You are on page 1of 18

PERTUMBUHAN POPULASI Drosophilla melanogaster

(LALAT BUAH)
Nawasasi Laksmita Mahanani
Program Studi S-1 Pendidikan Biologi FKIP UNS
nawasasilm@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk : 1) mengenal lalat buah (Drosophilla melanogaster) 2)
membedakan seks lalat buah dewasa secara morphologic 3) mempelajari
pertumbuhan populasi lalat buah. Penelitian dilakukan di laboratoriun KKI prodi
pendidikan biologi FKIP UNS dengan cara membiakan Drosophilla melanogaster
selama 15 hari untuk diamati pertumbuhan populasinya. Populasi adalah
kumpulan individu sejenis yang berada pada lingkungan tertentu dan pada waktu
tertentu. Pertumbuhan populasi ditandai dengan adanya perubahan jumlah
populasi disetiap waktu. Perubahan ini biasanya dipengaruhi oleh jumlah
kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Penelitian dimulai dari
menangkap Drosophilla melanogaster menggunakan umpan buah. Kemudian
siapkan botol selai yang sudah dibersihkan untuk diisi dengan media makanan.
Media yang dibuat berupa campuran 25 gram pisang, 50 gram tape singkong, air
dan 0,5 sendok the benzoat yang direbus dan diaduk hingga padat. Media
makanan kemudian dimasukkan ke dalam 2 botol selai yang sudah di sterilkan. Di
tengah botol tersebut dipasang kertas merang dengan posisi berdiri untuk
meletakkan lalat yang sudah ditangkap dan dibius dengan eter. Lalat yang
dimasukkan dalam botol harus berjenis kelamin jantan dan betina. Hasil
praktikum menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan populasi pada batol 1 dan
tidak terdapat pertumbuahan populasi pada botol 2. Tipe pertumbuhan populasi
dari botol 1 adalah eksponensial, sedangkan pada botol 2 adalah tipe logaritma.
Kata kunci : populasi, Drosophilla melaogaster, natalitas, mortalitas,
eksponensial, logaritma
PENDAHULUAN
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama
jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik)
yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang
walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok
dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)

Dari waktu ke waktu populasi dapat mengalami perubahan, perubahan


populasi ini disebut dengan dinamika populasi. Dinamika populasi ditandai
dengan adanya perubahan jumlah populasi disetiap waktu. Perubahan ini biasanya
dipengaruhi oleh jumlah kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan
perpindahan (migrasi). Pertumbuhan populasi merupakan proses sentral di dalam
ekologi. Karena tidak ada populasi yang tumbuh secara terus menerus maka kita
mengetahui adanya pengaturan populasi
1) Natalitas
Salah satu faktor utama yang menyebabkan peningkatan kepadatan
populasi adalah natalitas, yaitu produksi individu-individu baru di dalam populasi
melalui kelahiran, haching, germinasi atau pembelahan. Fekunditas: kondisi
fisiologis yang mengacu pada kapasitas reproduksi organism. Fertilitas : konsep
ekologi yang didasarkan pada kemampuan organisme menghasilkan anak pada
periode tertentu.
2) Mortalitas
Yang dimaksud dengan mortalitas adalah kematian individu didalam populasi.
Laju mortalitas setara dengan laju kematian pada demografi manusia. Mortalitas
dapat dinyatakan sebagai individu yang mati didalam kurun waktu tertentu
(kematian per waktu) atau sebagai laju jenis dalam anti satuan dari populasi total.
Mortalitas ekologi adalah hilangnya individu didalam keadaan lingkungan tertentu
Mortalitas minimum adalah suatu tetapan untuk suatu populasi yang menyatakan
kehilangan dibawah keadaan yang ideal atau tidak membatasi. Artinya sekalipun
dalam kedaan baik, individu tetap akan mati karena "umur tua"
3) Migrasi
Perpindahan atau migrasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan populasi.
Migrasi dapat di bagi menjadi imigrasi dan emigrasi. Imigrasi adalah perpindahan
satu atau lebih organisme ke daerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah
oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok
dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi. Emigrasi adalah peristiwa
ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi
akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan

jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah


populasi
Jumlah populasi dari waktu ke waktu dapat meningkat secara tajam dan
dapat pula mengalami peningkatan kecil. Besar dan kecilnya peningkatan anggota
suatu populasi dalam kurun waktu tertentu adalah menunjukkan laju pertumbuhan
dari populasi tersebut, yg dlm perhitungan statistic sering disimbulkan dgn r
(rate=laju). Untuk dpt mengetahui seberapa besar laju pertumbuhan (r) dlm kurun
wktu tertentu, maka terlebih dahulu harus diketahui laju kelahiran (b=birth) dan
laju kjematian (d=death). Laju kelahiran dan laju kematian dpt dicari dgn rumus
sbg berikut
Laju kelahiran (b) = jmlh klahiran / total anggota populasi x 100%
Laju kematian (d)= jmlh kematian/ total anggota populasi x 100 %
Laju pertumbuhan (r) dapat dicari dgn rumus r=b-d
Pertumbuhan populasi dibatasi oleh faktor-faktor yang bergantung dan
tidak bergantung pada kepadatan yang keutamaan relatifnya bervariasi sesuai
dengan spesies dan keadaan. Faktor bergantung pada kepadatan akan semakin
intensif ketika kepadatan populasi meningkat dan akhirnya dapat menstabilkan
populasi didekat daya tampungnya. Beberapa factor yang bergantung kepadatan
adalah kompetisi intraspesies untuk sumber daya yang terbatas, peningkatan
pemangsaan, cekaman akibat kepadatan, atau penumpukan toksin dapat
menyebabkan laju pertumbuhan populasi menurun pada kepadatan populasi yang
tinggi (Campbell,2000).
Faktor yang tidak bergantung pada kepadatan, seperti kejadian-kejadian
karena iklim dan kebakaran, menuurunkan ukuran populasi pada fraksi tertentu.
Populasi yang secara umum bersifat stabil kemungkinan mendekati suatu daya
tampung yang ditentukan oleh batas-batas yang bergantung pada kepadatan, akan
tetapi fluktuasi jangka pendeknya tidak bergantung kepadatan (Campbell,2000).
Kedua kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan populasi, yaitu angka
kelahiran dan angka kematian, dapat diukur dan digunakan untuk memprediksi
bagaimana ukuran populasi akan berubah menurut waktu. Terdapat dua model
pertumbuhan yaitu model eksponensial dan model logistic (Campbell,2000).

Model eksponensial pertumbuhan populasi menjelaskan suatu populasi


ideal dalam lingkungan yang tidak terbatas. Model ini memprediksi bahwa
semakin besar suatu populasi akan semakin cepat populasi itu akan tumbuh
(Campbell,2000). Rumus populasi intrinsik (eksponensial) Nt + t = Nt ( b-d ) Nt
t
Model logistic pertumbuhan populasi menyertakan konsep daya tampung.
Pertumbuhan eksponensial tidak dapat dipertahankan tanpa batas dalam populasi
apapun. Suatu model yang lebih nyata (realistis) membatasi pertumbuhan dengan
menyertakan daya tampung (Campbell,2000). sedangkan populasi logistik adalah
pertumbuhan poulasi yang terbatas akibat adanya keterbatasan daya dukung N /
t = r x N ( K-N ) / K
Untuk mempelajari perkembangan poulasi ini dapat dilakukan dengan cara
menyusunnya berdasarkan kelompok umur, mortalitas dan natalitas serta
perhitungan statistik yang dapat memberikan informasi yang mengenai kondisi
populasi masa lalu, serat prediksi ppulasi masa mendatang melalui perhitungan
neraca kehidupannya.
Faktor faktor yang membatasi keadaan dan pertumbuhan suatu populasi
sangatlah banyak dan bervariasi, kondisi yang buruk dan ekstrim keterbatasan
sumber daya, kompetisi dan predasi, parsitisme dan infeksi penyajit adalah
sejumlah faktor penyebab mortalitas yang dapat membatasi petumbuhan populasi.
Adanya faktor faktor mortalitas ini, maka hewan mempunyai strategi yaitu
strategi r dan K. Pada interaksi populasi terdapat interaksi populasi positif yaitu
mutualis /simbiosis ( + + ) dan komensilsme ( + 0 ) ; dan interaksi negatif yaitu
Amensalisme ( 0 ), predasi ( + ) dan kompetisi ( ). (Syafei, 1990)
Untuk dapat mengamati pertumbuhan populasi pada hewan secara
sederhana kita dapat menggunakan lalat buah (Drosphila melanogaster). Alasan
dipilihnya Drosphila melanogaster sebagai hewan uji adalah :
1. Lalat buah berukuran kecil sehingga tidak banyak memakan tempat untuk
dibiakkan
2. Mudah untuk didapat, ditangkap dan dipelihara
3. Biaya pemeliharaannya murah dan mudah
4. Lalat buah dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang besar.

5. Siklus hidupnya sangat pendek, kurang lebih hanya 2 minggu


(Suryo,2012)
Siklus hidup lalat buah mengalami perkembangan sempurna atau dikenal
dengan perkembangan holometabola yang memiliki 4 fase metamorfosis yaitu:
telur, larva, pupa, dan imago (Vijaysegaran & Drew 2006). Telur lalat buah
diletakkan berkelompok 2-15 butir. Lalat buah betina dapat meletakkan telur 1- 40
butir/hari. Seekor lalat betina dapat meletakkan telur 100-500 butir (Sodiq 1992
dalam Siwi 2005). Menurut Vijaysegaran dan Drew (2006), satu ekor betina lalat
buah dapat menghasilkan telur 1200 - 1500 butir. Telur-telur diletakkan pada buah
di tempat yang terlindung dan tidak terkena sinar matahari langsung serta pada
buah-buah yang agak lunak dan permukaannya agak kasar (Saputa, 2006)
Larva terdiri atas 3 instar. Larva hidup dan berkembang di dalam daging buah
selama 6-9 hari. Pada instar ke tiga menjelang pupa, larva akan keluar dari dalam
buah melalui lubang kecil. Setelah berada di permukaan kulit buah, larva akan
melentingkan tubuh, menjatuhkan diri dan masuk ke dalam tanah. Di dalam tanah
larva menjadi pupa (Djatmiadi & Djatnika 2001). Pupa awalnya berwarna putih,
kemudian berubah menjadi kekuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan.
Masa pupa berkisar antara 4-10 hari (Saputra, 2006). Pupa berada di dalam tanah
atau pasir pada kedalaman 2-3 cm di bawah permukaan tanah atau pasir. Setelah 6
-13 hari, pupa menjadi imago (Djatmiadi & Djatnika 2001). Siklus hidup lalat
buah dari telur sampai imago di daerah tropis berlangsung lebih kurang 27 hari.
Lama hidup imago betina berkisar antara 23-27 hari dan imago jantan antara 1315 hari. Imago betina setelah kopulasi akan meletakkan telur setelah 3-8 hari.
Nisbah kelamin jantan berbanding dengan betina yakni 1:1 (Sodiq 1992 dalam
Siwi 2005). Lalat buah dewasa hidup bebas di alam dan bergerak secara aktif.
Lalat betina sering dijumpai di sekitar tanaman buah- 6 buahan dan sayuran pada
pagi dan sore hari, sedangkan lalat buah jantan bergerak aktif dan memburu lalat
buah betina untuk melakukan kopulasi (Siwi 2005).
Ciri ciri umum dari Drosophilla melanogaster adalah :
a. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh
bagian belakang

b. Drosophilla melanogaster memiliki mata bulat lonjong dengan warna


merah cerah. Warna pigmen mata pada Drosophilla melanogaster berasal
dari pigmen pteridin dan ommochrome (Klug & Curmings. 1994).
c. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil
dibanding mata majemuk.
d. Memiliki warna tubuh cokelat keabu-abuan dengan panjang ukuran sayap
normal
e. Indikasi sayap normal adalah sayap yang panjangnya lebih panjang
melebihi panjang tubuhnya (Campbell, 2002). Urat tepi sayap (costal vein)
mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
f. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan
g. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen
bersegmen lima dan bergaris hitam
h. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
Lalat buah (Drosophilla melanogaster) jantan mahupun betina dewasa yang
telah matang dapat dilihat perbedaannya walaupun dengan kasat mata. Perbedaan
tersebut diantaranya sebagai berikut :
2. Drosophilla melanogaster betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar
bila dibandingkan dengan Drosophilla melanogaster jantan.
3. Bagian abdomen (perut) Drosophilla melanogaster betina terdapat garisgaris hitam yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung abdomen. Bagian
abdomenDrosophilla melanogaster jantan juga terdapat pola garis hitam
yang tebal di sepanjang abdomen bagian dorsal, akan tetapi garis hiam di
bagian ujung abdomennya berfusi.
4. Bagian ujung abdomen Drosophilla melanogaster betina lancip, kecuali
ketika sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung abdomen Drosophilla
melanogaster jantan membulat dan tumpul.
5. Khusus Drosophilla melanogaster jantan terdapat karakter khusus berupa
sex comb yaitu kira-kira 10 bulu berwarna gelap yang terletak di tarsal
pertama pada kaki depannya. Sex comb adalah ciri utama Drosophilla
melanogasterjantan. Sex comb dapat dipakai untuk mengidentifikasi jenis
kelamin lalat buah pada dua jam pertama setelah lalat tersebut menetas,

ketika bentuk dan pigmentasi lalat tersebut belum berkembang sempurna


(Jones & Rickards. 1991: 51).
Factor factor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan lalat buah adalah :
a. Suhu lingkungan
Drosophilla melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi
ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28C. Pada suhu ini
lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu
rendah atau sekitar 18C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus
hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30C,
lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
Waktu perkembangan yang paling pendek (telur-dewasa), adalah 7 hari, dan
dicapai pada suhu 28 C. Perkembangan meningkat pada suhu yang lebih tinggi,
yaitu sekitar 30 C, selama 11 hari, hal tersebut berkaitan dengan pemanasan
tekanan. Pada suhu 25 C tersebut, lama harinya umumnya adalah sekitar 8.5 hari,
sedangkan pada suhu 18 C lama harinya sekitar 19 hari dan pada suhu 12 C
lama hari perkembangannya adalah 50 hari.
b. Ketersediaan makanan
Jumlah telur Drosophilla melanogaster yang dikeluarkan akan menurun
apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan
menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa
berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa.
Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur.
Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang
dimakan oleh larva betina (Shorrocks, 1972).
c. Intensitas cahaya
Drosophilla melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan
mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.
d. Tingkat kepadatan botol pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak
terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun
sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophilla

melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu
padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun
apabila kondisibotol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya
produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
METODE
Penelitian dilakukan di laboratorium KKI Pendidikan Biologi FKIP UNS
pada hari Selasa, 15 maret 2016 pukul 13.00.
1. Alat dan Bahan
Alat

yang digunakan untuk melakukan praktikum pertumbuhan populasi

adalah botol selai sebagai tempat pembiaakan Drosophilla melanogaster, kertas


merang untuk meletakkan telur lalat, plastic dan karet untuk meutup botol selai,
alat masak (panci, pengaduk dan kompor) untuk membuat media makan lalat, dan
kertas putih, kuas serta kaca pembesar untuk melakukan pengamatan lalat.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah beberapa ekor lalat buah untuk
dibiakkan. Tape singkong 25gr, pisang 50gr, air dan 0,5 sendok teh benzoate
untuk membuat media makan.
2. Cara Kerja
Cara kerja dalam pengamatan ini antara lain : pembuatan media makanan,
esterisasi dan pengamatan dan pengamatan pertumbuhan populasi.
a. Pembauatan media makanan
Haluskan 50gr buah pisan dan 25 gr tape singkong dan tambahkan 0,5 sedok
the benzoate kemudian aduk rata. Panaskan campuran bahan tersebut di dalam air
mendidih dan aduk hingga padat. Kemudain masukkan bahan makanan yang telah
masak ke dalambotol selai yang sudah disterilkan, lalu pasangkan kertas merang
dengan posisi berdiri ke dalam media makanan. Terakhir tutup botol
menggunakan plastic yang diberi lubang kecil dan kencangkan menggunakan
karet gelang.
b. Esterisasi dan Pengamatan
Lalat ditangkap dengan cara dipancing menggunakan buah yang berair seperti
papaya kemudian dimasukkan ke dalam plastic. Selanjutnya lalat dibius

menggunakan eter dosis ringgan. Sediakan kapas secukupnya, kemudian


basahilah kapas tersebut dengan sedikit eter, apabila terlalu banyak eter lalat akan
mati. Pastikan lalat yang digunakan masih hidup, ciri ciri lalat yang sudah mati
adalah sayap membuka dan kakikakinya ke arah samping.
Setelah dipastikan lalat yang digunakan masih hidup, periksa jenis kelamin
lalat dengan cara melihat morfologinya. Pengamatan dilakukan diatas kertas putih
menggunakan kuas dan bantuan kaca pembesar. Kemudian masukkan lalat dalam
botol berisi media makan, letakkan di atas ketas merang dan jangan sampai jatuh.
Pastikan dalam satu botol terdapat lalat jantan dan lalat betina.
c. Pengamatan Pertumbuhan Populasi
Lalat yang telah dimasukkan ke dalam botol kemudian diberi label nomer
botol, jumlah lalat jantan, dan jumlah lalat betina. Biakkan lalat selama 15 hari
dan lakukan pengamatan seltiap hari kemudian catat hasilnya dan lakukan
analisi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan pengamatan lalat buah selama 15 hari, maka diperoleh data
sebagai berikut :
Hari
ke0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jumlah

Jumlah
Botol 1
Hidup Mati
2
0
2
0
2
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5
0
4
1
4
1
4
1
4
1
4
1

Botol 1
Botol 2
Jantan
Hidup Mati
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Botol 2

0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Hari

keBetina Jantan Betina


0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Berdasarkan table
1
1
1
1
2
diatas dapat
dilakukan analisis
2
3
1
0
3
2
3
1
0
4
kuantitatif
dan analisis kualilatif
2
3
1 Tabel 2.0Pengamatan rasio jenis kemain lalat buah
5
mengatahui
Tabel 1.untuk
Pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah
2
3
1
0
6
pertumbuhan
populasi Drosophilla
2
3
1
0
7
2
3
1
0
8
melanogaster.
2
3
1
0
9
a.
Analisi Kunatitatif
2
3
1
0
10
1.
Perhitungan Model
2
2
1
0
11
Logistik
dan
2
2
1
0
12
2
2
1
0
13
Eksponensial
2
2
1
0
14
1.1.
Botol 1
2
2
1
0
15

10

1.1.1. Perhitungan laju natalitas (b)


jumlah kelahiran
Laju natalitas (b) = jumlah populasi x 1 00 %
3
x 100
2

b=

b = 1,5
1.1.2. Perhitungan laju mortalitas (d)
jumlah kematian
Laju mortalitas (d) = jumlah populasi x 1 00 %
d=

1
x 100
2

d = 0,5
1.1.3. Perhitungan laju pertumbuhan (r)
r=bd
r = 1 r > 0 maka termasuk laju pertumbuhan eksponensial
1.1.4. Rumus model pertumbuhan eksponensial (N = 2 )
dN
=rN
dt
dN
=( 1 )( 2 )
dt
dN
= 2
dt

Laju Pertumbuhan Drosophilla melanogaster Botol 1


6
5
4
3
2
1
0

1.2.

10 11 12 13 14 15

Botol 2

1.2.1. Perhitungan laju natalitas (b)


jumlah kelahiran
Laju natalitas (b) = jumlah populasi x 1 00 %

11

0
x 100
2

b=

b=0
1.2.2. Perhitungan laju mortalitas (d)
jumlah kematian
Laju mortalitas (d) = jumlah populasi x 1 00 %
d=

1
x 100
2

d = 0,5
1.2.3. Perhitungan laju pertumbuhan (r)
r=bd
r = -0,5 r < 0 maka termasuk laju pertumbuhan logistik
1.2.4. Carrying capacity (K) yaitu jumlah populasi maksimal yang
dapat hidup, pada botol 2 sebesar 2.
1.2.5. Rumus model pertumbuhan logistik (N = 2)
(KN )
dN
=r max N
dt
K
(22)
dN
=(0,5)(2)
dt
2
dN
=0
dt

Laju Pertumbuhan Drosophilla melanogaster Botol 2


6
5
4
3
2
1
0

12

10 11 12 13 14 15

b. Analisis Kualitatif
Berdasarkan 2 tabel diatas dapat diketahui terjadi perubahan populasi pada
Drosophilla melanogaster selama 15 hari. Pada botol I hari pertama dmasukkan 2
botol lalat yaitu 1 jantan dan 1 betina. Jumlah tersebut tidak berubah hingga hari
ke 3 bertambah menjdai 5 ekor lalat buah dengan jenis kelamin 2 jantan dan 3
betina. Jumlah tersebut tidak mengalami perubahan hingga hari ke 11 terdapat 1
ekor lalat jantan yang mati sehingga jumlah total lalat sampai hari ke 15 adalah 4
ekor dengan jenis kelamin 2 jantan dan 2 betina.
Pada botol 1 diketahui laju kelahiran (b) sebesar 1,5 dan laju kematian (d)
sebesar 0,5 dengan begitu dapat diketahui laju pertumbuhan (r) sebesar 1. Karena
r > 1 maka termasuk laju pertumbuhan eksponensial. Bila sumber daya berlimpah
tidak terbatas maka populasi akan tumbuh sangat cepat secara eksponensial.
Namun tipe pertumbuhan eksponensial sangat jarang terjadi. tipe pertumbuhan
tersebut hanya terjadi di awal pertumbuhan ketika jumlah individu masih sangat
sedikit dan daya dukung lingkungan untuk mendukung pertumbuhan masih sangat
besar. Model pertumbuhan eksponensial didasarkan pada asumsi : 1) makanan
bagi lalat tersedia dalam jumlah yang cukup 2) ruang hidup mencukupi untuk
perkembangbiakan 3) keadaan lingkungan seperti suhu, kelembaban dalam
keadaan konstan 4) angka kematian individu dalam populasi sangat kecil atau
tidak ada. (Setiadi, 1989). Model eksponensial pertumbuhan populasi menjelaskan
suatu populasi ideal dalam lingkungan yang tidak terbatas. Model ini
memprediksi bahwa semakin besar suatu populasi akan semakin cepat populasi itu
akan tumbuh (Campbell,2000)
Sedangkan pada botol ke 2 pada hari pertama dimasukan 2 ekor lalat dengan
jenis kelamin 1 jantan dan 1 betina. Jumlah tersebut tidak mengalami perubahan
sampai hari ke 3, 1 ekor lalat betina mati. Jumalh tersebut tidak berubah sampai
selesai pengamatan hari ke 15. Pada botol 2 diketahui laju kelahiran (b) sebesar 0

13

dan laju kematian (d) sebesar 0,5 dengan begitu dapat diketahui laju pertumbuhan
(r) sebesar -0,5. Karena r < 0 maka termasuk laju pertumbuhan logistic.
Biasanya laju pertumbuhan logistic terjadi karena jumlah individu yang
semakin banyak maka kemungkinan setiap individu untuk mendapatkan makanan
dan sumber daya lainnya akan berkurang. Untuk mempertahankan hidupnya maka
individu dalam populasi tersebut mau tidak mau harus saling berkompetisi dengan
sesamanya selain dengan jenis lain. Bila jumlah individu lebih banyak dari daya
dukung maka populasi akan kekurangan sumber daya sehingga tingkat
reproduksinya menurun atau beremigrasi, akibatnya ukuran populasi mengecil.
Model logistic pertumbuhan populasi menyertakan konsep daya tampung.
Pertumbuhan eksponensial tidak dapat dipertahankan tanpa batas dalam populasi
apapun. Suatu model yang lebih nyata (realistis) membatasi pertumbuhan dengan
menyertakan daya tampung (Campbell,2000).
Namun pada percobaan ini sebenarnya daya dukung lingkungan sangatlah
memenuhi karena dalam 1 botol hanya terdapat 2 ekor lalat (jantan dan betina)
dan jumlah makanan sangat tersedia. Tetapi terdapat 1 ekor lalat betina yang mati
pada hari ke tiga hal ini menyebabkan lalat tidak dapat bereproduksi sehingga
tidak terjadi perubahan populasi lalat pada botol ke-2. Kematian lalat dapat
disebabkan karena kurangnya O2 di dalam botol atau karena lingkunagnnya
kurang sesuai untuk pertumbuhan lalat. Lingkungan yang tidak sesuai dapat
berupa kondisi ruangan yang kerap kali gelap sehingga lalat mengalami
pertumbuhan dengan lambat dan akhirnya mati, atau terdapat ketidak cocokan
dengan suhu ruangan yang terlalu panas menyebabkan lalat tidak dapat
beradaptasi dan akhirnya mati.
KESIMPULAN
1. Ciri ciri dari Drosophilla melanogaster (lalat buah) adalah :
a. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh
bagian belakang

14

b. Drosophilla melanogaster memiliki mata bulat lonjong dengan warna


merah cerah. Warna pigmen mata pada Drosophilla melanogaster berasal
dari pigmen pteridin dan ommochrome
c. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil
dibanding mata majemuk.
d. Memiliki warna tubuh cokelat keabu-abuan dengan panjang ukuran sayap
normal
e. Indikasi sayap normal adalah sayap yang panjangnya lebih panjang
melebihi panjang tubuhnya. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua
bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
f. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan
g. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen
bersegmen lima dan bergaris hitam
h. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
2. Perbedaan Drosophilla melanogaster (lalat buah) jantan dan betina
a. Drosophilla melanogaster betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar
bila dibandingkan dengan Drosophilla melanogaster jantan.
b. Bagian abdomen (perut) Drosophilla melanogaster betina terdapat garisgaris hitam yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung abdomen. Bagian
abdomen Drosophilla melanogaster jantan juga terdapat pola garis hitam
yang tebal di sepanjang abdomen bagian dorsal, akan tetapi garis hiam di
bagian ujung abdomennya berfusi.
c. Bagian ujung abdomen Drosophilla melanogaster betina lancip, kecuali
ketika sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung abdomen Drosophilla
melanogaster jantan membulat dan tumpul.
d. Khusus Drosophilla melanogaster jantan terdapat karakter khusus berupa
sex comb yaitu kira-kira 10 bulu berwarna gelap yang terletak di tarsal
pertama pada kaki depannya. Sex comb adalah ciri utama Drosophilla
melanogaster jantan. Sex comb dapat dipakai untuk mengidentifikasi jenis
kelamin lalat buah pada dua jam pertama setelah lalat tersebut menetas,
ketika bentuk dan pigmentasi lalat tersebut belum berkembang sempurna
3. Hasil analisis pertumbuhan populasi Drosophilla melanogaster selama 15 hari
pengamatan sebagai berikut :
-

Pertumbuhan populasi Drosophilla melanogaster pada botol 1:

15

a. Laju natalitas (b) = 1,5.


b. Laju mortalitas (d) = 0,5.
c. Laju pertumbuhan intrinsik (rN) = 2, terjadi pertumbuhan populasi.
d. Kurva survivorship: tipe I hewan dengan r strategi.
e. Lalat jantan dan lalat betina mampu bertahan hidup hingga akhir
pengamatan
-

Pertumbuhan populasi Drosophilla melanogaster pada botol 2:


a.

Laju natalitas (b) = 0.

b.

Laju mortalitas (d) = 0,5.

c.

Laju pertumbuhan intrinsik (rN) = 0, tidak terjadi pertumbuhan


populasi.

d.

Kurva survivorship: tipe I hewan dengan r strategi.

e.

Lalat jantan lebih mampu bertahan hidup, tersisa 1 ekor lalat jantan
hingga akhir pengamatan.

4. Pada botol 1 diketahui laju pertumbuhan bertipe eksponensial. Bila sumber


daya berlimpah tidak terbatas maka populasi akan tumbuh sangat cepat
sedangkan pada botol 2 diketahui laju pertumbuhan bertipe logistic terjadi
karena jumlah individu yang semakin banyak maka kemungkinan setiap
individu untuk mendapatkan makanan dan sumber daya lainnya akan
berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A dkk. (2002). BIologi. Edisi kelima-Jilid-1. Jakarta : Erlangga
Campbell, Neil A. dkk. (2000). Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Cummings, M. R. & Klug W. S. (1994). Concepts of Genetics. Fourth Edition.
USA: Macmillan Publishing company. pp: 341-343.
Djatmiadi, Djatnika (2001). Petunjuk Teknis Surveilans Lalat Buah. Pusat Teknik
dan Metode Karantina Hewan dan Tumbuhan. Jakarta: Badan Karantina
Pertanian.

16

Jones, R.N., G.K. Rickards. (1991). Practical Genetics. Open University Press.
Milton Keynes
Suputa, C. (2006). Panduan lalat buah. [online] tersedia dalam http://ditlin
hortikultura.go.id/buku-peta/bagian-3.htm. [15 April 2014].
Setiadi, Dede.dkk. (1989). Dasar- dasar Ekologi.Bogor : ITB
Shorrocks, B. (1972). Drosophila. London: Ginn & Company Limited
Siwi SS. (2005). Eko-biologi Hama Lalat Buah. Bogor: BB-Biogen
Suryo. 2012. Genetika. Jogjakarta : UGM Press
Syafei, Edhensurasa. (1990). Pengantar ekologi tumbuhan. Bandung: ITB
Vijaysegaran S, Drew RAI. 2006. Fruit fly spesies of Indonesia: Host range and
distribution. ICMPFF: Griffith University.

LAMPIRAN

17

18

You might also like