You are on page 1of 54

ANAMNESIS PADA IBU NIFAS

Disusun guna memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Nifas

Disusun Oleh :
Kelompok 2
D-3 Tingkat 2 Semester 3

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2014

ANAMNESIS PADA IBU NIFAS


1. Menanyakan identitas ibu
a. Nama pasien: nama harus jelas, sesuai akta lahir, dan lengkap.

Untuk

mempermudah bidan dalam mengetahui pasien, untuk memastikan bahwa yang


diperiksa benar-benar pasien yang dimaksud sehinga dapat diberikan asuhan
yang sesuai dengan kondisi pasien, selain itu juga dapat mempererat hubungan
antara bidan dan pasien sehingga dapat meningkatkan rasa percaya pasien
terhadap bidan. Kesalahan identifikasi dapat berakibat fatal, baik secara medis,
etika maupun hukum.
b. Umur, untuk mengetahui apakan pasien memiliki kehamilan yang berisiko atau
tidak, sehingga jika pasien berisiko dapat diantisipasi sedini mungkin.kadangkadang digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk
memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas
untuk umur tertentu.
c. Suku dan bangsa, untuk mengetahui kebudayaan dan perilaku/kebiasaan pasien,
apakah sesuai atau tidak dengan pola hidup sehat. Berhubungan dengan
kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan dengan ras/suku
bangsa tertetu. Kepercayaan dan tradisi dapat menunjang atau menghambat
hidup sehat.
d. Agama, untuk memotivasi pasien dengan kata-kata yang bersifat religius,
terutama pada pasien dengan gangguan pskologis.
e. Pendidikan, untuk mengetahui jenjang pendidikan pasien maupun suami
sehingga bidan dapat menggunakan kata-kata yang sesuai dengan jenjang
pendidikan pasien/suami. Misalnya, penggunaan bahasa pada pasien yang
pendidikan terakhirnya hanya Sekolah Dasar tentu saja berbeda dengan pasien
f.

yang pendidikan terakhirnya S1 Kimia.


Pekerjaan, untuk mengetahui keadaan ekonomi pasien, sehingga saat diberikan

asuhan dapat disesuaikan dengan kondisi ekonominya.


g. Nomor telepon, untuk mempermudah bidan dalam memberikan asuhan dan
menghubungi pasien dan suami. Keluarga dekat yang mudah dihubungi, untuk
mempermudah bidan dalam memberikan asuhan jika terjadi keadaan gawat
darurat dan jika pasien dan suami sulit dihubungi.
h. Alamat harus jelas dan lengkap agar sewaktu-waktu dapat dihubungi, misal :
dalam keadaan gawat. Setelah pasien pulang mungkin perlu kunjungan nantinya.
Daerah tempat pasien tinggal juga mempunyai arti epidemiologis, misal : resiko
penyakit malaria.
2. Menanyakan Identitas suami meliputi nama,
pendidikan, pekerjaan dan alamat rumah.

umur, agama, suku/bangsa,

Nama suami, bertujuan untuk mempermudah bidan dalam mengetahui


pendamping pasien, mengenal suami pasien sehingga bidan dapat berhubungan
baik tidak hanya dengan ibu tetapi juga dengan suami. Dengan mengenal suami

pasien bidan juga akan lebih mudah dalam memberikan asuhan.


Umur suami, umur suami menentukan kematangan dalam kesiapan menjadi
seorang ayah. Secara psikologis umur suami yang semakin matang diharapkan
dapat lebih mengerti tentang kondisi istri dan bidan juga dapat berkomunikasi

sesuai dengan kondisi pasien.


Agama, untuk memotivasi pasien dengan kata-kata yang bersifat religius, bila
bidan ingin memberikan asuhan secara religi, bidan dapat tepat memberikan

asuhan sebagaimana sesuai dengan keyakinan yang dianutnya.


Suku/bangsa, untuk mengetahui kebudayaan dan perilaku/kebiasaan, apakah

sesuai atau tidak dengan pola hidup sehat.


Pendidikan, untuk mengetahui jenjang pendidikan suami sehingga bidan dapat
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan jenjang pendidikan suami.
Misalnya, penggunaan bahasa pada pasien yang pendidikan terakhirnya hanya
Sekolah Dasar tentu saja berbeda dengan pasien yang pendidikan terakhirnya

S1 Kimia.
Pekerjaan, untuk mengetahui keadaan ekonomi pasien, sehingga bidan dapat

memberikan asuhan yang sesuai.


Nomor telepon dan alamat, untuk mempermudah bidan dalam memberikan

asuhan, memantau dan menghubungi suami.


3. Menggali Keluhan Utama atau alasan datang
Setiap pasien yang datang ke bidan pasti mempunyai alasan, sehingga menggali
keluhan utama atau alasan datang adalah hal yang harus ditanyakan. Menggali
keluhan utama atau alasan datang bertujuan untuk mengetahui keluhn yang yang
mendorong seorang pasien datang ke bidan atau dokter serta untuk menggali lebih
dalam mengenal keluhan pasien, baik diri sisi penyakit maupun perspektif atu further
exploration. Keluhan utama berbeda dengan alasan datang, alasan datang pasti akan
berobat atau berkonsultasi, sedangkan keluhan utama lebih spesifik dari alasan
datang contohnya mengenai penyakitnya atau masalah psikososialnya.
4. Menggali Riwayat Perkawinan
a. Usia pada saat menikah
Tujuannya untuk mengetahui usia awal ibu saat menikah. Apakah secara fisik dan
psikologis ibu sudah siap menikah. Karena hal ini akan sangat berkaitan dengan
trauma psikologis ibu. Bagi ibu yang tidak siap nikah, baik dari segi fisik dan
psikologis, akan cenderung memiliki gangguan traumatis yang bersifat seumur hidup.
Ini akan sangat berpengaruh pada perilaku ibu dalam perawatan bayinya.
b. Lama menikah dan pernikahan ke___
Tujuannya adalah untuk mengetahui berapa lama usia perkawinan ibu dan mengkaji
bagaimana interaksi ibu dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya, ibu nifas baru

menikah sekali dan usia nikahnya sudah 10 tahun, tetapi baru melahirkan anak
pertama. Dari kasus ini, bisa kita kaji beberapa hal: apakah anak yg dilahirkan adalah
anak yang sangat ditunggu, apakah ibu nifas tidak berhubungan harmonis dengan
suami atau suami yang berada jauh dari ibu nifas, apakah pasangan tersebut
mengalami gangguan dalam fertilisasi.
c. Status perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga ibu nifas. Apakah ibu nifas menikah atau tidak, ini
berhubungan dengan dukungan dari orang-orang sekitarnya di masa nifas. Bila ibu
tidak menikah, secara psikologis ia tidak memiliki dukungan yg cukup dari semua,
sehingga sangat rentan mengalami post-partum blues dan kejadian trauma psikologis
lainnya.
Apakah status pernikahan ibu nifas sah/tidak, ini berhubungan dengan kondisi
pasangan saat ini. Pasangan yang tidak mendapat respon baik dari sekitarnya, akan
cenderung menutup diri dan tidak mau berinteraksi. Kehidupan rumah tangga yang
tertutup akan memicu terjadinya KDRT.
5. Riwayat Kehamilan Terakhir
a. Periksa hamil berapa kali dan dimana
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini

mungkin

semenjak

ia

merasa

dirinya

hamil

untuk

mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas


mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan
kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan
trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga
(28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan (Saifuddin, 2005).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara
ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan
ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas
kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu
hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Pentingnya mengetahui dimana pemeriksaan antenatal dilakukan, berhubungan
dengan kualitas perawatan kehamilan. Kualitas perawatan kehamilan merupakan
salah satu upaya dalam penurunan angka kematian, pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat difokuskan pada tiga pesan
kunci Making Pregnancy Saver yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
penanganan komplikasi obstetrik dan neonatal, serta pencegahan kehamilan tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi abortus (Sujudi, 2002). Untuk dapat
memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dibutuhkan
tenaga kesehatan terampil yang didukung tersedianya sarana dan prasarana yang
memadai (Azwar, 2002)
b. Keluhan selama hamil (masing-masing trimester) dan mengatasinya
1. Nausea
Nausea lebih kerap terjadi pada asaat perut dalam keadaan kosong sehingga lebih
parah pada pagi hari. Julah puncak nausea dan muntah pada wanita hamil adalah
pada usia kandungan 11 minggu dengan lama kira-kira lima sampai 6
minggu.biasanya nausea berakhir pada trimester kedua.

Nausea dan muntah

yang hebat dan menetap hingga setelah kehamilan trimester pertama dapat
mengindikasikan hiperemesis gravidarum atau mola hidatidosa. Untuk mengurangi
nausea caranya yaitu :
a. Makan porsi kecil, sering, bahkan setiap dua jam karena hal ini mudah
dipertahankan dibanding makan prosi besar tiga kali sehari.
b. Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur di pagi
hari.
c. Jangan menyikat gigi setelah selesai makan untuk menghindari stimulasi
d.
e.
f.
g.

refleks gag.
Minum minuman yang mengandung karbonat, khususnya gingerale.
Hindari makanan yang beraroma kuat atau menyengat.
Batasi lemak dalam diet makanan.
Menganjurkan mengkonsumsi pirodoksin (B6) dengan dosis 25 mg QID atau 50
mg

BID.

Apabila

mengkonsumsi

masih

doksilamin,

mengalami

mual

dipasaran

terkenal

dan

muntah

dengan

disarankan

merk

unisom.

Perbandingan obat yang diberikan adalah piridoksin 50 mg dan satu tablet


unisom menjelang tidur untuk piridoksin 25 mg BID; atau 25 mg piridoksin dan
satu setengah bagian tablet unisom TID. Efek samping dari obat ini adalah
mengantuk.
2. Ptialisme (salivasi berlebihan)
Terjadi karena peningkatan keasaman di dalam mulut atau peningkatan asupan zat
pati yang menstimulaso kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi

berlebihan. Kondisi berlangsung terus menerus dan menjadi suatu siklus karena
bukan saja saliva yang berlebihan yang membuat rasa mual semakin kuat, tetapi
keinginan untuk menghindari nausea juga mengakibatkan pasien menelan lebih
sedikit makanan sehingga jumlah saliva di dalam mulut meningkat.
3. Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama, namun alasannya belum diketahui.
Metode untuk meredakannya adalah meyakinkan bahwa keletihan adalah hal yang
normal dan akan hilang secara spontan pada trimester kedua. Ibu diancurka untuk
istirahat pada sianghari. Latihan ringan dan nutrisi yang baik juga dapat membantu
mengatasi keletihan.
4. Nyeri punggung
Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan
ukuran payudara, yang membuat payudara semakin berat. Pembesaran ini dapat
mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak disokong dengan baik. Cara untuk
mengurangi nyeri yaitu dengan menggunakan bra yang berukuran sesuai ukuran
payudara. Bra yang baik karakteristiknya yaitu :
a. Bahan bra menyokong dengan baik, berpori, lembut dan mudah dicuci.
b. Bra memiliki bentuk yang mencegah penekanan dan iritasi pada payudara dan
putting, sekaligus memberi sokongan yang pas.
c. Tali bahu yang lebar dan mudah disesuaikan.
d. Tali belakang yang lebar dan sejumlah kait pengencang yang mudah
disesuaikan.
e. Penyokong dari bawah ke atas dan dari samping ke arah dalam.
Selain itu, nyeri punggung pada kehamilan terjadi akibat pertumbuhan uterus yang
menyebabkan perubahan postur, dan juga pengaruh hormon relaksin terhadap
ligamen.

Untuk

mengurangi

rasa

tidak

nyaman

tersebut

dapat

dengan

mempertahankan postur yang baik, menggunakan posisi yang tepat ketika


mengangat sesuatu yang berat dan tidak terlalu lama berdiri.
5. Leukorea
Sekresi ini dimulai dari trimester pertama. Sekresi bersifat asam, meskipun bakteri
pada sekresi ini dapat melindungi janin dan ibu, namun apat menjadi medium yang
mempercepat pertumbuhan organisme yang menyebabkan vaginitis. Upaya untuk
mengatasinya yaitu memperhatikan kebersihan tubuh pada daerah kewanitaan dan
mengganti panty berbahan katun dan sebainya tidak menggunakan douch atau
semprot untuk menjada kebersihan area genitalia.
6. Peningkatan Frekuensi Berkemih
Terjadi pada dua kali selama periode antepartum. Frekuensi berkemih selama
trimester pertama akibat berat fundus uterus yang membuat ithmus menjadi lunak
(tanda hegar) dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Frekuensi
berkemih pada trimester ketiga karena bagian presentasi kepala masuk ke dalam
panggul dan menimbulkan tertekanna kandung kemih. Cara untuk mengurangi

frekuensi berkemih yaitu dengan menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi dan
mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam sehingga wanita tidak perlu bolakbalik ke kamar mandi.
7. Nyeri Ulu Hati
Timbul menjelang akhir trimester dan bertahan hingga trimester ke tiga.
Penyebabnya yaitu relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengarug
peningkatan hormon progesteron, penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi
aibat relaksasi otot halus yang disebakan oleh peningkatan jumlah progesterond
dan tekanan uterus, serta tidak ada ruang fungsional untuk lambanung atau
perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar. Saran yang dapat
diberikan untuk mengatasi nyeri ulu hati terdiri :
a. Makan dalam porsi kecil tetapi sering, untuk menghindari lambung menjadi
penuh.
b. Mempertahankan postur tubuh yang mampu memberikan ruang lebih besar
untuk lambung. Postur tubuh membungkuk tidak disarankan.
c. Regangkan tangan melampaui kepala untuk memberikan ruang pad perut.
d. Hindari makanan yang berlemak karena mengurangi motilitas usus dan sekresi
asam lambung yang dibutuhkan untuk pencernaan.
e. Hindari minum bersamaan dengan dengan makan karena cairan cendrung
menghambat asam lambung.
f. Hindari makanan dingin dan makanan pedas.
g. Upayakan minum susu murni dibandingkan susu manis.
8. Perubahan Payudara
Seringkali payudara menjadi lebih lunak dan terasa penuh akibat perubahan
hormonal. Terjadi peningkatan hormon estrogen yang merupakan alat untuk
penyimpanan lemak sebagai persiapan laktasi. Sirkulasi vaskular meningkat, puting
susu membesar, dan terjadi hiperpigmentasi areola.
9. Kram tungkai
Kram merupakan kontraksi tiba-tiba pada otot betis. Sering terjadi pada kehamilan
trimester ketiga. Kram ini dapat disebebkan oleh penurunan kadar kalsium
terionisasi dalam serum dan peningkatan kadar fosfat (Davis, 1996). Untuk
mengurangi kram tungkai di malam hari, bidan dapat menganjurkan ibu untuk
melakukan latihan peregangan tungkai sebelum tidur. Mengurangi asupan susu,
minuman ringan, dan makanan siap santap dapat mengurangi terjadinya kram
tungkai. Ketika terjadi kram, ibu dianjurkan untuk menekuk kaki ke arah yang
berlawanan.
10. Sakit Kepala
Ibu hamil sering mengeluh sakit kepala selama hamil disebabkan oleh perubahan
hormonal, sinusitis, tegangan pada mata, keletiham dan perubahan emosional
(Peterson & Scotland 1994). Apabila sakit kepala terjadi pada trimester ketiga dan
disertai

dengan

peningkatan

tekanan

darah

mengindikasikan pre-ekslamsi pada kehamilan.

dan

disertai

proteinurea

ini

11. Konstipasi
Konstipasi pada kehamilan diduga disebabkan karena efek relaksasi progesteron
yang menyebabkan terjadinya motilitas usus, peningkatan absorbsi air kolonik,
kompresi usus bagian bawah oleh uterus, pemberian tablet zat besi secara oral.
Diet tinggi serat dan asupan cairan yang memadai supaya feses tetap lunak dan
memudahkan defekasi. Bidan harus menanyakan erubahan frekuensi dan
konsistensi defekasi pada ibu hamil. Jika konstipasi bersifat resisten dapat
menyebabkan hemoroid yang dapat menimbulkan rasanyeri dan perdarahan.
c. Adakah patologi dalam kehamilan
1. Anemia
Anemia adalah istilah umum yang digunakan untuk defisiensi pada kuantitas atau
kualitas sel darah merah (SDM), yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pembawa- oksigen darah (Sweet, 1997).
a. Anemia defisiensi zat besi
Kebutuhan zat besi pad kehamilan secara signifikan meningkat sebagai akibat
peningkatan kebutuhan maternal dan janin.
Tanda dan gejala :
Kebanyakan wanita yang mengalami defisiensi zat besi adalah asimtomatik.
Mereka yang dating dengan gejala keluhan keletihan, kurang energi, atau kunang
kunang. Ibu dengan anemia berat dapat juga dapat juga mengalami dispnea dan
palpitasi. Pemeriksaan fisik dapat mengidentifikasi membrane mukosa pucat.
b. Anemia Megaloblastik
Kebanyakan anemia megaloblastik yang ditemukan di Amerika Serikat adalah
akibat defisiensi asam folat. Kebutuhan folat meningkat secara drastis pada
kehamilan, dan defisiensi dapat terjadi pada ibu yang tidak mengkonsumsi protein
hewani atau sayur sayuran hijau.
Tanda dan gejala :
Kebanyakan ibu dengan anemia megaloblastik asimtomatik. Identifikasi faktor
risiko, terutama penggunaan alcohol berat, dapat ,membantu dokter dalam
mengidentifikasi penyebab anemia. Anemia berat dapat dikaitkan dengan keletihan,
dan defisiensi vitamin B12, dapat dikaitkan dengan gejala neurologis, termasuk
kehilangan proprioseptif ekstermitas bawah dan kehilangan indra penciuman
(Aldreoli et at., 1997)
c. Anemia herediter
1) Hemoglobinopati Sel Sabit
Ibu dengan sifat sel sabit (AS) mengalami peningkatan morbiditas karena ISK dan
anemia defiesiensi folat dan zat besi yang menyertai. Sifat sel sabit adalah tipe
hemoglobinopati paling umum, yang terjadi dalam 1dari 12 individu berkult hitam
atau keturunan Mediterania.
Tanda dan gejala :

Tanda dan gejala serupa pada mereka dengan anemia lain dan bergantung pada
beratnya anemia. Pada kasus berat pasien mengeluh keletihan, dispnea, dan
palpitasi, serta membrane mukosa pucat.
2) Talasemia
Talasemia adalah determinan genetic gangguan hematologis yang dikarakteriskkan
oleh gangguan kecepatan produksi satu atau lebih rantai peptide yang ditemukan
dalam globin (Gant dan Cunningham, 1993).
Tanda dan gejala :
Anemia bentuk ringan sering asimtomatik. Skrinning hitung darah komplet sering
menunjukkan Hb 30% sampai 35% dan hitung retikulosit meningkat sampai 10%
sampai 20%.
2. Preeklamsia/ Eklamsia
Respon imun abnormal, gangguan endokrin, predisposisi genetic, kelebihan atau
kekurangan nutrisi, dan gangguan ginjal semua diajukan sebagai berperan dalam
terjadinya preeklamsia. Banyak sumber menyetujui bahwa penyebab preeklamsia
adalah multifactor.
Tanda dan gejala :
Preeklamsia ringan (TD diastolic <110 mmHg) sering asimtomatik. Dugaan pertama
terjadinya penyakit ini adalah temuan peningkatan TD selama pemeriksaan
prenatal. Proteinuria dan edema adalah dua temuan klasik lain pada preeklamsia.
Namun, proteinuria adalah temuan lanjut. Meskipun edema konsisten dengan
proses penyakit, sulit untuk membedakan edema normal pada kehamilan dari
edema awal yang dikaitkan dengan preeklamsia. Adanya penambahan berat badan
tiba tiba lebih dari 1 kg per minggu pada trimester dua kehamilan yang tidak
dapat dijelaskan oleh asupan diet harus dipertimbangkan sebagai tanda edema
sampai terbukti demikian.
3. Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis dianggap ada pada 2% sampai 5% kehamilan. Hipertensi ringan
sampai sedang pada kehamilan tidak meningkatkan risiko ibu tetapi dikaitkan
dengan IUGR janin dan kematian janin. Faktor risiko untuk hipertensi kronis
meliputi usia lebih dari 35 tahun, riwayat keluarga hipertensi, ras kulit hitam,
penyalahgunaan alcohol, dan patologi dasar ginjal atau kardiovaskuler. Konstributor
utama untuk hipertensi adalah aterosklerosis.
Tanda dan gejala :
Individu dengan hipertensi mungkin mengalami kemajuan penyakit ke titik penyakit
organ akhir di jantung, otak, dan ginjal. Pada kasus ini tanda dan gejala akan
konsisten dengan derajat gangguan organ.
4. Prolaps Katup Mitral
Prolaps Katup Mitral (PKM) diperkirakan terjadi pada 6% populasi dan dapat terjadi
pada 12% sampai 17% ibu usia subur. Prevalensi pada ibu memuncak pada usia
20 sampai 29 tahun dan paling rendah pada usia 50 sampai 59 tahun. Meskipun

telah ada banyak tulisan mengenai PKM secara umum, terdapat keterbatasan
pengetahuan tentang efek perubahan kardiovaskuler akibat kehamilan terhadap
PKM. PKM dapat menjadi penyakit fungsi primer atau patologi sekunder yang
diikaitkan dengan gangguan jaringan penyambung atau penurunan ukuran ventrikel
kiri (Cowles dan Gonik, 1990).
PKM adalah pembesaran satu atau kedua katup mitral, paling umum katup
posterior.
Tanda dan gejala :
Kebanyakan ibu hamil dengan asimtomatik. Namun, bebarapa ibu mungkin
mengalami peningkatan palpitasi, aritmia, dan nyeri dada, terutama pada aktivitas
fisik.
5. Asma
Diperkirakan kira kira 1% sampai 4% kehamilan dikomplikasi oleh asma (Clark et
al, 1993). Selama decade akhir, prevalensi, morbiditas, dan mortalitas asma
meningkat, mungkin karena polusi udara, kurangnya kualitas udara di dalam
rumah, dan meningkatkan pemajanan pada kimiawi baru setiap hari dalam
kehidupan. Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan napas yang
dikarakteristikkan oleh penggundulan epitel jalan napas, deposisi kolagen di bawah
dasar membrane jalan napas, edema, aktivitas sel mast, dan inflamasi infiltrasi sel
(National Heart, Lung and Blood Institude, 1997). Asma dapat dikaitkan dengan
peningkatan risiko kelahiran preterm, BBLR, mortalitas neonates, hiperemesis
gravidarum, perdarahan vaginal, dan preeklamsia.
Tanda dan gejala :
Gejala meliputi pemendekan napas, perasaan sesak di dalam dada, mengi, dan
keluhan memburuknya gejala pada malam hari, dengan aktifitas fisik, atau
pemanjaan pada iritan yang diketahui.
6. Infeksi Saluran Kemih
Perubahan anatomis dan fisiologis pada kehamilan meningkatkan risiko ISK. ISK
pada kehamilan dikaitkan dengan berat badan lahir rendah, persalinan, dan
kelahiran preterm, hipertensi/preeklamsia, anemia maternal, dan amnionitis.
Tanda dan gejala :
Gejala sistitis meliputi disuria yang disebabkan oleh inflamasi dinding kandung
kemih dan uretra dan urgensi berkemih serta inkomtinensia yang disebabkanoleh
iritabilitas otot destrumsor. Nyeri tekan suprapubik dan ketidaknyamanan pinggang
mungkin ada. Sedimen pada urine mengandung banyak leukosit polimorfonuklear,
bakteri, dan darah.
Tanda dan gejala pielonefritis meliputi malaise umum, demam, dan menggigil, nyeri
pinggang hebat, takikardia, dan hipotensi bila septikermia terjadi signifikan. Mual
dan muntah mungkin ada.
7. Diabetes Gestasional (Intoleransi Glukosa dalam kehamilan)

Diabetes mellitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat


dalam kehamilan) (Gerner et al, 1997, hlm. 190). Diperkirakan pada 0,15% sampai
12,3% wanita hamil didiagnosis mengalami diabetes gestasional. Faktor risiko
meliputi usia ibu lebih dari 35 tahun, DMG sebelumnya, kehamilan bayi sebelumnya
>4000g, kehilangan janin sebelumnya yang tidak jelas sebabnya, riwayat keluarga
tentang diabetespada kerabat derajat pertama, obesitas, dan kelahiran anak
sebelumnya dengan anomaly congenital. DMG dikaitkan dengan glikosuria dan
polihidramnion. DMG dapat dikaitkan dengan peningkatan morbiditas ibu dan
neonates. Makrosomia dengan komplikasi jangka panjang, atau persalinan macet,
kelahiran dengan forcep atau vakum, distosia bahu, dan seksio sesarea lebih
umum terjadi pada DG, bahkan dengan glukosa darah terkontrol baik. Namun,
Spellacy dan rekan (1985) menemukan bahwa hanya 5,1% bayi dengan berat
badan lahir lebih dari 4500g lahir pada ibu dengan uji toleransi glukosa darah
abnormal. Dalam sampel mereka 44% bayi makrosomik lahir pada ibu dengan
berat badan lebih dari 90 kg, dan 10,8% lebih dari gestasi 42 minggu. Temuan ini
menunjukkan bahwa obesitas dan kehamilan lewat waktu lebih berkaitan erat
dengan makrosomia daripada DGM.
Tanda dan gejala :
Meskipun kebanyakan ibu dengan DGM asimtomatik, beberapa mengalami
penambahan berat badan berlebihan dan glukosuria.
8. Diabetes Tipe I dan II pada kehamilan
Diabetes pragestasi dikaitkan dengan anomaly janin dan kehilangan kehamilan dini.
Hasil janin ini dikaitkan dengan diabetes tipe I berisiko tinggi melahirkan bayi kecil
untuk usia gestasi karena keterlibatan vascular yang menimnulkan penurunan
perfusi uteroplasental. Ibu dengan diabetes tipe II berisiko tinggi melahirkan bayi
makrosomik, khususnya bula mereka gemuk. Ibu dengan diabetes juga berisiko
tinggi mengalami gangguan hippertensif kehamilan dan infeksi. ISK dapat menjadi
masalah tertentu.
Tanda dan gejala :
Tanda dan gejala klasik diabetes tidak terkontol meliputi poliuria,polidipsia, nokturia,
dan penurunan berat badan semua umum pada trimester pertama kehamilan.
Lebih umum, terutama pada diabetes tipe II, kondisi ini asimtomatik.
9. Infeksi Papilomavirus Manusia
Kutil genital pling sering disebabkan oleh HPV tipe 6 atau 11. Virus mengidentifikasi
epithelium skuamosa, yang menghasilkan lesi yang berbeda yang disebut kutil
genital atau kondilomata akuminata. Lesi datar dapat ditemukan pada serviks.
Tanda dan gejala :
Ibu mungkin mengeluh benjolan pada area vagina. Kutil vagina dan serviks serta
infeksi subklinis mungkin asimtomatik.
10. Infeksi Trikomoniasis

Trikomoniasis disebabkan oleh T. vaginalis, suatu protozoa. Studi terakhir


menemukan kaitan antara Trikomoniasis dan ketuban pecah dini dan kelahiran
premature. (Cotch et al.,1997)
Tanda dan gejala :
Meskipun Trikomoniasis mungkin asimtomatik pada wanita, kebanyakan ibu hamil
mengeluh adanya rabas hijau kekuningan atau abu abu, dan berbau busuk.
Banyak ibu juga mengalami iritasi vulva berat.
11. Pedikulosis Pubis (Kutu Pubis)
Kutu pubis adalah parasit kecil seperti kotak yang hidup di pubis dan rambut
perianal. Parasit ini ditemukan juga di rambut aksila, tubuh, dan paha.
Tanda dan gejala :
Ibu yang terinfeksi biasanya mengeluh gatal pada area anogenital. Ia juga datang
memeriksakan diri setelah pasangannya atau anggota kerabat lain terdiagnosis
mengidap kutu.
d. Riwayat minum jamu/ obat obatan tertentu
1. Jamu
Penggunaan jamu atau herbal pun tidak disarankan pada ibu hamil dan menyusui
terutama

mengingat

belum

banyak

penelitian

yang

menyatakan

keamanan

penggunaan herbal pada wanita hamil dan menyusui.


Jamu merupakan ramuan tradisional yang dibuat dari bahan bahan alami berupa
bagian dari tumbuhan seperti rimpang(akar-akaran), daun-daunan, kulit batang,dan
buah. Ada juga yang menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing
atau tangkur buaya.
Adapun jamu biasanya diminum sebagai alternatif pengobatan yang bersifat herbal
atau alami. Manfaat dari jamu banyak sekali. Salah satunya dapat digunakan untuk
mengatasi pegal linu, demam, batuk, diare, panas dalam, melancarkan haid dan
menambah nafsu makan. Berdasarkan pengalaman dan beberapa referensi berikut
efek negatif yang ditimbulkan minum jamu saat hamil:
a. Menyebabkan keguguran, untuk jamu kunir asam yang bersifat membersihkan
dinding rahim, maka untuk ibu hamil muda perlu berhati hati, karena janin belum
terlalu kuat menempel pada dinding rahim dan dapat beresiko menyebabkan
keguguran.
b. Mengeruhkan air ketuban, jamu memiliki endapan yang yang mengeruhkan air
ketuban sehingga menyebabkan ketuban menjadi kental bahkan berwarna
kehijauan dan akan membahayakan jika sampai terhirup oleh janin.
c. Kulit janin berlapis atau berkerak, ini karena endapan jamu jika jamu dikonsumsi
secara rutin.
d. Plasenta lengket
e. Kelainan jantung, jamu juga bisa menyebabkan kelainan pada jantung, salah
satunya adalah kebocoran jantung, terutama jika dikonsumsi saat hamil muda.
Jenis jenis jamu :

a. Jamu beras kencur


Jamu beras kencur berkhasiat dapat menghilangkan pegal- pegal pada tubuh dan
sebagai tonikom atau penyegar. Beras kencur juga bias meringankan batuk dan
merupakan seduhan tepat untuk jamu batuk.
Bahan baku :
Beras, kencur, biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kayu keningar,
kunir,gula merah, dan gula putih.
b. Jamu cabe puyang
Biasa disebut sebagai jamu pegal linu. Artinya untuk menghilangkan cikalen, pegal,
dan linu linu di tubuh, terutama pegal pegal di pinggang. Namun adapula yang
mengatakan minuman ini menghindarkan dari kesemutan, menghilangkan keluhan
badan panas dingin atau demam. Seorang penjual jamu mengatakan bahwa minuman
ini baik diminum oleh ibu yang sedang hamil tua dan bayi yang lahir jika minum jamu
cabe puyang secara teratur akan bersih dan bau tidak amis. Jamu cabe puyang
mengandung zat besi dan berkhasiat untuk menambah butiran darah merah bagu
yang kurang darah atau anemia.
Bahan baku :
Cabe jamu dan rimpang lempuyang, adas, pulosari, rimpang kunir, biji kedawung,
keningar dan asam kawak. Pemanisnya yaitu gula merah dicampur gula putih
dibubuhkan sedikit garam.
c. Jamu kudu laos
Khasiat jamu kudu laos adalah untuk menurubkan tekanan darah. Tetapi, ada pula
yang mengatakan untuk memperlancar peredaran darah, menghangatkan badan,
membuat perut terasa nyaman, menambah nafsu makan, melancarkan haid, dan
menyegarkan badan.
Bahan baku :
Buah mengkudu, rinpang laos, merica, asam kawak, cabe jamu, bawang putih,
kedawung, garam secukupnya, gula jawa , dan gula pasir.
d. Jamu kunyit
Jamu kunir asam atau jamu adem ademan atau seger segeran yang dapat
diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi
dingin. Adapula yang mengatakan untuk menghindarkan dari panas dalam atau
sariawan. Seorang penjual jamu mengatakan jamu ini tidak baik dikonsumsi oleh ibu
hamil muda sehubungan dengan sifatnya yang memperlancar haid.
Bahan baku :
Buah asam, kunyit, sinom (daun asam muda), temulawak, biji kedawung, dan air
perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis gula merah, gula putih, dan sedikit garam.
e. Jamu sinom
Manfaat, bahan baku, dan cara pembuatannya tidak beda jauh dengan jamu kunyit.
Perbedaannya hanya terletak pada tambahan bahan sinom.
f. Jamu pahitan
Jamu pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu
mengatakan kegunaan utama jamu ini adalah untuk gatal gatal, kencing manis,

kurang nafsu makan, cuci darah, menghilangkan bau badan, menurunkan kolestrol,
perut kembung/ sebah, jerawat, pegal, dan pusing.
Bahan baku :
Sambiloto, brotowali, widoro laut, doro putih, babakan pule, adas atau empon
empon, dan rempah rempah.
g. Jamu kunci Suruh
Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu ibu untuk emngobati
keluhan keputihan (fluor albus). Manfaat lain untuk merapatkan bagian intim wanita
(vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut, serta menguatkan
gigi.
Bahan baku :
Rimpang kunci, daun sirih, buah asam yang masak, buah delima, buah pinang, kunci
pepet, majakan, jambe, manis jangan, kayu legi, beluntas, kencur, gula merah, gula
pasir, dan garam.
h. Jamu uyup uyup/ Gepyokan
Digunakan untuk mengingkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang
menyusui. Khasiat lain untuk menghilangkan bau badan, baik pada ibu maupun anak
dan mendinginkan perut.
Bahan baku :
Kencur, jahe, bangle, laos, kunir, daun katu, temulawak, puyang, temugiring, dan gula.
2. Obat obatan
Wanita yang cerdas akan mengumpulkan banyak informasi mengenai kondisi
kesehatannya, terlebih ketika mengetahui kondisi kehamilannya memerlukan obatobatan tertentu untuk memulihkan kesehatan. Karena tidak pernah ada jaminan
bahwa obat yang dikonsumsi aman bagi setiap orang, maka ada baiknya sebelum
mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Untuk mengetahui obat-obatan yang aman untuk janin ketika di konsumsi oleh ibu
hamil, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat membuat kategori obatobatan berdasarkan tingkat keamanannya terhadap janin:
a. Kategori A: penelitian pada manusia di trimester 1 tidak menunjukan kelainan
terhadap janin (belum ada bukti pada trimester 2 dan 3)
b. Kategori B: penelitian pada hewan percobaan tidak menunjukan efek terhadap janin
dan penelitian terhadap manusia masih belum menunjukan bukti yang jelas. Atau
pada hewan percobaan menunjukan kelainan janin, sedangkan pada manusia tidak
menunjukan kelainan janin sama sekali di semua trimester.
c. Kategori C: penelitian pada hewan percobaan menunjukan kelainan janin, tetapi
pada manusia belum menunjukan bukti yang jelas. Tetapi manfaat obat lebih tinggi
dibandingkan potensial resiko yang terjadi.
d. Kategori D: penelitian pada manusia menunjukan bukti kelainan yang jelas pada
janin. Tetapi manfaat obat lebih tinggi dibandingkan potensi resiko yang terjadi.
e. Kategori X: penelitian pada manusia menunjukan kelainan pada janin. Dan tingkat
bahayanya lebih besar daripada manfaatnya.

Secara singkatnya adalah:


a.
b.
c.
d.
e.

Kategori A = Aman untuk janin


Kategori B = Cukup aman untuk janin
Kategori C = Digunakan jika perlu, kemungkinan bisa ada efek samping pada janin
Kategori D = Digunakan jika darurat, bisa terjadi efek samping pada janin
Kategori X = Tidak pernah digunakan dan sangat berbahaya bagi janin
Obat apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil?
a. Boleh
1) Obat-obatan yang termasuk dalam kategori A dan B aman untuk dikonsumsi ibu
hamil.
2) Jika anda sedang berobat ke tenaga kesehatan, baik itu bidan, mantri (perawat),
dokter umum, ataupun dokter spesialis, selalu beritahukan jika anda sedang hamil
agar obat-obatan diganti dengan yang aman terhadap janin.
3) Jika terpaksa membeli obat sendiri, selalu lihat kategori kehamilan dari kandungan
obat tersebut.
b. Tidak Boleh
1) Obat-obatan yang termasuk dalam kategori C dan D bisa berbahaya bagi janin dan
hanya digunakan dalam kondisi darurat dan pada kondisi yang bisa mengancam
nyawa ibu.
2) Obat-obatan yang termasuk dalam kategori X sangat berbahaya bagi janin dan
tidak pernah digunakan pada ibu hamil.
Tips Aman :
a. Untuk yang mengalami masalah kembung atau pencernaan yang tidak lancar, Anda
bisa mengkonsumsi obat simethicone untuk meredakan gas di dalam lambung.
b. Bila Anda flu atau batuk, Anda boleh mengkonsumsi obat flu dan batuk jenis sirup
seperti guaifenesin atau vicks vaporub untuk melegakan pernafasan. Namun ingat,
beberapa obat untuk flu mengandung alkohol jadi Anda bisa mengkonsumsinya
secara terpisah atau tidak mengkonsumsi sama sekali. Hindari produk obat yang
mengandung decongestan, pseudoephefrine dan phenylephrine karena dapat
menimbulkan efek negative pada pembuluh darah menuju plasenta.
c. Obat yang aman dikonsumsi selama hamil lainnya adalah acetaminophen, yang
membantu Anda mengatasi sakit kepala atau demam.
d. Untuk wanita yang memiliki alergi bisa mengkonsumsi obat jenis chlorpheniramine
atau antihistamin tetapi jangan memakai decongestan berbentuk semprotan lebih
sering dari yang disarankan karena bisa menimbulkan kerusakan pada saluran
nafas jika terlalu sering dipakai.
e. Ketika hamil Anda sering mengalami konstipasi, hemorroids atau diare? Maka Anda
bisa menggunakan laxative, dulcolax, anti diare untuk membantu mengatasi
f.

masalah tersebut.
Bagi mereka yang punya masalah dengan jamur bisa memakai obat salep jenis
miconazole, tioconazole, butoconazole dan butenafine untuk membantu mengatasi
masalah tersebut. Itulah tadi beberapa obat yang aman dikonsumsi selama hamil.

Namun, untuk keamanan dan kenyamanan masa kehamilan, sebaiknya Anda


berkonsultasi dulu dengan ahlinya sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi
obat-obatan tersebut.
6. Riwayat Persalinan Terakhir
Kala satu persalianan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan
lengkap (10 sentimeter). Hal ini disebut tahap pembukaan serviks.
Komponen data dasar untuk menentukan kesejahteraan ibu dan janin selama kala
satu persalinan adalah sebagai berikut.
1. Evaluasi terus-menerus terhadap setiap temuan signifikan yang diperoleh dari
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pelvis dan pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan selama evaluasi awal terhadap ibu dan janin dalam persalinan.
2. Evaluasi kemajuan persalinan.
3. Evaluasi perilaku dan responsnya terhadap persalinan dan orang terdekat wanita
tersebut.
4. Evaluasi terus-menerus terhadap kenormalan persentasi janin, posisi dan variasi
dan adaptasi janin terhadap pelvis.
5. Evaluasi denyut jantung janin.
6. Evaluasi perubahan fisiologis pada ibu.
7. Penapisan terus-menerus terhadap tanda dan gejala komplikasi obstetrik dan
kesejahteraan janian yang meragukan.
Kala dua persalianan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri dengan
kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi.
Data dasar untuk menentukan kesejahteraan ibu dan janin selama kala dua persalinan
merupakan kelanjutan data dasar yng dikumpulkan dan dievaluasi selama kala satu
persalinan. Komponen data dasar tersebut termasuk hal-hal berikut:
1. Kontinutas evaluasi setiap temuan yang sigifikan dari riwayat, pemeriksaan fisik,
pelvis dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan selama evaluasi awal ibu dan
2.
3.
4.
5.

janian dalam persalinan.


Kontinutas evaluasi kemajuan persalinan.
Kontinutas evaluasi pada janin.
Kontinutas evaluasi pada ibu.
Kontinutas penapisan tanda dan gejala komplikasi obstetrik dan gawat janin.

Rerata durasi kala satu dan kala dua persalianan


Tanpa konduksi anestesi
Konduksi anestesi
Kala satu (jam)
Kala dua (menit) Kala satu (jam)
Kala dua (menit)
Rerata nulipara
8,1
54
10,2
79
Rerata multipara 5,7
19
7,4
45
Semua perbedaan rerata signifikan secara statistik (P<0,0001)
Kala tiga persalinan dimulai saat proses perlahiran bayi selesai dan berakhir dengan
lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga
persalinan berlangsung rata-rata antara 5 dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal

kala tiga sampai 30 menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih lama
dari 30 menit, terutama antara 30 dan 60 menit.
Komponen data dasar dalam menetapkan keadaan wanita selama kala tiga persalinan
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Evaluasi berkelanjutan setiap temuan bermakna sebelumnya.


Evaluasi kemajuan persalinan.
Evaluasi berkelanjutan pada ibu.
Skrining tanda dan gejala perdarahan kala tiga.

Kala empat persalinan mengidentifikasikan jam pertama pascapartum ini perlu


diamati dan dikaji dengan ketat. Bidan memiliki tanggung jawab selama kondisi ini
untuk hal-hal berikut:
1)
2)
3)
4)
5)

Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan.


Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina, dan perineum.
Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran, dan tali pusat.
Pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi.
Evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan fisiologis yang mengindikasikan
pemulihan.

Keadaan Bayi
Keadaan bayi baru lahir dapat dilihat dengan melakukan pemeriksaan terhadap bayi
baru lahir. Komponen pemeriksaan bayi baru lahir yang lengkap terdiri dari tiga
bagian: (1) riwayat bayi baru lahir, (2) pengkajian usia kehamilan, dan (3) pemeriksaan
fisik.
Faktor medis dan perinatal serta dampak pada neonatus
Faktor
Faktor medis ibu
Penyakit jantung
Diabetes
Penyakit ginjal
Hipertensi

Kemungkinan implikasi pada bayi baru lahir


Hipoksia intrauteri kronis
Besar masa kehamilan; trauma; hiperbilirubinemia;
lahir mati
Permaturitas; IUGR
Retardasi pertumbuhan;

permaturitas;

abrupsio

plasenta
Transmisi perinatal
Sindrom putus zat pada neonatus
Anemia; ikterus; hidrops fetalis
Sindrom genetik

Penyakit menular seksual


Penyalah gunaan zat
Rh atau isoimunisasi lain
Riwayat keguguran sebelumnya
Faktor pranatal
Tidak ada perawatan pranatal
Perdarahan selama kehamilan
Ketidaksesuaian ukuran-usia
Hipertensi akibat kehamilan
Diabetes gestasional
Polihidramnion

Penyalahgunaan zat oleh ibu; tak ada dukungan sosial


Defek plasenta; defek previa
Retriksi pertumbuhan; bayi baru lahir besar; trauma
Retriksi pertumbuhan; permaturitas
Makrsomia; trauma lahir
Masalah ginjal pada neonatus; ketidakmampuan

Oligohidramnion

menelan
Defek pada

amniotic

band;

sindrom

dehidrasi;

Infeksi
Faktor perinatal
Persalinan kurang

kelainan pada ginjal/ kandung kemih neonatus


Transmisi bakteri
bulan/lewat

RDS; asfiksia

bulan
Persalinan memanjang
Penggunaan obat pada persalinan
Gawat janin
Peningkatan suhu ibu
Persentasi/posisi janian abnormal
Cairan
amnion
bercampur

Trauma pada neonatus


Gawat pernapasan neonatus
Asfiksia
Penularan infeksi perinatal
Trauma neonatus
Pneumonia akibat aspirasi mekonnium

mekonium
Pecah ketuban yang lama
Perdarahan berlebihan pada saat

Penularan infeksi perinatal


Hipovolemia bayi baru lahir; hipoksia

persalinan
Prolaps tali pusat
Hipotensi maternal
Asidosis janin

Asfiksia
Asfiksia
Asidosis bayi baru lahir

Informasi yang dikumpulkan melalui observasi


Pengajian usia gestasi
Karakteristik kulit
Maturitas genetalia (wanita)
Sikap
Lanugo

Pengkajian fisik
Warna tubuh pusat dan perifer
Tonus otot
Karakteristik tangisan
Karakteristik pernapasan
Proporsi tubuh dan pembentukan bagianbagian tubuh yang terlihat
Kontur abdomen
Adanya rambut, kuku tangan dan kuku kaki
Kesimetrisan mata; gerakan mulut, lengan,
kaki
Adanya genetalia eksternal normal
Tulang belakang lurus, utuh

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar
atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Maryuni, 2009;
Rukiyah, 2010). Syarat ibu dan bayi yang dapat di rawat gabung Bayi dan ibunya yang
dapat dirawat gabung harus memenuhi syarat atau kriteria antara lain : usia kehamilan
>34 minggu dan berat lahir >1800 gram (berarti berarti refleks menelan dan
menghisapnya sudah membaik), nilai APGAR pada lima menit pertama minimal 7,
tidak ada kelainan kongenital yang memerlukan perawatan khusus, tidak ada trauma
lahir atau morbiditas lain yang berat, dan bayi yang lahir dengan sectio caesarea yang
menggunakan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar,
misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Apabila pembiusan secara spinal, bayi dapat

segera disusui. Apabila ibu masih mendapat infus, bayi tetap dapat disusui dengan
bantuan petugas, dan ibu dalam keadaan sehat (Prawirohardjo, 2008; Maryuni, 2009).
6. Menggali Riwayat Obstetri
1) Jumlah Kehamilan
Jumlah kehamilan ditanyakan untuk mengetahui seberapa besar pengalaman klien
tentang kehamilan. Apabila klien mengatakan bahwa saat ini adalah kehamilan
yang pertama, maka bidan harus secara maksimal memberikan pengetahuan
kepada klien tentang bagiaamana merawat kehamilannya dengan maksimal.
a) Menanyakan ibu melahirkan anak yang keberapa :
Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama
kalinya.
Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.
Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama
kalinya.
Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable
beberapa kali ( sampai 5 kali ).
Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih,
hidup atau mati.
( Sinopsis Obstetri, 1998 : 91-92 )
2) Jumlah persalinan
Spontan/buatan?
Aterm/Premature?
Kapan kelahiran?
Melahirkan dimana?
Siapa yang menolong?
Apakah ada masalah saat persalinan?
3) Jumlah keguguran
Tanyakan kepada klien apakah ia pernah kegguguran atau tidak. Sebab apabila
pernah mengalami keguguran dalam riwayat persalinan sebelumnya akan beresiko
untuk mengalami keguguran pada kehamilan berikutnya (keguguran berulang).
Bidan perlu mengetahui bila pasien pernah mengalami keguguran, maka bidan
perlu mananyakan pada usia berapa dan penanganan apa yang sudah didapatkan
pasca abortus.
4) Jumlah Anak yang Lahir Hidup
Untuk mengetahui pernah tidaknya klien mengalami keguguran, apabila pernah
maka pada kehamilan berikutnya akan beresiko mengalami keguguran kembali.
Serta apabila jumlah anak yang hidup hanya sedikit dari kehamilan yang banyak,
berarti kehamilannya saat ini adalah kehamilan yang sangat diinginkan.
Bidan perlu mengetahui jenis kelamin anak yang lahir hidup, berat badan saat
kelahiran, kondisi anak pada saat ini, dan apakah ada kecacatan pada anak.
5) Anak yang Lahir Premature
Untuk mengidentifikasi apabila pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya
maka dapat menimbulkan resiko persalinan prematur berikutnya.
f.

Persalinan Dengan Tindakan

Induksi persalinan
Persalinan dari vagina dengan alat bantu, seperti ekstraktor vakum atau forsep

Induksi persalinan adalah dimulainya persalinan secara buatan. Biasanya persalinan


diinduksi dengan memberikan hormon yang membuat rahim berkontraksi lebih sering
dan lebih kuat. Pemberian dilakukan menggunakan infus sehingga jumlah obat yang
diberikan dapat diatur dengan tepat. Jika terjadi kontraksi rahim yang terlalu kuat atau
terlalu dekat, maka pemberiannya perlu dihentkan, karena kontraksi rahim seperti itu
bisa membahayakan janin dan meningkatkan rasa nyeri pada ibu yang melahirkan.
Oleh karena itu, selama proses induksi dan persalinan, kondisi ibu dan janin akan
terus dipantau dengan ketat. Jika proses induksi persalinan tidak berhasil, maka bayi
akan dilahirkan melalui operasi cesar.
Masalah-masalah pada kehamilan yang biasanya membutuhkan induksi persalinan
antara lain tekanan darah tinggi dengan adanya protein pada air kemih (preeklampsia) pada ibu hamil atau adanya tanda-tanda bahwa kondisi janin tidak baik.
Persalinan tidak diinduksi jika wanita memiliki riwayat pembedahan pada rahim,
riwayat operasi cesar, atau memiliki herpes genitalia aktif. Persalinan juga tidak
diinduksi jika janin tidak berada dalam posisi yang normal, janin berukuran terlalu
besar, atau jika plasenta melekat pada posisi yang tidak benar.
Persalinan Melalui Vagina dengan Bantuan Alat
Persalinan melalui vagina dapat dibantu dengan menggunakan alat, yaitu ekstraktor
vakum atau forsep. Ekstraktor vakum terdiri dari mangkuk kecil yang terbuat dari
bahan seperti karet yang terhubung dengan sebuah vakum. Alat ini dimasukkan ke
vagina dan dilekatkan ke kepala janin dengan menggunakan hisapan vakum. Saat
rahim berkontraksi dan ibu mengedan, dokter atau bidan akan menarik dengan
perlahan untuk membantu melahirkan bayi. Jika persalinan dengan ekstraksi vakum
telah dicoba dan tidak berhasil, maka biasanya akan dilakukan operasi cesar. Ekstrasi
vakum bisa membuat pembengkakan kecil pada kepala bayi, yang akan menghilang
dengan cepat. Mangkok penghisap juga dapat membuat memar pada kulit kepala bayi
atau menyebabkan perdarahan pada mata bayi (perdarahan retina). Selain itu, risiko
terjadinya distosia bahu dan jaundice juga meningkat. Tindakan ini tidak dilakukan jika
usia kehamilan kurang dari 34 minggu, karena kepala bayi masih terlalu lunak.
Forsep adalah alat yang terbuat dari besi dan berbentuk seperti sendok besar dengan
bagian tepi yang bulat dan pas untuk mengelilingi kepala janin. Forsep diletakkan hatihati di kepala bayi dan disatukan pada bagian pegangannya. Saat rahim berkontraksi
dan ibu mengedan, dokter akan menarik bayi secara perlahan-lahan untuk membantu
melahirkan bayi. Forsep dapat meninggalkan sedikit jejas pada wajah bayi, tetapi jejas
ini akan menghilang dengan sendirinya. Pada kasus yang jarang, pemakaian forsep
dapat membuat bayi memar atau dapat juga membuat robekan pada daerah antara
vagina dengan anus (perineum). Melahirkan dengan ekstraksi vakum atau forsep
dapat dilakukan pada situasi-situasi berikut :
a. Ketika janin dalam bahaya dan harus segera dilahirkan

b. Ketika ibu mengalami kesulitan dalam mengedan


c. Ketika persalinan berlangsung lama
d. Ketika ibu memiliki gangguan (misalnya gangguan jantung) yang membuat ibu tidak
disarankan untuk mengedan terlalu kuat
Operasi Cesar
Operasi cesar adalah tindakan pembedahan untuk melahirkan bayi dengan membuat
sayatan pada perut dan rahim ibu. Operasi cesar dilakukan jika dipertimbangkan lebih
aman untuk ibu, bayi, atau keduanya jika bayi dilahirkan dengan operasi cesar
dibandingkan dengan persalinan melalui vagina, misalnya pada situasi-situasi berikut :
a. Ketika proses persalinan berlangsung lama
b. Ketika janin berada dalam posisi yang abnormal, misalnya sungsang
c. Ketika detak jantung janin tidak normal, menandakan adanya gawat janin
d. Ketika terjadi perdarahan vagina yang berlebihan, menandakan bahwa plasenta
mungkin telah terlepas dari rahim lebih cepat
e. Ketika ibu memiliki riwayat lebih dari satu kali operasi cesar sebelumnya
Jika seorang wanita memilih untuk melahirkan secara normal (melalui vagina) setelah
dulunya pernah sekali menjalani operasi cesar, maka ia harus tetap merencanakan
persalinan dilakukan di rumah sakit yang dilengkapi dengan peralatan untuk operasi
cesar, karena hanya sekitar 60-80% persalinan normal yang berhasil dilakukan oleh
wanita yang pernah sekali menjalani operasi cesar. Selain itu, masih terdapat risiko
yang untuk terjadinya robekan pada rahim.
g. Riwayat Perdarahan
Perdarahan Post Partum (Perdarahan Pasca Persalinan)
Perdarahan post partum atau perdarahan pasca persalinan adalah salah satu
penyebab kematian ibu melahirkan. Tiga faktor utama penyebab kematian ibu
melahirkan adalah perdarahan post partum atau perdarahan pasca persalinan,
hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Perdarahan menempati
prosentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%). Di berbagai negara paling sedikit
seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya
berkisar antara kurang dari 10-60 %. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup
setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun selanjutnya akan mengalami
kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan
yang berkepanjangan (WHO).
Definisi Perdarahan Post Partum
Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan post partum adalah perdarahan
melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
Kehilangan darah pasca persalinan seringkali diperhitungkan secara lebih rendah
dengan perbedaan 30-50%. Kehilangan darah setelah persalinan per vaginam ratarata 500 ml, dengan 5% ibu mengalami perdarahan > 1000 ml. Sedangkan kehilangan
darah pasca persalinan dengan bedah sesar rata-rata 1000 ml.

Perkembangan terkini, perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai 10%


penurunan hematokrit sejak masuk atau perdarahan yang memerlukan transfusi
darah.
Kejadian Perdarahan Post Partum
Kejadian perdarahan pasca persalinan atau perdarahan post partum sekitar 10-15%
(4% pasca persalinan per vaginam dan 6-8% pasca persalinan bedah sesar).
Klasifikasi Perdarahan Post Partum
1. Perdarahan post partum dini (early postpartum hemorrhage) adalah perdarahan
yang terjadi setelah bayi lahir dalam 24 jam pertama persalinan.
2. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage)

adalah

perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan, kurang dari 6 minggu pasca
persalinan.
Penyebab Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir,
retensio plasenta, sisa plasenta, inversio uteri dan kelainan pembekuan darah.
Gejala Klinik Perdarahan Post Partum adalah lemah, limbung, keringat dingin,
menggigil, hiperpnea, sistolik < 90 mmHG, nadi > 100x/m, Hb < 8 g%.
Diagnosis Perdarahan Post Partum :
a. Atonia uteri
Faktor resiko: over distensi uterus oleh karena polihidramnion, hamil kembar,
makrosomia janin; multi paritas, persalinan cepat atau lama, infeksi, riwayat atonia
uteri, pemakaian obat relaksasi uterus.
Gejala: uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir.
Penyulit: syok, bekuan darah pada serviks atau posisi terlentang akan menghambat
aliran darah keluar.
b. Robekan jalan lahir
Faktor resiko: persalinan per vaginam dengan tindakan, makrosomia janin, tindakan
episiotomi.
Gejala: darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi keras
dan plasenta lengkap.
Penyulit: pucat, lemah dan menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, uterus berkontraksi
dan keras.
Penyulit: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversio uteri akibat tarikan,
perdarahan lanjutan.
d. Retensio sisa plasenta atau ketuban
Gejala: plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap,
perdarahan segera.
Penyulit: uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak kurang.
e. Inversio uteri
Insidensi : 1 dari 2500 kelahiran
Faktor resiko: atonia uteri, traksi tali pusat berlebihan, manual plasenta, plasentasi
abnormal, kelainan uterus dan plasentasi pada fundus.
Gejala: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat, nyeri perut
akut dan syok (30%).

Penyulit: neurogenik syok, pucat dan limbung.


f. Ruptur uteri
Insidensi: 1 dari 2000 kelahiran.
Faktor resiko: riwayat pembedahan uterus sebelumnya, persalinan terhambat,
pemakaian oksitosin berlebihan, posisi janin abnormal, manipulasi uterus dalam
persalinan.
g. Plasentasi abnormal
Paling sering adalah plasenta akreta.
Faktor resiko: riwayat pembedahan uterus sebelumnya, plasenta previa, kebiasaan
merokok, multi grande para.
h. Koagulopati
Koagulopati kongenital dapat menjadi komplikasi pada 1-2 per 10.000 kehamilan.
Penyebab: terapi antikoagulan dan koagulan konsumtif yang disebabkan oleh
komplikasi obstetrik.
i. Endometritis atau sisa fragmen plasenta
Gejala: sub involusi uterus, nyeri tekan perut bawah dan pada uterus, perdarahan,
lokia mukopurulen dan berbau bila disertai infeksi.
Penyulit: anemia dan demam.
Penanganan Umum Perdarahan Post Partum:
1. Selalu siap dengan tindakan gawat darurat.
2. Penatalaksanaan manajemen aktif kala III persalinan.
3. Meminta bantuan/pertolongan kepada petugas kesehatan lain.
4. Melakukan penilaian cepat keadaan umum ibu meliputi kesadaran nadi, tekanan
darah, pernafasan dan suhu.
5. Penanganan syok apabila terjadi.
6. Pemeriksaan kandung kemih, apabila penuh segera kosongkan.
7. Mencari penyebab perdarahan dan melakukan pemeriksaan untuk menentukan
penyebab perdarahan
h. BERAT BAYI LAHIR
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam
rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan panjang
badan 50 cm (Solihin Pudjiadi, 2003:11). Secara umum berat bayi lahir yang normal
adalah antara 3000 gr sampai 4000 gr, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gr
dikatakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Menurut Jumiarni dkk(1995:73), BBLR
adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahirankurang dari 2500 gram
(sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini diakatakan prematurkemudian disepakati disebut
low birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut
tidak selamanya prematur atau kurang bulan tetapidapat cukup bulan maupun lebih
bulan.Menurut Jumiarni dkk (1995:74) klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi
dalam 3 kelompok yaitu bayi

kurang bulan adalah bayi dengan masakehamilan

kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi denganmasa
kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih

bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih. Daripengertian
di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
Prematur murni dan Dismaturitas.
1). Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggudan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan,atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
Penyebabnyaberasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan.
2). Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan
beratbadan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal
inikarena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan danmerupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannyakarena
mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran
mengatur nafas tubuh rehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi
dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti
ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir
rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat
lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan
berat bayi lahir cukup.WHO memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di negara
maju terbesarantara 3 7 % dan di negara berkembang berkisar antara 13 38 %.
Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO
pada tahun 1990 adalah 14 % dari seluruh koheren hidup (Sjahmien Moehji, 2003:20).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatuproses
yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan Internal
Yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, statusgizi ibu
hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.
2. Faktor Lingkungan Eksternal
Yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibuhamil.
3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan
kehamilan atau antenatal care (ANC) (Sri Kardjati. 1985:21).
Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahirantara lain
sebagai berikut :
1. Usia Ibu hamil
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20tahun
merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkandengan
kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999:13). Pada umur yang masih
muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal.

Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat
kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan
sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang
dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi
kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat
mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau
penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain
kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti
diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan (Sitorus, 1999:15). Dalam
proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan
akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul
tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat
kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan
kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.
2. Jarak Kehamilan/Kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana(BKKBN)
jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiranyang
pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi
tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab
kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus, (1999:16),
bahwa risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2
tahun.
3. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlahkelahiran,
dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau
banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita
melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga
anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering
mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi
sungsang ataupun melintang.
4. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yangdilahirkan.
Menurut Sitorus, (1999:63), seorang ibu hamil dikatakan menderitaanemia bila kadar
hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu
hamil menderita anemia.Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan
bayi berat lahirrendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan,
bahkan dapatmenyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut
menderita anemia

berat (Depkes RI, 2002:31). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi
akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap
janin.
5. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada

waktu

pembuahan

dan

selama

hamil

dapat

mempengaruhipertumbuhan janin yang sedang dikandung (Solihin Pudjiadi, 2003:8).


Selain itu giziibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi
ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah
satu cara
untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang palingsering
digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas
(LLA) selama kehamilan.Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi
ibu hamil bisa dilihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999:41). Ibu yang kurus
dan selamakehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun
sampai 10 kg,
mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga
ibuhamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari
berat badan sebelum hamil.Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri
yang dapatmenggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui
resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki
ukuranLingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi
BBLR(Depkes RI:15). Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui status gizi
ibuhamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan
dapatdipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang ekstrim.
6. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasimasalah yang
timbul selama kehamilan, sehingga kdsehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan
yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat
persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera
mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi
yangdikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI,
2000:7).
7. Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya
adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH.Penyakit DM
adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana
mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi
insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya
diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi

mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar,
menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Sitorus, 1999:88).
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya
bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung
tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan
organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat
bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, r`dang iris
mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Sitorus, 1999:97).
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung /eksternal
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta
ketinggian tempat tinggal.
2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan
j.

pengetahuan ibu hamil.


RIWAYAT TANDA BAHAYA NIFAS
Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas,
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Pusdiknakes,2003).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :
1) Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2002)
Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :
a) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio
placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang terjadi
setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post partum. Penyebab
utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta (Prawirohardjo, 2002).
Menurut Manuaba (2005), perdarahan post partum merupakan penyebab penting
kematian maternal khususnya di negara berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :
a) Grandemultipara.
b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
c) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan paksa,
persalinan dengan narkosa.
2) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat
lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu
menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya placenta).

Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Mochtar, 2002) :


a) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7
pasca persalinan.
c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas
kemungkinan adanya :
a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang baik.
b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak karena
kontraksi uterus dengan cepat.
c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama
mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis,
syok septik (Rustam Mochtar, 2002).
2) Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari
1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila
pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi (rustam Mochtar,
2002).
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis,
adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2005).
Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari
seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat
pula perdarahan (Prawirohardjo, 2005).
Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di tambah
dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan
Antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2005).
3) Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas seperti :
Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.
Menurut Rustam Mochtar (2002) gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :
a) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis
Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap
baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada abses.
b) Peritonitis umum

Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat
muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.
4) Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuaba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas, pusing
bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol <> 160 mmHg dan
distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh
anemia bila kadar haemoglobin <>
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas
disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu
kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol <>
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
d) Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar vitaminnya
kepada bayinya.
f) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
g) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan memperlambat proses
involusi uterus.
6) Suhu Tubuh Ibu > 38 C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara 37,20C37,80 C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi,
dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Rustam Mochtar, 2002).
Penanganan umum bila terjadi Demam :
a) Istirahat baring
b) Rehidrasi peroral atau infuse
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d) Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus
waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat
(Prawirohardjo, 2002).
8. Menggali riwayat KB (tempat pelayanan, jenis, lama pakai, alasan berhenti, keluhan)
Alat kontrasepsi merupakan faktor penting dalam kehidupan seorang wanita, dengan
tingkatan kebtuhan yang bervariasi sesuai dengan tahapan dalam rangkaian
kehidupan tertentu, dan sebaiknya dipandang dalam konteks seksual dan kesehatan
reproduksi yang lebih luas. (Roberts 1981).
Kemampuan menikmati dan mengendalikan perilaku seksual dan reproduksi
merupakan unsur penting kesehatan seksual (WHO 1992), tetapi hal ini belum dialami

oleh kebanyakan wanita.Kehamilan yang tidak diharapkan dapat memiliki dampak


jangka panjang terhadap kualitas hidup orang tua dan anak.(DoH 2001).
Peran Bidan dalam Keluarga Berencana
Bidan harus dapat memfasilitasi klien melalui pengetahuan dan pilihan dengan
memberikan informasi dan saran mengenai keluarga berencana yang baik
(UKCC1988).
Isu seputar penggunaan alat kontrasepsi meningkatkan adanya kebutuhan yang tidak
dapat diungkapkan oleh wanita; bidan menjadi factor penentu dalam memanfaatkan
dan

menciptakan

kesempatan

agar

wanita

dapat

menyatakan

kebutuhan

mereka.Kesempatan berdiskusi mengenai persoalan kesehatan seksual mungkin tidak


hanya berpengaruh pada wanita, pasangan dan anak-anaknya, bahkan juga
temannya dan pada akhirnya, mungkin dapat membantu mereka mengambil
keputusan yang tepat terkait dengan kesehatan seksualnya.
Barret et al (2000) menyarankan para professional perawatan kesehatan agar
berasumsi bahwa wanita dapat memulai kembali hubungan seksual setelah
persalinan, kemuadian membahas kontrasepsi.Akan tetapi, dalam waktu 6 minggu
pascapartum,

60%

wanita

tidak

melakukan

hubungan

seksual.

Kontrasepsi

merupakan salah satu cara dari seluruh strategi kesehatan seksual, dan para bidan
harus dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mendorong kesadaran tentang
kesehatan payudara, skrining leher Rahim, dan cara berhubungan seksual yang
aman.
Persoalan seperti penurunan libido, penyesuaian diri saat ,menjadi seorang ibu,
menyusui, ketidaknyamanan perineum, kekeringan vagina, dan citra tubuh, semuanya
dapat mempengaruhi pilihan dan kepatuhan terhadap metode tertentu. Pemahaman
bidan tentang wanita tersebut memungkinkan bidan untuk menghargai pengaruh
implisit, seperti agama, budaya, pergaulan, gaya hidup, usia, motivasi, dan status
social ekonomi yang juga mempengaruhi pilihan ibu. Bidan harus terbiasa dengan
layanan keluarga berencana yang tersedia di area cakupan praktiknya, dan
mengetahui sistem perujukan ke para praktisi yang telah menjalani pelatihan spesialis.
Bounds (1994) menyarankan bahwa penting untuk menghubungkan angka kegagalan
dengan jangka waktu tertentu, seperti pada waktu penggunaan setahun pertama,
karena resiko kegagalan pada sebagian besar metode menurun dari waktu ke waktu.
Ketika membahas angka kegagalan pada wanita, mungkin akan lebih relevan jika
memberikan saran secara tersendiri, yang mempertimbangkan beberapa faktor,
seperti usia, laktasi, frekuensi koitus, dan pentingknya pencegahan kehamilan.
Hatcher dan sejawatnya (1999) menunjukan bahwa pemberian asuhan
mempertimbangkan hal berikut ketika melakukan konseling kontraseptif :
1. Menyadari tentang bias yang ada pada dirinya sendiri.
2. Mengetahui bahwa setiap metode mempunyai baik keuntungan dan kerugian.

3. Mengetahui pentingnya baik keefektifan dan keamanan metode pasien tertentu.


4. Mempertimbangkan kebutuhan perlindungan terhadap infeksi menular seksual
(PMS)/HIV.
5. Mengetahu pentingnya kenyamanan dan kemampuan untuk menggunakan metode
dengan tepat.
6. Mempertimbangkan perlunya negosiasi pasangan untuk penggunaan yang
konsisten.
Pentingnya menggali riwayat KB dalam anamnesa Ibu nifas adalah untuk
memperkirakan pilihan ber-KB yang tepat setelah ibu akan memulai kehidupan
normalnya termasuk memulai rutinitas hubungan intim dengan suaminya.
Tempat Pelayanan
Tempat dimana seorang ibu wanita pernah mengikuti program ber KB merupakan hal
penting yang patut ditanyakan dan dikaji. Karena informasi tersebut dapat kita
gunakan sebagai sumber informasi bila kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai
riwayat ber KB seorang ibu, ini berlaku apabila seandainya ada pasien yang datang
kepada kita yang hendak ber KB namun tidak tahu persis riwayat ber KB nya mungkin
dikarenakan factor pendidikan ibu tersebut yang kurang mengerti atau bahkan tak
peduli dengan apa yang ia alami.
Jenis KB
Mengapa riwayat jenis KB yang digunakan ibu perlu ditanyakan ?karena hal tersebut
dapat menjadi patokan kita dalam memberikan konseling ber KB kepada ibu nifas. Bila
ibu sudah KB sebelumnya dengan suatu metode kontrasepsi dan ibu merasa puas
dan nyaman dengan metode kontrasepsi tersebut maka sarankan metode yang sama
kepada ibu dengan syarat metode KB tersebut juga membawa dampak positif dari sisi
medis.
Lama pemakaian KB, alasan ber KB, dan keluhan selama ber KB
Lama pemakaian KB, alasan ber KB dan keluhan selama ber KB merupakan item
yang saling berkaitan. Semakin lama ibu menggunakan sebuah metode kontrasepsi
semakin kuat pula dugaan bahwa ibu nyaman dan puas dengan metode kontrasepsi
yang pernah ia gunakan. Namun bila penggunaan suatu metode kontrasepsi
berlangsung singkat kemudian ibu menambah alasan penggunaan KB tersebut
dengan disertai dengan keluhan seperti hipertensi (pusing), berat badan bertambah
secara melonjak tajam dan lain sebagainya bidan harus melakukan konseling ber KB
kebada ibu tersebut dengan menjelaskan berbagai macam metode dan alat
kontrasepsi dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Meyakinkan ibu bahwa alat
kontrasepsi yang tepat digunakan oleh ibu dengan kriteria demikian dan kontraindikasi
yang menyertainya agar ibu mau mengikuti saran yang bidan berikan demi kebaikan
ibu di masa yang akan datang.
b. Rencana KB

Rencana KB perlu dikaji karena hal ini termasuk salah satu usaha untuk melancarkan
program dua anak lebih baik.Selain itu penting juga untuk menyelamatkan ibu dari
bahaya hamil dini, karena jarak kelahiran antara anak satu dengan anak berikutnya
minimal adalah 2 tahun.
Pemberian asuhan harus mendiskusikam rencana ibu untuk fertilitas di masa datang
dan memberinya informasi yang membantunya membuat keputusan yang sesuai
dengan keyakinan dan kebutuhan pribadinya. Peggalian pengalaman dengan
penggunaan kontrasepsi sebelumnya memberi perspektif historis tentang apa yang
memuaskan dan apa yang kurang memuaskan. Apabila ibu terlanjur berhubungan
seksual setelah masa nifas usai tanpa adanya perlindungan diri terhadap
kemungkinan terjadinya

kehamilan

dengan

kata lain tanpa

ber

KB dapat

membahayakan kelangsungan ibu dan anak yang dikandungnya kelak. Akan terjadi
komplikasi kehamilan karena ibu termasuk resiko tinggi.Selain dampak fisiologis,
dampak psikologis juga perlu diperhatikan.Dari segi ekonomi dan mental orang tua
juga pastinya belum siap untuk menerima kehamilan beruntun ini.Bagaimana
menghidupi bayinya, bagaimana mencukupi kebutuhan pendidikannya, dan ketakutanketakutan lain yang mungkin datang. Untuk itu, kehamilan beruntun perlu kita
hindarkan dari ibu dengan cara deteksi dini rencana masa depan ibu nifas melalui
anamnesa dan konseling sebagai sarana konsultasi dan promosi.
9. Menggali riwayat pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Makan
Kalori
Salah satu zat atau nutrisi ibu nifas yang dibutuhkan ibu setelah melahirkan adalah
kalori.Kalori sebagai nutrisi ibu nifas sangat dibutuhkan, khususnya pada masa
menyusui.Pada masa menyusui, kebutuhan kalori sekitar 400-500 kalori, sedangkan
wanita dewasa membutuhkan asupan kalori sebanyak 1800 kalori per hari.
Jadi sebaiknya, ibu nifas jangan mengurangi asupan kalori. Jika mengurangi asupan
kalori,

akan

mengakibatkan

terganggunya

proses

metabolisme

tubuh

dan

mengakibatkan kerusakan pada Air Susu Ibu (ASI).


Protein
Salah satu nutrisi yang dibutuhkan ibu nifas adalah protein.Ya, protein merupakan
nutrisi ibu nifas yang tak kalah pentingnya dengan nutrisi ibu nifas lainnya.Untuk ibu
nifas, nutrisi protein yang dibutuhkan sekitar 3 porsi per hari. Jika dilakukan
perbandingan, satu porsi protein setara dengan 3 gelas susu, 2 butir telur, 5 putih telur,
120 gram keju, 1 gelas yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram
tahu, atau 5-6 sendok selai kacang.
Kalsium dan Vitamin D
Salah satu nutrisi ibu nifas yang dibutuhkan adalah kalsium dan Vitamin D. Kalsium
dan Vitamin D sangat bermanfaat untuk proses pembentukan tulang dan gigi. Untuk

mendapatkan asupan kalsium dan Vitamin D, bisa diperoleh dari susu rendah kalori
atau melakukan aktivitas berjemur di pagi hari. Pada masa menyusui, asupan
kebutuhan kaslium meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu porsi kalsium setara
dengan 50-60 gram keju, 1 cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan
sarden, atau 280 gram tahu kalsium.
Magnesium
Salah satu nutris ibu nifas yang tak kalah pentingnya adalah magnesium. Magnesium
dibutuhkan sel tubuh untuk membantu proses gerak otot, fungsi syaraf, dan
memperkuat tulang. Kebutuhan nutrisi magnesium dapat diperoleh dari gandungm dan
kacang-kacangan.Jadi, untuk ibu nifas, konsumsilah makanan yang mengandung
magnesium agar menjaga kesehatan tubuh.
Buah-buahan dan Sayuran Hijau
Salah satu sumberasupan nutrisi ibu nifas adalah sayuran hijau dan buahbuahan.Setidaknya, ibu nifas membutuhkan asupan buah-buahan dan sayuran hijau 3
porsi sehari.Satu porsi setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, brokoli, wortel,
hingga sayuran hijau yang telah dimasak, atau 1 tomat.
Karbohidrat Kompleks
Salah satu nitrisi ibu nifas yang tak kalah pentingnya adalah karbohidrat kompleks.
Selama proses menyusui buah hati, ibu nifas membutuhkan asupan karbohidrat
kompleks sebanyak 6 porsi sehari. Satu porsi karbaohidrat komples setara dengan
cangkir nasi, cangkir jagung, 1 porsi sereal atau oat, 1 iris roti, 2-6 biskuit kering
atau crackers, cangkir kacang-kacangan, atau 40 gram mie atau pasta.
Lemak
Salah satu nutrisi ibu nifas yang tidak boleh ditinggalkan adalah lemak.Pada masa
nifas dan menyusui, ibu nifas membutuhkan sekitar 4 porsi lemak atau 14 gram
lemak per harinya. Satu porsi lemak setara dengan 80 gram keju, 3 sendok makan
kacang tanah, 4 sendok makan krim, secangkir es krim, porong alpukat, 2 sendok
makan selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, 9 kentang goreng, 2 iris cake,
1 sendok makan mayones, atau 2 sendok makan saus salad.
Vitamin
Salah satu nutrisi ibu nifas yang tak kalah penting dengan nutris lainnya adalah
vitamin. Selama proses menyusui, kebutuhan akan vitamin harus tetap terjaga.
Vitamin sebagai nutrisi ibu nifas antara lain vitamin A, vitamin B6, dan vitamin E.
Vitamin A berguna untuk kesehatn kulit, kelenjar, serta kesehatan mata.Untuk
memenuhi asupan vitamin A, ibu nifas dapat memperolehnya pada telur, hati,
keju.Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf.Nutrisi
vitamin B6 sekitar 2.0 mg per hari.
Vitamin B6 dapat diperoleh dari daging, hati, padi-padian, kacang polong, dan
kentang.Sementara itu, vitamin E bermanfaat sebagai antioksidan, meningkatkan

stamina dan daya tahan tubuh.Sumber vitamin E bisa diperoleh dari kacangkacangan, minyak nabati, dan gandum.
Zinc
Salah satu nutrisi ibu nifas yang dibutuhkan adalah zinc atau seng. Zinc bermanfaat
untuk penyembuhan luka dan pertumbuhan. Nutrisi zinc dapat diperoleh dari daging,
telur, dan gandum. Kebutuhan zinc per hari sekitar 12 mg
2. Minum
Ibu tidak perlu minum berliter-liter air agar jumlah ASI-nya banyak.Minumlah saat ibu
merasa haus atau minum sebanyak 2-3 liter per hari. Ibu bisa minum air putih, jus,
atau susu. Perhatikan air seni ibu. Jika air seni itu berwarna kuning gelap, artinya ibu
membutuhkan minum yang lebih banyak.Jika air seninya berwarna jernih artinya
kebutuhan cairan ibu sudah cukup.
3. Eliminasi
BAK
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya.Miksi normal bila dapat BAK
spontan setiap 3-4 jam. Bila 8 jam post partum ibu belum dapat kencing atau sekali
kencing tetapi belum melebihi 100 cc, makan dapat dilakukan kateterisasi, akan tetapi
kalau ternyata kandung kencing penuh tidak perlu menunggu sampai 8 jam. Untuk
keteterisasi jika penderita (ibu) sesudahnya belum dapat BAK ataupun banyaknya
belum memuaskan dilakukan setiap 8 jam, dengan memeprhatikan jangan sampai
terjadi infeksi.Oleh karena itu mudah sekali timbul uretritis, sistitis dan juga pielibs,
maka terapi antibiotika sudah pada tempatnya.Namun ada baiknya kateteriasi
dihindari, dengan merangsang ibu untuk berkemih sendiri.Ia dapat dibantu untuk
duduk di ats kursi berlubang tempat BAK (commede). Jika masih belum diperbolehkan
jalan sendiri dan mengalami kesulitan untuk BAK dapat digunakan pispot diatas
tempat tidur, tetapi meskipun sedapat mungkin dihindari, kateterisasi lebih baik
dilakuakn dari pada terjadi infeksi saluran kemih akibat urine yagn tertahan (menurut
Wiknjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan
BAB
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan
BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi makanan berserat;
olahraga; berikan obat rangsangan per oral/per rektal atau lakukan klisma bilamana
perlu.
4. Aktivitas/Mobilisasi
Latihan rentang gerak yang meliputi bagian tubuh dan tipe gerakan:
1) Rentang gerak pasif
Rentan gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif, misalnya perawat mengangkat
dan menggerakkan kaki pasien.
2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya, berbaring pasien menggerakkan kakinya.

3) Rentang gerak fungsional


Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas yang
diperlukan.
Pelaksanaan mobilisasi dini terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut tidur terlentang
dulu selama 8 jam, kemudian boleh miring-miring, duduk, berdiri dan bejalan-jalan.
Sebelum melakukan mobilisasi terlebih dahulu melakukan nafas dalam dan latihan
kaki sederhana. Tahapan mobilisasi dapat membantu tubuh melakukan adaptasi
dengan

baik

sehingga

tidak

menimbulkan

keluhan

lain

yang

tidak

di

harapkan.Gerakan mobilisasi ini diawali dengan gerakan ringan seperti :


a) Miring ke kiri-kanan
Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi paling ringan dan yang
paling baik dilakukan pertama kali. Disamping dapat

mempercepat

proses

penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan
kandung kemih secara normal.
b) Menggerakkan kaki
Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan kedua belah
kaki.Mitos yang menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan karena dapat
menyebabkan timbulnya varices adalah salah total.Justru bila kaki tidak digerakkan
dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat menyebabkan terjadinya pembekuan
pembuluh darah batik yang dapat menyebabkan varices ataupun infeksi.
c) Duduk
Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila merasa tidak
nyaman jangan dipaksakan lakukan perlahan-lahan sampai terasa nyaman
d) Berdiri atau turun dari tempat tidur
Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskanlah dengan mencoba turun dari
tempat tidur dan berdiri.Bila tersa sakit atau ada keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan
dicoba lagi setelah kondisi terasa lebih nyaman.
e) Ke kamar mandi
Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar - benar baik dan
tidak ada keluhan.Hal ini bermanfaat untuk melatih mental karena adanya rasa takut
pasca persalinan.
5. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas
sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain :
1) Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat
2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan
3) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur
Kurang istirahat dapat menyebabkan :
1) Jumlah ASI berkurang
2) Memperlambat proses involusio uteri
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi sendiri
6. Kebiasaan Sehari-hari (Merokok, Jamu, dan Obat)
Merokok

Merokok akan mengurangi hormon prolaktin di alam tubuh tubuh ibu menyusui,
sehingga menurunkan produksi ASI. Dan apabila produksi ASI berkurang secara tidak
langsung akan memicu peluang untuk early weaning atau menyapih terlalu dini.
Merokok akan mempengaruhi LDR (let down reflects). Hal ini menyebabkan sulitnya
ASI untuk dikeluarkan, sehingga lebih sulit dinikmati oleh bayi.
Bayi yang sering menghirup asap rokok, akan meningkatkan risiko terkena penyakit
radang paru-paru, asma, bronkitis,infeksi telinga, infeksi sinus, dan iritasi mata,
Bayi menjadi rewel (Sering Menangis), hal ini disebabkan karena tidak hanya
kandungan nikotin yang masuk ke dalam ASI namun juga bayi sebagai perokok pasif
di dalam rumah akan menjadikannya mudah gelisah dan menangis.
Bayi yang dilahirkan dari ayah dan ibu yang merokok, 7X lebih berpeluang meninggal
karena SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).Selain itu, bayi 1-3X lebih sering ke
dokter karena infeksi saluran pernapasan atau penyakit yang berkaitan dengan
alergi.Dan meningkat risiko menjadi perokok ketika mereka dewasa.
Jamu
Penggunaan jamu atau herbal pun tidak disarankan pada ibu hamil dan menyusui
terutama

mengingat

belum

banyak

penelitian

yang

menyatakan

keamanan

penggunaan herbal pada wanita hamil dan menyusui. Demikian jawaban saya.
Sebaiknya ibu menyusui tidak mengkonsumsi jamu atau obat pelancar ASI yang dijual
bebas, tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan bidan atau dokter yang merawat
anda. Ada beberapa jamu dan obat pelancar ASI yang

justru menyebabkan ibu

mengalami pendarahan dan bayi yang minum ASI terserang diare.


Obat
Pada bayi prematur mempunyai resiko lebih besar terhadap paparan obat melalui
ASI.Hal ini disebabkan karena belum matangnya organ organ dalam tubuh bayi
premature. Jika memang ibu menyusui harus mendapat terapi obat, sebaiknya obat di
konsumsi 30 sd 60 menit setelah menyusui atau 3 sd 4 jam sebelum waktu menyusui
berikutnya (sumber ; farmasi klinis RSK). Hal itu perlu dilakukan agar obat-obatan
memiliki waktu untuk berada dalam sistem tubuh beberapa saat.Sebab, kandungan
zat-zat dalam obat tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi janin atau bayi yang
sedang disusui.
Secara umum, obat jenis asetaminophen merupakan pereda rasa sakit yang aman
bagi ibu menyusui.Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda.Jangan
minum obat jenis aspirin selama menyusui karena bisa menyebabkan pendarahan
pada ibu dan ruam kulit pada bayi.Hindari juga konsumsi obat jenis antihistamine
untuk jangka panjang selama menyusui.Cek apakah ada kemungkinan efek samping
dari obat yang dikonsumsi ibu pada bayi.Terutama gejala awal seperti sulit bernapas
atau ruam kulit.
Alkohol
a) Menurunkan gangguan motorik anak

Penelitian menunjukkan, bayi yang mendapatkan ASI dengan kontaminasi alkohol


(satu gelas sehari), mungkin memiliki gangguan perkembangan motorik. Bahkan
akibat pengaruh alkohol tersebut, bayi akan mengalami perubahan dalam pola tidur.
b) Mengurangi produksi ASI
Faktanya, Ikatan Dokter Anak Amerika Serikat menyebutkan, ibu menyusui yang
minum alkohol dalam jumlah banyak dapat membuat bayi mengantuk, lemah, berat
badan susah naik dan mengurangi reflek pengeluaran ASI pada ibu.
7. Seksual
Proses pencapaian peran maternal dan paternal mempengaruhi tidak hanya ikatan
yang dibentuk antara bayi dan orangtua, tetapi juga hubungan di antara pasangan.
Aspek emosi dan psikososial hubungan orang tua ini, serta perubahan fisik dan
fisiologi kehamilan dan kelahiran, mempengaruhi hasrat, harapan pasangan dan
memulai kembali aktivitas seksual.
Teks obstertrik Amerika secara historis mengabaikan seksualitas dalam kehamilan dan
periode pasca partum atau pembatasan koitus yang disengaja dari 6 minggu sebelum
tanggal perkiraan kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran. Larangan ini
didasarkan lebih pada larangan masyarakat yang tidak jelas tentang wnaita hamil atau
aseksualitas ibu baru, bukan pada rasional ilmiah. Bebrapa mendukung melakukan
kembali dalam beberapa minggu kelahiran, sedangkan yang lain melarangnya sampai
penyapihan 2 sampai 4 tahun setelah kelahiran (Reamy dan White, 1987). Ahli
antropologi telah berkontribusi pada kerangka pengetahuan tentang seksualitas dalam
masa subur lebih dari peneliti medis.
Riset kecil telah menggali bidang seksualitas selama periode pascapartum. Byrd dan
sejawatnya (1998) menemukan bahwa rerata waktu untuk melakukan kembali
hubungan seksual adalah 7,3 minggu setelah kelahiran, tetapi terdapat variabilitas
luas dalam waktu melakukan hubungan seksual kembali dalam bulan pertama setelah
kelahiran, dan 19% tidak melakukan aktivitas ini sampai sedikitnya 4 bulan setelah
kelahiran. Ibu menyusui ASI melaporkan penurunan aktivitas dan kepuasan seksual
ketika dibandingkan dengan ibu tidak menyusui ASI. Selain itu, pasangan pria dari ibu
tidak menyusui ASI melaporkan tingkat kepuasan lebih tinggi dengan hubungan
seksual daripada ibu yang menyusui ASI.
Satu satunya penelitian lain menemukan dalam literature medis yang dikutip oleh U.
S. Library of Medicine yang menggali hubungan antara alam perasaan (mood),
seksualitas, menyusui ASI, dan penyapihan pada ibu yang masih menyusui ASI pada
6 bulan setelah kelahiran (Forster et al,1994). Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa ibu menyusui ASI mengalami perasaan seksual selama menyusui, dan temuan
ini dapat mempengaruhi minat mereka dalam aktivitas seksual dengan pasangan
mereka. Survey prospektif yang dilakukan oleh Byrd dan sejawatnya (1998)
menunjukkan perbedaan jauh dalam kepuasan seksual antara ibu menyusui dan tidak

menyusui.

Pembahasan

tentang

masalah

seputar

seksualitas

pada

periode

pascapartum harus idealnya mulai pada periode prenatal. Pemberi asuhan harus
melakukan pembahasan ini dengan sensitivitas terhadap budaya dan keyakinan
pribadi yang dipegang oleh ibu dan pasnagannya. Umumnya, sebelum pemulangan
dari fasilitas kesehatan, pemberi asuhan harus meninjau ulang factor yang harus
dipertimbangkan sebelum

melakukan kembali hubungan seksual dan harus

mengarahkan pembahasan tentang perasaan pasangan bila melakukan kembali


hubungan seksual selama control pascapartum pertama. Pasangan harus diberi tahu
tentang ekspresi seksual setelah melahirkan adalah normal, respon sehat dalam
hubungan dan bahwa mereka harus tetap mengingat bahwa ekspresi seksual tidak
dibatasi hanya pada hubungan seksual (koitus). Keintiman mempunyai rentang
ekspresi

yang

luas,

dan

pasangan

dapat

mencoba

lebih

kreatif

dalam

mempertahankan ikatan emosi dan fisik mereka selama periode transisi ini.
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6
minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu
semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section
cesarean ( SC ) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan
tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boteh dilakukan
3 - 4 minggu setelah proses melahirkan itu. Secara alami, sesudah melewati masa
nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Oleh sebab itu, posisi
hubungan seks seperti apa pun sudah bisa dilakukan.
10.Menggali Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Risiko ibu nifas dengan alergi pada makanan atau obat
Alergi merupkan suatu kondisi dimana tubuh memiliki responyang berlebihan
terhaadapsuatu

zat

(misalnya

makanan

atau

obat).

Juga

dikenal

dengan

hipersensitivitas. Gejala alergi sangat beragam dari ruam gatal yang ringan atau
kesemutan disekitar mulut, sampai situasi berat yang mengancam jiwayang dapat
mencakup kesulitan bernafas dan kolaps pernapasan. Terjadinya alergi atau penyakit
alergi bersifatturunan dan diketahuilebih sering terjadi pada individu yang memiliki
atopik lain, seperti eksema dan asma.
Alergi pada makanan dapat berpengaruh terhadap kurangnya asupan gizi yang
diperlukan pada ibu nifas. Untuk itu perlu pemenuhan zat gizi dari berbagai sumber
makanan lainnya yang tidak menimbulkan alergi. Sedangkan untuk ibu nifas yang
mengalami alergi obat, hal ini akan berpengaruh cukup besar terhadap dirinya sendiri
dan juga bayinya.
b. Risiko ibu nifas dengan penyakit jantung.
Penderita penyakit jantung kelas I dan Kelas II dapat meneruskan kehamilannya,
tetapi penyakit jantung kelas III dan IV tidak diperbolehkan hamil.
Pengaruh jantung koroner dalam kehamilan
Keguguran / aburtus

Bayi lahir pada usia kehamilan 28-36 minggu / prematur


Lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
Lahir mati
Kematian janin dalam rahim.
c. Risiko ibu nifas dengan penyakit malaria
Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin.Tingginya demam, insufisiensi
plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan
efek buruk terhadap janin. Baik malaria P. vivax dan P. falciparum dapat menimbulkan
masalah bagi janin, akan tetapi jenis infeksi P. falciparum lebih serius.(Dilaporkan
insidensinya mortalitasnya l5,7% vs 33%)

Akibatnya dapat terjadi abortus spontan,

persalinan prematur, kematian janin dalam rahim, insufisiensi plasenta, gangguan


pertumbuhan janin (kronik/temporer), berat badan lahir rendah dan gawat janin.Selain
itu penyebaran infeksi secara transplasental ke janin dapat menyebabkan malaria
kongenital.Masalah pada bayi baru lahir adalah berat lahir rendah, prematuritas,
pertumbuhan janin terhambat , infeksi malaria dan kematian.
d. Risiko ibu nifas dengan penyakit Hepatitis
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis
virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal.
Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembusplacenta, ialah virus type B.
Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya
hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah
dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi
hepatitisvirus.Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar,
mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis.Perubahan-perubahan
yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak
janin dalam rahim.Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat
pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke
janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu
ke janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada
Ibu dengan saat persalinan
e. Risiko ibu nifas dengan IMS
Perubahan fisiologis pada wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan
manifestasi klinis IMS. Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis,
gonore, chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan
kandidiasis. IMS dan kehamilan dihubungkan dengan kehamilan ektopik, abortus
spontan, kematian janin dalam kandungan, infeksi perinatal, intrauterine growth
restriction, kelainan kongenital, ketuban pecah dini, prematuritas, chorioamnionitis,
infeksi puerperalis, bayi berat badan lahir rendah, dan infeksi neonatal. Kehamilan
dapat mengubah penampampakan klinik IMS dan akan mempersulit diagnosis dan
terapi.

Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi, penurunan reaksi imunologis,


perubahan flora serviko-vaginal, yang semuanya akan berpengaruh pada perjalanan
dan manifestasi klinis IMS itu sendiri. Pada kehamilan, dapat terjadi penularan infeksi
dari ibu ke janin dengan cara kontak langsung saat persalinan, infeksi yang menjalar
secara ascenden, dan agen penyebab yang masuk ke sirkulasi janin menembus barier
plasenta. Mengingat berbahayanya IMS pada kehamilan, maka diperlukan adanya
usaha pencegahan.Penanganan penyakit menular seksual pada kehamilan adalah
dengan penanganan umum, konservatif, termasuk konseling dan pengobatan pada
mitra seksual.
f. Risiko ibu nifas dengan penyakit HIV/AIDS
Menurut WHO, sampai 30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan tertular HIV
kalau ibunya tidak memakai terapi antiretroviral (ART). Bila ibu terinfeksi HIV menyusui
bayi, risiko keseluruhan naik menjadi 35-50%. Ibu dengan viral load HIV yang tinggi
lebih mungkin menularkan infeksi pada bayinya. Kebanyakan ahli menganggap bahwa
risiko penularan pada bayi sangat amat rendah bila viral load ibu di bawah 1000 waktu
melahirkan. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar
penularan terjadi dalam proses melahirkan. Bayi lebih mungkin tertular jika persalinan
berlanjut lama.Selama persalinan, bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh darah
ibunya.
g. Risiko ibu hamil dengan penyakit Asma
Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak terkontrol adalah kemungkinan preeklampsia, eklampsia, perdarahan vagina dan persalinan premature, sedangkan
komplikasi terhadap bayi adalah intra uterine growth retardation, bayi premature dan
meningkatkan kemungkinan resiko kematian perinatal.Oleh karenanya pasien hamil
dengan asma harus dianggap sebagai pasien dengan kehamilan resiko tinggi.
h. Risiko ibu nifas dengan penyakit TBC
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya
pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin
melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya
sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan
napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital
sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau
setelah lahir.
i. Risiko ibu nifas dengan penyakit Hipertensi
Jenis hipertensi pada kehamilan yang paling berbahaya adalah Preeklampsia atau di
sebut juga keracunan kehamilan.
Pre-eklampsia ialah penyakit yg timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan
proteinuria yg timbul karena kehamilan, biasanya istilah lainnya disebut juga
keracunan kehamilan

Edema pre-eklampsia terjadinya penimbunan cairan secara umum dan berlebihan


dalam

tubuh,

biasanya

dapat

diketahui

dari

kenaikan

berat

badan

serta

pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.Kenaikan berat badan sebesar 1 kg dalam
seminggu beberapa kali bisa menjadi tanda pre-eklampsia.
Proteinuria pre-eklampsia terdapat konsentrasi protein dalam air kencing yg melebihi
0,3 g/liter dan air kencing 400 ml atau kurang dalam sehari. Secara kasar artinya,
tandanya air kencing ibu penderita sedikit banget dalam sehari.ampai saat ini belum
diketemukan secara pasti penyebab dari pre-eklampsia.
j. Risiko ibu nifas dengan penyakit Diabetes
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut
terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi
berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga
mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
11. Menggali Riwayat kesehatan di masa lalu (keadaan/penyakit yang pernah di derita
oleh pasien).
a. Risiko ibu nifas dengan penyakit jantung.
Setiap kehamilan mempengaruhi system kardiovaskuler ibu. Hal ini berlangsung
selama masa hamil dan berlanjut sampa beberapa minggu setelah bayi lahir. Aapabila
perubahan kardiovaskuler tidak ditoleransi denagn baik, kegagalan jantung dapat
terjadi pada beberapa minggu terakhir kehaliman, selama proses perslinan, atau
selama perode pascanatal. (Cunningham,dkk,1993). Penyakit jantung merupakan
penyebab utama mortalitas maternal bukan obstetric. Penyakit jantung merupakan
penyebab keemapat kematian ibu. Angka mortalitas maternal mencapai 37 % pada
wanita hamil mengalami infark miokard (lark,1991;Graber,1989).
Asosiasi Jantung New York mengklasifikasi penyakit jantung organic yang merupakan
stndart yang diterima luas sebagai berikut :
1. Kelas I : Asimptomatik dengan tingkat aktivitas normal
2. Kelas II : Simptomtik dengan aktivitas yang meningkat
3. Kelas III: Simptomatik dengan aktivitas yang biasa dilakukan
4. Kelas IV: Simptomatik saat istirahat.
Tidak ada klasifkasi penyakit jantung yang dapat ditetapkan secara mutlak.
Penderita penyakit jantung kelas I dan Kelas II dapat meneruskan kehamilannya,
tetapi penyakit jantung kelas III dan IV tidak diperbolehkan hamil
Pengaruh jantung koroner dalam kehamilan
Keguguran / aburtus
Bayi lahir pada usia kehamilan 28-36 minggu / prematur
Lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
Lahir mati
Kematian janin dalam rahim.
b. Risiko ibu nifas dengan penyakit malaria
Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin.Tingginya demam, insufisiensi
plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan
efek buruk terhadap janin. Baik malaria P. vivax dan P. falciparum dapat menimbulkan

masalah bagi janin, akan tetapi jenis infeksi P. falciparum lebih serius.(Dilaporkan
insidensinya mortalitasnya l5,7% vs 33%)

Akibatnya dapat terjadi abortus spontan,

persalinan prematur, kematian janin dalam rahim, insufisiensi plasenta, gangguan


pertumbuhan janin (kronik/temporer), berat badan lahir rendah dan gawat janin.Selain
itu penyebaran infeksi secara transplasental ke janin dapat menyebabkan malaria
kongenital.Masalah pada bayi baru lahir adalah berat lahir rendah, prematuritas,
pertumbuhan janin terhambat , infeksi malaria dan kematian.
c. Risiko ibu nifas dengan penyakit Hepatitis
Hepatitis atau hepatitis infeksiosa adalah virus yang disebarkan oleh droplet akibat
tidak mencuci tangan stelah BAB. Pengaruh pada kehamilan adalah abortus spontan
dan gejala seperti influenza. Jik janin terinfeksi pada trimester pertama dan tidak
diobati, pengaruh yang ungkin timbul adalah anomaly janin, kelahiran premature,
hepatitis pada janin dan neonates dan kematian janin dalam rahim. Vaksinasi gam
globulin diberikan kepada ibu dan BBL untuk menetapkan profilaksis.
Hepatitis B atau hepatitis serum adalah penyakit virus yang ditularkan seperti
penularan HIV. Aapabila terjadi infeksi maternal pada trimester pertama, jumlah
neonates yang seropositif untuk antigen permkaan hepatitis B (HBsAg) bias menjadi
10%. Jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga peluang nenatus terkena hepatitis B
adalah 80-90% (ACOG,1992)
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis
virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal.
Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type
B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah
ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir.
Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode
neonatal akibat infeksi hepatitisvirus.Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahanperubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk
cirrhosis.Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila
infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim.Kelainan yang ditemukan pada
hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa
penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka
kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janinatau bayinya, tergantung dari
tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan
d.Risiko ibu nifas dengan IMS
Perubahan fisiologis pada wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan
manifestasi klinis IMS. Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis,
gonore, chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan
kandidiasis.
1.Infeksi Klamidia

Patogen bakteri yang ditularkan dalam hubungan seksual. Bakteri klamidia ini hanya
bias hidup di dalam sel hidup dan transmisi terjadi melalui kontak seksual secara
langsung atau pernaasan saat lahir. (Bourcier,Seldler,1987). Wanita berusia di bawah
20 tahun dan aktf secara seksual memiliki kemungkinan terinfeksi 2-3 kali lipat lebih
besar daripada wanita usia 20-29 tahun. Peran bakteri ini daam menceuskan aborsi
spontan, persalinan premature, BBLR, dan endometritis. Kematian neonates karena
penyakit ini 10 kali lebih sering disbanding wanita yng tidak terinfeksi. Efek infeksi ini
kemudian mencakup salpingitis, kehamilan ektopik, penyakit radang panggul,
infertilitas dan sterilitas.
2.Gonore
Disebabkan oleh Neisseria gonorrohoeae suatu jenis bakteri diplokokus. Ditularkan
melalui kontak langsung dengan lesi terinfeksi dan secara tidak langsung melalui
benda mati atau fomites. Self inoculation sering terjadi melalui tangan yang
terkontaminasi. Gejala ringan wanita yang terkena gonore tak terduga di traktus
genetalia bagian bawah. Peride inkubasi ialah 2-5 hari. Gejala infeksi mencakup
disuria, rabas purulen hijau kuning, nyeri tekan servikal, vulvovaginitis, bartolinitis, dan
perdaran pascakoitus. Bukti yang meningkat menunjukkan bahwa infeksi gonokokus
berhubungan dengan kelahiran premature, rupture membrane dan korioamnionitis
(Brunham,Holmes, Embree, 1990).Ceftriaxon merupakan terapi yang dianjurkan
ddengan dosis tunggal.
3.Siflis
Disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum setelah suatu peride inkubasi
beberpa minggu. Sifilis yang tidak segera ditangani pada tahap primer dan sejunder
menyebabkan bayi lahit mati. Tahap tersier dan tahap laten sifilis yang tidak diobati
menyebabkan sifilis sekunder pada bayi baru lahir. Penisilin lebih dianjrkan untuk
pengobatan sifilis, sementara untuk yang alergi penisilin

terdapat pilihan lain

mencakup tetrasiklin atau doksisiklin, eritromisin dan seftriaxon.


IMS dan kehamilan dihubungkan dengan kehamilan ektopik, abortus spontan,
kematian janin dalam kandungan, infeksi perinatal, intrauterine growth restriction,
kelainan kongenital, ketuban pecah dini, prematuritas, chorioamnionitis, infeksi
puerperalis, bayi berat badan lahir rendah, dan infeksi neonatal. Kehamilan dapat
mengubah penampampakan klinik IMS dan akan mempersulit diagnosis dan terapi.
Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi, penurunan reaksi imunologis,
perubahan flora serviko-vaginal, yang semuanya akan berpengaruh pada perjalanan
dan manifestasi klinis IMS itu sendiri. Pada kehamilan, dapat terjadi penularan infeksi
dari ibu ke janin dengan cara kontak langsung saat persalinan, infeksi yang menjalar
secara ascenden, dan agen penyebab yang masuk ke sirkulasi janin menembus barier
plasenta. Mengingat berbahayanya IMS pada kehamilan, maka diperlukan adanya

usaha pencegahan.Penanganan penyakit menular seksual pada kehamilan adalah


dengan penanganan umum, konservatif, termasuk konseling dan pengobatan pada
mitra seksual.
e. Risiko ibu nifas dengan penyakit HIV/AIDS
Tranmisi human immunodeficiency virus (HIV) suatu retrovirus terjadi terutama melalui
pertukaran

cairan

tubuh

(missal

darah,

semen,

peristiwa

perinatal)

(Friedland,Klein,1987) Depresi berat pada system imun seluler menandai sindrom


imnunodefisiensi didapat (AIDS). Begitu HIV memasuki tubuh serum HIV menjadi
positif dalam 10 minggu pertama pemaparan. Gejala meliputi demam, malaise,
mialgia, mual, diare, nyeri tenggorok, dan ruam dan dapat menetap pada 2-3 minggu.
Menurut WHO, sampai 30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan tertular HIV
kalau ibunya tidak memakai terapi antiretroviral (ART). Bila ibu terinfeksi HIV menyusui
bayi, risiko keseluruhan naik menjadi 35-50%. Ibu dengan viral load HIV yang tinggi
lebih mungkin menularkan infeksi pada bayinya. Kebanyakan ahli menganggap bahwa
risiko penularan pada bayi sangat amat rendah bila viral load ibu di bawah 1000 waktu
melahirkan. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar
penularan terjadi dalam proses melahirkan. Bayi lebih mungkin tertular jika persalinan
berlanjut lama.Selama persalinan, bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh darah
ibunya.
f. Risiko ibu hamil dengan penyakit Asma
Asma merupakan penyakit pernafasan aku yang disebakan oleh allergen, oleh
perubahan mencolok pada suu lingkungan atau oleh ketegngan emosi. Suatu riwayat
dalam alergi keluarga dimiliki oleh sekitar 50% individu dengan asma. Manifestasi
klinisnya dalah pada ekspirasi,batuk,sputum yang kental dan dispnea.
Efek kehamilan pada asma tidak dapat diprediksi. Perubahan fisiologis yang diindksi
oleh kehamilan, tidak membuat wanita hamil lebih rentan terhadap serangan asma.
Asma meningkatkan insiden aborsi dan persalinan premature, tetapi janin sendiri tidak
terpengaruh.
Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak terkontrol adalah kemungkinan preeklampsia, eklampsia, perdarahan vagina dan persalinan premature, sedangkan
komplikasi terhadap bayi adalah intra uterine growth retardation, bayi premature dan
meningkatkan kemungkinan resiko kematian perinatal.Oleh karenanya pasien hamil
dengan asma harus dianggap sebagai pasien dengan kehamilan resiko tinggi.
g. Risiko ibu nifas dengan penyakit TBC
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh basilus tahan asam, gram negative. Tb paru tidak
merusak kehamilan walaupun TB pada sauran kemih dan SSP bias mengganggu
kehamilan. Abortus spontan terjadi 20% pada ibu yang terinfeksi. Banyak kehamilan
ini ektopik atau ibu mengalam gangguan kesuburan dengan danya tuberkolosis
genital. Selain itu Tb mendapat perhatian yang semakin bnayak menjadi slah satu
infeksi oportunitis yang sering terlihat pada individu yag mengidap AIDS.

Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti terhambatnya pertumbuhan janin,
kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi
cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa
diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas,
demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai
saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
h. Risiko ibu nifas dengan penyakit Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi. Preeklamsia-eklamsia bias mempredisposisi ibu mengalami
komplikasi yang lenih letal, seperti solusio plasemta,DIC,perdarahan otak, dan gagal
ginjal akut (Cosensusu, Report,1990) Klasifikasi yang paling umum dipakai saat ini
untk hiperteni selama kehamilan adalah preeklamsia-eklamsia(berat atau ringan),
Hipertensi kronis(sudah ada sebeum hamil), Hipertensi kronis dengan preeklamsiaeklamsia, Hipertensi sementara.
1. Preeklamsia
Suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada
wanita yang sebelumya memiliki tekadanan darah normal. Jenis hipertensi pada
kehamilan yang paling berbahaya adalah Preeklampsia atau di sebut juga keracunan
kehamilan. Diagnosis preeklamsia secar tradisional didasarkan pada adanya
hipertensi disertai proteinuria atau edema.
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi rotein sebesar 0,1 g/L (>2+ dengan cara
dipstick) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kal specimen urine yang
dikumpulkan dengan jarak 6 jam.
Edema tdak perlu menjadi dasar diagnosis preeklamsi (Sibai,Rodriguez,1992). Edema
divaluasi sebagai reflek edema organ akhir dan kemungkinan hipoksia organ
Akan tetapi temuan yang paling penting ialah hipertensi , dimana 20% pasien eklmsia
tidak mengalami proteinuria yang berarti sebelum serangan kejang pertama
(Willis,Blanco,1990)
2. Eklamsiai sertai tanda dan gejala preekalmsia
Terjadinya konvulsi tau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia.
Konvulsia atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neorologis.
3. Hipertensi Kronis
Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebh dari 6 minggu pascapartum juga
diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.
4. Hipertensi kronis disertai preeklamsia-eklamsia
Ibu yang mengalami hipertensi kronis bias mengalami preeklamsia atau eklamsia.
Trjadinya preeklamsia atau eklamsia pada ibu hipertensi kronis meningkatkan
morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. ACOG merekomendasikan suaya
diagnosis preeklamsi pada hipertensi kronis ini dibuat berdasarkan peningkatan
tekanan darah yang disertai proteinuria atau edema umum (Cosenus, Report, 1990)

5. Hipertensi sementara
Merupakan perkembangan hipertensi selama hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa
tanda preekalmsia atau hipertensi kronis lain. Kehadira hipertensi sementara
kemungkinan bias menjadi hipertensi esensial di kemudian hari.
i. Risiko ibu nifas dengan penyakit Diabetes
Diabetes Melitus merupakan gangguan sistemik pada metabolism kerbohidrat, protein
dan lemak. Diabetes Melitus ditandai dengan hiperglikemi yang diakibatkan produksi
insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Apabila insulin tidak cukup atau tidak
efektif glukosa brakumulasi di aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemi
menyebabkan hipermolaritas pada darah sehngga terjadi dehidrasi dan peningatan
volume darah. Akibatnya ginjal mensekresi urne dalam volume yang besar sebagai
uapaya menyeimbangkan cairan dalam tubuh.
Wanita hamil yang menderita penyakit DM ini memiliki resiko mengalami komplikasi.
Tingkat komplikasi secara langsung berhubugan dengan control glukosa wanita
sebelum konsepsi dan selama masa hamil. Dan komplikasi dipengaruhi oleh
komplikasi diabetic sebelumnya. Komplikasi maternal sehubungan dengan adanya
diabetic adaah :
1. Abortus spontan
Hal ini terjadi lebih sering apada wanita diabetic dan aborsi ini berhubungan dengan
control glikemia yang buruk pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal
kehamilan (Cambs,Kitzmiller,1991;Rosenn,dkk,1991)
2. Hipertensi akibat kehamilan
Terjadi dua kali lebh sering selama masa hamil diabetic. Insiden tertinggi terjadi pada
wanita yang sebelumnya mengalami perubahan vascular terkait dengan diabetes
(Cunningham,dkk.,1993;Mayer, Palmer,1993)
3. Hidramnion
Suatu kelebihan cairan amnionik sebesar 2000 ml trjadi sekitar 10 kali lebih sering
dalam kehamlian diaberik. Hidramnion yang menyebabkan distensi uterus yang
berlebihan , meningkatkan resiko rupture membrane premature, persalinan premature,
dan hemorargi pascapartum.
4. Infeksi
Infeksi pada wanita diabetic bersifat serius karena infeksi ini dapat menyebabkan
peningkatan retensi insulin dan ketoasidosis. Infeksi juga dapat mempresipitasi
persalinan premature. Angka infeksi pascaprtum wanita diabetic lima kali lebih besar
daripada wanita normal (Stamler,1990)
5. Ketoasidosis
Dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi. Terjadi sering pada trimester 2 dan 3 yakni
efek disbetogenik pada jekamilan paling besar karena resistansi insulin meningkat.
Karena tidak dapat menggunakan glukosa untuk enghasilkan energy tubuh mula
memecah lemak dan jaringan otot. Akibat metabolisme lemak, badan keton diproduksi
oleh hati dan berakumulasi di dalam darah (ketosis) dan dibunag ke urine (ketonuria).

Jumlah cairan yang besar hilang akibat dieresis osmotic yang disebabkan dehidrasi
atau ketidakseimbangan elektrolit.
12. Menggali Riwayat kesehatan keluarga (keadaan/penyakit yang pernah di derita oleh
keluarga pasien
a. Penyakit Jantung
Penyakit Jantung bawaan dalam bahasa medis disebut dengan stenosis aorta ini
merupakan penyempitan pada jalan keluar ventrikel kiri pada katup aorta ataupun area
tepat dibawah atau atas katup aorta mengakibatkan perbedaan tekanan antara
ventrikel kiri dan aorta. Kejadian penyakit jantung yang diturunkan dari orang tua ke
anak tidak banyak, yakni sekitar 2 5 %. Namun, bila kedua orang tua menderita
Penyakit Jantung Bawaan , kemungkinan untuk mengalaminya akan meningkat
menjadi 7 %. Penyakit Jantung Bawaan dapat dicegah dengan cara rajin berolahraga
dan mengkonsumsi makanan yang sehat.
b. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite malaria.
Parasit ini disebarkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang menjadi host dari
parasite ini. Setelah menggigit, parasite di transfer ke penderita dan menyebar melalui
darah ke hati, dimana mereka akan berkembang menjadi dewasa dan membentuk
merosit. Kemudian parasite ini akan masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi sel
darah merah penderita. Malaria bisa diturunkan di dalam kandungan dan bisa
disebarkan melalui transfuse dengan darah yang mengandung parasite tersebut.
c. Hepatitis
Hepatitis B Carier adalah orang yang terkena virus hepatitis dari garis keturunan, atau
yang diturunkan dari orangtua. Hepatitis B bisa diturunkan oleh ibu yang mengidap
virus hepatitis B pada anak melului media darah. Darah pada jarum suntik bekas,
jarum tato, alat medis dokter gigi, alat rumah tangga ( sikat gigi atau pisau cukur ),
transfuse darah, dapat menjadi media penular hepatitis B.
d. IMS
Infeksi Menular Seksual ( IMS ) slah satu penyebarannya bisa melalui hubungan
seksual dengan pasangannya yang sudah tertular. Penularan IMS juga dapat melalui
transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi IMS. IMS seringkali tidak
menampakan gejala, terutama pada wanita.
e. HIV/AIDS
HIV/AIDS bisa ditularkan melalui cairan darah melalui transfuse darah yang tercemar
HIV lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai secara
bergantian. HIV/ AIDS juga bisa ditularkan melalui cairan sperma dalam hubungan
seks penetrative ( penis masuk ke dalam vagina / anus ), tanpa menggunakan
kondom. Penularan ini juga dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan
melahirkan lewat vagina kemudian menyusui bayinya, kemungkinan ini hingga 30%.
f. Asma

Penyakit asma merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,
kakek atau nenek menderita penyakit asma maka akan diturunkan ke anak. Penyakit
asma bukan penyakit menular tetapi keturunan. Berdasarkan data Badan Kesehatan
Dunia ( WHO ), sebanyak 300 juta orang di dunia mengidap penyakit asma dan 225
ribu orang meninggal karena penyakit asma.
g. TBC
Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetic, karena penyakit TBC bukanlah
penyakit turunan. Hanya karena penularannya adalah melalui percikan dahak yang
mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat dengan penderita TBC dapat
tertular.
h. Diabetes
Diabetes dipengaruhi oleh faktor keturunan. Seseorang yang kedua orang tuanya
menderita diabetes sudah hamper dipastikan juga akan menderita diabetes. Diabetes
Melitus merupakan gangguan sistemik pada metabolism kerbohidrat, protein dan
lemak. Diabetes Melitus ditandai dengan hiperglikemi yang diakibatkan produksi
insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Apabila insulin tidak cukup atau tidak
efektif glukosa brakumulasi di aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemi
menyebabkan hipermolaritas pada darah sehngga terjadi dehidrasi dan peningatan
volume darah.
13. Menggali riwayat psikososial
Tanggapan ibu terhadap kelahiran bayinya dan tanggapan keluarga/suami
terhadap kelahiran bayinya.
Untuk mengetahui tanggapan seorang ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya :
1.Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
a. Ibu dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
b. Ibu bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
c. Ibu dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
d. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
2. Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
a. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga maupun ibu karena jenis kelamin yang
tidak sesuai keinginan.
b. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
c. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapat perhatian.
d. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam
membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
e. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat. Anak yang dilahirkan
merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib bagi
keluarga.
Rencana merawat bayi

Orang tua ditanyakan sudah memiliki gambaran bagaimana untuk merawat anak atau
belum?
Rencana merawat bayi baru lahir harus dipikirkan untuk kedepannya, yaitu meliputi
observasi berkesinambungan, rencana untuk pemeriksaan fisik bayi, pemberian
makan, pengkajian eliminasi, pemeriksaan darah (blood work), uji tapis, dan
pengobatan. Bidan harus dapat mengobservasi tanda-tanda bahwa ibu dan anggota
keluarga lain siap untuk mengemban tanggungjawab merawat bayi baru lahir.
Dukungan keluarga/suami terhadap perawatan bayi dan pemberian ASI
Menanyakan apakah ibu mendapat dukungan dari suami/keluarga lain dalam
perawatan bayi dan pemberian ASI?
Bidan dan pemberi perawatan kesehtan lain adalah sumber dukungan menyusui yang
penting dalam periode pasca partum selain keluarga. Dukungan dari keluarga/suami
untuk merawat dan pemberian ASI sangat penting karena akan menumbuhkan rasa
percaya diri pada ibu untuk terus memberikan perawatan yang terbaik dan dalam
pemberian ASI dapat lancar. Karena pengeluaran ASI juga dipengaruhi oleh psikologis
ibu. Bila ibu merasa kurang percaya diri untuk pemberian ASI pada anaknya maka ASI
juga akan sulit untuk dikeluarkan uuntuk anakya. Sehingga dukungan keluarga/suami
sangat penting untuk ibu pascapartum.
Apabila seorang ibu, tidak mendapat dukungan dari keluarga/suami maka tugas bidan
lah untuk mendampingi ibu dalam pproses menyusui.
Rencana Menyusui
Rencana menyusui menjadi salah satu bahan anamnesa yang dilakukan oleh bidan,
pola penanyaan apakah ibu akan menyusui bayinya dengan ASI eksklusif dari umur
bayi 0-6 bulan, biasanya rencana menyusui ini akan lengkap dengan penjelasan bidan
kepada ibu tentang manfaat ASI.
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan perlu ditanyakan karena untuk mengetahui siapa yang diberi
kewenangan klien mengambil keputusan apabila ternyata bidan mendiagnosa adanya
keadaan

patologis

bagi

kondisi

kehamilan

klien

yang

memerlukan

adanya

penanganan serius. Misalnya bidan telah mendiagnosa bahwa klien mengalami


tekanan darah tinggi yang sangat serius dan berkemungkinan besar akan dapat
menyebabkan eklampsia, bidan tentunya harus menanyakan siapa yang diberi hak
klien mengambil keputusan, mengingat kondisi kehamilan dengan eklampsia sangat
beresiko bagi ibu dan janinnya. Misalnya, klien mempercayakan suaminya untuk
mengambil keputusan, maka bidan harus memberikan pandangan-pandangan kepada
suami klien seputar kehamilan dengan eklampsia, apa resiko terbesar bagi ibu bila
hamil dengan eklampsia. Biarkan suami klien berpikir sejenak untuk mementukan
tindakan apa yang seharusnya mereka ambil, meneruskan ataukah tidak meneruskan
kehamilan istrinya.
Aktivitas atau interaksi social

Riwayat lingkungan memberikan data tentang lingkungan rumah klien dan segala
sistem pendukung yang anggota keluarga dan klien dapat digunakan. Riwayat
lingkungan misalnya mengidentifikasi pemajanan polutan yang dapat mempengaruhi
kesehatan, tingkat kriminalitas yang tinggi sehingga menghambat klien untuk berjalanjalan sekitar lingkungan rumah dan sumber yang dapat membantu klien dalam kembai
ke komunitas
Anggota keluarga yang tinggal serumah
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang hubungan
kekeluargaan langsug dan hubungan darah.Sasaranya untuk menentukan apakah
klien berisiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk
mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Riwayat keluarga juga memberikan informasi tentang struktur keluarga,interaksi, dan
fungsi yang mungkin berguna dalam merencanakan asuhan. Sebagai contoh,
keluarga yang akrab suportif dapat menjadi dapat menjadi sumber dalam membantu
klien menyesuaikan diri terhadap penyakit atau kecacatan dan harus dilibatkan ke
dalam rencana perawatan.
14. Menggali Riwayat Ekonomi
Aspek status ekonomi :
-

Mengetahui status gizi ibu nifas


Status ekonomi berkaitan erat dengan pemenuhan nutrisi ibu sejak hamil,
melahirkan, hingga masa nifas dan menyusui. Ibu dengan keluarga berlatar belakang
ekonomi rendah, pemenuhan nutrisinya terbatas biaya, sedangkan ibu dengan
keluarga berlatar belakang ekonomi yang menengah ke atas, pemenuhan nutrisinya
lebih mencukupi. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap status gizi ibu dan bayi
baru lahir serta langkah penanganannya. Sehingga status ekonomi perlu digali oleh

bidan pada saat ANC, INC, dan PNC.


Pengetahuannya tentang kesehatan
Status ekonomi dan status pendidikan biasanya berbanding lurus. Keluarga dengan
status ekonomi yang mencukupi, pasti berlatar belakang pendidikan yang baik pula.
Sehingga disini status ekonomi juga akan berpengaruh terhadap pengetahuan
tentang kesehatannya. Ibu dengan keluarga yang status ekonominya rendah dan
pengetahuan tentang kesehatannya rendah, maka akan cenderung mengabaikan

kepentingan kesehatan dirinya dan bayinya


Panduan berkomunikasi dalam memberikan penyuluhan atau memberikan solusi
saat konseling
Bidan dalam memberikan konseling maupun penyuluhan kepada pasien,
memerlukan teknik berkomunikasi yang tepat agar pesan yang disampaikan dapat
dicerna dengan baik dan dapat dilaksanakan pasien. Sehingga dengan begitu, bidan

perlu melakukan anamnesa mengenai status ekonomi pasien, agar bidan akan lebih
mudah untuk melakukan komunikasi saat konseling maupun penyuluhan
berdasarkan status ekonomi keluarga pasien. Sebagai contoh, misalnya ketika
sedang berhadapan dengan pasien yang berlatar belakang ekonomi rendah, bidan
melakukan komunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana, serta ketika
memberikan solusi terhadap keluhan pasien, bidan juga perlu memperhatikan
-

dengan status ekonomi rendah, solusi dari keluhan pasien tersebut dapat dilakukan.
Menciptakan pelayanan kesehatan yang terjangkau
Pemberian pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan status ekonomi. Bidan
perlu memperhatikan status ekonomi dari pasien yang akan ia tangani, hal ini akan
berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang akan pasien dapatkan. Pasien dengan
status ekonomi yang rendah, seharusnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang
lebih terjangkau dan tidak memberatkan keluarga, namun pelayanan yang diberikan

tetap professional dan adekuat.


15. Menggali data pengetahuan tentang masa nifas. Apakah ibu sudah mengetahui
tentang masa nifas, di antaranya:
a. Gizi ibu nifas: menu seimbang, penambahan kalori bagi ibu menyusui
Makanan dengan menu seimbang, makanan yang dikonsumsi

diamjurkan

mengandung 50-60% karbohidrat, lemak 25- 35% dari total makanan, protein yang
diperlukan adalah 10-15%, vitamin dan mineral untuk melacarkan metabolisme tubuh.
Mengonsumsi makanan tambahan, wanita normal memerluka 1800 kalori/hari, maka
diperlukan tambahan kalori pada 6 bulan pertama 800 kalori/hari, 6 bulan selanjutnya
500 kalori/hari, dan di tahun kedua 400 kalori/hari.
Asupan cairan 3liter/hari, 2 liter didapatkan dari air minum dan 1 liter dari cairan yang
ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain.
b. Personal hygien: Kebersihan genetalia, mengganti pembalut
Kebersihan genetalia :
a) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air
yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke
belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang mnempel di sekitar vagina baik
itu dari seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi
pada luka jahitan.
b) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat
berfungsi sebagai penghilang kuman.
c) Bila ibu benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan
antiseptik selama 10 menit. Lakuka setelah BAK atau BAB.
d) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru.

Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau

minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tak nyaman.

e) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik yang
diresepkan oleh dokter.
c. Pakaian: bahan menyerap keringat, BH menyangga
Memakai pakaian yang berbahan menyerap keringat.
Menggunakan BH yang tidak terlalu ketat dan bersifat menyangga serta jangan
menggunakan BH yang ada kawatnya.
Gunakan celana dalam yang berbahan katun.
d. Pemberian ASI on demand, cara menyusui, perawatan payudara.
Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi (on demand).
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusi bayi
dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menetukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui nbayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain( kencing, kepanasan atau kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada
awalnya, bayi tidak memiliki pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Memberi ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eksklusif).
WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan
a) Inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi
b) ASI eklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau
minuman
c) ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap
malam
d) ASI deiberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot
e) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak
bersama anak
f) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang
Menyusui dengan cara yang baik dan benar.
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskanpada puting dan
disekitar putting payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban putting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah( agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan).
c. Satu lengan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokkan kepala bayi).

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.


f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang dibawah,
4.
a.
b.
5.

jangan menekan putting susu dan payudaranya saja.


Bayi diberi rangsanganagar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
Menyentuh pipi dengan putting susu
Menyentuh sisi mulut bayi
Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara

ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi :


a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga
putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara. Posisi yang
salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada putting susu saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan putting susu lecet.
b. Setelah bayi mulai mengisap payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
6. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti
dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi:
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut, atau
b. Dagu bayi ditekan ke bawah
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting
susu dan di sekitar kalang payudara; biarkan kering dengan sendirinya.
Diluar menyusui jangan memberikan dot/kempeng pada bayi, tapi berikan ASI
dengan sendok.

DAFTAR PUSTAKA
V.Walsh, Linda.Buku Ajar Kebidanan Komunitas.2007.Jakarta: EGC.
Sumber :
Bobak,dkk.1996. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta. EGC

You might also like