You are on page 1of 5

ANALISIS & IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK CERPEN

Sebagai Referensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Nama Anggota

: Mochtar Afendi (Ketua Kelompok)


Bambang Siregar
Chairunnisa
Ayu Restuningrum
Yusra Amalia
Erzal Nurrachman
Erzi Rabbani

KELAS XI IPA 4
SMA NEGERI 13 BEKASI
Jl. Pariwisata Raya Perum Bumi Bekasi Baru, Pengasinan Rawa Lumbu
PROGRAM STUDI IPA
TAHUN AJARAN 2011-2012
I.

Identifikasi Unsur Sudut Pandang

A. Pengertian Sudut Pandang


Sudut pandang merupakan salah satu unsur intrinsik cerpen (cerita pendek)/novel.
Menurut Perry Lubbock sudut pandang mengandung arti hubungan diantara pencerita sediri
dan ceritanya.Sudut pandang atau di sebut juga point of view pada dasarnya adalah visi
pengarang yang digunakan untuk melihat suatu kejadian cerita.
Sudut Pandang (SP) memiliki pengertian sebagai cara pengarang menempatkan
dirinya di dalam cerita. Dengan demikian, SP pada hakikatnya merupakan teknik atau siasat
yang sengaja dipilih penulis untuk menyampaikan gagasan dan ceritanya, melalui kaca mata
tokohatau tokoh-tokohdalam ceritanya.
B. Ragam Sudut Pandang
Secara garis besar ada dua macam SP, yakni, SP orang pertama dan SP orang ketiga.
Hanya kemudian dari keduanya terbentuk variasi-variasai yang memiliki konsekuensi
berbeda-beda.
1. SP Orang Pertama Tunggal
Pengarang dalam sudut pandang ini menempatkan dirinya sebagai pelaku sekaligus
narator dalam ceritanya. Menggunakan kata ganti Aku atau Saya. Namun begitu, SP ini
bisa dibedakan berdasarkan kedudukan Aku di dalam cerita itu. Apakah dia sebagai pelaku
utama cerita? atau hanya sebagai pelaku tambahan yang menuturkan kisah tokoh lainnya?
a. Aku tokoh utama
Pengarang menempatkan dirinya sebagai tokoh di dalam cerita yang menjadi pelaku
utama. Melalui tokoh Aku inilah pengarang mengisahkan kesadaran dirinya sendiri (self
consciousness); mengisahkan peristiwa atau tindakan. Pembaca akan menerima cerita sesuai
dengan yang diketahui, didengar, dialami, dan dirasakan tokoh Aku. Tokoh Aku menjadi
narator sekaligus pusat penceritaan.
Apabila peristiwa-peristiwa di dalam cerita anda terbangun akibat adanya konflik
internal (konflik batin) akibat dari pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, atau
harapan dari tokoh cerita, SP ini merupakan pilihan yang tepat. Karena anda akan leluasa
mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh tokoh cerita anda.
Kebanyakan penulis yang menggunakan SP ini, seringkali terlalu asyik menceritakan
(tell) keseluruhan cerita, tanpa berusaha menunjukkan (show) atau memperagakannya.
Akibatnya cerita menjadi kurang dramatis. Bahkan bukan tidak mungkin, apabila anda
memilih SP ini, anda akan kesulita memperkenalkan tokoh, apakah seorang perempuan atau
lelaki.
Namun, karena cerita dituturkan oleh tokoh Aku, anda harus menulis dengan bahasa
tokoh Aku, sesuai dengan karakter yang telah anda tetapkan. Apabila tokoh anda lebih tua

atau lebih muda dari usia anda, akan mempengaruhi bahasa yang bisa anda gunakan. Sebab
itu, mengenali dengan baik karakter tokoh anda menjadi sebuah keharusan.
b. Aku tokoh tambahan
Pengarang menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam cerita, hanya saja
kedudukannya bukan sebagai tokoh utama. Keberadaan Aku di dalam cerita hanya sebagai
saksi. Dengan demikian, tokoh Aku bukanlah pusat pengisahan. Dia hanya bertindak
sebagai narator yang menceritakan kisah atau peristiwa yang dialami tokoh lainnya yang
menjadi tokoh utama.
2. SP Orang Pertama Jamak
Bentuk SP ini sesungguhnya hampir sama dengan SP orang pertama tunggal. Hanya
saja menggunakan kata ganti orang pertama jamak, Kami. Pengarang dalam sudut pandang
ini menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa orang atau sekelompok
orang. Perhatikan petikan di bawah ini.
3. SP Orang Kedua
Pengarang menempatkan dirinya sebagai narator yang sedang berbicara kepada orang
lain, menggambarkan apa-apa yang dilakukan oleh orang tersebut. SP ini menggunakan kata
ganti orang kedua, Kau, Kamu atau Anda yang menjadi pusat pengisahan dalam cerita.
4. SP Orang Ketiga Tunggal
Pengarang menempatkan dirinya sebagai narator yang berada di luar cerita, atau tidak
terlibat dalam cerita. Dalam SP ini, narator menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan
menyebut namanya, atau kata gantinya; Dia atau Ia
SP orang ketiga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan
pengarang terhadap cerita. Pada satu pihak, pengarang atau narator dapat bebas
mengungkapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh Dia. Di pihak lain,
pengarang atau narator tidak dapat leluasa menguangkapkan segala hal yang berhubungan
dengan tokoh Dia, atau dengan kata lain hanya bertindak sebagai pengamat.
a. SP Orang Ketiga Mahatahu
SP ini sering juga disebut SP mata tuhan. Sebab dia berlaku seperti tuhan terhadap
tokoh-tokoh di dalam ceritanya. Pengarang atau narator mengetahui segala hal tentang tokohtokohnya, peristiwa, dan tindakan, termasuk motif yang melatarbelakanginya. Dia bebas
berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Bahkan, pengarang bebas mengungkapkan apa
yang ada dipikiran serta perasaan tokoh-tokohnya.
b. SP Orang Ketiga Terbatas
Dalam SP ini, pengarang juga bisa melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami,

dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh ceritanya. Namun hanya terbatas pada satu tokoh, atau
terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas (Stanton, 1965:26). Pengarang tidak leluasa
berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Melainkan terikat hanya pada satu atau dua tokoh
saja.
c. SP Orang Ketiga Objektif
Pengarang atau narator dalam SP ini bisa melukiskan semua tindakan tokoh-tokohnya,
namun dia tak bisa mengungkapkan apa yang dipikirkan serta dirasakan oleh tokohtokohnya. Dia hanya boleh menduga apa yang dipikirkan, atau dirasakan oleh tokoh
ceritanya.Narator tak ubahnya sebuah kamera yang merekam dan mengabadikan sebuah
objek.
5. SP Orang Ketiga Jamak
Pengarang menjadi narator yang menuturkan cerita berdasarkan persepsi atau kaca
mata kolektif. Narator akan menyebut tokoh-tokohnya dengan menggunakan kata ganti orang
ketiga jamak; Mereka.
Pada hakikatnya, SP ini mirip dengan SP orang pertama jamak. Pembaca menerima
semua gerak dan tindakan satu orang atau beberapa orang melalui kaca mata sebuah
kelompok. Perbedaannya ada pada posisi narator yang berada di luar cerita, tidak terlibat
dalam cerita yang dituturkannya melalui kaca mata tokoh Mereka.
6. SP Campuran
Sebuah novel mungkin saja menggunakan lebih dari satu ragam SP. Bahkan,
belakangan ini, SP campuran tak hanya digunakan dalam novel saja, tetapi juga digunakan di
dalam cerpen. Pengarang menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya
dengan SP yang berbeda-beda menggunakan Aku, Kamu, Kami, Mereka, atau
Dia.
Dalam penggunaan SP campuran, dimungkinkan terjadi pergantian pusat penceritaan
dari seorang tokoh ke tokoh lainnya. Dengan begitu, pembaca akan memperoleh pandangan
terhadap suatu peristiwa atau masalah dari beberapa tokoh.

II.

Analisis Sudut Pandang dari Cerpen Di Sebuah Senja


Cerpen yang berjudul Di Sebuah Senja menggunakan Sudut Pandang Orang Ketiga
Serba Tahu. Analisisnya dalah sebagai berikut :

1. Ditilik dari paragraf pertama dari cerpen tersebut, sudut pandang orang ketiga serba tahu
dapat ketahui dari cara pengarang menggambarkan suasana dan keadaan dalam cerita.
Pengarang dapat mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi di dalam
cerita tersebut. Kutipan paragraf tersebut adalah sebagai berikut.
Sayup-sayup gema azan magrib menyirami ketenangan dusun Kartagana. Dedahan
berubai mengikuti irama angin yang semakin gesit, burung-burung kecil berhamburan
menuju sarangnya masing-masing. Sementara di ujung barat, gunung Kalebungan berdiri
megah menyembunyikan cahaya matahari di punggungnya.
2. Pada Cerpen tersebut pengarang menceritakan banyak tokoh. Pengarang menggunakan
sudut pandang ketiga serba tahu dengan menceritakan beberapa tokoh yang saling terkait
di dalam cerita. Kutipan paragraf tersebut adalah sebagai berikut.
Tapi sayang, semenjak Zainur sekoalh di kota, desa ini jadi terasa sepi. Andai saja dia
masih di desa ini, mungkin kita tidak perlu kesulitan mencari penerus tokang tegghes,
Ucap Rahem tanpa memperdulikan raut Sarto yang semakin muram. Pandangannya
kosong mentaap kehampaan. Acara mamaca 4 tahun yang lalu, saat rumahnya baru
direnovasi, kembali belingsatan meramaikan ingatannya.
3. Apabila suatu cerita menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu maka
pengarang dapat berpindah dari satu tokoh ke tokoh yang lain secara bebas dan
menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita. Pragraf kedua dan
kesembilan cerpen berikut dapat menjadi bukti.
Paragraf kedua :
Di atas amben, di samping lenggar jonglo, Sarto mengaso, sesekali meyeduh segelas
kopi dingin dihadapannya. Wajahnya kusut mentap langit. Bulir-bulir keringat
membasahi tubuhnya yang legam.Seharian penuh ia bekerja mencangkul di ladangnya.
Paragraf kesembilan :
Decak kagum para sesepuh desa ketika mendengarkan suara Zainur menggema penuh
wibawa, negasagi tembang yang mencaeritakan betarakala, terasa semakin hangan dalam
ingatannya.
4. Dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga pengarang bebas mengungkapkan apa
yang ada dipikiran serta perasaan tokoh-tokohnya.
Perasaannya semakin berkarau. Haruskah ia bangga atau malah kecewa, sementara
orang-orang kampung selalu menanyakan keberadannya, Kapan zainur akan pulang?

You might also like