Professional Documents
Culture Documents
1.
2.
3.
4.
7. BAB 1
8. PENDAHULUAN
9. 1.1 Latar Belakang
10. Infeksi jamur superfisialis termasuk penyakit kulit yang peling
sering dijumpai diseluruh dunia, baik pada indivdu yang sehat maupun
dengan daya tahan tubuh menurun. Sekitar 10-20 % populasi mengalami
infeksi jamur superfisisalis. Meskipun penyakit ini tidak fatal, namun sering
bersifat kronis dan kumat-kumatan, serta dapat menyebabkan gangguan
kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup penderitanya
11. Dermatofitosis merupakan infeksi jaringan yang mengandung
keratin, disebabkan oleh jamur dermatofita. Infeksi dermatofitosis dikenal
dengan nama tinea, diklsifiksikan sesuai lokasi anatomik.
12. Tinea kruris merupakan dermatofitosis yang mengenai daerah
lipatan paha, termasuk genitalia, daerah pubis, perineum dan perianal. Tinea
kruris merupakan dermatofitosis yang sering dijumpai dimana pada frekuensi
bentuk klinis infeksi jamur superfisial.
13. Insidensi Tinea kruris cukup tinggi di Indonesia, bahkan di seluruh
dunia, karena menyerang masyarakat luas. Kelainan ini dapat bersifat akut
atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur
hidup (Budimulja, 1999).
14. Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan
suhu dan kelembaban yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur,
sehingga infeksi oleh karena jamur di Indonesia pada umumnya, di Sumatera
Utara pada khususnya banyak ditemukan. Oleh karena itu, golongan penyakit
kulit karena infeksi jamur menempati urutan kedua terbanyak dari insiden
penyakit kulit di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) H. Adam Malik, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.
Pirngadi Medan (Nasution M.A., 2005).
20.
22.
23.
24.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
25.
26.
2.1.1 Defenisi
27. Tinea Kruris ( Jock Itch) merupakan infeksi jamur pada
lipatan paha yang dapat melus ke paha bagian dalam dan daerah pantat (
Brunner Suddarth. 2001).
28. Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi
golongan
jamur
Epidermophython
dermatofita(Trichopyhton
fluccosumTrichophyton
rubrum
(90%)
mentagrophytes
dan
(4%),
penyakit
yang
berlangsung
seumur
hidup ( Arif
Muttaqin.2011).
29.
30.
2.1.2 Etiologi
31.
2.1.3 Patofisiologi
33. Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak
langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut
yang mengandung jamur. Penularan tidak langsung dapat melalui
tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebab
juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk
atau
spreipenderita
atau
autoinokulasi(
inokulasi
dengn
papula
yang
reaksiperadangan.Beberapa
berkembang
faktor
yang
menjadi
berpengaruh
suatu
terhadap
35. b. Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih
susah untuk terserang jamur.
36. c.
52.
53.
54.
Defesiensi pengetahuan
56.
Poliferasi pada kulit yang lembab di sekitar paha
57.
Tinea kruris
58.
60.
Memudahkan invasi ke
63.
Berdifusi ke jaringan efidermis
64.
65.
Reaksi peradangan
66.
Timbul pulau pulau
yang berbatas
67. tegas
68.
69.
Gg Citra
70.
Tubuh
71.
72.
Gg. Rasa
aman
Menimbulkan rasa
Erosi
kulit
Kerusakan integritas
kulit
Mencoba bebagai
jenis obat tanpa
konsultasi ke
pelayanan
73.
75.
dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpel atau pinggir gelas
taruh di obyek glass tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes tunggu 1015 menit untuk melarutkan jaringan lihat di mikroskop dengan
pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet
(artrospora) pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan
miselium
b. Pemeriksaan Kultur Dengan Sabouraud
77.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan
klinis pada medium saboraud dengan ditambahkan chloramphenicol
dan cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan
kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamur
biasanya antara 3-6 minggu
78.
79.
c. Punch Biopsi
80.
Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
namun sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan
Peridoc AcidSchiff, jamur akan tampak merah muda atau
menggunakan pengecatan methenamin silver, jamur akan tampak
coklat atau hitam
d. Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan
adanya eritrasma dimana akan tampak floresensi merah bata
81.
metabolisme
protein
sehingga
mengganggu
4) Ketokonazole (Nizoral)
85.
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan
imidazole yang bersifat broad spektrum akan menghambat
sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat
menyebabkan
sel
jamur
mati.
Pengobatan
dengan
terbinafin.
Terbenafine
dapat
ditoleransi
c. Golongan Benzilamin
92.
93.
Butenafine (mentax)
Anti jamur yang poten yang berhuungan dengan
sela paha, anjurkan pasien dengan Tinea kruris yang mengalami obesitas
untuk menurunkan berat badan, dan anjurkan pasien untuk memakai kaus
kaki sebelum mengenakan celana untuk meminimalkan kemungkinan
transfer jamur dari kaki ke sela paha (autoinokulasi). Bubuk antifungal,
yang memiliki manfaat tambahan pengeringan daerah sela paha, mungkin
dapat membantu dalam mencegah kambuhnya Tinea kruris.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
2.1.1 Pengkajian
a. Identitas
112.
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
113.
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
114.
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian.
Klien dengan Tinea kruris biasanya mengeluhkan kulit merah dan
gatal, bersisik dan keluar sedikit cairan dari area yang terkena tinea
kruris.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
115.
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obatobatan dahulu, riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
116.
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami
penyakit yang sama.
5. Riwayat Psikososial
117.
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan
interaksi sosial.
c. Pola Fungsional Gordon
1. Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan
118.
: pada pola ini kita mengkaji:
Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?
Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan
119.
2. Pola nutrisi - metabolik
120.
: pada pola ini kita mengkaji:
Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama
sakit?
Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?
3. Pola eliminasi
121.
: pada pola ini kita mengkaji:
Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
122.
: Klien dengan Tinea kruris, biasanya akan mengalami
nyeri saat akan melakukan BAB/BAK
123.: pada pola ini kita mengkaji:
rumah sakit?
Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
Kaji tingkat ketergantungan klien
4. Pola istirahat - tidur
124.: pada pola ini kita mengkaji:
125.: Klien dengan Tinea kruris, akan mengalami kesulitan untuk tidur
dan istirahat karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal
pada kulit.
5. Pola kognitif - persepsi
126.: pada pola ini kita mengkaji:
mengalami perubahan?
Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
6. Pola persepsi diri - konsep diri
127.: Pada pola ini kita mengkaji:
dialaminya?
Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
Apakah klien merasa rendah diri?
sekitarnya?
8. Pola reproduksi dan seksualitas
130.: Pada pola ini kita mengkaji:
131.
9. Pola koping dan toleransi stress
132.: Pada pola ini kita mengkaji:
Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?
Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?
Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?
10. Pola nilai dan kepercayaan
133.: Pada pola ini kita mengakaji:
134.
135.
d. Pemeriksaan Fisik
136.Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan
137.Palpasi: Turgor kulit, edema
138.Data fokus:
139.DS: gatal-gatal pada kulit
140.DO: kemerah-merahan, keluarnya cairan dari area yang terkena
tinea kruris
e. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
141.
142.
144.
145.
NOC
146.
NIC
N
147.
1
148.
Infection Severity
151.
(0703)
149.
Skin
Care:
Topical
Treatments (3584)
Setelah dilakukan
Bersihkan
dengan
sabun
tindakan keperawatan
perlu
Persiapkan kebersihan toilet,
jika perlu
Gunakan
topikal
antibiotik
Malaise(070311)
Penurunan jumlah
leukosit(070327)
perlu
Gunakan topikal anti inflamasi
Kelesuan (070331)
150.
152.
dalam
153.
Comfort
Status:
kerusakan kulit
155.
Environtmental
Physical (2010)
154.
Setelah
tindakan
selama
Management
dilakukan
keperawatan
.......x24
gangguan
nyaman
teratasi dengan
kriteria
hasil :
Comfort
(6482)
beristirahat.
Beri lingkungan yang nyaman
dan bersih
Pantau kulit, terkhusus adanya
jam
rasa
dari
157.
Knowledge
iritasi
159.
Teaching
Setelah
tindakan
dilakukan
keperawatan
tanda
dari
adanya
:Disease
Process (5602)
selama
.......x24
diharapkan
klien
jam
pengetahuan
meningkat
dengan
kriteria hasil:
Proses
penyakit(180302)
Faktor resiko (180304)
Strategi
untuk
spesifik
proses penyakit
Diskusikan
dengan
tentang penyakitnya
Diskusikan pilihan terapindan
pengobatan
Diskusikan perubahan
hidup
diperlukan
mungkin
mencegah
penyakit (180307)
Keuntungan
manajemen
punyakit(180315)
untuk
gaya
meminimalkan penyebaran
yang
klien
serat )
Diskusikan
melakukan
pentingnya
evaluasi
secara
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178. BAB 3
179. PENUTUP
180. 3.1 Kesimpulan
181. Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi
golongan jamur dermatofita pada daerah kruris (sela paha, perineum,
perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat
merupakan
penyakit
yang
berlangsung
seumur
hidup ( Arif
3.2 Saran
183. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan terutama saat
mengkaji klien haruslah dengan kenyataan atau tanda dan gejala yang klien
rasakan agar tidak salah dalam melakukan diagnosa dan rencana
keperawatannya.
184.
DAFTAR PUSTAKA
Mosby
189.
Mosby
190.
191.
192.