You are on page 1of 2

Pengembangan Fitostruktur Berbasis Pengetahuan Ulayat di Kota Palangka Raya

ABSTRAK

Global warming merupakan fenomena global yang salah satunya disebabkan oleh
aktivitas manusia diseluruh dunia, pertambahan penduduk serta pertumbuhan
teknologi dan industri. Salah satu aktivitas manusia yang menyebabkan
terjadinya pemanasan global adalah kerusakan hutan. Upaya untuk
menanggulangi permasalah
kerusakan hutan tidak bisa terlepas dari
pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Masyarakat yang terpenuhi
ekonominya akan lebih mudah untuk diajak menjaga kelestarian hutan. Oleh
karena itu strategi pelestarian hutan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi,
pengentasan kemiskinan dan pembukaan lapangan kerja harus dipadukan.
Banyaknya kerusakan hutan yang terjadi disebabkan oleh kebakaran hutan,
perubahan tata guna lahan serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan baik oleh
Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) maupun Hutan Tanaman
Industri (HTI).
Fenomena pemanasan global selain mengakibatkan terjadinya perubahan iklim
juga mengakibatkan terjadinya perubahan sosial/kependudukan dan budaya.
Upaya mangantisipasi dampak pemanasan global tertuang dalam Protocol Kyoto
dan penyusunan strategi kebijakan Pemerintah Pusat dalam Bentuk Rencana Aksi
Nasional Dalam Penanggulangan Dampak Pemanasan Global.
Berbagai macam suku yang ada di Kota Palangka Raya baik yang modern
maupun yang tradisional menyebabkan perbedaan pengetahuan terhadap proses
pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH)/Fitostruktur. Fitostruktur adalah
penempatan tumbuhan sebagai struktur wilayah ekosistem (Samudro dan
Mangkoedihardjo, 2010). Salah satu fungsi tumbuhan adalah menyerap
karbondioksida (CO2) yang menyebabkan gas rumah kaca dan mengubahnya
menjadi O2 dengan proses fotosintesis.
Masyarakat suku Dayak masih memiliki keyakinan tradisional dan didalamnya
terkandung sejumlah besar data empiris yang berhubungan dengan fenomena,
proses dan sejarah perubahan lingkungan. Dalam hal ini, keyakinan tradisional
dipandang sebagai Pengetahuan Ulayat /Indigenous Knowledge merupakan
basis dari pembangunan nasional yang berkelanjutan karena memasukkan
pengalaman, keahlian dan wawasan yang dimiliki oleh masyarakat setempat
bahwa pengembangan keilmuan dalam menetapkan RTH tidak semata-mata oleh
tumbuhan tetapi juga oleh budaya/kultur setempat. Pola kebijakan yang selama ini
dilaksanakan lebih kuat datang dari atas ke bawah (top down) daripada dari bawah
ke atas (bottom up).
Kadangkala, dinamika (top down) dapat menimbulkan masalah di kemudian hari,
baik dari sisi penerapan maupun penegakannya. Oleh karena itu pengambilan
keputusan masalah Fitostruktur berbasis Pengetahuan Ulayat lebih
diprioritaskan memperhatikan masukan masyarakat dari tingkat bawah
(bottom up).
Sejalan dengan paradigma di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk
menghasilkan sinergi antara pemanfaatan Fitoteknologi melalui Fitostruktur
berbasis pada Pengetahuan Ulayat. Ulayat dalam hal ini dibatasi sebagai arahan
3

Pengembangan Fitostruktur Berbasis Pengetahuan Ulayat di Kota


Palangkaraya

sosiologi dan bukan arahan yuridis yang ada sanksi dan hukumnya. Penelitian ini
dilakukan di Kota Palangka Raya meliputi 5 kecamatan yakni kecamatan
Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu, Sebangau dan Rakumpit. Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan terpeliharanya lingkungan dan keanekaragaman
hayati di Kota Palangka Raya, sehingga upaya mewujudkan Palangka Raya
menjadi kota yang aman menarik sesuai semboyan Kota Palangka Raya Cantik
yaitu Terencana, Aman, Nyaman, Tertib, Indah dan Keterbukaan dapat
terwujud.
Kata Kunci : Fitoteknologi, Fitostruktur, Global Warming, Pengetahuan Ulayat

You might also like