Professional Documents
Culture Documents
EFUSI PLEURA
A. Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa
darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995)
B. Etiologi
1.
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2.
virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena
tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena
tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
D. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya
tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase
cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena
(gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan
eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic
koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi.
Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya
tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar
proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut
kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks),
pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat
laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
F. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta
dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung
kongestif, pneumonia, sirosis).
Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna
keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau
minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit,
dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan
selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau
pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang
pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah
plerektomi, dan terapi diuretic.
G. Water Seal Drainase (WSD)
1. Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan
cairan melalui selang dada.
2. Indikasi
rakotomi
usi pleura
3. Tujuan Pemasangan
ngeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura
pikal
elang pada interkosta III mid klavikula
sal
elang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal,
Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada :
hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau
kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat,
krepitasi subkutan
I.
Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan),
gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan,
penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
-
Intervensi :
Identifikasi etiologi atau factor pencetus
a.
Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
tensitas nyeri
a nyeri
3. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang
pendidikan keamanan/pencegahan
Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas
Kriteria hasil :
-
Intervensi :
Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan
Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah
Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup steril
sesuai kebutuhan
Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang
Intervensi :
Kaji pemahaman klien tentang masalahnya
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Doenges
Mailyn, Rencana
Asuhan
Keperawatan
Pedoman
untuk
4.
FKUI.1982.
5.
EGC. 1995.
6.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC,
1997.
8.
LP Efusi Pleura
Posted by dwixhikari pada 6 November 2009
LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURA
A. Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun
biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan
parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
B. Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis,
penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses
amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik,
kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar : Peningkatan
tekanan kapiler subpleural atau limfatik.
Penurunan tekanan osmotic koloid darah. Peningkatan tekanan negative intrapleural. Adanya inflamasi atau
neoplastik pleura
Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi
didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu.
Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada
auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
D. Patofisiologi
Terlampir.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila
cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di
mediatinum.
Ultrasonografi
Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis.
Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin
serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin
berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel
darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis
sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
F. Penatalaksanaan medis
Terlampir.
H. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
4. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infuse
5. nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke
leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
6. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun
dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak
diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan
pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan
I. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal,
nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot
aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA tak normal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal
Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
Identifikasi etiologi atau factor pencetus. Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda
vital). Auskultasi bunyi napas. Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus. Pertahankan posisi
nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur
Bila selang dada dipasang :
a. Periksa pengontrol penghisap, batas cairan
b. Observasi gelembung udara botol penampung
c. Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
d. Awasi pasang surutnya air penampung
e. Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
Berikan oksigen melalui kanul/masker
2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol
Pasien tampak tenang
Intervensi :
Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri. Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan
distraksi dan relaksasi. Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi. Kaji
keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri. Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan
keamanan/pencegahan
Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas
Kriteria hasil :
Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi
Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik
Intervensi :
Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan. Amankan unit drainase pada
tempat tidur dengan area lalu lintas rendah. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti
ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan. Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang. Observasi
tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Tujuan : Mengetahui tentang kondisinya dan aturan pengobatan
Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman tentang masalahnya
Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup untuk mencegah terulangnya
masalah
Intervensi :
Kaji pemahaman klien tentang masalahnya. Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang. Kaji
ulang praktik kesehatan yang baik, nutrisi, istirahat, latihan. Berikan informasi tentang apa yang ditanyakan
klien. Berikan reinforcement atas usaha yang telah dilakukan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakarta, EGC, 2000.
Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999.
Hudak, Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta. EGC. 1997.
Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995.
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarths, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC,
2002.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Edisi 5. Jakarta
EGC. 1998.
Tentang iklan-ikla
https://rentalhikari.wordpress.com/2009/11/06/efusi-pleura/
LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURA
1. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana penumpukan cairan dalam
pleura
berupa
ketidakseimbangan
transudat
dan
eksudat
antara
produksi
dan
yang
absorpsi
diakibatkan
di
terjadinya
kapiler
dan
pleura
merupakan
gejala
atau
komplikasi
dari
suatu
cairan
di
penyakit
(Muttaqin,
2008).
Efusi
pleural
adalah
proses
penyakit
primer
akibat
penyakit
lain.
penumpukan
jarang
Efusi
terjadi
dapat
namun
berupa
dalam
biasanya
cairan
ruang
pleural,
terjadi
sekunder
jernih,
yang
mungkin
merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C
Diane, 2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang
penyakit
cairan
terjadi
lain.
tetapi
Secara
biasanya
normal,
merupakan
ruang
berfungsi
pleural
penyakit
sebagai
sekunder
mengandung
pelumas
terhadap
sejumlah
yang
kecil
memungkinkan
(Brunner&Suddarth, 2002).
2. PENYEBAB
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat, dan hemoragi.
a. Transudat
Dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),
sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava
superior dan tumor.
b. Eksudat
Disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan
penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi
Dapat disebabkan adanya tumor, trauma, infark paru dan tuberkulosis.
Batuk
2)
Dispnea
3)
4)
5)
Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
6)
panas
tinggi
(kokus),
subfebril
keringat.
7)
8)
9)
(tuberkulosisi),
banyak
11) Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,
bronkiektasis, abses dan TB paru.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium
yang
spesifik
adalah
dengan
memeriksa
cairan
ke-8.
Didapati
(hemothoraks),
serosa
mungkin
pus
cairan
yang
(piothoraks)
berupa
transudat
mungkin
atau
serosa
kilus
(serothorak),
(kilothoraks).
(hasil
bendungan)
kultur
bakteri,
atau
berdarah
Bila
cairan
eksudat
(hasil
radang).
5) Cairan
pleural
dianalisis
dengan
pewarnaan
gram,
basil
tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan
kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis
sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
6) Biopsi
pleura berguna
untuk
mengambil
spesimen
jaringan
pleura
melalui
biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya selsel
ganaa
atau
kuman-kuman
penyakit
(biasanya
kasus pleurisy
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta
dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (gagal jantung
kongestif, pneumonia, sirosishepatis).
2) Thorasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen
guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
3) Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa
hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan
protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang
diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke
system drainase water-sealatau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura
dan pengembangan paru.
4) Agen
yang
kedalam
secara
ruang
kimiawi
pleura
mengiritasi,
untuk
seperti
mengobliterasi
ruang
tetrasiklin
pleural
dimasukkan
dan
mencegah
jalan
nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
adanya hipersekresisecret/mukus
2) Ketidakefektifan
pola
pernapasan
berhubungan
dengan
menurunnya
ekspansi
8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan
secret/mukus
nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
adanya
Tujuan
fungsi
bunyi
Rasionalisasi
paru,
napoas
adanya
1. Penurunan
tambahan, menandakan
perubahan
irama
kedalaman,
penggunaan
dan wheezing
bunyi
napas
mungkin
atelektasis,
ronchi,
menunjukkan
adanya
sekret,
dan
otot- akumulasi
otot aksesori
napas
penggunaan
otot
menyebabkan
aksesori
dan
menurunkan
ekspansi
upaya
paru
dan
pernafasan.
atelektasis,
mempermudah
3. Menganjurkan
banyak
3. Untuk
mengencerkan
secret
untuk
sehingga mudah dikeluarkan
terutama air
pasien
minum
hangat
4. Mengajarkan
nafas
dalam
kebutuhan
O2
dan
mobilisasi secret
batuk efektif
5. Pertahankan
4. Memenuhi
dan
intake
5. Intake
cairan
2500 ml/hari
penimbunan
cairan
mengurangi
sekret,
memudahkan
pembersihan
4. Kolaborasi :
a. Pemberian oksigen lembab
a. Mencegah
mukosa
membran
b. Mucolytic agent
c. Bronchodilator
kering,mengurangi sekret
b. Menurunkan
sekret
pulmonal
danmemfasilitasi bersihan
c. Memperbesar
ukuran
lumen
pada
pada
tracheobronchial
percabangan
dan
menurunkan
pertahanan aliran.
d. Kortikosteroid
d. Mengatasi
respons
inflamasi
Kriteria hasil :
Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batasnormal, pada
pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan
Rasionalisasi
faktor
1. Denganmengidentifikasikan
penyebab,
kita
dapat
menentukan jenis efusi pleura
sehingga
dapat
mengambil
tindakan yang tepat
2. Dengan
mengkaji
kualitas,
frekuensi
dan
kedalaman
pernafasan,
kita
dapat
mengetahui
sejauh
mana
perubahan kondisi pasien
diafragma
daerah
dada
laporkan
setiap
yang terjadi.
perubahan sehingga
maksimal
ekspansi
paru
bisa
3. Membaringkan
pasien
dalam
posisi yang nyaman, dalam
posisi duduk, dengan kepala
tempat tidur ditinggikan 60
4. Peningkatan RR dan tachcardi
90 derajat
merupakan
indikasi
adanya
penurunan fungsi paru
4. Mengobservasi
tanda-tanda
vital (suhu, nadi, tekanan
5. Auskultasi dapat menentukan
darah, RR dan respon pasien)
kelainan suara nafas pada
bagian paru-paru
5. Melakukan
auskultasi
nafas tiap 2-4 jam
suara
6. Menekan daerah yang nyeri
ketika
batuk
atau
nafas
dalam.
Penekanan
otot-otot
dada serta abdomen membuat
batuk lebih efektif
7.
6. Membantu
dan
mengajarkan
pasien untuk batuk dan nafas
dalam yang efektif
Pemberian
oksigen
dapat
menurunkan beban pernafasan
dan
mencegah
terjadinya sianosis
akibat
hiponia. Dengan foto thorax
dapat dimonitor kemajuan dari
berkurangnya
cairan
dan
kembalinya daya kembang paru
Intervensi
Rasionalisasi
nafas,
tambahan,
bunyi
peningkatan
nafas menyebabkan
efek
yang
dapat
luas,
2.Evaluasi
pulmonal
sehingga
menghasilkan
kesadaran,
2. Akumulasi
sekret
dapat
yang
mengganggu
vital
untuk
outflow
mencegah
napas
usaha
kolaps
yang
doistribusi
udara,
karena
sempit,
jalan
membantu
udara
dan
dan
saturasi
atau
5.Monitor ABGs
kebutuhan
untuk
perubahan
terapetik
6. Mengoreksi
hypoxemia
meyebabkan
penurunan
dan
yang
terjadinya
sekunder
berkurangnya
ventilasi
permukaan
alveolar.
6.Kolaborasi suplemen oksigen
4. Gangguan rasa nyaman/ Nyeri dada berhubungan dengan proses peradangan pada
rongga pleura
Tujuan
mengatakan
nyeri
Intervensi
Rasionalisasi
pasien
tampak tenang
1. Mengkaji
terhadap
nyeri,
dan
skala
adanya
1. Untuk
mengetahui
nyeri
yang
nyeri
mengambil
intervensi
yang
pada
manajemen
distraksi
relaksasi
efektif
untuk
nyeri
dan
3. Memberikan
gerakan
dan
distraksi
dan
pasien
dan
kenyamanan
mencegah
pada
infeksi
menghindari iritasi
4. Mengurangi rasa nyeri
4. Memberikan
analgetik
sesuai
indikasi
5. Intoleransi
O2
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
suplai
dengan kebutuhan
Tujuan
aktivitas
secara
optimal,
pasien kelihatan
segar
dan
Intervensi
Rasionalisasi
1. Mengevaluasi respon
pasien
1. Mengetahui
sejauh
mana
saat
beraktivitas,
catat kemampuan
pasien
keluhan dan tingkat aktivitas dalammelakukan aktivitas
serta adanya perubahan tandatanda vital
2. Membantu
Pasien
kebutuhannya
3. Melibatkan
keluarga
perawatan pasien
memenuhi
lebih 40%
jumlah
makanan,
berat badan
normal dan
Intervensi
1. Memberi
motivasi
Rasionalisasi
tentang
1. Kebiasaan
pentingnya nutrisi
makan
seseorang
pengetahuannya tentang
pada
fungsi
pencernaan
2. Mengauskultasi
suara
usus
4. Makanan
3. Melakukan oral hygiene setiap
hari
4. Memberi
tidak
banyak
reflek
makanan
dalam
porsi
dalam
porsi
membutuhkan
selingan
kecil
energi,
memudahkan
hasil
DAFTAR PUSTAKA
er&Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, edisi:Volume 1. Jakarta: EGC.
oer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi: 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Martha, Smith Kelly. 2012. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta:Digna Pustaka.
qin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika.
Diposkan oleh safrin leka di 20.52
DEFINISI
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995). Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana
terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis
dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat
( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).
2.
ETIOLOGI
Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,
eksudat dan hemoragis
a.
b.
tumor, ifark
infark paru,
d.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan
penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada
penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik,
asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis
3.
EPIDEMIOLOGI
Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang,
salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi
tuberkolosis. Bila di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh
gagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika efusi
pleura menyerang 1,3 juta org/th. Di Indonesia TB Paru adalah peyebab utama
efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3 efusi pleura maligna mengenai wanita.
Efusi pleura yang disebabkan karena TB lebih banyak mengenai pria. Mortalitas
dan
morbiditas
efusi
pleura
ditentukan
berdasarkan
penyebab,
tingkat
4.
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal rongga pleura mengandung kurang lebih 10-20cc
cairan dengan konsentrasi protein rendah, terdapat diantara pleura parietalis
dan pleura visceralis yang berfungsi sebagai pelicin agar gerakan kedua pleura
tidak terganggu saat respirasi. Cairan ini dibentuk oleh kapiler pleura parietalis
dan direabsorbsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura visceralis.
Keseimbangan ini tergantung pada tekanan hidrostatik dan osmotik dan
kemampuan reabsorbsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura dan
kemampuan penyaluran oleh pemuluh getah bening. Pada keadaan patologis
rongga pleura dapat menampung beberapa liter cairan. Efusi pleura dapat terjadi
karena adanya peningkatan tekanan hidrostatik sistemik, penurunan tekanan
osmotik koloid darah akibat hipoproteinemi, kerusakan dinding pembuluh darah,
gangguan penyerapan kembali cairan pleura oleh saluran pembuluh getah
bening, robeknya pembuluh darah atau saluran getah bening dan cairan acites
yang dapat masuk melalui pembuluh getah bening diafragma.
Penjelasan secara ringkas seperti pada berikut
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologik mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan
diagnosis efusi pleura, meskipun tidak berguna dalam menentukan faktor
penyebabnya. Pada foto toraks terlihat perselubungan homogen dengan batas
atas yang cekung atau datar, dan sudut kostofrenikus yang tumpul; cairan
dengan jumlah yang sedikit hanya akan memberikan gambaran berupa
2)
CT scan dada: CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan
bisa menunjukkan adanyapneumonia, abses paru atau tumor.
3)
USG dada: USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan
yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
b.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan
pemeriksaan
terhadap
contoh
cairan
yang
diperoleh
melalui
1)
2)
Dilakukan
pemeriksaan
gram,
kultur,
sensitifitas
4)
d.
Biopsi
untuk
mengetahui
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah
penumpukan
kembali
cairan,
dan
untuk
menghilangkan
dilakukan
untuk
membuang
cairan,
untuk
mendapatkan
pengembangan paru.
Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan
kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah
akumulasi cairan lebih lanjut.
Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding
dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
B.
1.
PENGKAJIAN
a.
Data Dasar
Identitas Pasien
Penanggung
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Status Perkawinan
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Bahasa
yang
digunakan
Pekerjaan
Alamat
Diagnosa medis
Sumber biaya
Hub.
dengan
keluarga
b.
Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan Utama
2)
3)
4)
c.
Data Bio-Psiko-Spiritual
1)
Bernapas
Mengeluh sesak nafas, batuk, Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan
pada dada, retraksi interkostal, bunyi napas menurun dan fremitus menurun
perkusi dada : hiperresonan di area terisi udara dan bunyi pekak di area terisi
cairan. Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila
trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit :pucat,
sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
2)
3)
Eliminasi
BAB
BAK
4)
Aktivitas
Mudah lelah, dan sesak saat beraktivitas.
5)
6)
7)
Kebersihan diri
Kurang terawat akibat ttidak dapat melakukan aktivitas dengan optimal.
8)
Rasa Nyaman
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
9)
Rasa aman
ketakutan, gelisah, cemas akan penyakit yang diderita.
13) Prestasi
Mengkaji prestasi yang pernah didapat klien.
14) Spiritual
Dalam melaksanakan kegiatan keagamaan, pasien mengalami gangguan akibat
susahnya melaksanakan aktivitas.
d.
Pengkajian Fisik
1)
Kesadaran Umum
Kesan umum : lemah
Kesadaran
: compos metis
Postur tubuh
: sedang, kurus
Kebersihan diri
Turgor kulit
Warna kulit
2)
3)
: baik
: menurun
: sawo matang
Gejala Kardinal
Suhu
: hipertermi
Nadi
: takikardi, diritmia
TD
: hipertensi/hipotensi
RR
: Takipnea
Pemeriksaan Fisik
Gejala yang ditemukan melalui pemeriksaan fisik bervariasi tergantung dari
volume efusi pleura. Secara umum, tidak dapat ditemukan jika volumenya < 300
ml. Jika > 300 ml pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan diantaranya:
a)
Mata
b)
Hidung
c)
Thorax
Egofoni
Pergeseran mediastinum hanya terlihat pada efusi yang masif (>1000 mL). Pada
gambaran radiologi dijumpai adanya pergesaran trakea dan mediastinum ke
arah kontra lateral lesi efusi.
d)
Cor
: S3 gallop
e)
f)
e. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium menunjukkan adanya peningkatan leukosit
2.
DIAGNOSAKEPERAWATAN
a.
Data Fokus
1) Data subyektif
a.
b.
c.
Mengeluh demam
d.
2)
Data obyektif
a.
b.
c.
Kadang meringis
d.
Batuk
e.
Dada tampak cembung, ruang antar iga datar, kurang bergerak sat
pernafasan/tertinggal.
f.
g.
h.
a.
b.
c.
Cemas
sehubungan
dengan
adanya
ancaman
kematian
yang
dibayangkan
Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan sesak
nafas serta perubahan suasana lingkungan Barbara Engram).
e.
f.
3.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan Asuhan Keperawatan EfusiPleura:
a.
Diagnosa Keperawatan I
Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan
Kriteria hasil
pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar
jelas.
Rencana tindakan :
1)
2)
Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat
mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
3)
Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat
tidur ditinggikan 60 90 derajat.
Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
maksimal.
4)
Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).
Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi
paru.
5)
6)
Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot
dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.
7)
Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.
Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah
terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari
berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru.
b.
Diagnosa Keperawatan II
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.
Tujuan
Kriteria hasil
2)
3)
4)
5)
6)
7)
c.
terjadi kecemasan.
Kriteria hasil
dengan keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur
dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali permenit.
Rencana tindakan :
1)
Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler.
Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya.
Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak
kerjasama dalam perawatan.
2)
3)
4)
5)
6)
d.
Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan nyeri
pleuritik.
Tujuan :Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.
Kriteria hasil
: Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa
mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan
pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.
Rencana tindakan :
1)
2)
Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien
sebelum dirawat.
Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan mengganggu
proses tidur.
3)
4)
e.
Diagnosa Keperawatan V
Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan
(keadaan fisik yang lemah).
Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya
perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
2)
3)
4)
5)
Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan metabolisme.
6)
f.
Diagnosa Keperawatan VI
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.
Kriteria hasil :
1)
2)
PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi
medik.
3)
Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup
yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.
Rencana tindakan :
1)
2)
3)
Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada
tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).
4)
5)
Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).
Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.
4.
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan.
5.
EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh
mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang
terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi keperawatan.
a.
Evaluasi Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawata dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang
dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b.
Evaluasi Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif, fleksibel dan
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Sely.
2009.
Keperawatan
Empiema.
Available
at: http://sely
biru.blogspot.com/2009/01/asuhan
keperawatan-empiema.html. diakses tanggal 16 September 2014
http://daek-chin.blogspot.co.id/2014/11/laporan-pendahuluan-effusi-pleura.html