Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Asep Iskandar
31112118
Beny Riyanto
31113060
31113062
31113068
31113085
31113086
31113091
Kelompok 5
Farmasi 3B
Tanggal Praktikum 26 April 2016
PRORGAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2016
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mampu membuat dan memahami pembuatan sediaan steril bentuk obat
suntik.
b. Mampu memahami macam-macam teknik sterilisasi.
c. Mampu melakukan evaluasi sediaan obat suntik.
II.
DASAR TEORI
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen
4.
5.
yaitu:
1.
2.
3.
Larutan
sejati
dengan
pembawa
campuran,
contohnya
Injeksi
4.
5.
Phenobarbital.
Suspensi steril dengan pembawa air, contohnya Injeksi Calciferol.
Suspensi steril dengan pembawa minyak, contohnya Injeksi bismuth
6.
7.
subsalisilat.
Emulsi steril, contohnya Infus Ivelip 20%.
Serbuk kering dilarutkan dengan air.
IV.
Kelarutan : Mudah larut dala air; sangat mudah larut dalam etanol.
Fungsi : Dapar
pH : 4,1- 4,5
OTT : Aluminium, kalsium, garam magnesium.
Stabilitas : Dengan pemanasan pada suhu 100 C akan kehilangan air
kristal. (Excipient hal 457)
Na. Pospat dibasa/Dinatrii Hydrogen Phosphas (Na2HPO4)
OTT
: Dalam sedian farmasi, air dapat beraksi dengan obat dan zat
PENDEKATAN FORMULA
Bahan
Natrium Thiosulfat
Natrium Dihidrogen
Fosfat
Dinatrium Hidrogen
Fosfat
Aqua Pro Injec
VI.
Jumlah
10 g
0,04 g
Sebagai dapar
0,9 mg
Sebagai dapar
add 100 ml
Pelarut
Perhitungan Tonisitas:
W
W
W=
W=
tb
0,181
0,202
0,126
C
10
0,04
0,6
W
Dapar fosfat pH 8 (FI III)
5 ml larutan NaH2PO4 0,8% =
/100 ml
/100 ml
STERILISASI
Sterilisasi Alat
Alat
Beker glass
Corong
Kertas saring
Spatula logam
Batang pengaduk
Syringe
Strerilisasi
Otoklaf 115-116oC
Otoklaf 115-116oC
Otoklaf 115-116oC
Otoklaf 115-116oC
Otoklaf 115-116oC
Otoklaf 115-116oC
Waktu
30 menit
30 menit
30 menit
30 menit
30 menit
30 menit
2. Sterilisasi Sediaan
Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.
VIII.
PENIMBANGAN BAHAN
Dibuat dalam 100 ml :
IX.
1.
Na2S2O3
2.
NaH2PO4
3.
Na2HPO4
PROSEDUR
No.
1.
Pengelolahan
Didihkan aqua pro injectionum (a.p.i) dalam beaker glass selama
10 menit
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
X.
EVALUASI
No
Perlakuan
Uji pH
Uji Kejernihan
Uji Volume
Terpindahkan
Uji Partikulat
Uji Kebocoran
Vial ke
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
Pengamatan
8
8
8
8
8
8
8
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
100%
97%
100%
100%
100%
100%
98%
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak bocor
Tidak bocor
Tidak bocor
Syarat
pH 8 9,5
(memenuhi
syarat)
Jernih
(memenuhi
syarat)
Lebih besar
dari 95%
(memenuhi
syarat)
Tidak
ada/bebas
dari partikulat
(memenuhi
syarat)
Tidak bocor
(memenuhi
syarat)
4
5
6
7
XI.
Tidak bocor
Tidak bocor
Tidak bocor
Tidak bocor
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami akan mencoba membuat sediaan larutan
Phospat. Dalam pembuatan sediaan ini, di buat dengan metoda pembuatan injeksi
pelarutnya adalah air. Natrium thiosulfat merupakan garam yang dapat di berikan
secara empiris pada orang yang keracunan sianida, zat ini pun stabil dalam
larutan pembawa air.
Natrium thiosulfat biasa digunakan sebagai zat aktif yang memiliki khasiat
sebagai antidotum atau penawar racun. Injeksi natrium thiosulfat dikemas dalam
wadah dosis tunggal, yakni suatu wadah kedap
udara
yang mempertahankan
tunggal
dan
steril.
Dalam pembuatan sediaan
aqua
pro
injection
injeksi
natrium
thiosulfat,
diperlukan
diperlukan dalam percobaan ini yakni larutan penyangga yang berfungsi untuk
menjaga pH larutan agar tetap konstan. Kedua larutan ini perlu dicampur sampai
benar-benar jernih, karena bila larutan tidak jernih maka dikhawatirkan ketika
obat dinjeksikan kedalam tubuh akan terbentuk emboli dan terjadi rasa nyeri.
Pada penambahan pembawa air yang digunakan (aqua pro injeksi),contoh
tiosulfat yang beredar di pasaran berdasarkan sedian injeksi Menurut FORNAS
(Formularium Nasional) sediaan steril tiap thiosulfat mengandung dosis 100 mg
dengan penambahan Zat tambahan yang cocok secukupnya lalu add API ad 1 ml.
Massa Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda,
terlindung dari cahaya. Sediaan injeksi ini mempunyai stabilitas pH antara 8 9,5
menurut USP dan biasanya tidak pernah menggunakan bahan pengawet dan anti
oksidan, penggunaan stabilatornya kita bisa menggunakan dapar phospat yang di
aliri dengan gas N2.
aseptis.
Metode
ini
didasarkan
pada
kestabilan
bahan
dengan
metode
sterilisasi
adalah
suatu keadaan
dimana tekanan osmose larutan obat yang sama dengan tekanan osmose tunuh kita
(darah,
air
mata).
Sedang
hipotonis
osmostis larutan obat kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh. Hipertonis adalah
tekanan osmotis larutan obat lebih dari tekanan osmotis cairan tubuh.
Tekanan osmotik diartikan sebagai gaya yang dapat menyebabkan air atau
bahan pelarut lainnya melintas masuk melewati membran semipermeable ke
dalam larutan pekat. Dari hasil perhitungan didapatkan tonisitas larutan adalah
-2,45%,
artinya
larutan
tersebut
hipertonis,
dimana
larutan
memilki
osmolalitas yang lebih tinggi dari plasma sehingga dapat terjadi plasmolisis atau
hilangnya kadar air dari sel darah, sehingga sel darah akan mengkerut.Jadi
sebaiknya larutan injeksi harus isotonis, kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis,
tetapi jangan sampai hipotonis. Cairan tubuh manusia masih dapat menahan
tekanan osmotis larutan injeksi yang sama nilainya dengan larutan NaCl 0,6 2,0
% b/v.
Sterilisasi pada percobaan ini dilakukan dengan sterilisasi uap dengan
autoklaf dan menggunakan uap air dengan tekanan tinggi. Mekanisme
penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan
koagulasi beberapa protein esensial organisme tersebut. Adanya uap air yang
panas dalam sel mikroba, menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif
rendah Pada sediaan dilakukan evalusi secara fisika diantaranya penampilan fisik
wadah, jumlah sediaan & keseragaman volume, kejernihan sediaan, dan
kebocoran.
Penampilan fisik wadah
menunjukkan penampilan fisik wadah baik. Jumlah sediaan. Uji ini dilakukan
untuk memastikan produk kahir memiliki volume yang sama dengan yang
telah dikonversikan dalam pembuatannya karena pada tahap awal volume yang
dibuat telah ditentukan tiap
vialnya
dengan
volume
yang
sama.
Jika
volume tidak seragam dikhawatirkan kadar zat aktif dalam sediaan tidak sama.
Hasil pengamatan menunjukan volume dari 6 vial adalah sama yaitu 10,5 ml.
Uji kejernihan. Uji kejernihan ini artinya bebas dari semua zat-zat yang
bergerak, senyawa yang tidak larut, termasuk pengotor-pengotor seperti debu.
Sediaan memenuhi persyaratan jika tidak ditemukan pengotor/kotoran dalam
larutan. Pada semua sediaan yang dibuat menunjukan kejernihan yang bagus
ketika dilihat ditempat yang terang.
Pada uji kebocoran, diketahui tidak ada vial yang bocor. Uji kebocoran ini
dilakukan untuk memastikan bahwa vial yang digunakan benar-benar baik
kondisinya. Jika terdapat kebocoran akan ada kemungkinan obat untuk keluar,
sehingga dosis yang didapatkan tidak sesuai dengan dosis yang diinginkan.
KESIMPULAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspense atau serbuk
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI, (1995). Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta:
Depkes RI
Harjasaputra, Purwanto, dkk. (2002). Data Obat di Indonesia. Jakarta: Grafidian
Mediapress
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (1998). ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta: PT.
Widia
Reynold, James E F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight
edition. London: The Pharmaseutical Press.
Tjay, Tan Hoan,dkk. (2003). Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia
Waide, Ainley, and Waller, Paul J. (1994). Handbook of Pharmaseutical
Exipients. Second edition. Washington: American Pharmaseutical
Association
LAMPIRAN
Dokumentasi Pembuatan Obat Suntik Natrium Tiosulfat
No
Gambar
Keterangan
Mencampurkan larutan
Pengecekan pH
Filtrasi
Hasil akhir
Dokumentasi Evaluasi
NO
Gambar
Keterangan
Uji pengukuran pH
Hasil pengukuran pH
Uji partikulat