Professional Documents
Culture Documents
3.
1.
P27820714003
2.
Adeng Hidayatullah
P27820714007
Qonita
4.
5.
7.
P27820714012
Fitri Ardiana
P27820714016
P27820714019
P27820714022
P27820714026
8.
P27820714030
9.
P27820714035
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup
peningkatan
kesehatan,
pencegahan,
penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Implementasi
Tahap Emplentasi
Persiapan
Intervensi
Evaluasi
Membantu dalam
sehari-sehari.
aktifitas
kehidupan
konseling
penyuluhan
keamanan klien
Memberikan
2.
3.
KASUS 1
Seorang Perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri
Analisa Kasus 1
Lanjutan
1.
Upaya
pencegahan
pada
Perawat:
Menjaga diri dari infeksi
dengan
mempertahankan
teknik aseptic seperti mencuci
tangan, memakaiAPD, dan
menggunakan alat kesehatan
dalam keadaan steril.
Alasan: Agar perawat tidak
tertular penyakit dari pasien
yang di tangani meskipun
pasien dari UGD dan memakai
APD adalah salah satu SOP RS
2.
Perawat
mematuhi
Standar
Operational Prosedure yang sudah
ada RS dan berhati-hati atau jangan
terburu-buru
dalam
melakukan
tindakan.
Alasan :Meskipun pasien di Ruang
UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati hati atau
jangan
terburu-buru
dalam
melakukan tindakan ke pasien dan
perawat menciptakan dan menjaga
keselamatan tempat kerja supaya
dalam tindakan perawat terhindar
dari tertularnya penyakit dari pasien
dan pasien juga merasa aman.
Kasus 2
Ribuan Perawat di Indonesia Tertular Hepatitis B
Lanjutan
Analisa Kasus 2
Hazard
:
Terinfeksi hepatitis B akibat tertusuk
jarum suntik saat menutup jarum suntik
setelah digunakan dari pasien.
2.
Lanjutan
3
4. Menyediakan tempat sampah khusus jarum dan benda-benda tajam yang sesuai dan praktis.
Alasan: Dengan penyediaan tempat sampah khusus jarum dapat mempermudah kerja
perawat sehingga saat perawat lalai atau terburu-buru perawat bisa langsung membuang
jarum tersebut ke tempat sampah khusus jarum.
5. Menyediakan semua alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang sesuai dengan standart
keselamatan.
Alasan: apabila tersedia semua alat pelindung diri secara lengkap dapat meminimalkan
terjadinya kecelakaan saat kerja.
6. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Seperti kelengkapan perlengkapan
kerja dll.
Alasan: Dengan lingkungan kerja yang aman dan nyama dapat meningkatkan kinerja baik
bagi tenaga kesehatan, serta tenaga kesehatan bisa lebih focus dan berkonsentrasi saat
bekerja.
Lanjutan
4.
Kasus 3
Risiko dan beban HIV/AIDS pada petugas layanan kesehatan
Di AS, Centers for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa pada 31 Desember
2000, 24.844 orang dewasa yang dilaporkan dengan AIDS di AS pernah bekerja
di layanan kesehatan. Kasus tersebut mewakili 5,1% dari 486.826 kasus AIDS
yang dilaporkan pada CDC yang tidak memiliki informasi tentang
pekerjaannya.
Khusus di AS, hanya ada 57 kasus penularan HIV yang dikonfirmasi terjadi
setelah terpajan HIV waktu bekerja dan 139 kasus yang tidak melaporkan
faktor risiko lain selain riwayat terpajan darah, cairan tubuh terkait
pekerjaan atau terinfeksi HIV akibat alat laboratorium.
Di seluruh dunia, diperkirakan sedikit di atas 4% penularan HIV pada petugas
layanan kesehatan adalah pajanan melalui luka karena benda tajam waktu
sedang bekerja.Walaupun sebagian besar penularan HIV akibat pajanan
dalam pekerjaan diyakini terjadi di Afrika sub-Sahara, hal itu tetap berarti
bahwa sebagian besar infeksi HIV pada petugas layanan kesehatan ditularkan
melalui komunitas.
Analisa Kasus 3
Hazard
1.
Terpajan darah
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Adanya hari bina fisik bersama dalam satu minggu, misalnya senam
pagi bersama di hari jumat
Alasan: guna mempertahankan sistem imunitas tubuh
Lanjutan
1.
2.
3.
Alasan :sebagai salah satu langkah preventif bagi klien dan tenaga
kesehatan.
Menjaga keselamatan diri dan tenaga kesehatan lain dari infeksi virus
HIV/AIDS dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat
kesehatan dalam keadaan steril.
Alasan: Agar terhindar dari infeksi virus.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara melakukan olahraga secara
teratur dan mengonsumsi makanan gizi seimbang
Alasan :agar tubuh tetap terjaga dengan baik sistem imunitasnya.
4.
Kasus 4
Rumah Sakit kepada Perawat : Cedera Anda Bukanlah
Masalah Kita
Terry Cawthorn seorang perawat yang sudah bekerja selama 20 tahun di
Rumah Sakit Mission. Tetapi karena ia mengalami cidera tulang belakang yang terjadi
berulang kali, dan hal tersebut disebabkan karena mengangkat pasien, akhirnya, ia
dipecat. Cawthorn mengambil jalan hukum untuk menghadapi pihak rumah sakit dan
masih harus berjuang dalam kehidupan sehari-hari akibat cidera yang dialaminya.
Pihak rumah sakit tidak mengakui bahwa cidera yang dialami Cawthorn adalah
akibat dari pekerjaannya sebagai perawat. Mereka juga menolak bahwa perkerjaan
sehari-hari perawat berisiko menciderai perawat maupun berdampak buruk terhadap
perawat. Hampir seluruh rumah sakit di seluruh negeri memiliki pendapat yang sama.
Ia bercerita saat itu pasien yang memiliki badan cukup besar baru saja
melakukan operasi caesar, dan ia membantu memindahkannya dari brankat ke tempat
tidur. Hal tersebut bisa dilakukan ribuan kali olehnya setiap hari, dan itu kerap kali
dilakukannya seorang diri. Begitu juga dengan perawat-perawat lainnya. Hampir setiap
memidahkan pasien, secara tidak langsung ia juga menjadi tumpuan beban bagi
pasiennya tersebut. Karena ia selalu menjaga pasiennya agar tidak terjatuh.
Analisa Kasus 4
Hazard :
Ergonomi
Seorang pasien yang memiliki badan lumayan besar
baru saja melakukan operasi caesar, dan Cawthorn
membantu memindahkannya dari brankat ke tempat tidur.
Hal tersebut bisa dilakukan ribuan kali olehnya setiap hari,
dan itu kerap kali dilakukannya seorang diri. Begitu juga
dengan
perawat-perawat
lainnya.
Hampir
setiap
memidahkan pasien, secara tidak langsung ia juga menjadi
tumpuan beban bagi pasiennya tersebut. Karena ia selalu
menjaga pasiennya agar tidak terjatuh.
1.
2.
Kontrol Administrasi
Beberapa rumah sakit dalam melaksanakan layanan telah
menyediakan jumlah staf yang cukup untuk menjamin bahwa
penanganan pasien yang dilakukan dapat tertangani dengan baik.
Dengan dua orang perawat secara normal diperlukan untuk
memindahkan dan membawa pasien, tapi dalam kondisi tertentu maka
satu orang perawat bisa melakukan tugas-tugas tersebut dengan syarat
terlatih dengan teknik mengangkat pasien yang tepat. Banyak sekali
perawat mengalami cidera karena banyak dari mereka tidak
merencanakan dengan baik teknik mengangkat yang tepat. Jadi, pihak
rumah sakit bisa mengadakan pelatihan bagi perawat mengenai teknik
mengangkat pasien yang tepat dan pihak rumah sakit juga harus
menambah tenaga kedan berkurang serta bisa meminimalisir cedera
yang dialami perawat.
Alasan rja perawat agar beban kerja perawat bisa seimbang :Karena
kurangnya tenaga kerja atau jumlah perawat dapat mengakibatkan
beban kerja pada perawat meningkat dan resiko cidera pada individu
masing-masing perawat juga meningkat.
Lanjutan
1.
2.
3.
4.
Kasus 5
Beban stres dan frustrasi akibat pekerjaan pada staf layanan
kesehatan
Berdasarkan sebuah proyek penelitian yang melibatkan 20 LSM AIDS di Kanada,
bekerja di bidang HIV/AIDS yang demikian rumit dan tidak berperikemanusiaan itulah yang
menyulitkan untuk mempertahankan tenaga kerja secara efektif. Hal ini muncul karena staf
itu harus terus menghadapi masalah komunikasi, keletihan, depresi, duka yang tidak
terselesaikan, banyaknya pergantian staf dan frustrasi.Pengamatan yang serupa juga
dilaporkan dalam sejumlah survei terhadap petugas kesehatan di Afrika.
Frustrasi terhadap pekerjaan dan perwujudannya (misalnya, patah semangat,
tidak mampu memberi layanan, berpendapat bahwa mustahil untuk membuat perubahan)
harus dicegah dengan segala cara, Profesor Alta Van Dyk dari University of South Afrika
(UNISA) menulis.
Topik kunci yang sebenarnya terjadi: petugas layanan kesehatan bergumul dengan
beban kehilangan yang berlebihan, terlalu mengenal pasiennya, takut terhadap pajanan HIV
sewaktu bekerja, dan kesulitan untuk menangani diri sendiri dan stigmatisasi pasien dan
masalah kerahasiaan. Pada umumnya perawat berpendapat bahwa mereka belum dilatih
secara memadai untuk memberikan konseling terkait HIV; sebagian besar mereka merasa
tidak didukung oleh atasan, keluarga dan teman mereka; dan mereka sering marah tentang
lambatnya kinerja pemerintah serta pesan kesehatan yang salah.
Lanjutan
Beberapa pengamatan menonjol di dalam penelitian itu salah satunya adalah
lebih dari separuh perawat merasa kesulitan untuk mempertahankan batas hubungan
secara profesional dengan pasien, dan kurang lebih empat dari lima (khususnya
perawat) mengakui bahwa mereka merasa perlu untuk menyelamatkan pasien, sering
menyatakan rasa frustrasi mereka dalam bentuk karangan karena tidak mampu
menyelamatkan pasien. Prof.Van Dyk mencatat bahwa banyak penelitian melaporkan
bahwa perawat yang tidak membuat jarak hubungan emosional secara tepat akan lebih
menderita akibat stres dan frustrasi terhadap pekerjaannya.
Walaupun sebagian besar peserta dalam penelitian UNISA melaporkan memakai
mekanisme positif untuk bertahan dengan stres, banyak orang yang benar-benar
frustrasi belum menemukan mekanisme untuk mampu bertahan secara positif. Setelah
bekerja di bidang ini sejak awal 1990-an, secara pribadi penulis sudah mengamati
banyak kasus stres berat dan/atau frustrasi pada perawat yang mengarah pada perilaku
yang merugikan diri sendiri, termasuk kecanduan alkohol dan narkoba serta tidak sedikit
kasus HIV yang tertular dari komunitas.
Analisa Kasus 5
Hazard :
Hazardz Ergonomic dan Psychosocial Hazard
Tenaga Kesehatan yang bekerja di ruang HIV/AIDS
terus menghadapi masalah komunikasi, keletihan, depresi,
duka yang tidak terselesaikan, banyaknya pergantian staf
dan frustrasi. Serta sering mengalami ketakutan bekerja di
HIV/AIDS.
Upaya Pencegahan
Kasus 5
4. Tersedianya asupan
1.
Lanjutan
1.
2.
3.
4.
Kasus 6
Nyeri Otot yang Terjadi pada Perawat
Penelitian di iran menyatakan bahwa, rata-rata perawat selalu
mengalami nyeri otot pada saat bekerja. hampir 89% perawat selalu
mengalami nyeri otot dalam bekerja. Beberapa bagian tubuh yang mengalami
nyeri adalah 74% bagian pinggang dan 48.5% bagian lutut. Sebuah penelitian
yang dilakukan di belanda, sekitar 57% perawat selalu mengalami
cedera/nyeri otot pada beberapabagian tubuhnya. Pada beberapa
penelitianlainnya, yaitu di brazil. Sekitar 80.7% melaporkan bahwa sebagian
besar perawat pernah mengalami nyeri otot. Pada hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa Negara, dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir
seluruh perawat di setiap Negara di dunia, selalu dan pernah mengalami nyeri
otot ataupun cedera yang mengakibat kanterganggunya system
musculoskeletal mereka. Ini semua disebabkan karena pekerjaan perawat
yang biasanya selalu mengandalkan kekuatan otot/fisik untuk memindahkan
bed pasien dan juga memindahkan serta mengangkat pasien dari satu tempat
ketempat yang lain.
Analisa Kasus 6
Hazard :
Ergonomi
Banyak perawat yang sering mengalami gangguan
musculoskeletal seperti nyeri otaot yang sering diderita
oleh perawat, dalam berita tersebut yang menyebabkan
gangguan otot yaitu dari pekerjaan perawat yang biasanya
selalu
mengandalkan
kekuatan
otot/fisik
untuk
memindahkan bed pasien dan juga memindahkan serta
mengangkat pasien dari satu tempat ketempat yang lain.
Lanjutan
3.
TERIMAKASIH