dalam keadaan sehat (Prawirohardjo, 2008; Maryuni, 2009).
6. Menggali Riwayat Obstetri
1) Jumlah Kehamilan
Jumlah kehamilan ditanyakan untuk mengetahui seberapa besar pengalaman klien
tentang kehamilan. Apabila klien mengatakan bahwa saat ini adalah kehamilan
yang pertama, maka bidan harus secara maksimal memberikan pengetahuan
kepada klien tentang bagiaamana merawat kehamilannya dengan maksimal.
a) Menanyakan ibu melahirkan anak yang keberapa :
Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama
kalinya.
Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.
Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama
kalinya.
Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable
beberapa kali ( sampai 5 kali ).
Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih,
hidup atau mati.
( Sinopsis Obstetri, 1998 : 91-92 )
2) Jumlah persalinan
Spontan/buatan?
Aterm/Premature?
Kapan kelahiran?
Melahirkan dimana?
Siapa yang menolong?
Apakah ada masalah saat persalinan?
3) Jumlah keguguran
Tanyakan kepada klien apakah ia pernah kegguguran atau tidak. Sebab apabila
pernah mengalami keguguran dalam riwayat persalinan sebelumnya akan beresiko
untuk mengalami keguguran pada kehamilan berikutnya (keguguran berulang).
Bidan perlu mengetahui bila pasien pernah mengalami keguguran, maka bidan
perlu mananyakan pada usia berapa dan penanganan apa yang sudah didapatkan
pasca abortus.
4) Jumlah Anak yang Lahir Hidup
Untuk mengetahui pernah tidaknya klien mengalami keguguran, apabila pernah
maka pada kehamilan berikutnya akan beresiko mengalami keguguran kembali.
Serta apabila jumlah anak yang hidup hanya sedikit dari kehamilan yang banyak,
berarti kehamilannya saat ini adalah kehamilan yang sangat diinginkan.
Bidan perlu mengetahui jenis kelamin anak yang lahir hidup, berat badan saat
kelahiran, kondisi anak pada saat ini, dan apakah ada kecacatan pada anak.
5) Anak yang Lahir Premature
Untuk mengidentifikasi apabila pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya
maka dapat menimbulkan resiko persalinan prematur berikutnya.
f.
Induksi persalinan
Persalinan dari vagina dengan alat bantu, seperti ekstraktor vakum atau forsep
adalah
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan, kurang dari 6 minggu pasca
persalinan.
Penyebab Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir,
retensio plasenta, sisa plasenta, inversio uteri dan kelainan pembekuan darah.
Gejala Klinik Perdarahan Post Partum adalah lemah, limbung, keringat dingin,
menggigil, hiperpnea, sistolik < 90 mmHG, nadi > 100x/m, Hb < 8 g%.
Diagnosis Perdarahan Post Partum :
a. Atonia uteri
Faktor resiko: over distensi uterus oleh karena polihidramnion, hamil kembar,
makrosomia janin; multi paritas, persalinan cepat atau lama, infeksi, riwayat atonia
uteri, pemakaian obat relaksasi uterus.
Gejala: uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir.
Penyulit: syok, bekuan darah pada serviks atau posisi terlentang akan menghambat
aliran darah keluar.
b. Robekan jalan lahir
Faktor resiko: persalinan per vaginam dengan tindakan, makrosomia janin, tindakan
episiotomi.
Gejala: darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi keras
dan plasenta lengkap.
Penyulit: pucat, lemah dan menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, uterus berkontraksi
dan keras.
Penyulit: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversio uteri akibat tarikan,
perdarahan lanjutan.
d. Retensio sisa plasenta atau ketuban
Gejala: plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap,
perdarahan segera.
Penyulit: uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak kurang.
e. Inversio uteri
Insidensi : 1 dari 2500 kelahiran
Faktor resiko: atonia uteri, traksi tali pusat berlebihan, manual plasenta, plasentasi
abnormal, kelainan uterus dan plasentasi pada fundus.
Gejala: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat, nyeri perut
akut dan syok (30%).
kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi denganmasa
kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih
bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih. Daripengertian
di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
Prematur murni dan Dismaturitas.
1). Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggudan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan,atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
Penyebabnyaberasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan.
2). Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan
beratbadan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal
inikarena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan danmerupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannyakarena
mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran
mengatur nafas tubuh rehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi
dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti
ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir
rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat
lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan
berat bayi lahir cukup.WHO memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di negara
maju terbesarantara 3 7 % dan di negara berkembang berkisar antara 13 38 %.
Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO
pada tahun 1990 adalah 14 % dari seluruh koheren hidup (Sjahmien Moehji, 2003:20).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatuproses
yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan Internal
Yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, statusgizi ibu
hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.
2. Faktor Lingkungan Eksternal
Yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibuhamil.
3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan
kehamilan atau antenatal care (ANC) (Sri Kardjati. 1985:21).
Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahirantara lain
sebagai berikut :
1. Usia Ibu hamil
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20tahun
merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkandengan
kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999:13). Pada umur yang masih
muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal.
Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat
kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan
sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang
dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi
kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat
mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau
penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain
kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti
diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan (Sitorus, 1999:15). Dalam
proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan
akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul
tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat
kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan
kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.
2. Jarak Kehamilan/Kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana(BKKBN)
jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiranyang
pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi
tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab
kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus, (1999:16),
bahwa risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2
tahun.
3. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlahkelahiran,
dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau
banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita
melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga
anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering
mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi
sungsang ataupun melintang.
4. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yangdilahirkan.
Menurut Sitorus, (1999:63), seorang ibu hamil dikatakan menderitaanemia bila kadar
hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu
hamil menderita anemia.Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan
bayi berat lahirrendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan,
bahkan dapatmenyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut
menderita anemia
berat (Depkes RI, 2002:31). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi
akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap
janin.
5. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada
waktu
pembuahan
dan
selama
hamil
dapat
mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar,
menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Sitorus, 1999:88).
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya
bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung
tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan
organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat
bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, r`dang iris
mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Sitorus, 1999:97).
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung /eksternal
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta
ketinggian tempat tinggal.
2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan
j.
Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat
muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.
4) Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuaba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas, pusing
bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol <> 160 mmHg dan
distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh
anemia bila kadar haemoglobin <>
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas
disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu
kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol <>
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
d) Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar vitaminnya
kepada bayinya.
f) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
g) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan memperlambat proses
involusi uterus.
6) Suhu Tubuh Ibu > 38 C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara 37,20C37,80 C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi,
dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Rustam Mochtar, 2002).
Penanganan umum bila terjadi Demam :
a) Istirahat baring
b) Rehidrasi peroral atau infuse
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d) Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus
waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat
(Prawirohardjo, 2002).
8. Menggali riwayat KB (tempat pelayanan, jenis, lama pakai, alasan berhenti, keluhan)
Alat kontrasepsi merupakan faktor penting dalam kehidupan seorang wanita, dengan
tingkatan kebtuhan yang bervariasi sesuai dengan tahapan dalam rangkaian
kehidupan tertentu, dan sebaiknya dipandang dalam konteks seksual dan kesehatan
reproduksi yang lebih luas. (Roberts 1981).
Kemampuan menikmati dan mengendalikan perilaku seksual dan reproduksi
merupakan unsur penting kesehatan seksual (WHO 1992), tetapi hal ini belum dialami
menciptakan
kesempatan
agar
wanita
dapat
menyatakan
kebutuhan
60%
wanita
tidak
melakukan
hubungan
seksual.
Kontrasepsi
merupakan salah satu cara dari seluruh strategi kesehatan seksual, dan para bidan
harus dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mendorong kesadaran tentang
kesehatan payudara, skrining leher Rahim, dan cara berhubungan seksual yang
aman.
Persoalan seperti penurunan libido, penyesuaian diri saat ,menjadi seorang ibu,
menyusui, ketidaknyamanan perineum, kekeringan vagina, dan citra tubuh, semuanya
dapat mempengaruhi pilihan dan kepatuhan terhadap metode tertentu. Pemahaman
bidan tentang wanita tersebut memungkinkan bidan untuk menghargai pengaruh
implisit, seperti agama, budaya, pergaulan, gaya hidup, usia, motivasi, dan status
social ekonomi yang juga mempengaruhi pilihan ibu. Bidan harus terbiasa dengan
layanan keluarga berencana yang tersedia di area cakupan praktiknya, dan
mengetahui sistem perujukan ke para praktisi yang telah menjalani pelatihan spesialis.
Bounds (1994) menyarankan bahwa penting untuk menghubungkan angka kegagalan
dengan jangka waktu tertentu, seperti pada waktu penggunaan setahun pertama,
karena resiko kegagalan pada sebagian besar metode menurun dari waktu ke waktu.
Ketika membahas angka kegagalan pada wanita, mungkin akan lebih relevan jika
memberikan saran secara tersendiri, yang mempertimbangkan beberapa faktor,
seperti usia, laktasi, frekuensi koitus, dan pentingknya pencegahan kehamilan.
Hatcher dan sejawatnya (1999) menunjukan bahwa pemberian asuhan
mempertimbangkan hal berikut ketika melakukan konseling kontraseptif :
1. Menyadari tentang bias yang ada pada dirinya sendiri.
2. Mengetahui bahwa setiap metode mempunyai baik keuntungan dan kerugian.
Rencana KB perlu dikaji karena hal ini termasuk salah satu usaha untuk melancarkan
program dua anak lebih baik.Selain itu penting juga untuk menyelamatkan ibu dari
bahaya hamil dini, karena jarak kelahiran antara anak satu dengan anak berikutnya
minimal adalah 2 tahun.
Pemberian asuhan harus mendiskusikam rencana ibu untuk fertilitas di masa datang
dan memberinya informasi yang membantunya membuat keputusan yang sesuai
dengan keyakinan dan kebutuhan pribadinya. Peggalian pengalaman dengan
penggunaan kontrasepsi sebelumnya memberi perspektif historis tentang apa yang
memuaskan dan apa yang kurang memuaskan. Apabila ibu terlanjur berhubungan
seksual setelah masa nifas usai tanpa adanya perlindungan diri terhadap
kemungkinan terjadinya
kehamilan
dengan
ber
KB dapat
membahayakan kelangsungan ibu dan anak yang dikandungnya kelak. Akan terjadi
komplikasi kehamilan karena ibu termasuk resiko tinggi.Selain dampak fisiologis,
dampak psikologis juga perlu diperhatikan.Dari segi ekonomi dan mental orang tua
juga pastinya belum siap untuk menerima kehamilan beruntun ini.Bagaimana
menghidupi bayinya, bagaimana mencukupi kebutuhan pendidikannya, dan ketakutanketakutan lain yang mungkin datang. Untuk itu, kehamilan beruntun perlu kita
hindarkan dari ibu dengan cara deteksi dini rencana masa depan ibu nifas melalui
anamnesa dan konseling sebagai sarana konsultasi dan promosi.
9. Menggali riwayat pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Makan
Kalori
Salah satu zat atau nutrisi ibu nifas yang dibutuhkan ibu setelah melahirkan adalah
kalori.Kalori sebagai nutrisi ibu nifas sangat dibutuhkan, khususnya pada masa
menyusui.Pada masa menyusui, kebutuhan kalori sekitar 400-500 kalori, sedangkan
wanita dewasa membutuhkan asupan kalori sebanyak 1800 kalori per hari.
Jadi sebaiknya, ibu nifas jangan mengurangi asupan kalori. Jika mengurangi asupan
kalori,
akan
mengakibatkan
terganggunya
proses
metabolisme
tubuh
dan
mendapatkan asupan kalsium dan Vitamin D, bisa diperoleh dari susu rendah kalori
atau melakukan aktivitas berjemur di pagi hari. Pada masa menyusui, asupan
kebutuhan kaslium meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu porsi kalsium setara
dengan 50-60 gram keju, 1 cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan
sarden, atau 280 gram tahu kalsium.
Magnesium
Salah satu nutris ibu nifas yang tak kalah pentingnya adalah magnesium. Magnesium
dibutuhkan sel tubuh untuk membantu proses gerak otot, fungsi syaraf, dan
memperkuat tulang. Kebutuhan nutrisi magnesium dapat diperoleh dari gandungm dan
kacang-kacangan.Jadi, untuk ibu nifas, konsumsilah makanan yang mengandung
magnesium agar menjaga kesehatan tubuh.
Buah-buahan dan Sayuran Hijau
Salah satu sumberasupan nutrisi ibu nifas adalah sayuran hijau dan buahbuahan.Setidaknya, ibu nifas membutuhkan asupan buah-buahan dan sayuran hijau 3
porsi sehari.Satu porsi setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, brokoli, wortel,
hingga sayuran hijau yang telah dimasak, atau 1 tomat.
Karbohidrat Kompleks
Salah satu nitrisi ibu nifas yang tak kalah pentingnya adalah karbohidrat kompleks.
Selama proses menyusui buah hati, ibu nifas membutuhkan asupan karbohidrat
kompleks sebanyak 6 porsi sehari. Satu porsi karbaohidrat komples setara dengan
cangkir nasi, cangkir jagung, 1 porsi sereal atau oat, 1 iris roti, 2-6 biskuit kering
atau crackers, cangkir kacang-kacangan, atau 40 gram mie atau pasta.
Lemak
Salah satu nutrisi ibu nifas yang tidak boleh ditinggalkan adalah lemak.Pada masa
nifas dan menyusui, ibu nifas membutuhkan sekitar 4 porsi lemak atau 14 gram
lemak per harinya. Satu porsi lemak setara dengan 80 gram keju, 3 sendok makan
kacang tanah, 4 sendok makan krim, secangkir es krim, porong alpukat, 2 sendok
makan selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, 9 kentang goreng, 2 iris cake,
1 sendok makan mayones, atau 2 sendok makan saus salad.
Vitamin
Salah satu nutrisi ibu nifas yang tak kalah penting dengan nutris lainnya adalah
vitamin. Selama proses menyusui, kebutuhan akan vitamin harus tetap terjaga.
Vitamin sebagai nutrisi ibu nifas antara lain vitamin A, vitamin B6, dan vitamin E.
Vitamin A berguna untuk kesehatn kulit, kelenjar, serta kesehatan mata.Untuk
memenuhi asupan vitamin A, ibu nifas dapat memperolehnya pada telur, hati,
keju.Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf.Nutrisi
vitamin B6 sekitar 2.0 mg per hari.
Vitamin B6 dapat diperoleh dari daging, hati, padi-padian, kacang polong, dan
kentang.Sementara itu, vitamin E bermanfaat sebagai antioksidan, meningkatkan
stamina dan daya tahan tubuh.Sumber vitamin E bisa diperoleh dari kacangkacangan, minyak nabati, dan gandum.
Zinc
Salah satu nutrisi ibu nifas yang dibutuhkan adalah zinc atau seng. Zinc bermanfaat
untuk penyembuhan luka dan pertumbuhan. Nutrisi zinc dapat diperoleh dari daging,
telur, dan gandum. Kebutuhan zinc per hari sekitar 12 mg
2. Minum
Ibu tidak perlu minum berliter-liter air agar jumlah ASI-nya banyak.Minumlah saat ibu
merasa haus atau minum sebanyak 2-3 liter per hari. Ibu bisa minum air putih, jus,
atau susu. Perhatikan air seni ibu. Jika air seni itu berwarna kuning gelap, artinya ibu
membutuhkan minum yang lebih banyak.Jika air seninya berwarna jernih artinya
kebutuhan cairan ibu sudah cukup.
3. Eliminasi
BAK
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya.Miksi normal bila dapat BAK
spontan setiap 3-4 jam. Bila 8 jam post partum ibu belum dapat kencing atau sekali
kencing tetapi belum melebihi 100 cc, makan dapat dilakukan kateterisasi, akan tetapi
kalau ternyata kandung kencing penuh tidak perlu menunggu sampai 8 jam. Untuk
keteterisasi jika penderita (ibu) sesudahnya belum dapat BAK ataupun banyaknya
belum memuaskan dilakukan setiap 8 jam, dengan memeprhatikan jangan sampai
terjadi infeksi.Oleh karena itu mudah sekali timbul uretritis, sistitis dan juga pielibs,
maka terapi antibiotika sudah pada tempatnya.Namun ada baiknya kateteriasi
dihindari, dengan merangsang ibu untuk berkemih sendiri.Ia dapat dibantu untuk
duduk di ats kursi berlubang tempat BAK (commede). Jika masih belum diperbolehkan
jalan sendiri dan mengalami kesulitan untuk BAK dapat digunakan pispot diatas
tempat tidur, tetapi meskipun sedapat mungkin dihindari, kateterisasi lebih baik
dilakuakn dari pada terjadi infeksi saluran kemih akibat urine yagn tertahan (menurut
Wiknjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan
BAB
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan
BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi makanan berserat;
olahraga; berikan obat rangsangan per oral/per rektal atau lakukan klisma bilamana
perlu.
4. Aktivitas/Mobilisasi
Latihan rentang gerak yang meliputi bagian tubuh dan tipe gerakan:
1) Rentang gerak pasif
Rentan gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif, misalnya perawat mengangkat
dan menggerakkan kaki pasien.
2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya, berbaring pasien menggerakkan kakinya.
baik
sehingga
tidak
menimbulkan
keluhan
lain
yang
tidak
di
mempercepat
proses
penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan
kandung kemih secara normal.
b) Menggerakkan kaki
Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan kedua belah
kaki.Mitos yang menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan karena dapat
menyebabkan timbulnya varices adalah salah total.Justru bila kaki tidak digerakkan
dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat menyebabkan terjadinya pembekuan
pembuluh darah batik yang dapat menyebabkan varices ataupun infeksi.
c) Duduk
Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila merasa tidak
nyaman jangan dipaksakan lakukan perlahan-lahan sampai terasa nyaman
d) Berdiri atau turun dari tempat tidur
Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskanlah dengan mencoba turun dari
tempat tidur dan berdiri.Bila tersa sakit atau ada keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan
dicoba lagi setelah kondisi terasa lebih nyaman.
e) Ke kamar mandi
Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar - benar baik dan
tidak ada keluhan.Hal ini bermanfaat untuk melatih mental karena adanya rasa takut
pasca persalinan.
5. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas
sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain :
1) Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat
2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan
3) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur
Kurang istirahat dapat menyebabkan :
1) Jumlah ASI berkurang
2) Memperlambat proses involusio uteri
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi sendiri
6. Kebiasaan Sehari-hari (Merokok, Jamu, dan Obat)
Merokok
Merokok akan mengurangi hormon prolaktin di alam tubuh tubuh ibu menyusui,
sehingga menurunkan produksi ASI. Dan apabila produksi ASI berkurang secara tidak
langsung akan memicu peluang untuk early weaning atau menyapih terlalu dini.
Merokok akan mempengaruhi LDR (let down reflects). Hal ini menyebabkan sulitnya
ASI untuk dikeluarkan, sehingga lebih sulit dinikmati oleh bayi.
Bayi yang sering menghirup asap rokok, akan meningkatkan risiko terkena penyakit
radang paru-paru, asma, bronkitis,infeksi telinga, infeksi sinus, dan iritasi mata,
Bayi menjadi rewel (Sering Menangis), hal ini disebabkan karena tidak hanya
kandungan nikotin yang masuk ke dalam ASI namun juga bayi sebagai perokok pasif
di dalam rumah akan menjadikannya mudah gelisah dan menangis.
Bayi yang dilahirkan dari ayah dan ibu yang merokok, 7X lebih berpeluang meninggal
karena SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).Selain itu, bayi 1-3X lebih sering ke
dokter karena infeksi saluran pernapasan atau penyakit yang berkaitan dengan
alergi.Dan meningkat risiko menjadi perokok ketika mereka dewasa.
Jamu
Penggunaan jamu atau herbal pun tidak disarankan pada ibu hamil dan menyusui
terutama
mengingat
belum
banyak
penelitian
yang
menyatakan
keamanan
penggunaan herbal pada wanita hamil dan menyusui. Demikian jawaban saya.
Sebaiknya ibu menyusui tidak mengkonsumsi jamu atau obat pelancar ASI yang dijual
bebas, tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan bidan atau dokter yang merawat
anda. Ada beberapa jamu dan obat pelancar ASI yang
menyusui.
Pembahasan
tentang
masalah
seputar
seksualitas
pada
periode
pascapartum harus idealnya mulai pada periode prenatal. Pemberi asuhan harus
melakukan pembahasan ini dengan sensitivitas terhadap budaya dan keyakinan
pribadi yang dipegang oleh ibu dan pasnagannya. Umumnya, sebelum pemulangan
dari fasilitas kesehatan, pemberi asuhan harus meninjau ulang factor yang harus
dipertimbangkan sebelum
yang
luas,
dan
pasangan
dapat
mencoba
lebih
kreatif
dalam
mempertahankan ikatan emosi dan fisik mereka selama periode transisi ini.
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6
minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu
semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section
cesarean ( SC ) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan
tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boteh dilakukan
3 - 4 minggu setelah proses melahirkan itu. Secara alami, sesudah melewati masa
nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Oleh sebab itu, posisi
hubungan seks seperti apa pun sudah bisa dilakukan.
10.Menggali Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Risiko ibu nifas dengan alergi pada makanan atau obat
Alergi merupkan suatu kondisi dimana tubuh memiliki responyang berlebihan
terhaadapsuatu
zat
(misalnya
makanan
atau
obat).
Juga
dikenal
dengan
hipersensitivitas. Gejala alergi sangat beragam dari ruam gatal yang ringan atau
kesemutan disekitar mulut, sampai situasi berat yang mengancam jiwayang dapat
mencakup kesulitan bernafas dan kolaps pernapasan. Terjadinya alergi atau penyakit
alergi bersifatturunan dan diketahuilebih sering terjadi pada individu yang memiliki
atopik lain, seperti eksema dan asma.
Alergi pada makanan dapat berpengaruh terhadap kurangnya asupan gizi yang
diperlukan pada ibu nifas. Untuk itu perlu pemenuhan zat gizi dari berbagai sumber
makanan lainnya yang tidak menimbulkan alergi. Sedangkan untuk ibu nifas yang
mengalami alergi obat, hal ini akan berpengaruh cukup besar terhadap dirinya sendiri
dan juga bayinya.
b. Risiko ibu nifas dengan penyakit jantung.
Penderita penyakit jantung kelas I dan Kelas II dapat meneruskan kehamilannya,
tetapi penyakit jantung kelas III dan IV tidak diperbolehkan hamil.
Pengaruh jantung koroner dalam kehamilan
Keguguran / aburtus
tubuh,
biasanya
dapat
diketahui
dari
kenaikan
berat
badan
serta
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.Kenaikan berat badan sebesar 1 kg dalam
seminggu beberapa kali bisa menjadi tanda pre-eklampsia.
Proteinuria pre-eklampsia terdapat konsentrasi protein dalam air kencing yg melebihi
0,3 g/liter dan air kencing 400 ml atau kurang dalam sehari. Secara kasar artinya,
tandanya air kencing ibu penderita sedikit banget dalam sehari.ampai saat ini belum
diketemukan secara pasti penyebab dari pre-eklampsia.
j. Risiko ibu nifas dengan penyakit Diabetes
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut
terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi
berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga
mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
11. Menggali Riwayat kesehatan di masa lalu (keadaan/penyakit yang pernah di derita
oleh pasien).
a. Risiko ibu nifas dengan penyakit jantung.
Setiap kehamilan mempengaruhi system kardiovaskuler ibu. Hal ini berlangsung
selama masa hamil dan berlanjut sampa beberapa minggu setelah bayi lahir. Aapabila
perubahan kardiovaskuler tidak ditoleransi denagn baik, kegagalan jantung dapat
terjadi pada beberapa minggu terakhir kehaliman, selama proses perslinan, atau
selama perode pascanatal. (Cunningham,dkk,1993). Penyakit jantung merupakan
penyebab utama mortalitas maternal bukan obstetric. Penyakit jantung merupakan
penyebab keemapat kematian ibu. Angka mortalitas maternal mencapai 37 % pada
wanita hamil mengalami infark miokard (lark,1991;Graber,1989).
Asosiasi Jantung New York mengklasifikasi penyakit jantung organic yang merupakan
stndart yang diterima luas sebagai berikut :
1. Kelas I : Asimptomatik dengan tingkat aktivitas normal
2. Kelas II : Simptomtik dengan aktivitas yang meningkat
3. Kelas III: Simptomatik dengan aktivitas yang biasa dilakukan
4. Kelas IV: Simptomatik saat istirahat.
Tidak ada klasifkasi penyakit jantung yang dapat ditetapkan secara mutlak.
Penderita penyakit jantung kelas I dan Kelas II dapat meneruskan kehamilannya,
tetapi penyakit jantung kelas III dan IV tidak diperbolehkan hamil
Pengaruh jantung koroner dalam kehamilan
Keguguran / aburtus
Bayi lahir pada usia kehamilan 28-36 minggu / prematur
Lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
Lahir mati
Kematian janin dalam rahim.
b. Risiko ibu nifas dengan penyakit malaria
Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin.Tingginya demam, insufisiensi
plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan
efek buruk terhadap janin. Baik malaria P. vivax dan P. falciparum dapat menimbulkan
masalah bagi janin, akan tetapi jenis infeksi P. falciparum lebih serius.(Dilaporkan
insidensinya mortalitasnya l5,7% vs 33%)
Patogen bakteri yang ditularkan dalam hubungan seksual. Bakteri klamidia ini hanya
bias hidup di dalam sel hidup dan transmisi terjadi melalui kontak seksual secara
langsung atau pernaasan saat lahir. (Bourcier,Seldler,1987). Wanita berusia di bawah
20 tahun dan aktf secara seksual memiliki kemungkinan terinfeksi 2-3 kali lipat lebih
besar daripada wanita usia 20-29 tahun. Peran bakteri ini daam menceuskan aborsi
spontan, persalinan premature, BBLR, dan endometritis. Kematian neonates karena
penyakit ini 10 kali lebih sering disbanding wanita yng tidak terinfeksi. Efek infeksi ini
kemudian mencakup salpingitis, kehamilan ektopik, penyakit radang panggul,
infertilitas dan sterilitas.
2.Gonore
Disebabkan oleh Neisseria gonorrohoeae suatu jenis bakteri diplokokus. Ditularkan
melalui kontak langsung dengan lesi terinfeksi dan secara tidak langsung melalui
benda mati atau fomites. Self inoculation sering terjadi melalui tangan yang
terkontaminasi. Gejala ringan wanita yang terkena gonore tak terduga di traktus
genetalia bagian bawah. Peride inkubasi ialah 2-5 hari. Gejala infeksi mencakup
disuria, rabas purulen hijau kuning, nyeri tekan servikal, vulvovaginitis, bartolinitis, dan
perdaran pascakoitus. Bukti yang meningkat menunjukkan bahwa infeksi gonokokus
berhubungan dengan kelahiran premature, rupture membrane dan korioamnionitis
(Brunham,Holmes, Embree, 1990).Ceftriaxon merupakan terapi yang dianjurkan
ddengan dosis tunggal.
3.Siflis
Disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum setelah suatu peride inkubasi
beberpa minggu. Sifilis yang tidak segera ditangani pada tahap primer dan sejunder
menyebabkan bayi lahit mati. Tahap tersier dan tahap laten sifilis yang tidak diobati
menyebabkan sifilis sekunder pada bayi baru lahir. Penisilin lebih dianjrkan untuk
pengobatan sifilis, sementara untuk yang alergi penisilin
cairan
tubuh
(missal
darah,
semen,
peristiwa
perinatal)
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti terhambatnya pertumbuhan janin,
kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi
cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa
diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas,
demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai
saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
h. Risiko ibu nifas dengan penyakit Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi. Preeklamsia-eklamsia bias mempredisposisi ibu mengalami
komplikasi yang lenih letal, seperti solusio plasemta,DIC,perdarahan otak, dan gagal
ginjal akut (Cosensusu, Report,1990) Klasifikasi yang paling umum dipakai saat ini
untk hiperteni selama kehamilan adalah preeklamsia-eklamsia(berat atau ringan),
Hipertensi kronis(sudah ada sebeum hamil), Hipertensi kronis dengan preeklamsiaeklamsia, Hipertensi sementara.
1. Preeklamsia
Suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada
wanita yang sebelumya memiliki tekadanan darah normal. Jenis hipertensi pada
kehamilan yang paling berbahaya adalah Preeklampsia atau di sebut juga keracunan
kehamilan. Diagnosis preeklamsia secar tradisional didasarkan pada adanya
hipertensi disertai proteinuria atau edema.
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi rotein sebesar 0,1 g/L (>2+ dengan cara
dipstick) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kal specimen urine yang
dikumpulkan dengan jarak 6 jam.
Edema tdak perlu menjadi dasar diagnosis preeklamsi (Sibai,Rodriguez,1992). Edema
divaluasi sebagai reflek edema organ akhir dan kemungkinan hipoksia organ
Akan tetapi temuan yang paling penting ialah hipertensi , dimana 20% pasien eklmsia
tidak mengalami proteinuria yang berarti sebelum serangan kejang pertama
(Willis,Blanco,1990)
2. Eklamsiai sertai tanda dan gejala preekalmsia
Terjadinya konvulsi tau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia.
Konvulsia atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neorologis.
3. Hipertensi Kronis
Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebh dari 6 minggu pascapartum juga
diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.
4. Hipertensi kronis disertai preeklamsia-eklamsia
Ibu yang mengalami hipertensi kronis bias mengalami preeklamsia atau eklamsia.
Trjadinya preeklamsia atau eklamsia pada ibu hipertensi kronis meningkatkan
morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. ACOG merekomendasikan suaya
diagnosis preeklamsi pada hipertensi kronis ini dibuat berdasarkan peningkatan
tekanan darah yang disertai proteinuria atau edema umum (Cosenus, Report, 1990)
5. Hipertensi sementara
Merupakan perkembangan hipertensi selama hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa
tanda preekalmsia atau hipertensi kronis lain. Kehadira hipertensi sementara
kemungkinan bias menjadi hipertensi esensial di kemudian hari.
i. Risiko ibu nifas dengan penyakit Diabetes
Diabetes Melitus merupakan gangguan sistemik pada metabolism kerbohidrat, protein
dan lemak. Diabetes Melitus ditandai dengan hiperglikemi yang diakibatkan produksi
insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Apabila insulin tidak cukup atau tidak
efektif glukosa brakumulasi di aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemi
menyebabkan hipermolaritas pada darah sehngga terjadi dehidrasi dan peningatan
volume darah. Akibatnya ginjal mensekresi urne dalam volume yang besar sebagai
uapaya menyeimbangkan cairan dalam tubuh.
Wanita hamil yang menderita penyakit DM ini memiliki resiko mengalami komplikasi.
Tingkat komplikasi secara langsung berhubugan dengan control glukosa wanita
sebelum konsepsi dan selama masa hamil. Dan komplikasi dipengaruhi oleh
komplikasi diabetic sebelumnya. Komplikasi maternal sehubungan dengan adanya
diabetic adaah :
1. Abortus spontan
Hal ini terjadi lebih sering apada wanita diabetic dan aborsi ini berhubungan dengan
control glikemia yang buruk pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal
kehamilan (Cambs,Kitzmiller,1991;Rosenn,dkk,1991)
2. Hipertensi akibat kehamilan
Terjadi dua kali lebh sering selama masa hamil diabetic. Insiden tertinggi terjadi pada
wanita yang sebelumnya mengalami perubahan vascular terkait dengan diabetes
(Cunningham,dkk.,1993;Mayer, Palmer,1993)
3. Hidramnion
Suatu kelebihan cairan amnionik sebesar 2000 ml trjadi sekitar 10 kali lebih sering
dalam kehamlian diaberik. Hidramnion yang menyebabkan distensi uterus yang
berlebihan , meningkatkan resiko rupture membrane premature, persalinan premature,
dan hemorargi pascapartum.
4. Infeksi
Infeksi pada wanita diabetic bersifat serius karena infeksi ini dapat menyebabkan
peningkatan retensi insulin dan ketoasidosis. Infeksi juga dapat mempresipitasi
persalinan premature. Angka infeksi pascaprtum wanita diabetic lima kali lebih besar
daripada wanita normal (Stamler,1990)
5. Ketoasidosis
Dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi. Terjadi sering pada trimester 2 dan 3 yakni
efek disbetogenik pada jekamilan paling besar karena resistansi insulin meningkat.
Karena tidak dapat menggunakan glukosa untuk enghasilkan energy tubuh mula
memecah lemak dan jaringan otot. Akibat metabolisme lemak, badan keton diproduksi
oleh hati dan berakumulasi di dalam darah (ketosis) dan dibunag ke urine (ketonuria).
Jumlah cairan yang besar hilang akibat dieresis osmotic yang disebabkan dehidrasi
atau ketidakseimbangan elektrolit.
12. Menggali Riwayat kesehatan keluarga (keadaan/penyakit yang pernah di derita oleh
keluarga pasien
a. Penyakit Jantung
Penyakit Jantung bawaan dalam bahasa medis disebut dengan stenosis aorta ini
merupakan penyempitan pada jalan keluar ventrikel kiri pada katup aorta ataupun area
tepat dibawah atau atas katup aorta mengakibatkan perbedaan tekanan antara
ventrikel kiri dan aorta. Kejadian penyakit jantung yang diturunkan dari orang tua ke
anak tidak banyak, yakni sekitar 2 5 %. Namun, bila kedua orang tua menderita
Penyakit Jantung Bawaan , kemungkinan untuk mengalaminya akan meningkat
menjadi 7 %. Penyakit Jantung Bawaan dapat dicegah dengan cara rajin berolahraga
dan mengkonsumsi makanan yang sehat.
b. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite malaria.
Parasit ini disebarkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang menjadi host dari
parasite ini. Setelah menggigit, parasite di transfer ke penderita dan menyebar melalui
darah ke hati, dimana mereka akan berkembang menjadi dewasa dan membentuk
merosit. Kemudian parasite ini akan masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi sel
darah merah penderita. Malaria bisa diturunkan di dalam kandungan dan bisa
disebarkan melalui transfuse dengan darah yang mengandung parasite tersebut.
c. Hepatitis
Hepatitis B Carier adalah orang yang terkena virus hepatitis dari garis keturunan, atau
yang diturunkan dari orangtua. Hepatitis B bisa diturunkan oleh ibu yang mengidap
virus hepatitis B pada anak melului media darah. Darah pada jarum suntik bekas,
jarum tato, alat medis dokter gigi, alat rumah tangga ( sikat gigi atau pisau cukur ),
transfuse darah, dapat menjadi media penular hepatitis B.
d. IMS
Infeksi Menular Seksual ( IMS ) slah satu penyebarannya bisa melalui hubungan
seksual dengan pasangannya yang sudah tertular. Penularan IMS juga dapat melalui
transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi IMS. IMS seringkali tidak
menampakan gejala, terutama pada wanita.
e. HIV/AIDS
HIV/AIDS bisa ditularkan melalui cairan darah melalui transfuse darah yang tercemar
HIV lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai secara
bergantian. HIV/ AIDS juga bisa ditularkan melalui cairan sperma dalam hubungan
seks penetrative ( penis masuk ke dalam vagina / anus ), tanpa menggunakan
kondom. Penularan ini juga dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan
melahirkan lewat vagina kemudian menyusui bayinya, kemungkinan ini hingga 30%.
f. Asma
Penyakit asma merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,
kakek atau nenek menderita penyakit asma maka akan diturunkan ke anak. Penyakit
asma bukan penyakit menular tetapi keturunan. Berdasarkan data Badan Kesehatan
Dunia ( WHO ), sebanyak 300 juta orang di dunia mengidap penyakit asma dan 225
ribu orang meninggal karena penyakit asma.
g. TBC
Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetic, karena penyakit TBC bukanlah
penyakit turunan. Hanya karena penularannya adalah melalui percikan dahak yang
mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat dengan penderita TBC dapat
tertular.
h. Diabetes
Diabetes dipengaruhi oleh faktor keturunan. Seseorang yang kedua orang tuanya
menderita diabetes sudah hamper dipastikan juga akan menderita diabetes. Diabetes
Melitus merupakan gangguan sistemik pada metabolism kerbohidrat, protein dan
lemak. Diabetes Melitus ditandai dengan hiperglikemi yang diakibatkan produksi
insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Apabila insulin tidak cukup atau tidak
efektif glukosa brakumulasi di aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemi
menyebabkan hipermolaritas pada darah sehngga terjadi dehidrasi dan peningatan
volume darah.
13. Menggali riwayat psikososial
Tanggapan ibu terhadap kelahiran bayinya dan tanggapan keluarga/suami
terhadap kelahiran bayinya.
Untuk mengetahui tanggapan seorang ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya :
1.Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
a. Ibu dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
b. Ibu bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
c. Ibu dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
d. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
2. Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
a. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga maupun ibu karena jenis kelamin yang
tidak sesuai keinginan.
b. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
c. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapat perhatian.
d. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam
membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
e. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat. Anak yang dilahirkan
merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib bagi
keluarga.
Rencana merawat bayi
Orang tua ditanyakan sudah memiliki gambaran bagaimana untuk merawat anak atau
belum?
Rencana merawat bayi baru lahir harus dipikirkan untuk kedepannya, yaitu meliputi
observasi berkesinambungan, rencana untuk pemeriksaan fisik bayi, pemberian
makan, pengkajian eliminasi, pemeriksaan darah (blood work), uji tapis, dan
pengobatan. Bidan harus dapat mengobservasi tanda-tanda bahwa ibu dan anggota
keluarga lain siap untuk mengemban tanggungjawab merawat bayi baru lahir.
Dukungan keluarga/suami terhadap perawatan bayi dan pemberian ASI
Menanyakan apakah ibu mendapat dukungan dari suami/keluarga lain dalam
perawatan bayi dan pemberian ASI?
Bidan dan pemberi perawatan kesehtan lain adalah sumber dukungan menyusui yang
penting dalam periode pasca partum selain keluarga. Dukungan dari keluarga/suami
untuk merawat dan pemberian ASI sangat penting karena akan menumbuhkan rasa
percaya diri pada ibu untuk terus memberikan perawatan yang terbaik dan dalam
pemberian ASI dapat lancar. Karena pengeluaran ASI juga dipengaruhi oleh psikologis
ibu. Bila ibu merasa kurang percaya diri untuk pemberian ASI pada anaknya maka ASI
juga akan sulit untuk dikeluarkan uuntuk anakya. Sehingga dukungan keluarga/suami
sangat penting untuk ibu pascapartum.
Apabila seorang ibu, tidak mendapat dukungan dari keluarga/suami maka tugas bidan
lah untuk mendampingi ibu dalam pproses menyusui.
Rencana Menyusui
Rencana menyusui menjadi salah satu bahan anamnesa yang dilakukan oleh bidan,
pola penanyaan apakah ibu akan menyusui bayinya dengan ASI eksklusif dari umur
bayi 0-6 bulan, biasanya rencana menyusui ini akan lengkap dengan penjelasan bidan
kepada ibu tentang manfaat ASI.
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan perlu ditanyakan karena untuk mengetahui siapa yang diberi
kewenangan klien mengambil keputusan apabila ternyata bidan mendiagnosa adanya
keadaan
patologis
bagi
kondisi
kehamilan
klien
yang
memerlukan
adanya
Riwayat lingkungan memberikan data tentang lingkungan rumah klien dan segala
sistem pendukung yang anggota keluarga dan klien dapat digunakan. Riwayat
lingkungan misalnya mengidentifikasi pemajanan polutan yang dapat mempengaruhi
kesehatan, tingkat kriminalitas yang tinggi sehingga menghambat klien untuk berjalanjalan sekitar lingkungan rumah dan sumber yang dapat membantu klien dalam kembai
ke komunitas
Anggota keluarga yang tinggal serumah
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang hubungan
kekeluargaan langsug dan hubungan darah.Sasaranya untuk menentukan apakah
klien berisiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk
mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Riwayat keluarga juga memberikan informasi tentang struktur keluarga,interaksi, dan
fungsi yang mungkin berguna dalam merencanakan asuhan. Sebagai contoh,
keluarga yang akrab suportif dapat menjadi dapat menjadi sumber dalam membantu
klien menyesuaikan diri terhadap penyakit atau kecacatan dan harus dilibatkan ke
dalam rencana perawatan.
14. Menggali Riwayat Ekonomi
Aspek status ekonomi :
-
perlu melakukan anamnesa mengenai status ekonomi pasien, agar bidan akan lebih
mudah untuk melakukan komunikasi saat konseling maupun penyuluhan
berdasarkan status ekonomi keluarga pasien. Sebagai contoh, misalnya ketika
sedang berhadapan dengan pasien yang berlatar belakang ekonomi rendah, bidan
melakukan komunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana, serta ketika
memberikan solusi terhadap keluhan pasien, bidan juga perlu memperhatikan
-
dengan status ekonomi rendah, solusi dari keluhan pasien tersebut dapat dilakukan.
Menciptakan pelayanan kesehatan yang terjangkau
Pemberian pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan status ekonomi. Bidan
perlu memperhatikan status ekonomi dari pasien yang akan ia tangani, hal ini akan
berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang akan pasien dapatkan. Pasien dengan
status ekonomi yang rendah, seharusnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang
lebih terjangkau dan tidak memberatkan keluarga, namun pelayanan yang diberikan
diamjurkan
mengandung 50-60% karbohidrat, lemak 25- 35% dari total makanan, protein yang
diperlukan adalah 10-15%, vitamin dan mineral untuk melacarkan metabolisme tubuh.
Mengonsumsi makanan tambahan, wanita normal memerluka 1800 kalori/hari, maka
diperlukan tambahan kalori pada 6 bulan pertama 800 kalori/hari, 6 bulan selanjutnya
500 kalori/hari, dan di tahun kedua 400 kalori/hari.
Asupan cairan 3liter/hari, 2 liter didapatkan dari air minum dan 1 liter dari cairan yang
ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain.
b. Personal hygien: Kebersihan genetalia, mengganti pembalut
Kebersihan genetalia :
a) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air
yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke
belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang mnempel di sekitar vagina baik
itu dari seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi
pada luka jahitan.
b) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat
berfungsi sebagai penghilang kuman.
c) Bila ibu benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan
antiseptik selama 10 menit. Lakuka setelah BAK atau BAB.
d) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru.
Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau
e) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik yang
diresepkan oleh dokter.
c. Pakaian: bahan menyerap keringat, BH menyangga
Memakai pakaian yang berbahan menyerap keringat.
Menggunakan BH yang tidak terlalu ketat dan bersifat menyangga serta jangan
menggunakan BH yang ada kawatnya.
Gunakan celana dalam yang berbahan katun.
d. Pemberian ASI on demand, cara menyusui, perawatan payudara.
Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi (on demand).
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusi bayi
dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menetukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui nbayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain( kencing, kepanasan atau kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada
awalnya, bayi tidak memiliki pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Memberi ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eksklusif).
WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan
a) Inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi
b) ASI eklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau
minuman
c) ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap
malam
d) ASI deiberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot
e) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak
bersama anak
f) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang
Menyusui dengan cara yang baik dan benar.
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskanpada puting dan
disekitar putting payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban putting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah( agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan).
c. Satu lengan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokkan kepala bayi).
DAFTAR PUSTAKA
V.Walsh, Linda.Buku Ajar Kebidanan Komunitas.2007.Jakarta: EGC.
Sumber :
Bobak,dkk.1996. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta. EGC