You are on page 1of 20

Kejang Demam

BAB 1
LAPORAN KASUS

1.1

1.2

Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Dirawat di
Tanggal masuk
Tanggal pemeriksaan
No. RM

: An. AS
: 1 Tahun
: Laki-laki
: Kedungsari 02/01, Gebog-Kudus
: Islam
: Jawa
: Bougenville 2
: 23 Maret 2016
: 24 Maret 2016
: 729 823

Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan kepada orangtua pasien pada tanggal 24 Maret 2016 pukul
09.00 wib

1.2.1

Keluhan Utama
Kejang

1.2.2

Keluhan Tambahan
Demam

1.2.3

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Kudus pkl 18.20 wib (23/3/2016) dengan keluhan
kejang sejak dari rumah pkl 17.30 wib. Kejang 1x, keluarga pasien mengatakan
kejangnya kelojotan, mata mendelik ke atas. Lama kejangnya kurang lebih 10 menit.
Setelah kejang pasien sadar dan menangis. Pasien juga demam 3 hari SMRS. Demam
tiba tiba dan tidak turun walau sudah diberi obat penurun panas. Pasien tidak mual
dan muntah. Keluarga pasien menyangkal adanya mimisan, gusi berdarah, dan
munculnya bintik-bintik merah di kulit pasien. Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak pernah mengalami benturan keras di kepala. BAB & BAK pasien dalam batas
normal.

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

Kejang Demam

1.2.4

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan riwayat DHF saat umur 8
bulan. Tidak ada riwayat kejang demam, tidak ada riwayat alergi dan tidak ada
riwayat TB paru.

1.2.5

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat kejang dari keluarga

1.2.6

Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya sudah diberikan sirup parasetamol tetapi demam tidak turun.

1.2.7

Riwayat Prenatal
Ibu pasien memeriksakan kandungannya ke bidan setiap bulan secara teratur . Selama
hamil ibu pasien mengaku mendapat imunisasi TT 2x di bidan. Tidak pernah
mengalami sakit serius selama masa kehamilan.

1.2.8

Riwayat Kelahiran
Anak laki-laki lahir dari ibu dengan G1P0A0, hamil 39 minggu, persalinan ditolong
oleh bidan, anak lahir langsung menangis. Lahir secara spontan per vaginam dengan :
Berat badan : 3600 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : tidak diketahui
Lingkar dada : tidak diketahui
Tanpa cacat bawaan

1.2.9

Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan
Berat badan : 9,3 kilogram
Tinggi badan : 74 cm.
Perkembangan
Pertumbuhan gigi I
: 5 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental
: Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap
: Umur 3 bulan
(Normal: 3-4 bulan)
Duduk
: Umur 7 bulan
(Normal: 6-9 bulan)
Berdiri
: Umur 10 bulan
(Normal: 9-12 bulan)
Bicara
: Umur 11 bulan
(Normal: 9-12 bulan)
Berjalan
: Umur 12 bulan
(Normal: 13 bulan)

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

Kejang Demam

Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan
anak seusianya.

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

Kejang Demam

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

Kejang Demam

Interpretasi
ILMU KESEHATAN ANAK
Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

Kejang Demam

1.2.10 Riwayat Makan dan Minum


Pasien diberikan ASI sejak lahir sampai usia 1 tahun. Setelah usia 6 bulan, selain ASI
anak juga diberikan makanan pendamping ASI berupa, bubur susu dan nasi tim. Mulai
usia 1 tahun pasien mengonsumsi nasi, daging, sayuran, dan buah-buahan dengan
frekuensi makan 3 kali sehari.

1.2.11 Riwayat Imunisasi


Riwayat imunisasi di akui ibu pasien lengkap sesuai jadwal di puskesmas.
1.2.12 Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien merupakan anak pertama. Ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan
ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien berasal dari keluarga dengan kesan
ekonomi cukup, dengan biaya perawatan ditanggung pribadi.
1.3

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 09.30 wib, didampingi oleh ibu dan
ayah pasien.
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran
: Compos Mentis, GCS 15
Tanda vital
:
Nadi
: 115 x/menit, regular, isi cukup
Pernafasan
: 25 x/menit
SpO2
: 99%
Suhu
: 38,8 oC (axilla)

Pemeriksaan Sistematis
Kepala
Bentuk dan ukuran
Rambut
Leher
Mata

Hasil Pemeriksaan
Normosefali
Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Kaku kuduk (-)
Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik,

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

Kejang Demam

mata tidak cekung, pupil isokor dengan


diameter 3 mm/3mm, reflex cahaya langsung
Telinga
Hidung

dan tidak langsung +/+


Serumen -/-, Sekret -/Sekret -/-, napas cuping hidung (-), mukosa
hidung berwarna merah muda

Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
Thorax
Inspeksi

Bibir tidak kering, sianosis (-)


Tidak kotor
T1/T1, tidak hiperemis
Tidak hiperemis
Tidak teraba pembesaran KGB
Bentuk normal, simetris saat inspirasi dan
ekspirasi,retraksi suprasternal (-), retraksi
interkostal (-), retraksi epigastrium (-) ictus

Palpasi

cordis tidak terlihat


Gerakan napas teraba simetris saat inspirasi
dan ekspirasi, ictus cordis teraba di sela iga

Perkusi

IV linea midklavikularis sinistra


Sonor pada lapangan paru
Batas-batas jantung :
Batas atas : ICS III linea parastrenalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra

Auskultasi
o Bunyi napas
o Bunyi jantung

Bunyi nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-),
gallop (-)

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Anggota gerak

Tampak datar
Supel, hepar dan lien tidak teraba
Timpani pada semua kuadran
Bising usus (+) Normal
Akral hangat, capillary refill time< 2 detik,

Kulit

edema(-), sianosis(-)
Turgor baik, kulit tidak kering, sianosis (-),
warna kulit kuning langsat

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

Kejang Demam

Pemeriksaan Neurologis
-

Pemeriksaan Refleks Fisiologis :


o Bisep (+)
o Trisep (+)
o Patella (+)
o Achiles (+)

Pemeriksaan Refleks Patologis :


o Babinski (-)
o Cadock (-)
o Gordon (-)
o Openheim (-)

Pemeriksaan Rangsang Meningeal


o Kaku kuduk : (-) tidak terdapat tahanan
o Brudzinsky I : (-) kedua tungkai tidak fleksi
o Brudzinsky II : (-) tungkai lain tidak fleksi
o Kernig : (-) sudut > 135 0, tidak nyeri dan tidak terdapat hambatan

1.4

Resume
Telah diperiksa pasien anak laki-laki usia 1 tahun dengan berat badan 9,3 kg dan
tinggi badan 74 cm dengan keluhan kejang kurang lebih 10 menit, kelojotan dengan
mata mendelik keatas, setelah kejang pasien sadar dan menangis. Riwayat demam 3
hari SMRS, sudah diberi paracetamol sirup demam tidak turun. Tidak terdapat riwayat
kejang demam dan tidak terdapat riwayat trauma kepala.
Telah dilakukan pemeriksaan tanda vital : nadi 115 x/menit, regular, isi cukup,
Pernafasan: 25 x /menit, Suhu 38,8 C. Pemeriksaan fisik dan neurologis dalam batas
normal.

1.5
1.5.1

Diagnosis
Diagnosis Kerja
Kejang demam simpleks

1.5.2

Diagnosis Banding
Kejang demam kompleks
Status epileptikus

1.6
1.6.1

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

Kejang Demam

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 24 Maret 2016 pkl 13.06 wib

Hemoglobin
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
MCH
MCHC
MCV
S.typhi O
S.typhi H
S.paratyphi AH
S.paratyphi BH

Hasil
10.2g/dL
3,92jt/ul
30%
187 103/ul
14,7 103 /ul
69,3
22,5
7,5
0.1
0,2
26,0 pg
34,0 g/dL
76,5 fL
(+) 1/160
(+) 1/80
Negatif
Negatif

Nilai Rujukan
11,5-13,5 g/dL
3,9-5,9 jt/ul
34-40 %
150-400 103/ul
6,0-17,03/ul
50-70
25-40
2-8
2-4
0-1
27,0-31,0pg
33,0-37,0 g/dL
79,0-99,0fL
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

1.7
1.7.1

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Farmakologis
IVFD RL 10 tpm
Cotrimoxazol 2x100 mg IV
Paracetamol 4x1 cth
Stesolid 5 mg supp

1.7.2

Penatalaksanaan non Farmakologis


Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
Memberitahukan cara penanganan kejang dengan menyimpan obat antikejang

seperti diazepam rectal dirumah.


Tetap tenang dan tidak panik
Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah

tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.


Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
Tetap bersama pasien selama kejang
Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

Kejang Demam

1.8

Prognosis
ad Vitam
ad Fungtionam
ad Sanationam

: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal

24/03/2016

25/03/2016

26/03/2016

S:

Demam (+), Kejang


(-), makan sedikit,
Minum (+) ASI. BAB
dan BAK dbn.

Demam (+), Kejang


(-), makan sedikit,
minum (+) ASI.
BAB dan BAK dbn.

Demam (+),
Kejang (-). Makan
dan minum baik.
BAK dan BAB dbn

KU

Lemah

Lemah

Baik

Kesadaran
GCS
Nadi
Suhu
RR
Mata
Cor

Compos mentis
15
115
38.8 (aksila)
25
CA -/- , SI -/Bunyi jantung S1-S2

Compos mentis
15
119
38 (aksila)
27
CA -/- , SI -/Bunyi jantung S1-S2

Compos mentis
15
109
37,7 (aksila)
25
CA -/- , SI -/Bunyi jantung S1-

tunggal, reguler,

tunggal, reguler,

S2 tunggal, reguler,

murmur (-), gallop (-)

murmur (-), gallop (-)

murmur (-), gallop

O:

Pulmonal

sdV +/+ , ronkhi -/-,

sdV +/+, ronkhi -/-,

(-)
sdV +/+, ronkhi -/-,

Abdomen

wheezing -/Flat, BU (+)Normal,

wheezing -/Flat, BU (+) normal,

wheezing -/Flat, BU (+)

Oedema-/-

NT (-)
Turgor baik.
Akral hangat,
Oedema-/-

normal, NT (-)
Turgor baik.
Akral hangat,
Oedema-/-

KDS

KDS

KDS

NT (-)
Kulit
Turgor baik.
Ekstremitas Akral hangat,
wA:

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

10

Kejang Demam

IVFD RL 10 tpm
Cotrimoxazol
2x100 mg IV

Metronidazol

3x200 mg IV
Paracetamol 4x1
cth

IVFD RL 10 tpm
Cotrimoxazol

2x100 mg IV

IVFD RL 10 tpm
Cotrimoxazol
2x100 mg IV

Metronidazol

Metronidazol

3x200 mg IV
Paracetamol 4x1

3x200 mg IV
Paracetamol

cth

4x1 cth

BAB 2
ILMU KESEHATAN ANAK
Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

11

Kejang Demam

TINJAUAN PUSTAKA

Kejang Demam
2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi
pada 2 - 4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun.
Menurut ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis Epilepsi anak yang
pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian mengalami kejang demam tidak termasuk
dalam kejang demam dan kejang disertai demam yang terjadi pada bayi berumur kurang dari
1 bulan juga tidak termasuk dalam kejang demam.
2.2 Manifestasi Klinis
Bangkitan kejang pada bayi dan anak-anak sering terjadi bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39C atau
lebih, disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat (ISPA, OMA, dll).
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam. Kejang dapat
bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik. Berlangsung singkat beberapa detik
sampai 10 menit, diikuti periode mengantuk singkat pasca kejang. Kejang demam yang
menetap lebih dari 15 menit menunjukkan adanya penyebab organik seperti infeksi atau
toksik dan memerlukan pengamatan menyeluruh.
2.3 Patofisiologi
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) dan
permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah
dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na +) dan elektrolit
lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan ion
Na rendah. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat
potensial membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

12

Kejang Demam

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:


-

Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.


Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.
Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan menaikan metabolisme basal 10-15%
dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berusia 3 tahun, sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi
pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron,dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K maupun Na melalui membran.
Perpindahan ini mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar, sehingga meluas ke
membran sel lain melalui neurotransmitter, dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C. Pada anak dengan ambang kejang
yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40C. Terulangnya kejang demam lebih sering
terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya
perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

13

Kejang Demam

2.4 Klasifikasi Kejang Demam


Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI 2006 membuat klasifikasi kejang demam pada anak
menjadi:
a.

Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam.

Kejang demam berlangsung singkat

Durasi kurang dari 15 menit

Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik

Umumnya akan berhenti sendiri.

Tanpa gerakan fokal.

Tidak berulang dalam 24 jam

b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)

Kejang lama dengan durasi lebih dari 15 menit.

Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.

Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.


Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang
lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang
demam.
ILMU KESEHATAN ANAK
Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

14

Kejang Demam

Selain klasifikasi diatas, terdapat juga klasifikasi lain, yaitu klasifikasi Livingston.
Klasifikasi ini dibuat karena jika anak kejang maka akan timbul pertanyaan, dapatkah
diramalkan dari sifat dan gejala mana yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk
menderita epilepsi. Livingston (1954) membagi kejang demam atas 2 golongan :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)
Modifikasi Livingston diatas dibuat untuk diagnosis kejang demam sederhana adalah:
1. Umur anak ketika kejang adalah 6 bulan dan 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria
modifikasi Livingston diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam.
Kejang kelompok kedua ini memiliki kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang,
sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.
2.5 Diagnostik
Dari anamnesis yang harus ditanyakan adalah adanya kejang, kesadaran, lama kejang,
suhu sebelum/ saat kejang, frekuensi, interval, keadaan pasca kejang, penyebab demam di
luar susunan saraf pusat. Riwayat perkembangan anak, riwayat kejang demam dalam
keluarga, epilepsi dalam keluarga. Pertanyaan juga harus menyingkirkan penyebab kejang
lainnya, misalnya tetanus.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang
meningeal, refleks patologis, tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda infeksi di luar
SSP.
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang
demam, di antaranya:
a)

Pemeriksaan darah tepi lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum, urinalisis, biakan

darah, urin atau feses.


b) Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan pada
anak usia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak di atas 18 bulan yang dicurigai

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

15

Kejang Demam

menderita meningitis. Pemeriksaan ini pada KDS masih kontroversial karena masih
c)

belum ditemukan keefektifannya.


Foto X-ray dan pencitraan seperti CT -Scan atau MRI diindikasikan pada keadaan
riwayat atau tanda klinis trauma, kemungkinan lesi struktural otak (mikrocephal,
spastik), adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial, adanya kelainan neurologik

fokal yang menetap (hemiparesis), paresis N.VI, dan papiledema..


d) EEG dipertimbangkan pada kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
2.6 Terapi
Algoritma Penatalaksaan Kejang Demam

Jika pasien datang dalam keadaan kejang, berikan diazepam intravena dengan dosis
0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit
dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua dirumah
adalah diazepam rektal dengan dosis 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal untuk anak dengan
berat badan kurang dari 10kg dan 10 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg.
Atau diazpam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk
anak diatas usia 3 tahun.
ILMU KESEHATAN ANAK
Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

16

Kejang Demam

Bila pada pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, diazepam dapat
diberikan lagi dengan interval 5 menit. Bila masih gagal dianjurkan ke RS dan diberikan
diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila masih belum berhenti berikan fenitoin
secara IV dengan dosis awal 10-20 mg/kg/ kali dengan kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/ hari dimulai 12
jam setelah dosis awal. Bila belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif.
Bila kejang berhenti, tentukan apakah anak termasuk dalam kejang demam yang
memerlukan pengobatan rumatan atau hanya memerlukan pengobatan intermiten bila demam.
Pengobatan rumatan adalah pengobatan yang diberikan terus menerus untuk waktu yang
cukup lama, yaitu 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2
bulan. Pengobtan rumatan diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu atau lebih
gejala berikut :

kejang lama >15 menit


anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum dan sesudah kejang misalnya
hemiparesis, Cerebral Palsy, retardasi mental.
Kejang fokal
Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi
Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam yang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
- Kejang demam 4 kali pertahun.
Pengobatan rumatan yang diberikan adalah:
Asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis atau fenobarbital 3-4

mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.


Pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak mengalami demam,
untuk mencegah terjadinya kejang demam. Terdiri dari pemberian antipiretik ( parasetamol
10-15 mg/kgBB/ kali diberikan 4 kali sehariatau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali diberikan 3-4
kali) dan antikonvulsan (diazepam oral 0,3mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam atau
diazepam rektal 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu >38,5 C).
Tatalaksana di Emergensi :

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

17

Kejang Demam

2.7 Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15 menit)
biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat, hipotensi artrial, suhu
tubuh makin meningkat, metabolisme otak meningkat.
2.8 Prognosis
ILMU KESEHATAN ANAK
Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

18

Kejang Demam

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.


Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang awalnya
normal. Kejang demam dapat berulang di kemudian hari atau dapat berkembang menjadi
epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah:
a. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
b. Usia di bawah 12 bulan.
c. Suhu tubuh saat kejang yang rendah.
d. cepatnya kejang setelah demam
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:
a. kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
b. Kejang demam kompleks.
c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.

Daftar Pustaka
1. Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta. 2006.

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

19

Kejang Demam

2. Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF
Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas. Standar Pelayanan Medik. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas Makassar.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
KesehatanAnak FKUI Jakarta. 1985
5. Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia
Kedokteran No. 27.1982
6. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi
15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000;

ILMU KESEHATAN ANAK


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode : 22 februari- 30 April 2016

20

You might also like