You are on page 1of 28

Modul Kesehatan Perbatasan

EVALUASI SOSIALISASI PENTINGNYA VAKSIN MEINGITIS PADA


CALON JAMAAH UMROH DI BANDARA SULTAN SYARIF QASIM II
PEKANBARU

Disusun oleh:
DELFI ANGGRAINI
DINI MAYRISDAYANI
JOS ARNO S

KEPANITERAAN KLINIK KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


BAGIAN IKM-IKK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Meningitis merupakan salah satu pokok persoalan dalam bidang traveller

disease. Angka kejadian penyakit ini bervariasi di seluruh dunia dan prevalensi
tertinggi terdapat di Afrika. Indonesia bukan merupakan salah satu negara
endemis untuk penyakit meningitis, tetapi dengan jumlah jamaah umroh yang
cukup tinggi maka risiko seseorang terpapar oleh Neisseria meningitidis atau
menjadi carrier meningkat dengan prevalensi 5-10%.1 Penyakit meningitis dapat
ditularkan baik secara droplet ataupun dengan kontak langsung. Hal ini
menyebabkan para jamaah umroh secara khusus mempunyai risiko terjangkitnya
penyakit meningitis, karena saat melakukan ibadah mereka berada dalam suatu
kondisi yang sangat amat padat dan untuk jangka waktu yang cukup panjang,
dimana bakteri dapat dengan mudah menyebar dari satu orang ke orang lain.2
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih kurang 5-10% dari
orang-orang yang terjangkit penyakit meningokokus akan meninggal dunia. Tanpa
pengobatan, tingkat kematian dari penyakit meningokokus akan meningkat
sebesar 70-90%.1 Vaksinasi meningitis berperan dalam melindungi diri dalam
penularan penyakit meningitis, oleh karena itu vaksinasi meningitis sangat
penting dilakukan sebelum melakukan umroh.2
Kantor Kesehatan Pelabuhan merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan ( DJ
PP&L). 3 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Pekanbaru merupakan KKP kelas II
yang memiliki 3 seksi yaitu seksi pengendalian karantina dan surveilans
epidemiologi (Kar dan SE), seksi pengendalian risiko lingkungan (PRL) dan
upaya kesehatan lintas wilayah (UKLW).4
Seksi UKLW mempunyai beberapa tugas salah satunya adalah vaksinasi
dan

penerbitan

sertifikat

vaksinasi

internasional.

Pelayanan

vaksinasi

internasional meliputi vaksinasi meningitis, yellow fever, kolera dan influenza.


Vaksinasi meningitis merupakan hal yang wajib dilakukan pada orang-orang yang
ingin melakukan umroh.5
Berdasarkan data statistik calon jamaah umroh PT Angkasa Pura II
Bandara Sultan Syarif Qasim terjadi peningkatan calon jamaah umroh dari tahun
ke tahun. Berdasarkan wawancara dengan kepala seksi Pengendalian Risiko
Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan (PRL KKP) kelas II Pekanbaru,
sosialisasi tentang pentingnya vaksin meningitis pada calon jamaah umroh
terakhir kali dilakukan delapan bulan lalu sedangkan untuk umroh sendiri hampir
dilaksanakan di setiap bulan kecuali di musim haji. Untuk itu, penulis merasa
perlu mengangkat masalah evaluasi sosialisasi pentingnya vaksin meningitis pada
calon jamaah umroh di Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru.
1.2
1.2.1

Tujuan Kegiatan
Tujuan Umum
Evaluasi sosialisasi pentingnya vaksin meningitis pada calon jamaah
umroh di Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru.

1.2.2

Tujuan Khusus
Tujuan khusus proyek sevaluasi sosialisasi pentingnya vaksin meningitis
pada calon jamaah umroh di Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru
adalah:
1) Teridentifikasinya masalah-masalah UKLW di wilayah kerja KKP
Kelas II Pekanbaru.
2) Teranalisisnya setiap permasalahan yang ada dalam UKLW di
wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru.
3) Diketahuinya prioritas masalah dalam UKLW di wilayah kerja
KKP Kelas II Pekanbaru.
4) Diperolehnya penyebab timbulnya masalah tidak optimalnya
sosialisasi mengenai pentingnya vaksin meningitis pada calon
jamaah umroh di Bandara Sultan Syarif Qasim kelas II Pekanbaru.

5) Diperolehnya beberapa solusi dan alternatif pemecahan masalah


untuk mensosialisasikan mengenai pentingnya vaksin meningitis
pada calon jamaah umroh di Bandara Sultan Syarif Qasim kelas II
Pekanbaru.
6) Dilaksanakannya upaya pemecahan masalah dalam sosialisasi
mengenai pentingnya vaksin meningitis pada calon jamaah umroh
di Bandara Sultan Syarif Qasim kelas II Pekanbaru.
7) Terevaluasinya kegiatan pemecahan masalah dalam sosialisasi
mengenai pentingnya vaksin meningitis pada calon jamaah umroh
di Bandara Sultan Syarif Qasim kelas II Pekanbaru.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Meningitis
2.1.1 Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang melapisi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meningen, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokokus, meningokokus, stafilokokus,
sreptokokus, haemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).6,7
2.1.2

Epidemiologi
Penularan meningitis kerap terjadi, termasuk dalam pelaksanaan ibadah haji. Daerah

sabuk meningitis di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur.


Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada tahun 1996 terjadi wabah meningitis di
mana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 meninggal dunia. Dalam
pelaksanaan ibadah haji, pada tahun 2000 lalu, sebanyak 14 orang jamaah haji Indonesia
tertular penyakit ini.Sebanyak 6 orang dari 14 penderita meningitis tersebut meninggal di Arab
Saudidengan penyebab kematian meningitis meningokokus serogrup 135. Angka tersebut
bertambah pada tahun 2001 menjadi 18 penderita dan enam di antaranya meninggal di Arab
Saudi.6,8
2.1.3

Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu
a. Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus
(pneumokokus), Neisseria
haemolyticuss,

meningitis

Staphylococcus

(meningokokus),

aureus,

Haemophilus

pneumoniae
Streptococus
influenzae,

Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae dan Peudomonas aeruginosa.


b. Penyebab lainnya : Lues,Toxoplasma gondii dan Ricketsia.6-8
2.1.4

Patogenesis
Manusia merupakan reservoir alami untuk meningokokus. Sepuluh persen

total jumlah penduduk dewasa merupakan carierr sehingga mereka tidak

menunjukkan gejala. Penyakit ini dapat disebarkan secara droplet ataupun dengan
kontak langsung.
Bakteri yang menginvasi tersebar ke bagian otak melewati pembuluh
darah setelah berlakunya proses kolonisasi akibat infeksi di traktus respiratorius
bagian atas. Mikroorganisme menginvasi ke jaringan selaput otak hanya apabila
telah memasuki ruang subaraknoid. Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur
maupun protozoa, point dentry masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam,
prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya
rhinorhea, otorhea pada fraktur basis cranii yang memungkinkan kontaknya
cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar. Respons inflamasi di piamater,
arachnoid, cairan serebrospinal dan ventrikel akan menyebabkan eksudat yang
terbentuk

menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal sehingga

menimbulkan gejala-gejala neurologis.7,8


2.1.5

Penatalaksanaan
Jika berdasarkan

pemeriksaan

penderita

didiagnosa

sebagai

meningitis,maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah


yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari risiko
komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis
bakteri yang ditemukan.
Untuk profilaksis dapat diberikan rifampisin 2x sehari selama 2 hari. Dosis
orang dewasa 600mg/dosis, bayi di atas 1 tahun 10mg/kgBB, anak umur kurang
dari 1 bulan 5mg/kg BB. Untuk orang dewasa juaga dapat diberikan Ceftriaxone
250mg IM dosis tunggal, atau Ciprofloxasin 500mg per oral dosis tunggal.
Pengobatan Spesifik pada meningitis meningokokus dengan memberikan
Penisilin parenteral atau ampisilin dan kloramfenikol juga efektif. Pasien dengan
infeksi meningokokus harus diberi rifampisin sebelum dipulangkan apabila
sebelumnya tidak mendapat generasi ketiga cephalosporin atau ciprofloxacin.8
2.1.6

Pencegahan
Pencegahan meningitis meningokokus dapat dicapai dengan baik

immunoprofilaksis atau kemoprofilaksis. Rifampisin, kuinolon, dan ceftriaxone

adalah antimikroba yang digunakan untuk membasmi meningokokus dari


nasofaring.9
a.
Imunoprofilaksis
Penyakit invasif terjadi hanya pada pasien tanpa antibodi bakterisidal atau
opsonizing tertentu dan oleh karena itu, dapat dicegah dengan menginduksi
antibodi dengan vaksinasi. Vaksin pertama untuk pencegahan penyakit
meningokokus
mengidentifikasi

dikembangkan
materi

pada

capsular

1912.
dari

Scherp

dan

meningococcus

Rake

(1935)

sebagai

suatu

polysaccharide. Namun, kerja nyata pada vaksin meningokokus dimulai hanya


setelah munculnya perlawanan terhadap sulfonamid dan penisilin. Pada tahun
1960, vaksin polisakarida berdasarkan pada kelompok A dan C adalah kapsul
yang dikembangkan. Dari lima serotipe umum bertanggung jawab untuk > 90%
dari penyakit meningokokus, vaksin yang tersedia untuk kelompok A, C, Y dan
W-135. Polisakarida grup C menghasilkan respon immun yang lebih rendah
dibandingkan dengan polisakarida grup A, dan mempunyai efek immunogenik
yang amat rendah pada anak dibawah usia 2 tahun. Immunoprofilaksis terhadap
infeksi meningococcus menggunakan vaksin polisakarida quadrivalent (seregrup
A, C, Y dan W 135). Pada infant, hanya komponen vaksin meningococcus grup A
yang menghasilkan protektif antibodi.
Vaksinasi hanya direkomendasikan untuk individu dengan risiko tinggi,
termasuk pengunjung negara dengan penyakit hiperendemik atau epidemik, pada
keadaan ledakan yang disebabkan oleh serogrup yang terdapat dalam vaksin,
orang-orang dalam barak militer, dan orang-orang dengan risiko tinggi berupa
defisiensi komponen terminal komplemen serta individu yang telah mengalami
splenectomy. Pada negara berkembang, penyebab infeksi meningococcus adalah
dari serogrup B. Kapsul polisakarida dari organisme ini mempunyai
immunogenisitas yang sangat rendah, sebab anti-B polisakarida antibodi tidak
bersifat bakterisidal di dalam komplemen manusia. Untuk meningkatkan
immunogenisitas dari polisakaridal serogrup B, telah dikembangkan suatu

polisakarida protein conjugate vaksin yang serupa dengan conjugate vaksin


haemophilus influenzae type B.7,10
Saat ini terdapat 3 macam conjugate vaksin yaitu:
a. HbOC, dimana protein carrier berasal dari non toksigenik mutan dari toksin
diphteria yang berikatan dengan rantai pendek oligosaccharida/OC dari
polyribosylribitolphospate/PRP kasul polisakarida haemophilus influenzae
tipe B.
b. PRP-OMP, conjugate vaksin yang berisi outer membrane proteins dari N.
Meningitidis/OMP, yang berikatan dengan rantai PRP polimer.
c. PRP-D, berisi toksoid diphteria yang berikatan dengan rantai sedang PRP
polimer.7,10
Berdasarkan rekomendasi dari Immunization Practice Advisory Committee
(1991) dan Committee on Infectious Disease of the American Academy of
Pediatrics (1991), penggunaan vaksin tersebut adalah sabagai berikut:
a. Seluruh bayi di imunisasi Hib conjugate vaksin (Hb-OC atau PRP-OMP),
dimulai pada usia 2 bulan. Pemberian dari vaksin dimulai sat 6 minggu.
Pemberian imunisasi dapat bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti
DPT, Polio dan MMR. Vaksin diberikan secara intramuskular pada tempat
yang berbeda dengan menggunakan syringe yang berbeda.
b. Bila menggunakan Hb-OC, pada infant usia 2-6 bulan diberikan 3 dosis
dengan selang paling sedikit 2 bulan. Infant usia 7-11 bulan diberikan 2 dosis
dengan selang paling sedikit 2 bulan sebelum mencapai usia 15 bulan. Booster
diberikan saat usia 15 bulan paling sedikit 2 bulan setelah dosis terakhir. Bila
menggunakan PRP-OMP, pada infant usia 2-6 bulan diberikan 2 dosis degan
selang 2 bulan, dan booster diberikan saat berusia 12 bulan. Anak usia 7-11
bulan diberikan 2 dosis dengan selang 2 bulan, sedangkan anak usia 12-14
bulan diberikan single dose, pada kedua kelompok tersebut booster diberikan
saat usia 15 bulan, paling sedikit 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada
kelompok usia dewasa diberikan single dose secara subkutan. Vaksinasi ini
memberikan perlindungan terhadap penyakit sebesar 90%, tetapi tidak cukup
potent untuk mengurangi kasus carrier.

b.

Kemoprofilaksis
Secara umum, kemoprofilaksis tidak dianjurkan selama wabah karena

beberapa sumber paparan dan risiko paparan berkepanjangan. Masalah logistik


dan biaya tinggi juga membuat alternatif praktis. Kemoprofilaksis dapat
dipertimbangkan untuk orang yang mempunyai kontak dekat dengan pasien dalam
situasi endemik. Ciprofloxacin 500 mg dalam dosis tunggal mungkin adalah
pilihan termudah pada orang dewasa. Anak-anak bisa menerima baik suntikan IM
tunggal ceftriaxone atau 4 dosis oral rifampisin selama dua hari, sesuai dengan
berat badan. Antimikroba yang biasa digunakan untuk kemoprofilaksis adalah
rifampisin, siprofloksasin, ceftriaxone, minocycline, dan spiramisin.
Ketika rifampisin oral (4 dosis dalam 2 d) dibandingkan dengan dosis
tunggal ceftriaxone IM untuk profilaksis, tindak lanjut budaya menunjukkan
bahwa seftriakson secara signifikan lebih efektif. Ceftriaxone dapat memberikan
alternatif yang efektif untuk rifampisin untuk profilaksis pada orang yang
mempunyai kontak dekat dengan pasien dengan meningitis meningokokus.
Kloramfenikol oil mungkin obat pilihan di daerah dengan fasilitas kesehatan
terbatas, karena dosis tunggal dari bentuk long-acting telah terbukti efektif.10
2.2

Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah


Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan masalah salah satu Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di Lingkungan Departemen Kesehatan yang


berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (DJ PP dan PL). Organisasi dan tata kerja
KKP diatur dalam Permenkes RI No.356/Menkes/PER/IV/2008.11
Kantor Kesehatan Pelabuhan Pekanbaru merupakan KKP kelas II yang
memiliki tiga seksi, yaitu seksi pengendalian karantina dan surveilans
epidemiologi (Kar dan SE), seksi pengendalian risiko lingkungan (PRL) dan seksi
upaya kesehatan lintas wilayah (UKLW). Adapun tujuh wilayah kerja diantara

Pelabuhan Udara Bandara SSQ II, Pelabuhan Kampung Dalam, Pelabuhan Sungai
Duku, Pelabuhan Selat Panjang, Pelabuhan Buatan, Siak dan Pelabuhan Buton.11,12
Fungsi KKP dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356 Tahun 2008
tentang Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Kesehatan Pelabuhan
menyelenggarakan 15 fungsi, salah satunya adalah pelaksanaan pelayanan
kesehatan.12
2.2.1

Kegiatan Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW)

Beberapa Kegiatan Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW) adalah
sebagai berikut:13
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
- Pemeriksaan Kesehatan
- Pengobatan
- Rujukan
2. Pengawasan Kesehatan Matra pada Situasi Khusus
Pengawasan kesehatan matra pada situasi khusus termasuk didalamnya
adalah posko kesehatan dalam masa mudik lebaran, natal, dan tahun baru.
3. Pengujian Kesehatan Nahkoda, Anak Buah Kapal, dan Penjamah Makanan
Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan nahkoda, ABK kapal
dan penjamah makanan, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Medical Check Up (MCU) yang dilakukan berupa:
- Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital
- Pemeriksaan Electrocardiograph (ECG)
- Pemeriksaan radiologi
- Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan kemampuan pendengaran (Audiometri)
4. Vaksinasi dan Penerbitan International Certificate of Vaccination (ICV)
Kantor Kesehatan Pelabuhan memberikan pelayanan Vaksinasi dan juga
penerbitan International Certificate of Vaccination (ICV) sebagai bukti
telah dilakukan vaksinasi.
5. Sosialisasi Vaksin, ICV Jamaah Haji dan Umrah
Sasaran sosialisasi vaksin dan ICV bagi jamaah umrah adalah agent
perjalanan yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah umrah. Pemerintah
pusat berkoordinasi dengan pemerintah kota maupun daerah melalui dinas
kesehatan memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan kesehatan

kepada calon jemaah haji berupa vaksinasi, berdasarkan ketentuan


Undang-Undang nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular,
Undang- Undang nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah
haji dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 442/MENKES/SK/VI/2009
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji.
6. Pengawasan Pengangkutan Orang Sakit
Dalam hal ini Kantor Kesehatan Pelabuhan melakukan pemeriksaan fisik
dan administrasi untuk kemudian diberikan izin angkut orang sakit untuk
melakukan perjalanan dengan pesawat udara atau kapal.
Syarat teknis pemberangkatan orang sakit:
- Tidak menderita penyakit karantina/menular tertentu
- Tidak ada kontra indikasi dalam penerbangan/pelayaran
- Ada pendamping (dokter, perawat, bidan, atau tenaga lainnya)
Syarat administrasi pemberangkatan orang sakit:
- Memiliki surat keterangan dokter/dinas kesehatan setempat
- Identitas jelas diri penumpang dan pendamping
7. Pengawasan Pengangkutan Jenazah
Dokumen kesehatan wajib:
- Surat keterangan dari rumah sakit/Dinas Kesehatan setempat
-

menyatakan sebab kematian bukan karena penyakit menular.


Surat keterangan pengawetan jenazah dengan formalin.
Surat keterangan dari crematorium (untuk abu mayat).
Surat keterangan pemetian memenuhi persyaratan untuk alat angkut.
Surat rekomendasi kepolisian.

Syarat Teknis:
-

Jenazah disuntik dengan formalin


Jenazah dimasukkan dalam peti logam (timah, seng, dsb), alasnya

ditutup dengan absorbent yang tebalnya 5 cm.


Peti logam ditutup rapat, dimasukkan dalam peti kayu yang tebalnya
3 cm. Peti kayu dipaku dengan skrup dengan jarak 20 cm dan

diperkuat dengan ban-ban logam.


8. Pegawasan obat-obatan dan perlengkapan P3K Kapal
9. Skrining Kesehatan Penyakit Tidak Menularl
10. Pelayanan kesehatan Haji

Pelayanan kesehatan haji yang dilakukan berupa pemeriksaan kesehatan


dan pengobatas serta pelayanan rujukan saat keberangkatan dan kepulangan
dengan jamaah haji/umrah dengan tujuan:
-

Deteksi adanya penyakit karantina dan penyakit menular potensial


wabah serta penyakit yang termasuk dalam Public Health Emergency

of International Concern (PHEIC).


Deteksi adanya penyakit yang menjadi faktor risiko dalam perjalanan

ibadah haji.
Memberikan pelayanan kesehatan jamaah haji/umrah untuk berobat
dan mendapatkan pelayanan rujukan dalam rangka meningkatkan

status kesehatan jamaah haji/umrah.


Sebagai deteksi dini terhadap penyakit tidak menular dilakukan
pemeriksaan kesehatan kepada pegawai di instansi wilayah pelabuhan
dan bandara.
Pemeriksaan yang dilakukan berupa:

Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital


Pemeriksaan kepadatan tulang
Pemerikaan Indeks Massa Tubuh
Pemeriksaan kapasitas paru (spirometer)
Pemeriksaan laboratorium darah dan urin

BAB III
EVALUASI SOSIALISASI PENTINGNYA VAKSIN MEINGITIS PADA
CALON JEMAAH UMRAH DI BANDARA SULTAN SYARIF QASIM II
PEKANBARU

3.1 Plan
3.1.1 Deskripsi Keadaan
Bandar udara Sultan Syarif Qasim II (BSSQ II) adalah sebuah Bandar
udara yang terletak di Kota Pekanbaru dan sebelumnya bernama Bandara
Simpang Tiga. Bandara ini memiliki luas 3211,21 ha, bangunan terminal
penumpangnya memiliki kapasitas 6289 m2. BSSQ II sudah membuka pelayanan
jalur penerbangan regional ASEAN. Tujuan yang dilayani meliputi Kuala
Lumpur, Penang, Malaka, dan Singapura. Bandara ini juga menjadi home-base
bagi Skuadron Udara 12 TNI AU.
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.356/Menkes/IV/2008 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, terdiri dari KKP Kelas I, KKP Kelas II,
KKP Kelas III sedangkan KKP Pekanbaru termasuk KKP Kelas II. Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru terdiri dari beberapa seksi, salah satunya
UKLW yang mempunyai tugas yakni melaksanakan pelayanan kesehatan terbatas
rujukan sesuai standar, melaksanakan pelayanan gawat darurat medis sesuai
standar, melaksanakan pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji dan umroh, serta

melaksanakan pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan jamaah haji dan


umroh sesuai standar.
3.1.2 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah didapatkan melalui :
1. Wawancara dengan Kepala Seksi PRL KKP Kelas II Pekanbaru
2. Wawancara dengan calon jamaah umroh di Poliklinik KKP Kelas II
Pekanbaru.
Berikut adalah beberapa masalah yang berhasil diidentifikasi pada seksi UKLW
KKP Kelas II Pekanbaru :
No.
1.

Aspek yang dinilai


Masalah
Sosialisasi pelayanan Sosialisasi
kesehatan
vaksinasi
pada
umroh

Evidence based
pelayanan Wawancara pada 03 Januari

tentang kesehatan

tentang 2013 dengan :

meningitis vaksinasi meningitis pada

calon

jamaah calon

jamaah

umroh

sudah

lama

tidak

a. Kepala Seksi PRL :


Sosialisasi dengan calon
jamaah umroh pernah
dilakukan,

dilakukan

jarang.
b. Kepala
Keterbatasan kemampuan
travel

agent

memberikan
tentang

dalam

namun
koordinator

poliklinik KKP di BSSQ

penyuluhan

II :
Sosialisasi

yang

vaksinasi

dilakukan

kurang

meningitis kepada calon

optimal karena masih

jamaah haji dan umroh

banyak calon jamaah

dikarenakan

haji dan umroh yang

kurangnya

koordinasi antara travel

tidak

agent dengan pihak KKP.

pentingnya

Kurangnya
tentang

alur

pengetahuan
pelayanan

vaksinasi meningitis

mengetahui
vaksinasi

meningitis.
c. Manejer travel agent :
Sosialisasi yang bekerja
sama dengan KKP II
Pekanbaru

pernah

dilakukan,

namun

jarang
d. Calon jamaah umroh :
Hanya sedikit yang
mengetahui pentingnya
vaksinasi meningitis.
Observasi pada tanggal 03
Januari 2013 :
Tidak

ditemukan

sosialisasi

media

mengenai

pemeriksaan ini di BSSQ II


Pekanbaru.

3.1.3 Penentuan prioritas masalah


Berdasarkan permasalahan yang ditemukan ditetapkan satu prioritas
masalah dengan metode skoring yang menggunakan pertimbangan 4 aspek yaitu:
1. Urgensi/kepentingan

nilai 1 tidak penting

nilai 2 penting

nilai 3 sangat penting


2. Solusi

nilai 1 tidak mudah

nilai 2 mudah

nilai 3 sangat mudah


3. Kemampuan merubah

nilai 1 tidak mudah

nilai 2 mudah

nilai 3 sangat mudah


4. Biaya

nilai 1 tinggi

nilai 2 sedang

nilai 3 rendah
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi yang akan menjadi prioritas
masalah. Penentuan prioritas masalah dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah
Aspek Masalah
Sosialisasi

Urgensi

Solusi

Biaya

Total

Rank

Kemampuan
merubah
2

16

II

24

pelayanan
kesehatan tentang
vaksinasi
meningitis

pada

calon jamaah haji


dan umroh sudah
lama

tidak

dilakukan.
Keterbatasan
kemampuan
travel

agent

dalam
memberikan
penyuluhan
tentang vaksinasi
meningitis
kepada

calon

jamaah haji dan


umroh
dikarenakan

kurangnya
koordinasi antara
travel

agent

dengan

pihak

KKP.
Kurangnya

III

pengetahuan
tentang

alur

pelayanan
vaksinasi
meningitis
3.1.4 Analisis penyebab masalah
Setelah ditetapkan prioritas masalah, berdasarkan metode Delphi di atas
dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai masalah, yaitu dapat dilihat di
tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.3 Analisis penyebab masalah
Masalah
Keterbatasan
travel

agent

memberikan

Penyebab timbulnya masalah


kemampuan Man
dalam
penyuluhan

jumlah Januari 2013 dengan kepala

Terbatasnya
petugas

Evidence Based
Wawancara pada tanggal 03

kesehatan yang seksi PRL:

tentang vaksinasi meningitis

melaksanakan

kepada calon jamaah haji dan

tentang

umroh

vaksinasi meningitis bagi hanya 5 orang, terdiri dari 1

dikarenakan

sosialisasi Jumlah

petugas

poliklinik

pentingnya KKP Kelas II Pekanbaru

kurangnya koordinasi antara

calon jamaah haji dan orang

travel agent dengan pihak

umroh

sehingga

tidak perawat, dan 1 orang bidan

KKP.

setiap

travel

agent yang dibagi menjadi 2 shift.

mendapatkan kesempatan Jumlah

dokter,

yang

orang

terbatas

untuk mendapat sosialisasi membuat sulitnya koordinasi

dari pihak KKP kelas II antara petugas yang melayani


Pekanbaru.

calon jamaah haji dan umroh


untuk melakukan sosialisasi
pelayanan kesehatan tentang
vaksinasi meningitis di travel
agent yang ada di Pekanbaru.

Wawancara pada tanggal 03


Januari 2013 dengan kepala
seksi PRL KKP di BSSQ:
sosialisasi tentang pentingnya
vaksinasi

meningitis

pada

calon jamaah umroh terakhir


kali dilakukan delapan bulan
lalu dan sampai sekarang
belum pernah dilakukan hal
Metode

ini

dikarenakan

belum

Tidak adanya jadwal tetap adanya jadwal tetap.


untuk

mensosialisasikan

tentang
meningitis.

vaksinasi
Wawancara pada tanggal 03
Januari 2013 dengan kepala
seksi PRL: media informasi
sosialisasi tentang pentingnya
vaksin meningitis pada calon
jamaah haji dan umroh di
travel agent tidak ada
Observasi :

Tidak

ditemukan

media

informasi sosialisasi tentang


pentingnya vaksin meningitis
Material:

pada calon jamaah haji dan

Kurang

efektifnya

media umroh di beberapa travel

sosialisasi

tentang

pelayanan

kesehatan

sosialisasi agent.
tentang

vaksinasi meningitis
Wawancara pada tanggal 03
Januari 2013 dengan calon
jamaah haji dan umrah:
Jamaah haji dan umroh hanya
mengetahui

sebagian

informasi mengenai vaksinasi


meningitis, informasi yang
diperoleh berasal dari mulut
ke mulut sehingga informasi
yang diperoleh tidak optimal.
Market:
Terbatasnya pengetahuan calon
jemaah

umroh

tentang

pentingnya sosialisasi pelayanan


kesehatan
meningitis

tentang

vaksinasi

Di bawah ini dapat dilihat hubungan antara keempat faktor tersebut dengan
menggunakan fish bone Ishikawa.

Alternatif pemecahan masalah


Selanjutnya setelah analisis penyebab masalah, direncanakan beberapa strategi
dan alternatif pemecahan masalah seperti terlihat pada tabel 3.3. berikut

Definisi operasional
Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang
digunakan dalam sosialisasi tentang pentingnya vaksinasi meningitis pada calon
jemaah umrah di KKP kelas II Pekanbaru.

1. Merekomendasikan kepada Kepala Seksi UKLW agar memberdayakan


petugas tenaga kesehatan dari poliklinik KKP untuk melaksanakan
sosialisasi pelayanan kesehatan tentang pentingnya vaksinasi meningitis
bagi calon jamaah umroh dan menetapkan jadwal untuk dilakukan
sosialisasi mengenai pentingnya vaksinasi meningitis pada calon jamaah
umroh adalah dokter muda yang membuat surat rekomendasi kepada
Kepala Seksi UKLW supaya sosialisasi pelayanan kesehatan tentang
pentingnya vaksinasi meningitis disampaikan langsung kepada calon
jamaah umroh minimal 2 kali setahun.
2. Menyediakan leaflet dan poster mengenai sosialisasi tentang pentingnya
vaksinasi meningitis pada calon jemaah umrah di KKP kelas II Pekanbaru
adalah dokter muda menyediakan leaflet dan poster sebagai media
sosialisasi pelayanan kesehatan tentang pentingnya vaksinasi meningitis
dan diserahkan kepada Kepala Seksi dan petugas poliklinik UKLW KKP II
Pekanbaru.
3. Melakukan penyuluhan dan memberikan leaflet mengenai sosialisasi
pelayanan kesehatan tentang pentingnya vaksinasi meningitis bagi calon
jamaah umroh di KKP kelas II Pekanbaru adalah dokter muda melakukan
penyuluhan dan memberikan leaflet mengenai sosialisasi pelayanan
kesehatan tentang pentingnya vaksinasi meningitis kepada calon jamaah
umroh.
4. Travel agent haji dan umroh adalah travel agent yang bekerja sama dengan
pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan di Pekanbaru. Jumlah travel agent
yang berda di Pekanbaru adalah 10 dan yang menjadi sampel adalah 5
travel agent.
DAFTAR PUSTAKA

1. Health conditions for travellers to Saudi Arabia - Pilgrimage to Mecca


(Hajj). Diakses dari http://www.who.int/csr/don/1998_01_09a/en/ tanggal
4 januari 2013
2. Vaksin meningitis. Diakses dari
http://www.kkpcilacap.byethost3.com/index-pilih-hal-id-23.html tanggal 4
Januari 2013
3. Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia.

Keputusan

Menteri

Kesehatan RI No: 612/MENKES/SK/V/2010. Kementrian Kesehatan RI:


Jakarta. 2010
4. Sarumpaet
M.

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

356/MENKES/PER/IV/ 2008 tentang organisasi dan tata kerja kantor


kesehatan

pelabuhan

KKP

http://www.scribd.com/doc/3146

kelas

Medan.

Diakses

dari:

1010/Permenkes-356-Ttgoorganisasi-

Dan-Tata-Kerja-Kkp [diunduh tanggal 4 Januari 2013]


5. Tugas pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan. Diakses dari
http://pbbsibolga.files.wordpress.com/2008/02/dalam-mengembantugasnya-kkp-melaksanakan-13-fungs.pdf tanggal 4 januari 2013
6. Meningitis. Diakses dari
http://www.state.nj.us/health/cd/documents/faq/meningitis_faq.pdf pada
tanggal 4 januari 2013-01-06
7. Meningitis. Diakses dari
http://www.mass.gov/eohhs/docs/dph/cdc/factsheets/meningitis.pdf pada
tanggal 4 januari 2013-01-06
8. Laboratory method for diagnosis of meningitis. CDC. 1998. Diakses dari
http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/files/menigitis_manual.pdf
pada tanggal 4 januari 2013
9. Gondim FAA et.al. meningococcal meningitis. 2012. [Cited 2012 Januari
04]. Available from : [Cited 2012 Dec 09]. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/965367
10. Japardi I. meningitis meningococcus. Diakses 04 Januari 2013. Diunduh
dari: http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
11. Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan Pekanbaru. 2009.

12. Ditjen PP & PL. pedoman kantor kesehatan pelabuhan. Jakarta. Depkes
RI. 2006.
13. Anonym. Seksi UKLW. Kkpontianak.or.id. Pontianak. 2008. Diakses dari
Kkpontianak.or.id. [diunduh 04 Januari 2013]

Lampiran 1
PANDUAN WAWANCARA
Pewawancara

: Dokter muda IKM-IKK modul KesPer

Sasaran

: kepala seksi UKLW KKP II PKU

Tempat

: KKP kelas II PKU

Waktu

: 30 menit

Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.

Apa saja program kerja UKLW?


Bagaimana jalannya kegiatan/pelaksanaan program kerja tersebut?
Apa saja kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan tersebut?
Apa penyebab munculnya kendala kendala tersebut?
Bagaimana pelaksanaan pemberian vaksin pada calon jamaah umroh di

bandara SSQ II PKU?


6. Bagaimana sosialisasi tentang pentingnya vaksin meningitis pada calon
jamaah umroh di bandara SSQ II PKU?
7. Apa saja kendala yang dihadapi dalam mensosialisasikan tentang
pentingnya vaksin meningitis pada calon jamaah umroh di bandara SSQ II
PKU?
8. Apa penyebab munculnya kendala-kendala tersebut?

Lampiran 2
PANDUAN WAWANCARA
Pewawancara

: Dokter muda IKM-IKK modul KesPer

Sasaran

: koordinator Poliklinik BSSQ II PKU

Tempat

: Poliklinik BSSQ II PKU

Waktu

: 30 menit

Pertanyaan

1. Kegiatan apa saja yang terdapat di klinik BSSQ II PKU?


2. Bagaimana pelaksanaan pemberian vaksin pada calon jamaah umroh di
bandara SSQ II PKU?
3. Bagaimana sosialisasi tentang pentingnya vaksin meningitis pada calon
jamaah umroh di bandara SSQ II PKU?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam mensosialisasikan tentang
pentingnya vaksin meningitis pada calon jamaah umroh di bandara SSQ II
PKU?
5. Apa penyebab munculnya kendala-kendala tersebut?

Lampiran 3
PANDUAN WAWANCARA
Pewawancara

: Dokter muda IKM-IKK modul KesPer

Sasaran

: calon jamaah umroh

Tempat

: KKP kelas II PKU

Waktu

: 30 menit

Pertanyaan

1. Apakah anda mengetahui tentang pentingnya vaksin meningitis pada calon


jamaah umroh?
2. Darimana anda mengetahui tentang pentingnya vaksin meningitis pada
calon jamaah umroh? (jika calon jamaah mengetahui jawaban pertanyaan
no 1)
3. Apakah anda mengetahui alur pelayanan vaksin meningitis pada calon
jamaah umroh?

Lampiran 4
Surat Rekomendasi
Pekanbaru,
Perihal

: Penyampaian rekomendasi

Lampiran

: 1 rangkap makalah kelompok

Kepada Yth. Kepala Seksi UKLW KKP II Pekanbaru


di
Pekanbaru

Januari 2013

Dengan hormat,
Berdasarkan identifikasi masalah yang kami lakukan menyangkut
pelaksanaan upaya kesehatan wilayah, ditemukan beberapa permasalahan.
Diantaranya adalah belum optimalnya sosialisasi pelayanan tentang vaksinasi
meningitis pada calon jamaah umroh di KKP Kelas II Pekanbaru.
Sehubungan dengan itu, kami bermaksud menyampaikan rekomendasi
sebagai alternative pemecahan masalah. Rekomendasi tersebut antara lain adalah:
a. Mempertimbangkan supaya tenaga kesehatan yang bertugas melakukan
sosialisasi pelayanan kesehatan khususnya tentang vaksinasi meningitis
bagi calon jamaah umroh di KKP Kelas II Pekanbaru.
b. Mempertimbangkan supaya menentukan jadwal tetap mengenai sosialisasi
pelayanan kesehatan khususnya tentang vaksinasi meningitis bagi calon
jamaah umroh di KKP Kelas II Pekanbaru minimal 2 kali dalam setahun.
Demikianlah

surat

rekomendasi

ini

dibuat. Atas

perhatian

dan

kerjasamanya diucapkan terima kasih.


Hormat kami,

Dokter Muda
IKM-IKK FK UR

You might also like