You are on page 1of 23

LAPORAN KASUS

MISSED ABORTION

PEMBIMBING :
dr. Cipta P, Sp.OG
dr. Jati, Sp.OG
dr. Kartika, Sp.OG

PENYUSUN :
Ricksando Siregar (030.08.206)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Rumah Sakit Umum Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Periode Januari 2014 - Maret 2014
Jakarta

LEMBAR PENGESAHAN
Kasus Ilmu Kandungan dan Kebidanan dengan judul :
MISSED ABORTION
Nama : Ricksando Siregar (030.08.206)
Telah diterima dan disetujui oleh Dr. Jati, Sp.OG
Hari

Tanggal

Sebagai salah satu syarat mengikuti dan menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan di Rumah Sakit Umum Kodya
Semarang

Semarang, 21 Februari 2014

......................................................
Dr. Jati, Sp.OG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kandungan dan kebidanan yang
berjudul Missed Abortiom.
Adapun penyusunan laporan kasus ini untuk memenuhi tugas yang diberikan pada
kepaniteraan klinik di RSUD Kota Semarang periode Januari 2014 - Maret 2014, dan juga
untuk membantu kami, penyusun, untuk memahami lebih lanjut mengenai Missed Abortion.
Penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Jati, Sp.OG selaku pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dengan sabar hingga akhirnya laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Terima kasih juga saya sampaikan kepada orangtua dan teman- teman yang
telah memberikan dukungan selama kami menjalan kepaniteraan klinik di RSU Kota
Semarang.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini yang
menyebabkan referat ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun kami harapkan dari berbagai pihak. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.
Semarang, 21 Februari 2014

BAB I
PENDAHULUAN

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum


kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Insiden abortus dipengarui oleh umur dan riwayat obstetric seperti seperti kelahiran
normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki kelainan
genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi
karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi
pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada
kromosom. 4,7

BAB II
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
I. IDENTITAS
Nama
Usia
Pekerjaan
Agama
Suku
Alamat
RM
MRS

:
:
:
:
:
:
:
:

Ny. R
20 tahun
Ibu rumah tangga
Islam
Jawa
Pedurungan Kidul
280303
17 Februari 2014

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan :
Terasa kencang, lemas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Kota Semarang dengan keluhan keluar darah dari
vagina sejak satu bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku sedang hamil dan
sudah melakukan tes kehamilan dan didapatkan hasil positif. Pasien mengaku darah yang
keluar dari vagina berwarna merah gelap namun disangkal adanya perongkolan. Pasien
mengaku perdarahan diawali dengan spoting yang sifatnya hilang timbul dan semakin
lama dirasakan semakin banyak dan sering. Perdarahan ini diawali saat sedang menaiki
sepeda motor bersama suami pasien dijalan yg jelek, saat perut terguncang, pasien
merasakan ada cairan yang keluar dari jalan lahir. Pasien menyangkal adanya nyeri perut,
hanya terasa kencang-kencang sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh perutnya
tidak bertambah besar selama hamil. Pasien mengatakan bahwa ia merasa sedikit lemas
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyatakan sudah sejak lama ia merasa lemas, dan tampak pucat. Pasien mengaku
tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal adanya
riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma. Riwayat operasi
disangkal, tetapi pasien menyatakan dulu saat kecil sempat dirawat karena kurang darah.
Orang tua pasien mengatakan sejak kecil pasien memang selalu terlihat pucat.
Riwayat Penyakit Keluarga :

Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.
Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien tidak memakai alat dan pil kontrasepsi
Riwayat Obstetri :
-

Pasien menikah 1 kali pada tahun 2013. Usia saat menikah 20 tahun. Usia pernikahan

5 bulan.
Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 16 tahun. Pasien

memiliki siklus haid yang teratur (28hari). HPHT : 12 November 2013


Riwayat ANC : pasien sudah 3 kali kontrol ke bidan, suntik TT 1 kali selama

kehamilan
Riwayat USG: pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan USG sebelumnya
Riwayat KB : Riwayat kehamilan:
G1P0A0
2014 hamil ini

III. STATUS GENERALIS


Keadaan umum : baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah
- Frekuensi nadi
- Frekuensi napas
- Suhu
Status Gizi
- Berat Badan
- Tinggi Badan
- BMI

:
:
:
:

120/70 mmHg
80 x/menit
20 x/menit
36,7oC

: 50 kg
: 160 cm
: 19.53 kg/m

Pemeriksaan Fisik Umum


-

Mata
Jantung
Paru
Abdomen

:
:
:
:

anemis (+/+), ikterus (-/-)


S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Supel, NT (-) teraba pembesaran lien pada titik schuffner 4,

teraba pembesaran hepar 3 jari dibawah arcus costae dan 4 jari dibawah processus
xyphoideus

Ekstremitas

: edema - -

akral teraba hangat

+ +

- -

IV. STATUS OBSTETRI&GINEKOLOGI


Pemeriksaan obstetri :

Tinggi fundus uteri

: sulit dinilai

Denyut jantung janin

:-

His

:-

Leopold

: tidak teraba bagian janin, ballotement (+)

Pemeriksaan ginekologi :

Inspeksi

: daerah vulva dan perineum dalam batas normal, tidak

ditemukan tanda-tanda peradangan, massa(-), perdarahan(-) dan fluor albus(-)

Palpasi

: kelenjar bartholini dalam batas normal

VT :
Dinding vagina dalam batas normal, massa (-), porsio licin, (-), teraba
jaringan (-), nyeri goyang porsio (-), Adneksa Parametrium Cavum Douglass
dextra et sinistra dbn, korpus uteri antefleksi, 14 minggu, lunak. Ostium Uteri
Eksternum tertutup, PPV (+).

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 17 Februari 2014
Pemeriksaan Darah Lengkap :

Hb
Ht
Lekosit
Trombosit

: 5.7 g/dL
: 16.90 %
: 9.7 /uL
: 212000/ uL

n : 12-14 g/dL
n : 37- 47 %
n : 5000-10000/uL
n : 150000-400000/ uL

Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu : 110 mg/dL
Immunologi
HbSAg

: (-)

Ultrasonografi (USG) Abdomen :

n : 70-115

Tanggal 17 Februari 2014


Fetal movement (-)
Kesan : Missed Abortion

VI. DIAGNOSIS
G1P0A0U20H14minggu+2hari
Missed Abortion
Observasi Anemia berat
VII. PENATALAKSANAAN
a. Rencana Pemeriksaan
Pemeriksaan faal hati
Pemeriksaan darah lengkap, SADT
Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan USG hepar
Konsul interna
b. Rencana Terapi
Infus RL + oksitosin 5U 20tpm
Transfusi PRC 4kolf
Rawat inap
Pro kuretase
c. Rencana Monitoring
Observasi keadaan umum dan vital sign
Observasi perdarahan
d. KIE pasien dan keluarga
VIII. TINDAKAN KURETASE
Tanggal 20 Februari 2014
Tindakan Kuretase : curretage + dilatasi

Kuretase endometrium sesuai hasil konsepsi 5 cc, diikuti keluarnya jaringan

Instruksi Post Kuretase :

IX.

Terapi Amoxicilin 3x500 mg, Asam Mefenamat 3x500 mg, Ranitidin 2x1 tab

FOLLOW UP

Hari/
Tanggal

18/2/14

PPV (+), mual (-), Vital sign :


TD:110/70
muntah (-)
mmHG
N:68X/menit
RR:18x/menit
S:36,50C
St.Generalis :
KU/Kes
:

G1P0A0U20H Transfusi PRC


14mgg+3hr
Missed

1 kantong
Infus RL 20

abortion

tpm
Cek Hb post
transfusi

baik/compos
mentis
Mata

konjungtiva
anemis +/+
Thorax : C/P
dbn
Abdomen

supel, bu (+)
Ekstremitas :
akral hangat
19/2/14

Tidak ada keluhan

+/+/+/+
Vital sign :
TD:110/70

G1P0A0U20H -Pro Kuretase


-Transfusi
14mgg+4hhr
Missed
PRC
1

mmHG
N:76X/menit
Abortion
RR:20x/menit
S:36,50C
St.Generalis :
KU/Kes
:
baik/compos
mentis
Mata

anemis +/+
Thorax : C/P
:

supel, bu (+)
Ekstremitas :
akral hangat
+/+/+/+

RL+oksitosin
20tpm
Cek Hb post
transfusi

konjungtiva

dbn
Abdomen

kantong
-Infus

20/2/14

Pasien tidak ada Vital sign :


TD:100/70
keluhan
mmHG
N:92X/menit
RR:20x/menit
S:36,50C
St.Generalis :
KU/Kes
:

P0A1U20
Transfusi PRC
Post kuretase Infus RL
H+0
missed

a/i 20tpm
Amoxicilin

abortion

baik/compos
mentis
Mata

3x500mg
As.mefenam
at 3x500mg
Ranitidin
2x1tab

konjungtiva
anemis +/+
Thorax : C/P
dbn
Abdomen

supel, bu (+)
Ekstremitas :
akral hangat
21/2/14

+/+/+/+
flek-flek Vital sign :
P0A1U20
TD:120/70
dari jalan lahir
Post kuretase
mmHG
H+1
N:84X/menit
RR:20x/menit
S:36,50C
St.Generalis :
KU/Kes
:
Keluar

baik/compos
mentis
Mata

anemis +/+
Thorax : C/P
:

supel, bu (+)
Ekstremitas :
akral hangat
+/+/+/+

mefenamat
3x500mg
-Amoxylin
3x500mg
-Ranitidin
2x1tab
-Boleh
pulang

konjungtiva

dbn
Abdomen

-Asam

bila

Hb >8,5
-Kontrol
poli
kandungan

ke

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 18 Februari 2014
Hematologi
Massa Pendarahan
: 01min 30sec
Masa Pembekuan
: 07min 30sec
Kimia Klinik
SGOT
20
U/L
SGPT
11
U/L
Urin Rutin
Makroskopis
Warna
Kuning
Kekeruhan
Agak keruh
pH
6.0
Jamur
negatif
Protein
negatif
Reduksi
negatif
Mikroskopis
Leukosit
10-15
Eritrosit
1-2
Silinder
Epitel
2-4
Kristal
negatif
Amorf
negatif
Bakteri
Pos (2+)
Trikomonas
negatif
Lain-lain
negatif

n :1-3
n : 5-15
n : <31
n : <31

4.8-7.8
negatif
negatif
negatif

negatif
negatif

Tanggal 19 Februari 2014


Pemeriksaan Darah Lengkap :

Hb
Ht
Lekosit
Trombosit

: 6.7 g/dL
: 21.30 %
: 9.7 /uL
: 161000/ uL

n : 12-14 g/dL
n : 37- 47 %
n : 5000-10000/uL
n : 150000-400000/ uL

Tanggal 20 Februari 2014


Pemeriksaan Darah Lengkap :

Hb
Ht
Lekosit
Trombosit

: 8.0 g/dL
: 23.90 %
: 9.7 /uL
: 134000/ uL

n : 12-14 g/dL
n : 37- 47 %
n : 5000-10000/uL
n : 150000-400000/ uL

BAB III
PEMBAHASAN
1. Definisi Abortus
Abortus adalah Istilah untuk semua kehamilan yang berahir sebelum periode viabilitas
janin, yaitu lahir sebelum berat janin 500 gr atau bila usia kehamilan

kurang dari 20

minggu.4
2. Etiologi Abortus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya
pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal
yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan
muda. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai
berikut:
a. Kelainan kromosom.

Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinggga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

d. Kelainan pada plasenta


Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini
biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
e. Penyakit ibu.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui
plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.
f. Kelainan endokrin
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik
pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya
abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun
tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
g. kelainan traktus genitalia

retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.
Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversion uteri gravid inkarserata atau mioma
submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah
serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada seviks, dilatasi
serviks berlebihan,konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
3. Patologi Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis
jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil
konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua
lebih dalam, sehingga hasil konsepsi mudah dilepaskan. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu
villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul dengan plasenta.
Pedarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum)
atau janin telah mati dalam waktu yang lama (missed abortion).
Apabil mudigah yang mati tidak dikeluarkan secepatnya, maka akan menjadi mola karneosa.
Mola karneosa merupakan suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah. Kapsul
memiliki ketebalan bervariasi, dengan villi koriales yang telah berdegenerasi tersebar
diantaranya. Rongga kecil didalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi
akibat dinding bekuan darah lama yang tebal. Bentuk lainnya adalah mola tuberosa, dalam
hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi.
Mumifikasi merupakan proses pengeringan janin karena cairan amnion berkurang akibat
diserap, kemudian janin menjadi gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut janin
dapat menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak cepat dikeluarkan adalah terjadinya maserasi.
Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah.
Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan. Organ-organ dalam
mengalami degenerasi dan nekrosis.
4. Klasifikasi abortus
Secara umum abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
A. Abortus spontan
Abortus yang terjadi yang tidak dlalui oleh factor mekanis maupun factor medisinalis sematamata disebabkan oleh factor alamiah.2
B. Abortus provokatus
Adalah abortus yang disengaja,baik dengan memakai alat-alat atau menggunakan obatobatan.2

Klinis abortus spontan dibagi menjadi beberpa bagian yaitu:


1. Abortus imminens
Abortus imminens ialah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

2. Abortus insipiens
Abortus insipiens ialah peristiwa peradrahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam
ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan

tidak banyak dan bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus
dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.

3. Abortus inkompletus
Abortus inkomplitus ialah pengeluaran sebagan hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan pada abortus inkomplitus
dapat banyak sekali , sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti
sebelum sisa konsepsi dikeluarkan.

4. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.

5. Missed abortion

Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi
diduga pengaruh hormon progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

6. Abortus habitualis
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Etiologinya pada dasarnya sama dengan etiologi abortus spontan. Selain itu telah ditemukan
sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross
reactive (TLX). Sistem TLX ini merupakan cara untuk melindungi kehamilan.
7. Abortus infeksiosus, abortus septic

Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus septik
ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke daam peredaran
darah atau peritoneum.6
Penyebab dari abortus ada beberapa factor seperti:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering dijumpai pada abortus spontan
. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan disekitar endometrium kurang sempurna
sehingga bisa mengganggu pertumbuhan janin
. Pengaruh dari luar. Radiasi,virus,obat-obatan. Pengaruh ini disebut sebagai pengaruh
teratogen
b. Kelainan pada plasenta

Bila oksigenasi plasenta terganggu maka akan mengganggu pertumbuhan janin sehingga
janin akan mati. Kelainan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun
c. Penyakit ibu
Penyakit seperti pneumonia,tifus abdominalis, pielonefritis dan malaria dapat menyebabkan
abortus.Toksin dari bakteri,virus atau plasmodium dapat menembus plasenta dan masuk
kedalam tubuh janin sehingga terjadi abortus
d. Kelainan genitalia ibu
Misalnya ibu menderita hipoplasia uteri,uterus yang letaknya tidak normal,tidak
sempurnanya persiapan uterus dalam menerima hasil konsepsi.2,3
Dari berbagai macam abortus diatas maka penulis hanya menerangkan tentang Missed
Abortion.
Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan di dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu
sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tandatanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion
juga diawali dengan abortus imminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan
janin terhenti. Pada pemeriksaaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu
dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus
yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan yang disertai
gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bila missed abortion berlangsung
lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan penjendalan darah
oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan
evakuasi dan kuretase.
A. Diagnosis Abortus.
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan tersebut diperkuat

dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes
kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologik (Pregnosticon, Gravindex).
Sebagai kemungkinan diagnosis yang lain harus dipikirkan kehamilan ektopik terganggu,
mola hidatidosa, atau kehamilan dengan kelainan pada serviks.
Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang sulit dibedakan dengan
abortus dimana uterus posisi retroversi. Pada keduanya ditemukan amenorea disertai
perdarahan pervaginam, rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor dibelakang uterus.
Tetapi keluhan nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala
menunjukan kehamilan ektopik terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis untuk memastikan
diagnosanya. Pada molahidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenorea
dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan terhadap molahidatidosa, perlu dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi.
Karsinoma serviks uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan.
Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan spekulum,
pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan pasti.
Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan
memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan
mengecilnya uterus yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan.
Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak
membesar lagi bahkan mengecil, tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin
menghilang. Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati
dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion
kadang-kadang disertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga
pemerikaan kearah ini perlu dilakukan
B. Penanganan Abortus
1. Penilaian awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :

Keadaan umum pasien

Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90
mmHg, nadi > 112 x/menit

Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan
bebas dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.

Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri
perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau
pingsan.

Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)

2. Penanganan spesifik
Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan :

Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi
(kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.

Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan
dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.

Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan


pembekuan darah.

Pengelolaan missed abortion harus diutarakan pada pasien dan keluarganya secara baik
karena resiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan
atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Faktor mental penderita perlu

diperhatikan, karena umumnya penderita merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak
tumbuh atau mati. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu, tindakan evakuasi dapat
dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase serviks uterus
memungkinkan. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan
keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu
untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis. Beberapa cara dapat
dilakukan antara lain dengan pemberian infus intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10
unit dalam 500 cc dekstrose 5 % tetesan 20 tetes permenit dan dapat diulangi sampai total
oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan
tubuh. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hati dan kemudian induksi diulangi
biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin ataupun jaringan konsepsi berhasil keluar dengan
induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau
sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang banyak
disebutkan adalah dengan pemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang
dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam. Dengan obat ini kan terjadi pengeluaran hasil
konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi ataupun kuretase
dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit pada tindakan
missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang menempel pada dinding
kavum uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu disiapkan
transfuse darah segar atau fibrinogen. Pascatindakan jika perlu dilakukan pemberian infus
intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.
C. Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.

Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.

Infeksi

Syok

KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:


1. Diagnosis utama pada kasus ini adalah Missed Abortion yang didapatkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
2. Penatalaksanaan di RSUD Kota Semarang yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat
yaitu dengan melakukan evakuasi uterus dengan teknik suction curetage, dengan catatan
anemia sudah cukup teratasi

DAFTAR PUSTAKA
1.

Wijanegara,Hidayat,dkk. Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri & Ginekologi RSUP Dr.
Hasan SadikinBagian II Ginekologi. Bandung : Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin, 1997.

2.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kandungan. Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007.

3.

Wibowo, Budiono. Ilmu Kebidanan. Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.

4.

Taber Ben-Zion,Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi,EGC,Jakarta,1994

You might also like