You are on page 1of 11

Jurnal Ilmu Kesehatan Anak

Juni 2013

VOLUME I

NOMOR 2
Naskah Asli

Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah
Imanuel Yulius Malino, Wayan Dharma Artana

Abstrak
Latar belakang. Salah satu penyebab kematian neonatus
adalah Sindrom Gawat Pernapasan Akut (SGPA) yang
kontribusinya masih jarang diteliti.
Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan mengetahui
proporsi dan mortalitas SGPA terhadap mortalitas
neonatus di Unit Perawatan Intensif Neonatus (UPIN)
RSUP Sanglah Denpasar.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kasus
Kontrol. Data diambil dari rekam medis. Kasus adalah
neonatus yang meninggal sedangkan kontrol adalah
neonatus yang hidup yang ditelusuri secara retrospektif
untuk mengetahui adanya SGPA.
Hasil. Enam puluh delapan bayi yang dirawat di UPIN
mulai bulan Januari-Desember 2010 yang memenuhi
persyaratan diikutsertakan dalam penelitian, terdiri dari 34
kelompok kasus dan 34 kelompok kontrol. Sebagian besar
subyek merupakan laki-laki (66,2%) dengan rerata berat
badan lahir 3075 (2500-4500) gram. Lama MRS 5 (1-36)
hari dengan masalah paru terutama pneumonia neonatal
(75%), diikuti sindrom aspirasi mekonium (23,5%), dan
pneumonia aspirasi (1,5%). Rerata rasio PaO2/FiO2 adalah
252,7115,6. Proporsi SGPA 38,2%. Sepsis dengan kultur
darah positif pada 42.6% subyek. SGPA secara statistik
bermakna meningkatkan mortalitis neonatus dengan
adjusted OR = 22,0 kali (p<0,001; IK 95%; 5,19 s.d. 93,22)
dibandingkan bayi tanpa SGPA. Neonatus dengan jenis
kelamin laki-laki meningkatkan mortalitas dengan adjusted
OR = 1,9 (p=0,33; IK 95%; 0,52 s.d. 7,4), sedangkan sepsis
dengan kultur darah positif berisiko dengan adjusted OR =
0,8 (p=0,66; IK 95%; 0,22 s.d. 2,6) terhadap kematian
neonatus, namun kedua.penemuan ini tidak bermakna
secara
statistik.Kesimpulan.
SGPA
bermakna
meningkatkan kematian pada neonatus. (JIKA. 2013;I: 3544])
Kata kunci. SGPA, kematian neonatus, UPIN.

Background. Study in Acute Respiratory Distress Syndrome


(ARDS) in neonate still rare.
Objective. To know proportion and mortality of ARDS in
neonatal mortality at Sanglah Hospitals NICU.
Methods. This was case-control study. Data of eligible
subjects was obtained from medical record JanuaryDecember 2010. Case was death neonate and control was
survived neonate who was followed retrospectively to
obtain ALI and ARDS.
Results. 68 eligible subjects was involved, 34 case and 34
control. Most were male (66.2%) with birth weight 3075
(2500-4500) gram. Median of hospitalization was 5 (1-36)
days with most frequent lung problems were neonatal
pneumonia (75%), meconium aspiration syndrome (23.5%)
and aspiration pneumonia (1.5%). Mean ratio PaO2/FiO2
was 252.7115.6. ARDS proportion was 38,2%. Blood
culture was positive in 42.6% subjects. ARDS was
statistically significant in increasing neonatal mortality
with adjusted OR = 22.0 (p<0.001; 95%CI; 5.19 to 93.22)
than neonate without ARDS. Male neonate increased
mortality with adjusted OR = 1.9 (p=0.33; IK 95%; 0.52 s.d.
7.4), meanwhile sepsis with positive blood culture risk
neonatal mortality with adjusted OR = 0.8 (p=0.66; IK 95%;
0.22 s.d. 2.6), but both findings was not statistically
significant.
Conclusion. ARDS significantly increased neonatal
mortality. (JIKA. 2013;I: 35-44])
Keywords. ARDS, neonatal mortality, NICU.
* Dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar, Indonesia.
Permintaan Cetak ulang ditujukan kepada: Imanuel Yulius
Malino. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana / RSUP Sanglah , Jl . P. Nias , Denpasar
, Bali, Indonesia . Telepon / Fax . +62-361-244034 / 244038
.E-mail: dr_imanueloniym@yahoo.com

Abstract

JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 35

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah

Pendahuluan
Angka

kelahiran,

parsial

(PaO2) dibagi fraksi

dan

oksigen (FiO2) yang dihirup kurang dari

mortalitas neonatus masih merupakan

200.4,5,6 Rekomendasi konsensus maupun

masalah yang cukup serius terutama di

penelitian di bidang ini telah banyak

Negara berkembang.1 Kurang lebih

digunakan pada dewasa dan kemudian

kematian neonatus ini terjadi pada tujuh

pada

hari

Masalah

kontroversi karena paru yang masih

respirasi mengambil peranan penting

berkembang pada masa ini. Penggunaan

dalam tingginya kematian pada minggu

rekomendasi konsensus ini pada anak

pertama ini.1,2 Indonesia masih memiliki

telah

Angka Kematian Bayi (AKB) yang sangat

tatalaksana,

tinggi pada era 60an yaitu sebesar 216

kelangsungan hidup pada anak dengan

per 1000 kelahiran hidup. Namun dari

masalah

tahun ke tahun, angka ini terus menurun

Penggunaan

rekomendasi

hingga pada 2002-2003 (berdasarkan

neonatus

menjadi

Survei Dasar Kependudukan Indonesia

sehubungan dengan perkembangan paru-

2002-2003) adalah 35 per 1000 kelahiran

paru pada masa ini. Flori4 pada 2005

hidup.3 Salah satu masalah respirasi yang

melakukan

jarang diteliti adalah sindrom gawat

menggunakan

pernapasan akut (SGPA) neonatus. SGPA

European Consensus Conference on ARDS

memiliki mortalitas 28,6% dan 2-40 kali

yang melibatkan neonatus. Penelitian ini

lebih besar dibandingkan tanpa masalah

menyimpulkan tingginya mortalitas akibat

ini.4,5

cidera paru akut dan sindrom gawat

pertama

kehidupan.

American
Conference

morbiditas

oksigen

ARDS

Consensus

yang

berperan

awalnya

dalam

sehingga

respirasi,

pernapasan

menjadi

deteksi

meningkatkan

serta

prognosis.
ini

dengan

rekomendasi

serta

pada

perdebatan,

penelitian

akut

dan

American

deteksinya

mendefinisikan

memberikan nilai prognosis utama. Flori

sindrom gawat pernapasan akut sebagai

juga menyimpulkan bahwa hipoksemia

onset

arterial

akut

on

European

anak

infiltrat

bilateral

pada

sangat

berhubungan

Kami

memakai

dengan

gambaran paru tanpa adanya bukti

mortalitas.

definisi

hipertensi atrium kiri dengan tekanan

American European Consensus Conference

JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 36

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah

on ARDS dalam mengetahui kejadian

mengalami gawat napas, dan berat lahir

ARDS di Unit Perawatan Intensif Neonatus

lahir 2500. Kriteria eksklusi pada

(UPIN) RSUP Sanglah.

penelitian ini antara lain: data catatan

Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui proporsi dan risiko kematian

medis tidak lengkap, pulang paksa,


adanya kelainan jantung.

neonatus dengan onset SGPA di UPIN

Besar Sampel dihitung dengan

RSUP Sanglah Denpasar dengan memakai

menggunakan rumus uji hipotesis 2

definisi American European Consensus

proporsi7 dengan nilai Z untuk tertentu,

Conference on ARDS. Pengetahuan atas

kesalahan tipe I = 5%, hipotesis satu arah,

tingkat risiko ini akan berimplikasi pada

Z = 1,64, nilai Z untuk power ( 1- ),

pentingnya

kesalahan tipe II = 20%, Z = 0,84

peranan

terapi

oksigen

sebagai tatalaksana SGPA.

sehingga

didapatkan

jumlah

sampel

Metode

minimal masing-masing kelompok sebesar

Penelitian ini menggunakan rancangan

31 subyek. Subyek diambil dengan cara

penelitian kasus kontrol untuk melihat

simple random sampling dari neonatus

mortalitas neonatus di UPIN RSUP Sanglah

yang memenuhi kriteria inklusi baik dari

Denpasar. Kasus adalah neonatus cukup

kelompok kasus maupun dari kelompok

bulan yang meninggal di UPIN, sedangkan

kontrol.

kontrol adalah neonatus yang hidup di

Sindrom Gawat Pernapasan Akut

UPIN kemudian dilakukan penelusuran

(SGPA): didefinisikan sebagai onset akut

secara retrospektif ada tidaknya SGPA

infiltrat bilateral tanpa adanya bukti

baik pada kelompok kasus maupun

hipertensi

kontrol. Data diambil dari catatan medis

perbandingan PaO2/FiO2 kurang dan sama

penderita UPIN periode Januari 2010

dengan dari 200 (tanpa memperhatikan

sampai dengan Desember 2010.

PEEP).4,8,9 Tekanan parsial oksigen (PaO2)

Kriteria inklusi pada penelitian ini


antara

lain:

neonatus

kiri

dengan

diperoleh dari hasil analisa gas darah

atau

(AGD) pertama kali saat gawat napas

perempuan, umur 028 hari, bayi cukup

muncul saat masuk rumah sakit atau

bulan,

selama perawatan. Fraksi oksigen (FiO2)

pernah

laki-laki

atrium

dirawat

di

UPIN,

JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 37

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah

yang diserap yang dihitung berdasarkan


besar FiO2 yang diberikan pada sistem

Hasil

oksigen aliran tinggi (ventilator atau CPAP

Sampel penelitian yang memenuhi kriteria

(Continous Possitive Airway Pressure))

inklusi 92 kasus, terdiri dari 44 kasus

saat pasien dilakukan AGD. Pasien yang

hidup dan 48 kasus meninggal. Sebanyak

yang tidak memakai CPAP atau ventilator

22

maka FiO2 diperkirakan sesuai dengan

dieksklusi dari penelitian karena rekam

rekomendasi American Association of

medis yang tidak lengkap,

Respiratory Care guidelines.4,8,9

jantung, dan kelainan kongenital yang

Penelitian ini telah disetujui oleh


Komisi Etik FK Unud/RSUP Sanglah.

kasus

(8

hidup, 14

meninggal)

kelainan

menyertai. Karakteristik subyek penelitian


diringkas dalam tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian


Karakteristik subyek
Jenis Kelamin, Laki-laki n (%)
Berat Badan Lahir, (median (interkuartil)) gram*
Lama MRS (median (interkuartil)), hari*
Masalah Paru
Pneumonia neonatal
Sindrom aspirasi mekonium
Pneumonia aspirasi
Alat Bantu Napas
Headbox
CPAP
Ventilator
PaO2/FiO2
SGPA
Sepsis dengan kultur darah (+)

Kasus (n=68)
45 (66,2%)
3075 (2500-4500)
5 (1-36)
51 (75,0%)
16 (23,5%)
1 (1,5%)
31 (45,6%)
19 (27,9%)
18 (26,5%)
252,7115,6
26 (38,2%)
29 (42,6%)

Subyek penelitian sebagian besar

dari seluruh kasus dengan gawat napas.

neonatus laki-laki (66,2%), dengan rerata

Masalah paru terutama antara lain:

berat badan, rerata rawat inap, dan rerata

pneumonia

rasio

3075

sindrom aspirasi mekonium (23,5%), dan

(2500-4500) gram, 13,89,6 hari, dan

pneumonia aspirasi (1,5%). Sepsis dengan

252,7115,6. Kami menemukan proporsi

kultur darah positif pada 42.6% subyek.

PaO2/FiO2 berturut-turut

neonatal

(75%),

diikuti

SGPA pada penelitian ini sebesar 38,2%


JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 38

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah

Karakteristik

subyek

pada

dalam

tabel

sebagai

berikut:

kelompok kasus dan kontrol diringkas


Karakteristik subyek
Jenis Kelamin, Laki-laki n (%)
Berat Badan Lahir, gram (median (interkuartil))*
Lama MRS (median (interkuartil))*
Masalah Paru
Pneumonia neonatal
Sindrom aspirasi mekonium
Pneumonia aspirasi
Alat Bantu Napas
Headbox
CPAP
Ventilator
PaO2/FiO2
SGPA
Sepsis dengan kultur darah (+)

Kasus (n=34)
24 (70,6%)
3075 (2500-3850)
5(1-36)

Kontrol (n=34)
21 (61,8%)
3075 (2500-4500)
17(8-35)

23 (67,6%)
10 (29,4%)
1 (2,9%)

28 (82,4%)
6 (17,6%)
0

9 (26,5%)
8 (23,5%)
17 (50,0%)
186,1115,2
23 (67,6%)
11 (32,4%)

22 (64,7%)
11 (32,4%)
1 (2,9%)
319,868,8
3 (8,8%)
18 (52,9%)

Tabel 2. Karakteristik kelompok kasus dan kontrol


*Distribusi tidak normal

Penelitian ini menunjukkan bayi

sebesar

251116,3.

Penelitian

ini

laki-laki lebih banyak mengalami SGPA

menemukan proporsi SGPA pada kedua

dibandingkan

kelompok sebesar 38,2%. SGPA lebih

perempuan

baik

pada

kelompok kasus maupun kontrol. Berat

banyak terjadi pada kelompok kasus

badan pada kedua kelompok tidak terlalu

dibandingkan kelompok kontrol (67,6% vs

berbeda.

8,8%), sesuai dengan rerata PaO2/FiO2

Kelompok

kontrol

memiliki

median masa rawat inap yang lebih

yang

panjang dari pada kasus (17(8-35) vs 5(1-

kelompok kasus dibandingkan kontrol

36)),

pada

(186,1115,2 vs 319,868,8). Hasil yang

kelompok kasus lebih banyak terjadi pada

serupa tampak pada karakteristik sampel

minggu pertama. Masalah paru terutama

dengan SGPA dan Non-SGPA sebagaimana

pada

diringkas pada tabel 3.

menunjukkan

kedua

kematian

kelompok

antara

lain:

ditemukan

lebih

rendah

pneumonia neonatal, sindrom aspirasi

Tabel 3. Karakteristik sampel dengan

mekonium,

SGPA dan CPA

dan

pneumonia

aspirasi.

pada

Rerata PaO2/FiO2 pada kedua kelompok

JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 39

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah

Karakteristik subyek
Jenis Kelamin, Laki-laki n (%)
Berat Badan Lahir, gram (meanSD)
Lama MRS (median (interkuartil))*
Masalah Paru
Pneumonia neonatal
Sindrom aspirasi mekonium
Pneumonia aspirasi
Alat Bantu Napas
Headbox
CPAP
Ventilator
PaO2/FiO2 (meanSD)
Sepsis dengan kultur darah (+)
Luaran (meninggal)

SGPA (n=26)
17 (65,4%)
3005 (2500-3800)
5(1-36)

Non-SGPA (n=42)
28 (66,7%)
3100 (2500-4500)
16(3-34)

16 (61,5%)
9 (34,6%)
1 (3,8%)

35 (83,3%)
7 (16,7%)
0

2 (7,7%)
7 (26,9%)
17 (65,4%)
124,152,4
7 (26,9%)
23 (88,5%)

25 (69,0%)
12 (28,6%)
1 (2,4%)
332,356,4
22 (52,4%)
11 (26,2%)

*Distribusi tidak normal

Bayi

laki-laki

mengalami

SGPA

lebih

banyak

dibandingkan

Penelitian
sebelumnya

dan

kepustakaan

mengungkapkan

perempuan. Berat badan pada kedua

beberapa

kelompok tidak terlalu berbeda. Neonatus

meningkatkan mortalitas neonatus antara

SGPA memiliki median masa rawat inap

lain: jenis kelamin laki-laki dan sepsis.

yang lebih pendek dari pada non-SGPA

Analisis

(5(1-36)

mengetahui

neonatus
sebagian

vs

16(3-34))

dengan
besar

menunjukkan

masalah

respirasi

mengalami

kematian

faktor

yang

bahwa

univariat

dilakukan

besarnya

berperan

untuk

masing-masing

risiko terhadap mortalitas sebagaimana


terlihat pada tabel 4.

dalam minggu pertama. Masalah paru

Tabel 4. Rasio odds mortalitas akibat

terutama pada kedua kelompok ini antara

SGPA dibandingkan dengan Non-SGPA.

lain:

Faktor Risiko
Kematian
SGPA
Sepsis dengan
kultur darah (+)
Jenis
kelamin
(laki-laki)

pneumonia

neonatal,

aspirasi

mekonium,

aspirasi.

Sebagian

dan
besar

sindrom

pneumonia
bayi

yang

mengalami SGPA (88,5%) mengalami

Odds Ratio
(OR)
24,9
3,0

p*
<0,001
0,086

0,6

0,442

kematian.
JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 2

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah

*p < 0,05.

menjadi faktor protektif ini dibandingkan

SGPA

meningkatkan

risiko

kematian sebesar 24,1 kali lebih besar


dibandingkan
secara

dengan

statistik

non-SGPA

bermakna

Neonatus dengan sepsis meningkatkan


kematian 3,0 (p=0,086) kali dibandingkan
kultur yang negatif walaupun secara
statistik tidak bermakna. Pada penelitian
ini, neonatus dengan jenis kelamin lakilaki memiliki risiko 0,6 kali (p=0,442) atau

Pada

penelitian

dengan

Analisis

ini

kami

kedua

multivariat

dilakukan

untuk mengetahui faktor risiko mortalitas


yang bermakna diantara ketiga variabel
ketika

ketiga

variabel

ditemukan

bersama-sama sebagaimana ditunjukkan


pada tabel 5. Tabel 5. Analisis multivariat
mortalitas akibat SGPA, jenis kelamin lakilaki,

dan

Adjusted Odds Ratio


22,0
0,8
1,9

menemukan bahwa setelah mengalami


penyesuaian

bermakna secara statistik.

dan

(p<0,001).

kultur positif
Faktor Risiko Kematian
SGPA
Sepsis dengan kultur darah (+)
Jenis kelamin (laki-laki)
*p < 0,05.

dengan perempuan, namun hasil ini tidak

p*
<0,001
0,66
0,33

IK 95%
5,19 s.d. 93,22
0,22 s.d. 2,6
0,52 s.d. 7,4

kedua penemuan ini tidak bermakna


secara statistik.

variabel

Diskusi

lainnya, SGPA pada neonatus secara

Pada penelitian ini kami menemukan

statistik bermakna meningkatkan risiko

proporsi SGPA 38,2% atau lebih dari

kematian (adjusted OR) sebesar 22,0 kali

sepertiga kasus neonatus yang mengalami

(p<0,001; IK 95%; 5,19 s.d. 93,22)

gawat

dibandingkan

tidak

menemukan sebagian besar neonatus

berjenis

dengan SGPA meninggal (88,5%) dalam

berisiko

terhadap

minggu pertama (median (interkuartil) =

adjusted

OR

5(1-36)).

mengalami
kelamin
kematian

subyek
SGPA.

laki-laki
dengan

yang

Neonatus

1,9

napas.

Penelitian

ini

juga

Proporsi yang kami temukan

(p=0,33; IK 95%; 0,52 s.d. 7,4), sedangkan

pada penelitian ini lebih besar dari apa

pasien dengan sepsis menjadi beresiko

yang

0,8 (p=0,66; IK 95%; 0,22 s.d. 2,6), namun

prevalen SGPA 22%.4,13 Kematian akibat


SGPA

ditemukan

juga

lebih

oleh

Flori

besar

dari

dengan

yang

JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 41

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah

ditemukan pada Flori 2005 dan Sharma

napas

20104,8 dimana kematian akibat SGPA

meningkatkan mortalitas bayi dengan

berkisar 20-75%. Hal ini menunjukkan

SGPA selain dari beratnya kelainan dasar

pentingnya penilaian SGPA pada neonatus

yang menyertai. Neonatus laki-laki, pada

dengan sesak. Penilaian dan tatalaksana

peneliian ini, lebih banyak mengalami

gawat napas terutama pemakaian alat

SGPA respirasi dengan risiko hampir

bantu

mampu

sebesar 2 kali, (OR = 1,9 (p=0,33; IK 95%;

hidup

0,52 s.d. 7,4)) walaupun secara statistik

napas

diharapkan

meningkatkan

kelangsungan

bertekanan

dapat

neonatus. Penilaian SGPA juga menjadi

tidak

penting dalam mengetahui prognosis

ditemukan

yang

terutama pada minggu-minggu awal dan

berperan

dalam

pemberian

informasi pada keluarga.

bermakna.

positif

dari

bulan-bulan

Penemuan
berbagai

awal

serupa

penelitian

kehidupan.

jenis

Kami menemukan bahwa SGPA

kelamin berpengaruh terhadap kematian

pada neonatus secara statistik bermakna

bayi dalam berbagai karakteristik. Faktor

meningkatkan

biologis

risiko

kematian

(OR)

yang

berpengaruh

terhadap

sebesar 22,0 kali (p<0,001; IK 95%; 5,19

tingginya morbiditas dan mortalitas ini

s.d. 93,22) dibandingkan subyek yang

antara

tidak mengalami SGPA. Hasil ini hampir 10

meningkatnya

risiko

kali lebih tinggi dari yang ditemukan oleh

keterlambatan

maturitas

Flori 2005 (OR 2,36; IK 95% 1,25-4,47).4

menyebabkan meningkatknya gangguan

Rubenfeld 20056 mengungkapkan bahwa

respirasi dan malformasi kongenital.11,12

lain:

imunodefisiensi,
infeksi,
yang

di Amerika Serikat kejadian SGPA antara

Neonatus SGPA memiliki median

2-40 kali lebih tinggi dari penelitian

masa rawat inap yang lebih pendek dari

sebelumnya. Penemuan ini juga menjadi

pada non-SGPA (5(1-36) vs

petunjuk buruknya prognosis neonatus

menunjukkan neonatus dengan masalah

dengan SGPA. Sarana dan prasarana yang

respirasi

sebagian

besar

berbeda dalam mendukung tata laksana

kematian

dalam

minggu

SGPA dapat menjadi penyebab besarnya

Masalah

respirasi

perbedaan risiko. Keterbatasan alat bantu

kematian utama sehingga kurang lebih

16(3-34))

mengalami
pertama.

menjadi penyebab

JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 42

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah

kematian neonatus terjadi pada tujuh hari

disertai hasil kultur yang positif menjadi

pertama kehidupan.1,2 Perhatian khusus

petunjuk penegakan diagnosis sepsis.

untuk meningkatkan kelangsungan hidup

Pasien dengan sepsis kultur darah positif

diperlukan

pada penelitian ini ditemukan pada 42,6%

pada

neonatus

dengan

masalah respirasi, terutama pada minggu

dari

pertama. Panjangnya rawat inap pada

memiliki risiko kematian sebesar 0,8 kali

kelompok

oleh

(p=0,66; IK 95%; 0,22 s.d. 2,6) yang secara

pada

statistik

kontrol

tatalaksana

disebabkan

kecurigaan

infeksi

seluruh

subyek

tidak

penelitian

bermakna.

merupakan

ada.

mortalitas penting yang meningkatkan


saat

onset

SGPA

satu

Sepsis

neonatus selain masalah pernapasan yang

Diagnosis

salah

dan

faktor

risiko

risiko kematian. Fajar pada 2009,10 di

terbanyak adalah pneumonia neonatal

tempat

(75%), diikuti dengan sindrom aspirasi

menemukan bahwa sepsis memiliki OR =

mekonium

pneumonia

5.99 (IK 95% 1.621.7) dan secara statistik

aspirasi (1,5%). Hasil ini sesuai dengan apa

bermakna. Sepsis dengan kultur positif

yang ditemukan oleh Flori 20054 dimana

hanya ditemukan pada 22-50,4% kasus

pneumonia yang tertinggi disusul oleh

dengan sepsis.17-19 Penelitian ini meneliti

20109

sepsis yang dikonfirmasi hasil kultur darah

dan

positif dari subyek penelitian, sedangkan

sepsis terjadi pada 60% kasus dengan

neonatus yang secara klinis mengalami

SGPA.14,15

sepsis tidak dimasukkan dalam penelitian

aspirasi

(23,5%)

dan

menemukan

dan

sepsis.
bahwa

Sindrom

Sharma
pneumonia

sama,

ini. Penelitian prospektif yang lebih baik

menjadi bagian dari masalah respirasi,

dibutuhkan untuk mengungkapkan hal ini

dapat juga menjadi penanda kejadian

sehingga rasio odds yang disesuaikan

infeksi. Kedua keadaan ini sangat sulit

lebih

dibedakan

menjadi

setelah disesuaikan oleh faktor sepsis

kasus-kasus

sebagai perancu. Penelitian ini memiliki

neonatus

sehingga
banding
dengan

napas

yang

selain

diagnosis

gawat

penelitian

selalu
pada

gawat

napas.

Perkembangan klinis sepsis dan atau

mencerminkan

beberapa

kelemahan,

rasio

kematian

antara

lain:

penelitian ini merupakan penelitian kasus

JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 43

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah

kontrol

yang

merupakan

retrospektif,

memiliki

penelitian
kekuatan

dapat diteliti terutama yang berpotensi


meningkatkan mortalitas SGPA.

menjelaskan hubungan lebih lemah dari


penelitian prospektif. Penelitian ini juga
hanya mencantumkan hasil kultur positif

Daftar Pustaka
1.

2.

dari subyek penelitian dalam penelusuran


faktor risiko. Hasil kultur positif tentunya

3.

belum mencerminkan kejadian sepsis


pada subyek. Penelitian ini memiliki
rentang kepercayaan yang sangat lebar,
sehingga penelitian yang lebih baik

4.

dengan jumlah sampel yang lebih besar


sangat dibutuhkan. Penelitian prospektif
yang

lebih

baik

dibutuhkan

untuk

mengungkapkan hal ini sehingga rasio


odds

yang

disesuaikan

5.

6.

lebih

mencerminkan rasio kematian setelah

7.

disesuaikan oleh faktor sepsis maupun


faktor risiko kematian neonatus lainnya
sebagai perancu.

8.

Kesimpulan
penelitian

ini

adalah

proporsi

9.

SGPA sebesar 38,2% dan SGPA pada


neonatus

secara

statistik

bermakna

10.

meningkatkan mortalitas. Saran penelitian


ini perlunya dilakukan penelitian kohort

11.

prospektif lanjutan dengan jumlah sampel


yang lebih besar, sehingga keterlibatan
faktor risiko kematian neonatus lainnya

12.

13.

Lawn JE, Cousens S, Zupan J. 4 Million neonatal


deaths: when? where? why? Lancet. 2005;
365:891-900.
Andajani-Sutjahjo S, manderson L. Stillbirth,
neonatal death and reproductive rights in
Indonesia. Repr Health Matters. 2004; 12(24):1818.
Tim penyusunan laporan tujuan pembangunan
millennium (MDGs) Indonesia tahun 2007.
Menurunkan kematian anak. Dalam: Suzetta P,
penyunting. Laporan pencapaian millennium
development goals Indonesia 2007. Jakarta:
Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional, 2007: h. 49-54.
Flori HR, Glidden DV, Rutherford GW, and
Matthay MA. Pediatric acute lung injury
prospective evaluation of risk factors associated
with mortality. American Journal of Respiratory
and Critical Care Medicine. 2005:171;995-1001.
Rubenfeld GD, Caldwell E, Peabody E, Weaver J,
Martin DP, Neff M, et al. Incidence and outcomes
of acute lung injury. NEJM. 2005;353(16):1685-93.
Harrison EA. Acute respiratory distress syndrome.
Dalam: Harrison EA, penyunting. Neonatal
Respiratory Care Handbook. Massachusetts: Jones
and Bartlett Publishers; 2009. h. 1-35.
Dahlan MS. Menghitung Besar Sampel:
Menggunakan Rumus Besar Sampel Secara Benar.
Dalam: Dahlan MS, penyunting. Seri Evidence
Based Medicine. Seri 2. Besar Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Arkans; 2005. h.19-71.
Anderson MR. Update on pediatric acute
respiratory distress syndrome. Respiratory Care.
2003;48(3):261-78.
Shapiro BA. Oxygen Therapy and Ventilation.
Dalam: Shapiro BA, penyunting. Clinical
application of blood gases. Chicago: Year Book
Medical Publishers, Inc.; 1976. h. 105-12.
Frankel LR, Dicarlo JV. Acute (Adult) Respiratory
Distress Syndrome (ARDS). Dalam: Behrman RE,
Kleigman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson
Textbook of Pediactrics. Edisi ke-17. Philadelphia:
WB Saunders Company, 2003. h.142-44.
Titaley CR, Dibley MJ, Agho K, Roberts CL, Hall J.
Determinants of neonatal mortality in Indonesia.
BMC Public Health. 2008;8(232):1-15.
Naeye RL, Burt LS, Wright DL, Blanc WA, Tatter D.
Neonatal mortality, the male disadvantage.
Pediatrics. 1971;48:902-6.
Sharma S. Acute repiratory distress syndrome.
Clinical evidence. 2010;11:1511-29.
JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 44

Imanuel Yulius Malino : Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus


di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah
14. Ware LB, Matthay MA. The acute respiratory
distress syndrome. N Engl J Med. 2000;342:133449.
15. Udobi KF, Childs ED. Acute respiratory distress
syndrome. Am Fam Physician. 2003;67(2):315- 22.
16. Fajar HP, Artana WD, Widiana IGR. Faktor Risiko
Kematian Neonatus di Unit Perawatan Intensif
Neonatus (UPIN) RSUP Sanglah. Program
Pendidikan Dokter Spesialis I Bagian/Smf Ilmu
Kesehatan Anak FK Unud/RS Sanglah Denpasar.
2009.
17. Shah GS1, Budhathoki S2, Das BK3, Mandal RN.
Risk factors in early neonatal sepsis. Kathmandu
University Medical Journal. 2006;4(2):187-91.
18. Movahedian AH, Moniri R, Mosayebi Z. Bacterial
culture of neonatal sepsis. Iranian J Publ Health.
2006;35(4):84-9.
19. Sriram R. Correlation of blood culture results with
the sepsis score and the sepsis screen in the
diagnosis of neonatal septicemia. Int J Biol Med
Res. 2011;2(1):360-8.

JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013 45

You might also like