Professional Documents
Culture Documents
STUDI ADSORPSI LOGAM TEMBAGA (Cu), BESI (Fe) DAN NIKEL (Ni)
PADA LIMBAH CAIR BUATAN MENGGUNAKAN ADSORBEN
NANOPARTIKEL MAGNETIK COBALT FERRITE (CoFe2O4)
2015
TESIS
STUDI ADSORPSI LOGAM TEMBAGA (Cu), BESI (Fe) DAN NIKEL (Ni)
PADA LIMBAH CAIR BUATAN MENGGUNAKAN ADSORBEN
NANOPARTIKEL MAGNETIK COBALT FERRITE (CoFe2O4)
2015
i
ii
iii
iv
PRAKATA
Dr. Edi Suharyadi M. Eng, selaku Dosen Pembimbing Tesis atas semua
arahan dan bimbingannya.
2.
Dr.
Fahrudin
Bapak (Edi Priyanto) dan Ibu (Nuryati) tercinta yang tidak henti-hentinya
memberi dukungan berupa materi, moral, doa, semangat, dan cinta kasih
mulia yang tak ternilai, yang penulis tidak akan pernah mampu
membalasnya.
4.
Seluruh staf pengajar Program Studi Fisika (Pak Agung, Pak Arief, Pak
Kamsul, Pak Rosyid, Pak Pekik, Ibu Chotimah, Pak Mitra, Pak Guntur, Pak
Mirza, Pak Harsoyo, dll.).Assoc. Prof. Dr. Takeshi Kato dan Prof. Dr.
Satoshi Iwata (Department of Quantum Engineering, Nagoya University,
Japan).
5.
Para staff laboratorium Fisika Material & Instrumentasi (Pak Supriyanto dan
Ibu Widyastuti) dan Para staff TU Program S2 Fisika (Pak Ngadri, Pak
Darsono, dll), atas pelayanannya.
6.
vi
7.
8.
9.
10.
Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tulisan ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis masih mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian.
Penulis juga berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 3 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................
PERNYATAAN ........................................................................
PRAKATA ................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................
DAFTAR SIMBOL DAN KONSTANTA ................................
INTISARI..................................................................................
ABSTRACT................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
xi
xii
xiii
xiv
1
1
4
4
4
5
5
12
12
13
20
21
22
24
26
28
28
30
32
34
36
38
40
vii
14
17
18
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
40
40
40
41
41
41
42
43
44
50
51
51
52
53
55
56
58
60
61
63
64
64
68
70
72
76
79
79
79
81
LAMPIRAN ..............................................................................
85
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengaruh konsentrasi CoFe2O4-rGO (A) Pb(II), (B)
Hg(II).......................................................................
Gambar 2.2 Efek pH terhadap penyerapan dari (A) Pb(II) dan
(B) Hg(II) pada CoFe2O4-rGO..................................
Gambar 3.1 Arah domain magnetik pada ferrimagnetik...............
Gambar 3.2 Transisi pada nanopartikel magnetik dari
ferromagnetik ke superparamagnetik........................
Gambar 3.3 Respon terhadap medan magnet dari partikel
magnetik: (a) Partikel magnetik pada suhu dibawah
TB dan (b) Partikel magnetik pada suhu lebih tinggi
dari TB ......................................................................
Gambar 3.4 Kurva histeresis (Callister dan Rethwisch, 2009)......
Gambar 3.5 Struktur CoFe2O4 (Moussy, 2013)............................
Gambar 3.6 Struktur PEG (John dkk, 2013) ................................
Gambar 3.7 Proses adsorpsi menggunakan adsorben magnetik
(Willet, 2009)...........................................................
Gambar 3.8 Proses pemisahan sedimen hasil adsorpsi dengan
bantuan medan magnet eksternal (Willet, 2009) .......
Gambar 3.9 Diagram X-Ray Difraktometer; T = sumber sinar-X,
S = sampel, C = detektor, O = Sumbu dimana
sampel dan detektor berotasi (Callister dan
Rethwisch, 2009) .....................................................
Gambar 3.10 Difraksi Bidang sinar-X (Callister dan Rethwisch,
2009) .......................................................................
Gambar 3.11 Skema Transmission Electron Microscope(TEM) ....
Gambar 3.12 Diagram Skematik Instrumen VSM (Panchal, 2011)
Gambar 3.13 Sistem optik pada Spektrofotometer Infra Merah
(Pavia dkk, 2009) .....................................................
Gambar 3.14 Proses atomisasi (Day dan Underwood, 2001)..........
Gambar 4.1 Diagram alir pengumpulan data................................
Gambar 4.2 Skema sintesis adsorben nanopartikel CoFe2O4 ........
Gambar 4.3 Ilustrasi spektrum puncak CoFe2O4 dari pengujian
XRD ........................................................................
Gambar 4.4 Ilustrasi penentuan FWHM pengujian XRD .............
Gambar 4.5 (a) Contoh gambar hasil pengujian TEM (b) Ilustrasi
grafik hubungan ukuran butir yang terukur dengan
frekuensi relatif ........................................................
Gambar 4.6 Contoh gambar hasil pengujian TEM .......................
Gambar 4.7 Ilustrasi kurva histerisis hasil pengujian VSM ..........
Gambar 4.8 Ilustrasi pembesaran skala kurva histerisis untuk
menentukan nilai koersivitas sampel (a) kurva
histeresis (b) setelah perbesaran skala.......................
ix
10
10
14
15
16
18
19
20
24
24
28
30
31
33
35
37
41
42
45
46
47
48
48
49
51
52
54
54
55
57
57
65
66
68
69
70
71
73
77
77
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
xi
21
23
38
43
43
44
44
44
59
60
62
63
66
67
74
76
Suseptibilitas
Magnetisasi
Induksi magnet
Permeabilitas relatif
Ms
Magnetisasi saturasi
Mr
Magnetisasi remanen
Hc
Medan koersivitas
Waktu relaksasi
Waktu awal
Energi barrier
k BT
Energi termal
Volume
Suhu
TB
Suhu Blocking
Waktu pengukuran
Tetapan kekisi
Waktu
Frekuensi sudut
Sudut
Panjang gelombang
Diameter partikel
xii
STUDI ADSORPSI LOGAM TEMBAGA (Cu), BESI (Fe) DAN NIKEL (Ni)
PADA LIMBAH CAIR BUATAN MENGGUNAKAN ADSORBEN
NANOPARTIKEL MAGNETIK COBALT FERRITE (CoFe2O4)
oleh
FEMILA AMOR NURDILA
13/351262/PPA/04150
INTISARI
Adsorpsi logam tembaga (Cu), besi (Fe), dan nikel (Ni) telah berhasil dilakukan
pada limbah cair buatan menggunakan nanopartikel magnetik cobalt ferrite
(CoFe2O4). Nanopartikel CoFe2O4 disintesis menggunakan metode kopresipitasi
dan digunakan sebagai adsorben untuk menurunkan kadar logam Cu(II), Fe(II)
dan Ni(II) dalam limbah cair buatan. Pengaruh suhu (ruang, 60, 90 dan 120),
konsentrasi adsorben (2,5 gr/L, 5,0 gr/L, 7,5 gr/L, 10,0 gr/L), lama pengadukan (1
jam, 3 jam, 5 jam), readsorpsi, dan pelapisan adsorben dengan Polyethylen glycol
(PEG-4000) (1:1) terhadap penurunan kadar logam dilakukan dalam penelitian
ini. Penurunan kadar logam maksimum untuk Cu(II) dan Ni(II) terjadi pada suhu
90 oC masing-masing sebesar 99,59% dan 99,95%. Logam Cu(II) dan Ni(II)
berhasil diadsorpsi hingga 99,54% dan 99,91% menggunakan adsorben dengan
konsentrasi 10,0 gr/L dan 5,0 gr/L. Sedangkan pengaruh lama pengadukan
terhadap penyerapan ion logam berfluktuatif. Peningkatan penyerapan logam juga
tampak saat dilakukan proses pengulangan (readsorpsi) hingga 100%. Namun saat
menggunakan adsorben yang dilapisi PEG-4000(1:1) menurunkan kapasitas
adorpsi ion logam. Adsorpsi ion Fe(II) pada setiap variasi mencapai 100% semua,
ini mengindikasikan bahwa adsorpsi logam Fe(II) tidak terpengaruh terhadap
perubahan konsentrasi adsorben, suhu, lama pengadukan, readsorpsi dan
pelapisan adsorben. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
nanopartikel CoFe2O4 dapat digunakan sebagai salah satu adsorben untuk
menurunkan kadar logam Cu(II), Fe(II) dan Ni(II) dalam limbah cair buatan.
Kata kunci : adsorpsi, adsorben dan CoFe2O4.
xiii
ABSTRACT
Adsorption of metals ions Cu(II), Fe(II), Ni(II) from artificial waste water using
cobalt ferrite (CoFe2O4) nanoparticles have been investigated. CoFe2O4 have been
successfully synthesized using coprecipitation method and used for removal
metals ions Cu(II), Mn(II) and Ni(II). Ability of removing metal ions with
CoFe2O4 against temperature (RT, 60, 90 and 120), adsorbent dosage (2,5 gr/L,
5,0 gr/L, 7,5 gr/L, 10,0 gr/L), contact time (1 hour, 3 hour, 5 hour), re-adsorption
and by addition of PEG-4000 as coating agent of adsorbent have been studied.
The adsorption process of Cu(II) and Ni(II) was found maximum at 90 oC with
percent of sorption 99,59% for Cu(II) and 99,96% for Ni(II). Metal ions Cu(II)
and Ni(II) have been adsorp until 99,54% and 99,91% by adsorbent dosage 10,0
gr/L and 5,0 gr/L. But, the effect of contact time to removal metal ions is
fluctuation. Fe(II) adsorption by CoFe2O4 nanoparticles was found not
significantly effected by adsorbent dosage, temperature and contact time. Readsorption process also made the ability of removing metals ions increasing. The
effectivity of adsorption by CoFe2O4 nanoparticles can be increased by
readsorption, but the addition of adsorbent with Polyethylene Glycol resulted in
the decrease of removing metals ions. Preliminary results indicate that CoFe2O4
nanoparticles may be used as an adsorbent for removal of Cu(II), Fe(II) and Ni(II)
from artificial wastewater.
Key words : adsorption, adsorbent and CoFe2O4.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan
Salah satu metode yang efektif untuk mengatasi masalah pencemaran air
oleh logam berat yang sudah sejak lama dikenal secara luas yaitu purifikasi atau
pemurnian. Banyak metode yang dapat digunakan untuk purifikasi limbah salah
satunya metode adsorpsi. Metode adsorpsi bergantung pada kemampuan
permukaan adsorben untuk menarik molekul-molekul gas, uap, atau cairan. Oleh
karena itu, secara prinsip metode adsorpsi dapat digunakan untuk mengatasi
pencemaran air oleh logam berat (Moreno dkk, 2010). Adsorben yang digunakan
dalam metode adsorpsi ini menggunakan adsorben berbasis nanopartikel.
Adsorben berbasis nanopartikel memiliki ukuran lebih kecil dari 1 mikron dan
berpotensi sekecil atom dengan panjang molekul sekitar 0,2 nm.
Berbagai
jenis
adsorben
nanopartikel
nonmagnetik
telah
berhasil
dikembangkan dan terbukti mampu mengadsorpsi ion logam berat antara lain
kitosan, zeolit, dan karbon aktif. Salah satu contoh penelitian yang dilakukan oleh
Aritonang pada tahun 2009, menggunakan adsorben nanopartikel kitosan
diperoleh bahwa penyerapan logam Cu(II) pada larutan teh hitam dengan waktu
kontak 30 menit mencapai 93,66%. Namun pada kenyataanya bahan nonmagnetik
ini (zeolit dan karbon aktif) tergolong mahal dan sulit untuk diproduksi
(Dhermendra dan Tiwari, 2008). Untuk itu, selama sepuluh tahun terakhir
penelitian secara ekstensif diarahkan untuk mencari jenis adsorben yang relatif
lebih murah dan mudah didapatkan.
Penggunaan adsorben berbasis nanopartikel magnetik memiliki kelebihan
dalam proses penyerapan logam. Dibandingkan adsorben berukuran bulk pada
volume yang sama adsorben nanopartikel memiliki luas permukaan partikel yang
besar sehingga memiliki kapasitas besar untuk mengadsorpsi logam. Dengan
kapasitas adsorben yang besar logam dapat terserap secara maksimal. Sifat
superparamagnetik pada adsorben magnetik berorde nano juga memicu adsorben
bersifat lebih responsif terhadap medan magnet eksternal yang mempengaruhinya
dibandingkan adsorben dengan ukuran butir dalam orde mikrometer atau lebih
besar. Penggunaan adsorben nanopartikel magnetik juga memiliki kelebihan
dibandingkan dengan adsorben nanopartikel nonmagnetik yaitu lebih mudah
dalam proses pemisahan sedimen hasil adsorpsi dari air hasil penjernihan.
Adsorben
berbasis
nanopartikel
magnetik
memiliki
fungsionalisasi
menyeragamkan
bentuk,
dan
ukuran
sampel.
Dalam
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
2.
3.
4.
1.3
Batasan Masalah
Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pengkajian penurunan
kadar logam Cu(II), Fe(II), dan Ni(II) dalam limbah cair buatan di bawah
pengaruh parameter purifikasi (suhu, konsentrasi adsorben, lama pengadukan,
amplifikasi, dan enkapsulasi adsorben dengan PEG-4000 (1:1).
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah :
1.
2.
Menghitung penurunan kadar logam Cu(II), Fe(II), dan Ni(II) dalam limbah
cair buatan yang diadsorpsi dengan menggunakan adsorben nanopartikel
magnetik CoFe2O4.
3.
PEG (1:1) terhadap penurunan kadar logam Cu(II), Fe(II), dan Ni(II) dalam
limbah cair buatan.
4.
1.5
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait
Sistematika Penulisan
Proposal tesis ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Bab IV menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian,
prosedur penelitian, dan teknik pengolahan data.
5.
6.
Bab VI berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, serta
saran untuk penelitia berikutnya.
7.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adsorpsi logam Cu(II), Fe(II), Mn(II), dan Ni(II) pernah dilakukan oleh
Moreno dkk, pada tahun 2010, adsorben yang digunakan adalah karbon aktif yang
berasal dari tulang sapi. Adsorpsi dilakukan dibawah pengaruh pH, konsentrasi,
waktu kontak, dan ukuran partikel adsorben. Hasilnya, pH, konsentrasi, waktu
kontak, dan ukuran partikel sangat berpengaruh penting pada proses adsorpsi
dengan menggunakan adsorben karbon aktif dari tulang sapi. Adsorpsi meningkat
dengan meningkatnya waktu kontak dan mencapai maksimum pada waktu kontak
20 menit. Adsorpsi sangat dipengaruhi oleh pH dengan adsorpsi maksimum
terjadi pada pH 5,1. Ketika konsentrasi naik, adsorpsi logam juga mengalami
kenaikan. Penelitian ini menggunakan dua model adsorpsi untuk analisis data.
Adsorpsi isotherm dijelaskan dengan model isothermal Langmuir dan model
isotherm Freundlich. Adsorpsi isotherm ini dapat menjelaskan tipe adsorpsi
apakah termasuk pada singglelayer adsorption atau monolayer adsorption. Dari
hasil fitting, model Langmuir isoterm lebih cocok untuk menjelaskan proses
adsorpsi. Model Langmuir isoterm menjelaskan bahwa adsorpsi yang terjadi
merupakan singglelayer adsorption.
Ai dkk (2011), melakukan penelitian penyisihan methylene blue (MB)
dengan menggunakan adsorben komposit montmorillonite/CoFe2O4. Penelitian
dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pH dan waktu kontak terhadap
adsorpsi MB pada limbah cair. Adsorpsi meningkat seiring dengan peningkatan
nilai pH. Sedangkan untuk pengaruh dari waktu kontak meningkat dengan cepat
dengan peningkatan waktu kontak dan setelah 40 menit adsorpsi meningkat
dengan perlahan ini diindikasikan disebabkan karena adanya decoloration dari
MB oleh komposit.
Pada tahun 2013, Huang dkk melakukan penyisihan logam Sr2+
menggunakan adsorben komposit clinoptilolite/CoFe2O4 dari limbah cair dengan
dilakukan pada sekitar pH 3-11. Persentase adsorpsi naik dengan naiknya pH,
mencapai maksimum ketika pH 5,3 dan kemudian adsorpsi turun perlahan sampai
pH 9. Ketika pHnya 3 (pH<pHzpc=3,7), adsorpsi arsenik naik karena permukaan
dari adsorben bermuatan positif berinteraksi dengan muatan negatif ion arsenik
dan mencapai maksimum pada pH 5,3. Penurunan adsorpsi arsenik pada pH 9
(pH>pHpzc) permukaan adsorben menjadi negatif. Pengaruh temperatur (25 oC, 40
o
C dan 60 oC) naik dari 94,8% ke 95,8% diindikasikan proses endotermik pada
adsorpsi.
Pada tahun 2014, Zhang dkk telah melakukan penelitian penyisihan logam
Pb(II) dan Hg(II) dari limbah cair dengan metode adsorpsi. Adsorben yang
digunakan adalah CoFe2O4-rGO (Cobalt Ferrite-reduced Graphene Oxide).
Penelitian dilakukan dengan memvariasi nilai konsentrasi dari adsorben, waktu
kontak, temperatur dan pH. Hasil yang diperoleh bahwa efisiensi pemisahan
logam Pb(II) dan Hg(II) semakin meningkat seiring dengan peningkatan
konsentrasi CoFe2O4-rGO seperti pada gambar 2.1. Pada pH rendah (pH<5,0)
efisiensi pemisahan logam menurun, mungkin karena adanya gaya tolak antara
permukaan CoFe2O4-rGO yang bermuatan positif dan ion positif logam. Pada
pH>4,0 efisiensi pemisahan logam Pb(II) dan Hg(II) mengalami peningkatan dan
penyisihan terbaik mencapai 85%, dikarenakan adanya gaya ikat antara
permukaan CoFe2O4-rGO bermuatan negatif dan ion positif logam seperti terlihat
pada gambar 2.2. Adsorpsi mencapai kesetimbangan pada waktu kontak 80 menit
untuk Pb(II) dan 60 menit untuk Hg(II). Sedangkan pengaruh temperatur di
analisis dengan persamaan Langmuir dan Freudlich. Dari hasil perhitungan
menunjukan bahwa Langmuir isotherm model dapat menjelaskan lebih baik dari
model Freundlich untuk menjelaskan pengaruh temperatur.
10
Gambar 2.2. Efek pH terhadap penyerapan dari (A) Pb(II) dan (B) Hg(II)
pada CoFe2O4-rGO (Zhang dkk, 2014)
Pada tahun 2013, Sulanjari juga telah melakukan penelitian sintesis
CoFe2O4 dengan dienkapsulasi silika dan Polyethylene Glycol (PEG) dengan
metode kopresipitasi. Derajat kristalinitas dan ukuran nanopartikel CoFe2O4
meningkat setelah dienkapsulasi dengan PEG-4000 dan silika. Setelah dilakukan
dilakukan proses enkapsulasi nanopartike CoFe2O4 dengan PEG-4000 dan silika,
sampel mengalami kenaikan koersivitas, penurunan magnetisasi saturasi dan
magnetisasi remanen. Ukuran partikel sebelum dienkapsulasi 8,80,02 nm,
setelah dienkapsulasi dengan PEG-4000 (konentrasi 33%) ukuran partikel menjadi
11
10,630,03 nm dengan nilai koersivitasnya 78,95 Oe. Enkapsulasi dengan PEG4000 mencapai nilai koersivitas tertinggi pada konsentrasi 75% dengan nilai 78,95
Oe. Sedangkan untuk yang dienkapsulasi dengan silika pada konsentrasi 50%
diperoleh nilai koersivitas 122,02 Oe, magnetisasi saturasinya 22,49 emu/g,
magnetisasi remanennya 2,52 emu/g.
Membandingkan penelitian sebelumnya, penelitian kali ini fokus mengkaji
proses adsorpsi dengan menggunakan adsorben berupa nanopartikel magnetik
CoFe2O4 untuk menurunkan kadar logam Cu(II), Fe(II), dan Ni(II) dalam
artificial limbah cair dibawah pengaruh parameter purifikasi yaitu variasi suhu,
konsentrasi, lama pengadukan, readsorpsi, dan enkapsulasi adsorben dengan PEG
(1:1).
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1
namun demikian ada sebagian kecil bahan yang dapat memiliki magnetisasi
secara spontan tanpa kehadiran medan magnet luar. Magnetisasi pada dasarnya
adalah momen yang ditimbulkan oleh gerakan orbital spin sebuah elektron dan
interaksi elektron tersebut dengan elektron-elektron lainnya. Magnetisasi yang
dimiliki oleh bahan dapat disebabkan oleh medan magnet luar yang
mempengaruhinya sering disebut sebagai magnetisasi induksi, selain itu terdapat
pula magnetisasi yang ada walaupun tanpa medan magnet luar yang dikenal
sebagai magnetisasi remanen.
M H ,
dengan merupakan
suseptibiltas
magnetik
(3.1)
yang
didefinisikan
sebagai
12
13
(3.2)
B H ,
dengan adalah permeabilitas magnetik merupakan salah satu parameter yang
umumnya digunakan untuk mengukur kualitas material magnetik.
Besarnya permeabilitas medium adalah 0 1 . Ini sering digunakan
sebagai permebilitas relatif r dengan r
r 1 .
(3.3)
Induksi magnetik akan timbul sebagai efek adanya medan magnet eksternal
B o H M 0 1 H ,
(3.4)
dan medan magnet eksternal H memiliki satuan yang sama yaitu ampere per
meter (Am-1). Kuat medan magnet B memiliki satuan Weber per meter persegi
B o H .
(3.5)
3.2 Ferrimagnetik
Material ferrimagnetik merupakan material dengan susunan dipol magnetik
mirip dengan antiferromagnetik di mana momen magnetik yang berdekatan
arahnya antiparalel, tetapi magnetisasinya tidak nol. Hal ini disebabkan karena
dua subkekisi dalam bahan ferrimagnetik memiliki perbedaan magnitudo. Sifat
ferrimagnetik terdapat dalam material seperti ferrit yang komponen utamanya
ialah oksida logam. Sifat ferrimagnetik juga memiliki kemiripan dengan sifat
ferromagnetik karena keduannya memiliki loop histeresis serta memiliki
magnetisasi spontan.
14
transisi
perubahan
suatu
partikel
bulk
ferromagnetik
menjadi
15
rendah
dibandingkan
pada
partikel
bulk
ferromagnetik.
Partikel
arah
magnetisasi
seluruh
kristal.
Adanya
fluktuasi
termal,
KV
o exp
k BT
(3.8)
16
KV
o exp
k B TB
(3.9)
17
KuV 25kBT
(3.11).
TB
K uV
25k B
(3.12)
18
19
setengah yang lain menempati posisi tetrahedral. Mixed spinel merupakan spinel
yang tidak mengikuti pola normal spinel dan inverse spinel.
Nanopartikel CoFe2O4 merupakan ferrite yang memiliki struktur inverse
spinel. Dengan Fe3+ menempati bagian tetrahedral, dan bagian oktahedral
ditempati Co2+ dan Fe3+. Momen ion tetrahedral saling lurus anti-paralel dengan
ion oktahedral, dan resultan momen saturasi cobalt jumlahnya 2-3 B (1 B =
9,3x10-24 JT-1) (Zhao dkk, 2007). CoFe2O4 memiliki koersivitas yang tinggi,
berbeda dari spinel ferrite yang lain. Pada CoFe2O4 dengan masuknya ion Co2+
menyebabkan kenaikan koersivitas yang dikarenakan kenaikan magnetokristalin
anisotropi dari pasangan ion cobalt dan ferrite. CoFe2O4 memiliki struktur kristal
inverse spinel seperti pada gambar 3.5.
Ditinjau
dari
sifat
kemagnetannya,
CoFe2O4
merupakan
bahan
20
(PEI),
polyvinyl
pyrolidone
(PVP).
Bahan
enkapsulasi
dengan
21
No
1
2
3
4
5
(3.12).
(3.13).
22
Dalam proses sintesis kopresipitasi, sering terdapat fasa lain yang terdapat
pada hasil sintesis. Salah satu yang kerap terjadi disebabkan reaksi oksidasi.
Bereaksinya ion-ion sampel dengan ion oksigen memungkinkan munculnya fasa
lain seperti senyawa Fe2O3 yang merupakan material polimorf. Senyawa ini akan
berubah struktur kristalnya dibawah kondisi tertentu. Terdapat empat polimorf
dari Fe2O3 yaitu -Fe2O3, -Fe2O3, -Fe2O3, dan -Fe2O3. Tipe - Fe2O3, dan -
2.
Inklusi isomorf; zat pengotor masuk kedalam kisi hablur endapan, dan
membentuk hablur campuran
3.
Inklusi tak isomorf; zat pengotor larut dalam endapan dan membentuk lapisan
endapan. Contoh: pengotoran barium sulfat oleh barium nitrat
4.
Oklusi, zat pengotor terkurung dalam hablur endapan. Ini disebabkan karena
hablur berongga dan ruang ini terisi dengan pelarut yang mengandung zat
pengotor. Oklusi terjadi karena serapan pada permukaan hablur yang sedang
tumbuh. Misalnya jika hendak mengendapkan tembaga dengan sulfida,
sedangkan dalam larutan terdapat sejumlah ion seng, meskipun seng sulfida
tidak akan mengendap dalam suasana asam, namun pada endapan tembaga
sulfida dapat ditemukan senyawa seng sulfida.
23
dua
dekade
terakhir,
peneliti
dibidang
nanoteknologi
24
25
26
Konsentrasi adsorbat
Semakin tinggi konsentrasi adsorbat, maka semakin cepat laju
adsorpsinya. Namun, pada kondisi tertentu akan menjadi stabil karena sudah
mencapai titik jenuh sehingga terjadi proses kesetimbangan.
3.
Suhu
Suhu dapat mempengaruhi adsorpsi dengan mengubah sifat dari
komponen dasar sistem adsorpsi seperti adsorbat, adsorben, dan permukaan
dalam interaksinya. Kenaikan suhu menyebabkan reaktivitas energi ion
menjadi semakin besar sehingga lebih banyak ion yang dapat melewati
tingkat energi untuk melakukan interaksi secara kimia dengan pori-pori
permukaan.
4.
Waktu Kontak
Waktu kontak mempengaruhi kapasitas adsorpsi suatu adsorbat.
Waktu kontak yang lebih lama antara adsorben dan adsorbat memungkinkan
terjadinya difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
Namun, konsentrasi zat organik akan turun jika waktu kontak telah
optimum.
27
fasa pada gaya Van der Waals dapat mengelompokan atom atau molekul dalam
susunan yang teratur di dalam kristal molekulnya.
Gaya Van der Waals terdiri dari beberapa jenis gaya yaitu gaya-gaya
orientasi, induksi dan dispersi (Syarifuddin, 1994).
a.
Gaya orientasi
Gaya orientasi atau gaya tarik antar dipol-dipol. Bila molekul-molekul polar
seperti HCL, H2O, NH3, aseton dan kloroform saling mendekati, maka terdapat
kecenderungan ujung positif suatu dipol menuju ke arah ujung negatif dipol yang
lain. Gaya tarik antar dipol-dipol tersebut dinamakan gaya orientasi (Syarifuddin,
1994).
Gaya orientasi antar dipol-dipol dapat menjelaskan kelarutan senyawa
dalam pelarut yang polar maupun pelarut yang nonpolar. Gaya orientasi dipoldipol tersebut lebih kecil dari gaya atraksi antar ion-ion yang berlawanan
muatannya, karena muatan pada ujung-ujung dipol relatif lebih kecil dari muatan
ion positif atau ion negatif (Syarifuddin, 1994).
b.
Gaya induksi
Gaya induksi timbul karena adanya dipol yang disebabkan induksi oleh ion
Gaya dispersi
Gaya dispersi merupakan gaya antar atom-atom, antar molekul yang polar
ataupun yang nonpolar. Gaya dispersi disebut juga gaya London, timbul akibat
terbentuknya dipol sesaat pada atom atau molekul. Pada saat tertentu diantara
sejumlah atom atau molekul terjadi tabrakan yang mengakibatkan atom atau
molekul tertentu mengalami polarisasi, awan elektronnya terganggu, sehingga
dimungkinkan lebih banyak elektron yang berada disalah satu sisi pada atom atau
molekul, shingga terbentuk dipol sesaat. Segera setelah kutub positif terbentuk
pada ujung salah satu atom atau molekul, kutub positif tersebut akan menarik
elektron dari atom atau molekul yang berada didekatnya, sehingga terjadi induki
pada atom atau molekul lain tersebut (Syarifuddin, 1994).
28
29
dengan energi yang lebih tinggi masuk ke tempat kosong dengan memancarkan
kelebihan energinya sebagai foton sinar-X dengan panjang gelombang tertentu
dan disebut dengan berkas sinar-X karakterisasi K dan K .
Metode difraksi sinar-X digunakan untuk mengetahui struktur dari
nanopartikel yang terbentuk. Sampel diletakkan pada sample holder
difraktometer sinar-X. Proses difraksi sinar-X dimulai dengan menghidupkan
difraktometer sehingga diperoleh hasil pola difraksi berupa difraktogram yang
menyatakan hubungan antara sudut difraksi 2 dengan intensitas sinar-X yang
dipantulkan. Untuk difraktometer sinar-X, sinar-X terpancar dari tabung sinar-X.
Sinar-X didifraksikan dari sampel yang konvergen yang diterima slit dalam posisi
simetris dengan respon ke fokus sinar-X. Sinar-X ini ditangkap oleh detektor
sintilator dan diubah menjadi sinyal listrik. Sinyal tersebut, setelah dieliminasi
komponen noisenya, dihitung sebagai analisa pulsa tinggi. Teknik difraksi sinar-X
juga digunakan untuk menentukan ukuran kristal, regangan kisi, dan keadaan lain
yang memiliki orde yang sama. Teknik difraksi sinar-X sangat penting untuk
mengetahui sifat-sifat bahan seperti logam, keramik, polimer dan sebagainya.
Tehnik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa-fasa yang ada pada sampel,
ukuran butir, tekstur, dan struktur kristal. Informasi yang dapat diperoleh berupa
posisi puncak-puncak difraksi, intensitas dan bentuk puncak difraksi. Posisi
spasial dari sinar-X yang didifraksikan oleh sampel mengandung semua informasi
geometri dari kristal. Intensitas sinar-X berhubungan dengan jenis atom dan
susunannya dalam kristal, ketajaman sinar-X yang didifraksikan merupakan
ukuran dari kesempurnaan kristal.
30
n 2d hkl sin ,
(3.14)
dengan n urutan difraksi, dhkl adalah jarak antar bidang, adalah panjang
gelombang sinar-X, adalah sudut hamburan difraksi.
3.11.2 Transmission Electron Microscopy (TEM)
Transmission Electron Microscopy (TEM) adalah metode lain untuk
mengkarakterisasi nanopartikel. Sementara difraksi sinar-X hasilnya dapat
menyajikan informasi tentang ukuran rata-rata partikel dari kristal berdasarkan
informasi lebar puncaknya. TEM sangat berguna untuk memvisualisasi ukuran
dan struktur morfologi nanopartikel. Lebih jauh lagi, hasil analisis TEM dapat
31
32
Pada difraksi elektron, hukum Bragg seperti yang dinyatakan pada bagian
Persamaan 3.14 dapat juga diterapkan secara normal hanya pada difraksi orde
pertama (n = 1).
Sudut Bragg pada kasus ini adalah sangat kecil karena panjang gelombang
elektron yang digunakan dalam TEM sangat kecil. Sebagai hasilnya, persamaan
hukum Bragg dapat disederhanakan dalam bentuk:
2 d .
(3.15)
Disisi lain, berdasarkan geometri dari TEM, untuk sudut Bragg yang kecil
berlaku,
r
2 ,
L
(3.16)
dengan r menyatakan jarak antara titik pusat difraksi dan titik pusat yang tidak
terdifraksi, serta L adalah jarak lensa/kamera.
Dengan mengkombinasi kedua persamaan di atas maka diperoleh:
rd L .
(3.17)
Nilai jarak antar bidang kristal, d dapat dihitung dari pola difraksi
menggunakan persamaan 3.17.
Analisis terhadap ukuran partikel dilakukan dengan mengukur diameter
Feret (jarak antara dua garis yang sejajar yang merupakan tangent dari profil
partikel) dari Gambar partikel pada mikrograp TEM menggunakan software untuk
analisis gambar (Zhaohui, 2004).
3.11.3 Vibrating Sample Magnetometry (VSM)
Semua bahan mempunyai momen magnet jika ditempatkan dalam medan
magnet. Momen magnet per satuan volume dikenal sebagai magnetisasi.
Vibrating Sample Magnetometer (VSM) merupakan salah satu jenis peralatan
yang digunakan untuk mempelajari sifat magnetik bahan. Dengan alat ini akan
dapat diperoleh informasi mengenai besaran-besaran sifat magnetik sebagai
akibat perubahan medan magnet luar yang digambarkan dalam kurva histeresis,
sifat magnetik bahan sebagai akibat perubahan suhu, dan sifat-sifat magnetik
33
sebagai fungsi sudut pengukuran atau kondisi anisotropik bahan. Skema prinsip
kerja VSM digambarkan pada gambar 3.12.
34
1
2 c
(3.18)
m1 m2
dimana
m1 m2
m1 dan m2 adalah massa kedua bola (atom). Bagan spektrometer infra merah
ditunjukkan pada gambar 3.13.
35
36
jarak antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan ada
dua macam yaitu regangan simetri dan regangan asimetri. Regangan simetri yaitu
unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar sedangkan
regangan asimetri yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi
masih dalam satu bidang datar
Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih
besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang
mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan
(bending) ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu Vibrasi Goyangan (Rocking),
Vibrasi Guntingan (Scissoring), Vibrasi Kibasan (Wagging), dan Vibrasi
Pelintiran (Twisting).
3.12 Atomic Absorptions Spectroscopy (AAS)
Atomic
untuk analisis
kuantitatif terhadap unsur-unsur logam. Alat ini memiliki sensitivitas yang sangat
tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai pilihan utama dalam menganalisis unsur
logam yang konsentrasinya sangat kecil (ppm bahkan ppb). Prinsip dasar
pengukuran dengan AAS adalah penyerapan energi (sumber cahaya) oleh atomatom dalam keadaan dasar menjadi atom-atom dalam keadaan tereksitasi.
Pembentukan atom-atom dalam keadaan dasar atau proses atomisasi pada
umumnya dilakukan dalam nyala. Cuplikan sampel yang mengandung logam M
sebagai ion M+ dalam bentuk larutan garam M+ dan A- akan melalui serangkaian
proses dalam nyala, sebelum akhirnya menjadi atom logam dalam keadaan dasar
Mo (Day dan Underwood, 2001), seperti terlihat pada gambar 3.14.
37
didefinisikan sebagai konsentrasi suatu unsur dalam larutan air (g/mL) yang
mengabsorpsi 1% dari intensitas radiasi yang datang.
38
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan untuk membuat nanopartikel CoFe2O4 meliputi
FeCl3.6H2O (ferric chloride hexa-hydrate) Mr=270,29 g/mol, CoCl2.6H2O (cobalt
chloride hexa-hydrate) Mr=237,931 g/mol, NaOH (sodium hydroxide) Mr=39,99
g/mol dan aquades. Untuk membuat artificial limbah cair bahan yang digunakan
meliputi
CuSO4.7H2O
(Mr=187
g/mol),
FeSO4.7H2O
(Mr=182
g/mol),
NiSO4.7H2O (Mr=183 g/mol ), HCl (Mr= 36,5 g/mol) dan aquades. Sedangakan
enkapsulasi CoFe2O4 dilakukan dengan menggunakan Polyethylene glycol-4000.
4.2 Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam proses sintesis CoFe2O4: gelas beker, gelas
ukur, pipet, timbangan digital, spatula, pengaduk magnetic stirrer, magnet
permanen, ultrasonic cleaner, hot plate, dan furnace. Pada proses adsorpsi
limbah cair digunakan peralatan yang meliputi gelas beker, timbangan digital,
spatula, pengaduk magnetic stirrer, magnet permanen dan kertas penyaring. Uji
analisis kandungan logam yang terdapat dalam sampel digunakan AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometer) di Laboratorium Kimia UGM. Sedangkan
karakterisasi CoFe2O4 yang meliputi karakterisasi morfologi dan ukuran butir,
struktur kristal, sifat magnetik serta ikatan atomik berturut-turut menggunakan:
1.
40
41
pembuatan artificial limbah cair, serta adsorpsi logam Cu(II), Fe(II) dan Ni(II)
disajikan dalam skema pada gambar 4.1.
Persiapan alat dan bahan
Sintesis nanopartikel CoFe2O4
Variasi
suhu
Variasi
readsorpsi
Adsorpsi
Konsentrasi
CoFe2O4
Variasi waktu
pengadukan
Larutan hasil
Diendapkan dengan magnet permanen
Penyaringan
Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
Gambar 4.1. Diagram alir pengumpulan data
4.4 Tahap Pelaksanaan Penelitian
4.4.1 Persiapan alat
Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasi menggunakan
aseton. Untuk gelas beker dan gelas ukur proses sterilisasi dengan cara melumuri
dinding gelas dengan aseton setelah itu ditunggu hingga kering dan selanjutnya
dibersihkan dengan aquades. Peralatan lain seperti spatula, pipet, dan magnetic
stirrer proses sterilisasinya dengan cara meletakkannya dalam gelas beker kecil
yang sudah diberi aseton kemudian dengan menggunakan ultrasonic cleaner.
4.4.2 Sintesis nanopartikel CoFe2O4 dengan metode kopresipitasi
Tahap sintesis nanopartikel CoFe2O4 pada penelitian ini akan mengacu pada
penelitian sebelumnya (Setiadi dkk, 2013), yakni menggunakan teknik
kopresipitasi. Proses sintesis seperti yang disajikan pada gambar 4.2. Kemudian
42
Analisa VSM
Analisa TEM
Tidak
pembuatan
artificial
limbah
logam
Cu(II),
Fe(II),
Ni(II)
43
masing 1,5 gram, yang kemudian dilarutkan dalam 1000 ml aquades dan
ditambahkan 20 tetes HCl.
4.4.4 Purifikasi limbah cair menggunakan absorben nanopartikel CoFe2O4
Pada penelitian purifikasi limbah cair menggunakan nanopartikel CoFe2O4
sebagai absorben mengacu pada penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Mahmudah pada tahun 2014 dengan beberapa variasi, diantaranya:
1. Sampel dengan variasi suhu
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap penurunan kadar logam
Cu(II), Fe(II), dan Ni(II) maka dibuat empat buah sampel dengan identitas
seperti pada tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 4.1. Sampel dengan variasi suhu
Kode CoFe2O4 Suhu
Lama
pH CoFe2O4
(gr)
pengadukan
(gram)
(jam)
A
0,4
RT
3
9
0,8
A1
0,4
60
3
9
0,8
B1
0,4
90
3
9
0,8
C1
0,4
120
3
9
0,8
Volume
limbah
(ml)
80
80
80
80
Kode
44
Kode
E
A
F
Volume
limbah (ml)
80
80
45
n
,
2 sin
(4.1)
dengan n adalah urutan difraksi, d adalah jarak antar bidang, adalah panjang
gelombang sinar-X, adalah sudut hamburan difraksi. Untuk menghitung
parameter kisi (a) digunakan persamaan,
h2 k 2 l 2
1
,
d2
a2
(4.2)
dengan a adalah parameter kisi CoFe2O4 sedangkan hkl adalah indeks Miller yang
menggambarkan bidang kristal. Untuk menentukan ukuran butir nanopartikel
digunakan persamaan Scherrer,
t
k
,
B cos
(4.3)
dengan t adalah ukuran butir kristal, k adalah konstanta Scherrer (0,9), adalah
panjang gelombang sinar-X dan B adalah lebar setengah puncak (full width at half
maximum (FWHM) dari spektrum puncak.
46
(4.4)
47
(4.5)
Selanjutnya, dibuat grafik distribusi ukuran butir, yaitu antara ukuran butir
dengan frekuensi relatifnya menggunakan software Kaleidagraph, sehingga
diperoleh grafik distribusi seperti pada gambar 4.5.(b).
Gambar 4.5. (a) Contoh gambar hasil pengujian TEM (b) Ilustrasi grafik
hubungan ukuran butir yang terukur dengan frekuensi relatif
Selain gambar morfologi sampel, hasil pengujian dengan TEM juga
dilengkapi dengan pola cincin difraksi yang menggambarkan puncak-puncak
kristal dari sampel yang akan mengkonfirmasi hasil XRD sebelumnya seperti
yang di sajikan pada gambar 4.6. Indeks Miller dapat ditentukan dengan cincin
difraksi sampel menggunakan persamaan:
d2
a2
,
h2 k 2 l 2
(4.6)
dengan d adalah jarak antar bidang Bragg, a adalah tetapan kisi, h, k, l adalah
indeks Miller. Nilai d diperoleh melalui persamaan (3.17), sehingga akan
diperoleh nilai h2 + k2 + l2. Hasil ini akan dicocokan dengan database dari
PCPDFWIN untuk mendapatkan indeks Miller.
48
49
Data mentah dari hasil VSM berbentuk notepad. Untuk pengolahan data
VSM tersebut, data dalam bentuk notepad ditransfer dalam Microsoft excel.
Dalam data mentah dari VSM nilai numerik H maksimal 10000 Oe mewakili
15000 Oe dan M maksimal 10000 emu mewakili 10 emu. Oleh karena itu, nilai H
dan M yang sebenarnya ditentukan dengan cara:
Nilai numerik H
15000
10000
(4.7)
Nilai numerik M
1
10
,
massa sampel
10000
(4.8)
50
K
.
2
(4.9)
100%
(4.10).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
cobalt
ferrite
(CoFe2O4)
disintesis
dengan
metode
(a)
(b)
Gambar 5.1. Nanopartikel CoFe2O4 yang dihasilkan dari proses sintesis
dengan metode kopresipitasi (a) nanopartikel CoFe2O4 dalam medium cair
di atas medan magnet dan (b) nanopartikel CoFe2O4 fasa padat
51
52
5.2
(220)
-Fe2O3
Intensitas a.u.
1000
1100
900
800
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
2 Theta (derajat)
53
(5.1)
(5.2)
(5.3)
Persamaan reaksi (5.1) dapat terjadi ketika CoFe2O4 yang telah terbentuk
mengalami reaksi dengan oksigen (oksidasi) yang juga dipengaruhi oleh suhu
panas yang mengakibatkan CoFe2O4 terurai dan berubah fasa menjadi -Fe2O3
dan Co2O3. Selanjutnya persamaan (5.2) dapat terjadi ketika bahan FeCl yang
dicampurkan tidak habis bereaksi dengan CoCl2 karena konsentrasi FeCl3 yang
berlebih. Untuk mencegah dan meminimalisir maka pada proses sintesis harus
memperhatikan koefisien dari persamaan (3.12) sehingga sisa FeCl3 dapat
dimimalisir. Sedangkan persamaan (5.3) dapat terjadi apabila konsentrasi NaOH
(kopresipitan) terlalu kecil sehingga FeCl3 tidak habis bereaksi menghasilkan
CoFe2O4, dan zat sisanya akan bereaksi dengan air dan berpotensi menghasilkan
hematite (-Fe2O3).
Kehadiran fasa -Fe2O3 dianggap sebagai fasa pengotor nanopartikel
CoFe2O4 karena sifatnya yang antiferomagnetik. Kehadiran fasa pengotor ini
berpotensi melemahkan respon kemagnetan sampel saat digunakan sebagai
adsorben.
5.3
Karakterisasi
CoFe2O4
menggunakan
Transmission
Electron
Microscopy (TEM)
Hasil karakterisasi sampel menggunakan TEM jenis JEOL JEM-1400 dari
nanopartikel CoFe2O4 gambar 5.3 sedangkan distribusi ukuran partikel
ditunjukkan pada gambar 5.4.
54
(440)
(511)
(400)
(220)
(311)
Gambar 5.3.
5. Hasil TEM sampel CoFe2O4
Pada pengamatan morfologi untuk sampel CoFe2O4 menunjukan bahwa
sampel memiliki morfologi yang cenderung bulat meski belum bulat sempurna
seperti
ti ditunjukan pada gambar 5.4. Berdasarkan
Berdasarkan gambar tersebut juga terlihat
bahwa sampel juga memiliki kecenderungan teraglomerasi.
Pada pengujian TEM dilengkapi gambar cincin difraksi. Dari pola cincin
difraksi terlihat cincin-cincin
cincin diskrit yang menunjukkan bidang kristal. Pola cincin
difraksi nanopartikel CoFe2O4 menunjukkan terdapat bidangg (440), (511), (400),
(311), dan (220) yang menunjukkan ciri khas bidang kristal CoFe2O4. Bidangbidang kristal pada analisa cincin difraksi ini memperkuat
mperkuat hasil pengujian XRD
bahwa sampel hasil sintesis membentuk fasa CoFe2O4.
40
35
30
25
20
15
10
5
0
7
9
10
Ukuran butir (nm)
11
12
Gambarr 5.4.
5. Distribusi ukuran nanopartikel CoFe2O4
55
sifat kemagnetan dilakukan dengan VSM Riken Denshi co ltd. Berikut merupakan
kurva histeresis pengujian VSM CoFe2O4.
40
30
Magnetisasi (emu/g)
20
10
0
-10
88,56 Oe
-20
-30
-40
4
-1,5 10
-1 10
-5000
5000
1 10
1,5 10
H (Oe)
56
5.5
der Waals. Seperti yang dijelaskan pada bab III bahwa gaya Van der Waals
merupakan interaksi antaramolekul non-polar, antara molekul polar atau antara
molekul non-polar dengan molekul polar. Setiap senyawa kovalen polar memiliki
dipol yaitu muatan yang terpolarisasi menjadi muatan positif dan negatif. Dipoldipol yang berbeda akan saling tarik-menarik, sedangkan yang berlawanan akan
tolak-menolak. Ketika dilarutkan dalam senyawa kovalen polar, senyawa ion akan
menjadi ion positif dan ion negatif. Ion positif akan tarik menarik dengan dipol
negatif, dan sebaliknya.
Cobalt ferrite (CoFe2O4) memiliki pH at the Point of Zero Charge (pHpzc).
pHpzc adalah pH ketika permukaan adsorben bermuatan netral. Berdasarkan data
yang diperoleh dari literatur, CoFe2O4 memiliki pHpzc sebesar 6,9 (Hu dkk, 2007).
Pada pH < pHpzc permukaan adsorben bermuatan positif, sedangkan pada pH >
pHpzc permukaan adsorben menjadi bermuatan negatif (Dey dkk, 2014).
Permukaan CoFe2O4 memiliki permukaan hydroxyl yang mengalami protonasi
pada pH dibawah pHpzc dan terdeprotonasi diatas pHpzc seperti yang ditunjukan
pada persamaan (5.4) dan (5.5),
Fe(II,III)OH + H+ Fe(II,III)OH2+,
+
Fe(II,III)OH - H Fe(II,III)O ,
pH < PZC
(5.4)
pH > PZC
(5.5)
Proses purifikasi pada penelitian ini berada pada pH basa (pH = 9 diatas
pHpzc) sehingga dilihat dari struktur permukaan saat terdeprotonasi, maka
permukaan CoFe2O4 bermuatan negatif dan memiliki potensi yang besar sebagai
penyerap karena gugus OH yang terikat pada permukaannya dapat berinteraksi
dengan komponen adsorbat yang bermuatan positif. Adanya gugus OH, pada
permukaan menyebabkan terjadinya sifat polar pada adsorben CoFe2O4. Sehingga
57
adsorben CoFe2O4 lebih kuat menyerap zat yang bersifat polar dari pada yang
kurang polar.
Mekanisme terikatnya ion logam yang bermuatan positif (kation) pada
permukaan negatif adsorben CoFe2O4 berupa mekanisme pertukaran ion sebagai
berikut :
(a)
(b)
Gambar 5.7. (a) Limbah sebelum diadsorpsi, (b) Limbah setelah diadsorpsi
Perubahan warna yang terjadi pada saat sebelum dan sesudah adsorpsi
mengindikasikan bahwa ion-ion logam yang terdapat dalam limbah diserap oleh
permukaan adsorben CoFe2O4. Limbah yang semula berwarna hijau (gambar
5.7a) berubah menjadi menjadi putih jernih setelah limbah dipisahkan dari
endapan menggunakan kertas saring, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.7b.
58
5.6
ion logam ditunjukan pada tebel 5.1. Pengujian dilakukan pada suhu ruang (30
o
C), 60 oC, 90 oC, dan 120 oC, pada kondisi pH larutan 9 dan pengadukan 3 jam
untuk setiap sampel. Hasilnya menunjukan bahwa penyerapan ion logam yang
dipengaruhi oleh suhu menunjukan adanya kenaikan dibandingkan kadar awalnya.
Penyerapan ion logam Fe(II) konstan yaitu sebesar 100%. Semula prosentase
penurunan kadar ion logam Cu(II) dan Ni(II) pada suhu ruang, masing-masing
99,07% dan 99,90% dan meningkat menjadi 99,70% dan 99,95% pada suhu 60
o
C. Selanjutnya penyerapan ion logam Cu(II) dan Ni(II) pada suhu 120 oC
59
dibawah 6,9. Sehingga diasumsikan pada pH larutan 9 dengan pHpzc < 6,9,
keseluruhan permukaan dari adsorben sudah mengalami deprotonasi jadi
keseluruhan permukaan adsorben bermuatan negatif. Semakin negatif permukaan
adsorben akan meningkatkan gaya tarik elektrostatik antara muatan negatif
adsorben dengan muatan positif adsorbat (Zhou dkk, 2014), oleh karena itu
adsorpsi mencapai adsorpsi maksimal pada suhu 60 oC.
Tabel 5.1. Pengaruh suhu terhadap penurunan kadar Ion logam
Suhu (oC)
Raw
(ppm)
RT
60
90
120
Rata-rata
2,720,01 0,870,00 1,190,01 6,170,01
292,14 (ppm)
Cu
0,61 Prosentase
(99,07
(99,70
(99,59
(98,28
penurunan
0,00)% 0,00)%
0,01)%
0,01)%
Rata-rata
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
306,24 (ppm)
Fe
0,03 Prosentase
(100,00
(100,00
(100,00
(100,00
penurunan
0,00)% 0,00)%
0,00)%
0,00)%
Rata-rata
0,340,03 0,220,03 0,200,03 2,480,01
358,94 (ppm)
Ni
0,70 Prosentase
(99,90
(99,95
(99,95
(99,34
penurunan
0,01)% 0,01)%
0,01)%
0,00)%
*ttd = tidak terdeteksi/dibawah deteksi alat
Para
meter
Pada suhu diatas 90 oC, nilai pHpzc juga akan semakin rendah dibandingkan
pada suhu 60 oC. Namun karena pada suhu 60 oC permukaan dari adsorben sudah
bermuatan negatif, sehingga turunnya nilai pHpzc tidak berpengaruh terhadap
permukaan adsorben. Penurunan adsorpsi pada suhu 90 oC ini diakibatkan energi
kinetik semakin besar. Naiknya energi kinetik ini akan meningkatnya frekuensi
tumbukan antara partikel adsorben, adsorbat maupun antara adsorben dengan
adsorbat (Erenturk dan Malkoc, 2007). Meningkatnya frekuensi tumbukan antar
partikel akan menggangu ikatan yang sudah terbentuk sehingga terjadi desorpsi.
Pada suhu diatas 100 oC terjadi pemutusan rantai hidroksil akibat evaporasi
(penguapan) yang terjadi didalam air sehingga membuat ion-ion logam yang
terikat dipermukaan adsorben terlepas (desorpsi).
Pada tabel 5.1, diperoleh hasil bahwa adsorpsi logam Fe(II) tidak
terpengaruh terhadap perubahan suhu, terlihat dari data untuk ion logam Fe(II)
60
tidak terdeteksi yang artinya bahwa konsentrasi Fe(II) dalam limbah hasil adsorpsi
sangat kecil yang berada di bawah batas deteksi alat (0,02 ppm). Namun logam
Fe(II) ini merupakan logam yang paling besar penyerapannya dibandingkan
Cu(II), dan Ni(II).
5.7
61
terabsorpsi semakin banyak. Peristiwa ini dapat terjadi karena dengan lamanya
waktu kontak logam dengan permukaan absorben mengakibatkan banyaknya
permukaan absorben yang menjadi aktif dan melakukan penyerapan terhadap
logam. Waktu kontak yang lama antara adsorben dengan adsorbat memungkinkan
semakin banyak terbentuk ikatan antara ion logam dengan permukaan CoFe2O4.
Adsorpsi logam Ni(II) diadsorpsi optimal pada waktu kontak 3 jam, namun
pada waktu kontak 5 jam mengalami penurunan yaitu dari 99,91% menjadi
99,85% dimungkinkan adsorben telah jenuh. Dalam proses adsorpsi didalam
lautan terjadi interaksi dan tumbukan antara adsorbat, adsorbat dengan adsorben
maupun
antar
adsorben.
Sedangkan
meningkatnya
waktu
pengadukan
62
variasi konsentrasi adsorben maksimum pada konsentrasi 7,5 gr/L untuk ion
logam Cu(II) dan 5,0 gr/L untuk ion logam Ni(II). Sedangkan untuk ion logam
Fe(II) dapat diserap sampai 100% pada setiap variasi konsentrasi adsorben.
Tabel 5.3. Pengaruh konsentrasi adsorben terhadap penurunan kadar ion
logam
Konsentrasi adsorben gr/L
Para
Raw
meter material
2,5
5,0
7,5
10,0
Cu
292,14
0,61
Fe
306,24
0,03
Ni
358,94
0,70
Rata-rata
(ppm)
Prosentase
penurunan
Rata-rata
(ppm)
Prosentase
penurunan
Rata-rata
(ppm)
Prosentase
penurunan
1,78
0,00
(99,54 99,53
0,00)% 0,00%
2,480,01
2,730,01
1,350,01
(99,15
0,01)%
(99,07
0,00)%
Ttd
Ttd
Ttd
100,00
0,00
100,00
0,00
100,00
0,00
1,010,02
0,340,03
0,770,02
(99,72
0,01%
(99,90
0,01)%
(99,79
0,01)%
Ttd
100,00
0,00
0,80
0,01
(99,79
0,00)
%
63
64
100%. Hal tersebut karena ion-ion logam Cu(II) dan Ni(II) yang tidak teradsorpsi
pada proses adsorpsi pertama akan diadsorpsi oleh adsorben CoFe2O4 baru yang
masih memiliki banyak situs aktif pada proses adsorpsi kedua. Hasil penelitian ini
memberikan informasi bahwa semakin banyak proses pengulangan, penurunan
kadar logam yang terlarut semakin besar.
5.10 Pengaruh Fungsionalisasi Nanopartikel CoFe2O4 dengan PEG-4000
Pada aplikasi nanopartikel perlu dilakukan modifikasi permukaan.
Modifikasi permukaan ini dilakukan untuk menambah stabilitas kimia,
dispersibiltas, biokompatibilitas, menyeragamkan bentuk dan ukuran sampel.
Pada proses fungsionalisasi nanopartikel dengan PEG-4000 ini dilakukan dengan
mencampurkan nanopartikel CoFe2O4 dan PEG-4000 dengan perbandingan massa
1:1 pada akuades. Pada proses fungsionalisasi ini kemudian diamati kembali
perubahan sifat nanopartikel hasil modifikasi ini kemudian dikarakterisasi
kembali dengan menggunakan FTIR, XRD, TEM dan VSM.
5.10.1 Karakterisasi menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD)
Sampel nanopartikel CoFe2O4 yang telah dienkapsulasi menggunakan
PEG-4000 muncul perbedaan intensitas puncak. Perbedaan tersebut terlihat bahwa
selain muncul puncak-puncak yang merupakan karakteristik CoFe2O4, muncul
fasa lain yaitu fasa -FeO(OH) atau yang biasa disebut dengan geothite dan
adanya -FeO(OH) atau yang biasa disebut dengan lepidocrocite seperti yang
terlihat pada gambar 5.8.
65
1000
(111)
Intensitas a.u.
(511)
(440)
(311)
(400)
1100
(220)
-Fe2O3
1200
-FeO(OH)
-FeO(OH)
1300
900
800
700
20
30
40
50
60
70
2 Theta (derajat)
(5.6)
(5.7)
66
67
68
termodifikasi PEG-4000
4000 terdapat lebih dari satu butir CoFe2O4 sehingga ukuran
nanopartikel menjadi cenderung polidispersi.
polidispersi
Parameter kisi (a)) adalah sebagai fungsi dari ukuran kristal (partikel), yang
ditampilkan dalam tabel 5.6. Nilai
ilai parameter kisi ini mendekati nilai parameter
kisi CoFe2O4 ukuran bulk yaitu 8,3950,005
0,005 (Kim dkk, 2003). Nilai ini
menguatkan bahwa sampel mengkristal dengan baik
baik dan membentuk fasa
CoFe2O4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pergeseran sudut 2
2 puncak utama
bidang (311) ke arah kanan disebabkan karena naiknya ukuran butir dan nilai
parameter kisi. Naiknya nilai parameter kisi ini diasumsikan terjadi pergeseran
atom
m karena penambahan material lain yaitu PEG-4000
PEG 4000 ke dalam nanopartikel
CoFe2O4. Disamping itu, juga diprediksi adanya perbedaan nilai parameter kisi
karena adanya interaksii elektrostatik antara keduanya.
5.10.2 Karakterisasi
CoFe2O4+PEG-4000
menggunakan
Transmission
Electron Microscopye
Microscop (TEM)
Hasil karakterisasi sampel CoFe2O4 dienkapsulasi PEG-4000
4000 ditunjukkan
pada gambar
ambar 5.4 sedangkan distribusi ukuran partikel ditunjukkan pada gambar
g
5.11.
(440)
(511)
(400)
(111)
(220)
(311)
Gambar 5.1
10. Hasil TEM sampel CoFe2O4 + PEG-4000
Berdasarkan gambar
ambar 5.10 terlihat perbedaan morfologi nanopartikel
CoFe2O4 sebelum dan sesudah dienkapsulasi PEG-4000. Morfologi nanopartikel
CoFe2O4 terlihat teraglomerasi sebelum terlapisi PEG-4000 (gambar 5.3).
5.3)
Sedangkan, setelah enkapsulasi terlihat lebih terdispersi (tersebar) dan aglomerasi
nanopartikel jauh berkurang. Dengan nanopartikel terdispersi serta minimnya
69
40
35
30
25
20
15
10
5
0
8
10
11
12
13
14
15
70
30
Magnetisasi (emu/g)
20
10
-10
133,45 Oe
-20
-30
4
-1,5 10
-1 10
-5000
5000
1 10
1,5 10
H (Oe)
PEG-4000
merupakan
polimer
dengan
sifat
kemagnetan
71
serta -FeOOH yang bersifat paramagnetik yang terlihat pada hasil pangujian
XRD juga memberikan andil dalam penurunan nilai magnetisasi pada sampel.
koersivitas
pada
CoFe2O4
mengalami
peningkatan
setelah
72
maka nilai koersivitasnya akan lebih cenderung lebih besar. Meski terjadi
kenaikan koersivitas namun sampel ini masih memiliki kecenderungan
superparamagnetik mengingat nilai koersivitasnya yang masih jauh lebih kecil
dibanding dengan ukuran bulk yaitu 980 Oe (Kim dkk, 2003).
Penurunan nilai saturasi dan remanen serta peningkatan koersivitas ini tentu
saja menjadi kekurangan dari hasil modifikasi permukaan nanopartikel mengingat
dalam banyak aplikasi seperti pada biomedis semakin tinggi tingkat saturasi maka
akan semakin efektif. Pada aplikasi purifikasi melemahnya magnetisasi ini akan
menghambat dalam proses pemisahan endapan sedimen dengan larutan hasil
purifikasi. Sehingga akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengendap.
Selain itu ketika dilakukan pemisahan larutan dengan endapannya ada
kemungkinan nanopartikel yang sudah mengendap ikut terbawa oleh larutan.
Seperti yang dilaporkan oleh Xu dkk (2014), bahwa sampel adsorben
CoFe2O4/activated carbon dengan Ms 5,11 lebih cepat merespon terhadap magnet
luar (60 menit) dibandingkan dengan sampel dengan Ms 17,43 emu/g (90 menit).
Namun meski begitu penambahan PEG-4000 ini memberikan keuntungan pula
sebagai bahan pelapis nanopartikel agar tidak terbentuk agregat akibat adanya
aglomerasi,
meningkatkan
derajat
kristalinitas,
menyeragamkan
bentuk,
73
(c) CoFe2O4+PEG-4000
(b) PEG-4000
(a) CoFe2O4
(c)
(b)
(a)
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
-1
74
pada sampel
Jenis
vibrasi
Streching
Streching
Bending
Bending
Bending
Bending
Bending
Streching
Bending
Bending
Streching
Streching
Streching
75
gelombang gugus fungsi serapan C-H2 dari vibrasi bending. Untuk bilangan
gelombang 1342,46 cm-1 adalah wagging, 1280,73 dan 1242,16 cm-1 adalah
twisting sementara 956,69 cm-1 dan 840,96 cm-1 adalah rocking (De Palma dkk,
2007; Phadatare dkk, 2011). Selanjutnya gugus serapan C-O-C ditunjukkan oleh
puncak serapan pada bilangan gelombang 1111,0 cm-1 (De Palma dkk, 2007; Ilie
dkk, 2010). Pada puncak serapan 2885,5 cm-1 yang merupakan puncak serapan
CH2 stretching asimetris terlihat adanya penurunan ketajaman puncak serapan,
yang memperkuat
berhasil melapisi
(meng-coating)
Hal
ini terjadi
PEG-4000 yang
76
77
Gambar 5.15. Ilustrasi hubungan antara ukuran dan luas total permukaan
partikel
78
Dari kelima variasi terlihat adanya kecenderungan yang sama pada urutan
prosentase penurunan konsentrasi ion logam di dalam limbah. Ion logam Fe(II)
dari ke lima variasi merupakan ion logam yang paling besar diserap oleh adsorben
dengan prosentase penurunan konsentrasi mencapai 100%. Jika diurutkan dari
yang paling besar diadsorpsi adalah Fe(II) > Ni(II) > Cu(II). Saat proses adsorpsi
(pengadukan) ada kemungkinan tidak semua ion logam adsorbat (terutama ion
logam Fe(II)) teradsorpsi pada permukaan adsorben.
Proses pemisahan endapan (adsorben yang sudah mengikat adsorbat)
dengan larutan hasil adsorpsi dilakukan dengan menerapkan medan magnet luar.
Adsorben magnetik CoFe2O4 merupakan material ferrimagnetik seperti yang
sudah dijelaskan pada BAB III, namun ketika ukurannya nano muncul sifat baru
yaitu sifat superparamagnetik. Ketika material superparamagnetik diberi medan
magnet luar, material ini akan memiliki sifat magnet yang kuat (menjadi magnet).
Oleh karena itu adsorben CoFe2O4 yang telah menjadi magnet akan dapat menarik
adsorbat yang yang memiliki sifat magnet juga. Adsorbat (Fe(II), Cu(II) dan
Ni(II)) ini memiliki sifat magnet yang berbeda. Walaupun Fe(II) dan Ni(II)
merupakan material ferromagnetik, namun dilihat dari elektron valensinya ion
logam Fe(II) memiliki sifat magnet yang lebih kuat daripada ion logam Ni(II).
Sedangkan ion logam Cu(II) merupakan material paramagnetik. Oleh karena itu
pada saat proses pengendapan dengan diberi medan magnet luar, ion logam Fe(II)
akan tarik pertama dan diikat kuat pada permukaan adsorben magnetik CoFe2O4
dibandingkan ion logam yang lain.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
6.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya perlu dikaji secara spesifik mekanisme
interaksi yang terjadi antara adsorben dan adsorbat serta melakukan analisis lebih
mendalam untuk mencari faktor eksternal (pH, suhu, ukuran partikel, dll) mana
79
80
yang paling dominan berpengaruh terhadap kapasitas adsorpsi pada masingmasing ion logam Cu(II), Fe(II) dan Ni(II) secara terpisah.
DAFTAR PUSTAKA
Abhilash, M., 2010, Potential Applications of Nanoparticles, International
Journal of Pharma and Bio Science, vol.1, pp.1.
Ai, L., You, Z. dan Jiang, J., 2011, Removal of Methylene Blue from Aqueous by
Montmorillonite/CoFe2O4 Composite with Magnetic Separation
Performance, Journal of Desalination, vol.266, pp.72-77.
Alvarez, G.S., 2004, Syntesis, Characterisation, and Applications of ron Oxide
Nanoparticles, Doctoral Thesis, Stokholm, Sweden.
Aritonang, S. P., 2009, Studi Penggunaan Kitosan Nanopartikel sebagai Bahan
Penyulut pada Zeolit Alam untuk Menurunkan Konsentrasi Ion Cu(II)
dalam Larutan Teh Hitam, Tesis, Universitas Sumatra Utara.
Atkins., 1997, Removing Heavy Metals From Wastewater, United States of
America : Maryland University.
Callister, W. dan Rethwisch, D.G., 2009, Materials Science And Enginering An
Introduction Eight Edition, United State Of America, pp.800-823.
Carabante, I., 2012, Arsenic (V) Adsorption On Iron Oxide: Implification For Soil
Remediation
and
Water
Purification,
Doctoral
thesis.
Universitetstryckreriet, Lulea.
Carlos, L., Einschlag, F. S. G., Gonzales, M. C. dan Martire, D. O., 2013,
Applications of Magnetite Nanoparticles for Heavy Metal Removal from
Wastewater: Article, Universidad Nacional de La Plata, Argentina.
Coey, J.M.D., 2010, Magnetism and Magnetic Materials, United States of
America, Cambridge University Press.
Datta, A., 2007, Characterization of Polyethylene Glycol Hydrogels for
Biomedical Application, Thesis, University of Pune.
Day, R.A.Jr. dan Underwood, A.L., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif
(ditejemahkan oleh Iis Sopyan), Edisi 6, Penerbit Erlangga, Jakarta.
De Palma, R., Peeters, S., Van Bael, M.J., Van den Rul, H., Bonroy, K., Laureyn,
W., Mullens, J., Borghs, G., dan Maes, G., 2007, Silane Ligand
Exchange to Make Hydrophobic Superparamagnetic Nanoparticles water
Dispersible, Chemistry of Materials, vol.19, no.7, pp.1821-1831.
Dhermendra, K. dan Tiwari., 2008, Application of Nanoparticles in Waste Water
Treatment, World Applied Source Journal, vol. 3, pp. 417-433.
Dey, A., Singh, R. dan Purkait, M. K., 2014, CoFe2O4 Nanoparticles Aggregated
Schwertmannite: A Novel Adsorbent for The Efficient Removal of
Arsenic, Jurnal of Water Process Engineering, vol. 3, pp.1-9.
Erenturk, S., dan Malkoc, E., 2007, Removal of Lead(II) by Adsorption Onto
Viscum Album L.: Effect of Temperature and Equilibrium Isotherm
Analyses, Applied Surface Science, vol. 253, pp. 4727-4733.
Foner, S., 1985, Versatile and Sensitive Vibrating-Sample Magnetometer, Rev.
Sci. Instrum, vol. 30, No. 7, pp. 548-557.
Gehring, A.U., dan Hofmeister, A.M., 1994, The Transformation of Lepidocrocite
During Heating: A Magnetic and Spectroscopy Study, Clays and Clay
Minerals, vol.42, no.4, pp.409-415.
81
82
83
Moreno, J. C., Gomez, G. R. dan Giraldo L., 2010, Removal of Mn, Fe, Ni, and
Cu Ions from Wastewater using Cow Bone Charcoal, Journal Materials,
vol. 3, pp. 452-466.
Moussy, J. B., 2013, From Epitaxial Growth of Ferrite Thin Films to SpinPolarized Tunneling, IOP Publishing, Jurnal of Physics D:Applied
Phyics, vol. 46, pp.1-27.
Naalweh, F.M.M., 2013, Synthesis of Nano-Sized Cobalt Oxide Nano-Particles
Stabilized in Surfactant and Polymer Matrix and their Magnetic
Properties, Tesis, An-Najah National University, Palestine.
Phadatare, M.R., 2012, Studies on Polyethylene Glycol Coating on NiFe2O4
Nanoparticles for Biomedical Applications, Journal of Magnetism and
Magnetic Materials, vol.324, pp.770-772.
Panchal, N.R., 2011, Study and Characterisation of Some Hexa-Ferrite Systems,
Doctoral Thesis, Gujarat University, Ahmedabad, India.
Pavia, L. D., Lampman, M. G., Kriz, S. G., dan Vyvyan, R.J., 2009, Introduction
to Spectroscopy Fourth Edition. Department of Chemistry, Western
Washington University, Bellingham, Washington.
Paliwal, V., Nasrazadani, S., Banerjee, R., 2006, Study of lead sorption on
magnetite at high temperatures, Tesis, University of North Texas, USA.
Rahmi, 2009, Aplication of Modified Khitosan for Adsorbent Ionic Cu2+ Metal in
Diesel Oil, Natural Jurnal, vol 9, no.2.
Ren, Y., Abbood, H. A., He, F., Peng, H., Huang, K., 2013, Magnetic EDTAModified Chitosan/SiO2/Fe3O4 Adsorbent: Preparation, Characterization,
and Application in Heavy Metal Adsorption, Chemical Engineering
Journal, Elsevier, vol.226, pp.300-311.
Riyanto, A., 2012, Sintesis Nanopartikel Fe3O4 dan Potensinya sebagai Material
Aktif pada Permukaan Sensing Biosensor Berbasis SPR, Tesis, Program
Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Santhos, C., Kollu, P., Felix, S., Velmurugan, V., Jeong, S. K., dan Grace, A. N.,
2015, CoFe2O4 and NiFe2O4@graphene Adsorbents for Heavy Metal
Ions-Kinetics and Thermodynamic Analysis, RSC Advances, vol.5,
pp.28965-28972.
Setiadi, E. A., 2013, Fabrikasi dan Karakterisasi Struktur Kristal dan Sifat
Kemagnetan Nanopartikel Cobalt Ferrite (CoFe2O4) Beserta Proses
Fungsionalisasinya dengan PEG-4000, Tesis, Program Pascasarjana,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Shen, Y. F., Tang, J., Nie, Z.H., Wang, Y.D., Ren, Y. dan Zuo, L., 2009, Tailoring
Size and Structural Distortion of Fe3O4 Nanoparticles for the
Purification of Contaminated Water, Bioresource Technology, vol.100,
pp.4139-4146.
Sulanjari, A., 2013, Kajian Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Cobalt Ferrite
Dienkapsulasi Polyethylene Glykol dan Silika, Tesis, UGM.
Smallman, R.E. dan Bishop, R.J., 1999, Modern Physics Metallurgy and
Materials Engineering, Great Britain, Bath Press.
Shen, T., 1994, Superparamagnetic Contrast Agents for Magnetic Resonance
Imaging, Doctoral Thesis, Massachusitts Institute of Technology, USA.
84
LAMPIRAN I
ANALISA PERHITUNGAN
A.
n
2 sin
(6.1)
a d h2 k 2 l 2
n
2 sin
(6.2)
h2 k 2 l 2
(6.3)
(6.4)
n
h 2 k 2 l 2 cos
a
2
2 sin
(6.5)
Dengan,
n = urutan difraksi (dalam hal ini n = 1)
d = jarak antar bidang Bragg
= panjang gelombang sinar-X
= sudut hamburan difraksi,
= ralat didapatkan melalui program origin8
a = parameter kisi CoFe2O4
hkl = indeks Miller yang menggambarkan bidang kristal
Tabel 6.1. Parameter kisi CoFe2O4 dan CoFe2O4+PEG-4000
Nama sampel
Sin
h2 k 2 l 2
aa ()
()
CoFe2O4
17,6850,005 0,3037
1,54
3,3166
8,4090,138
CoFe2O4+PEG-
17,7670,012 0,3051
1.54
3,3166
8,3710,333
4000
85
86
B.
k
D cos
(6.6)
Dengan,
t = ukuran butir kristal
k = konstanta Scherrer (0,9)
= panjang gelombang sinar-X
D = lebar setengah puncak (full width at half maximum = fwhm) spektrum
puncak (dalam hal ini puncak bidang (311))
Tabel 6.2. Estimasi ukuran butir CoFe2O4 dan CoFe2O4+PEG-4000
Nama
Cos
()
D(rad)
t t
(nm)
sampel
CoFe2O4
17,6850,005 0,9881
1,54
0,9
0,01659
8,450,03
CoFe2O4+P
17,7670,012 0,9523
1,54
0,9
0,013703 10,620,08
EG-4000
C.
(6.7)
(111)
(220)
(311)
(400)
(511)
(440)
29,19
98,65
42,19
51,87
58,09
Intensitas
ferrite
(a.u.)
280,01
65,70
111,00
145,71
48,74
45,83
69,41
486,41
87
Pembulatan
Frekuensi
Frekuensi relatif
ukuran(nm)
(nm)
(butir)
(%)
6,5-7,4
7,5-8,4
10
8,5-9,4
19
38
9,5-10,4
10
13
26
10,5-11,4
11
18
11,5-12,4
12
50
100
Jumlah
Pembulatan
ukuran(nm)
(nm)
7,5-8,4
5,00
8,5-9,4
11,67
9,5-10,4
10
21
35
10,5-11,4
11
14
23,33
11,5-12,4
12
13,33
12,5-13,4
13
6,67
13,5-14,4
14
3,33
14,5-15,4
15
1,67
50
100
Jumlah
Frekuensi (butir)
Frekuensi relatif
(%)
88
x x x
dengan ,
x i
n
dan
1 nxi2 x i
n
n 1
(6.8)
menggunakan persamaan,
Rd L
a2
d 2
h k2 l2
(6.9)
dengan,
R = jarak cincin difraksi dari pusat lingkaran
d = jarak antar bidang Bragg
= panjang gelombang yang digunaan pada TEM ( = 3,35 x 10-3 nm)
L = jarak lensa ( 284,29 nm )
a = tetapan kisi
hkl = indeks Miller
(6.10)
89
Sampel CoFe2O4
5
4
1
Gambar 6.1
6 Cincin difraki sampel CoFe2O4
Tabel 6.6.
6.6 Indeks Miller sampel CoFe2O4
No
1
2
3
4
5
R (nm)
6,3438
5,7688
4,5415
3,7505
3,2476
(nm)
L (nm)
d (nm)
3,35 10
-3
284,29
0,1501
440
3,35 10
-3
284,29
0,1650
511
3,35 10
-3
284,29
0,2097
400
3,35 10
-3
284,29
0,2539
311
3,35 10
-3
284,29
0,2932
220
Sampel CoFe2O4+PEG-4000
+PEG
5
1 2
3 4
90
R (nm)
6,4361
5,9621
4,6083
3,7443
3,1886
6
F.
(nm)
2,1449
L (nm)
d (nm)
3,35 10
-3
284,29
0,1479
440
3,35 10
-3
284,29
0,1597
511
3,35 10
-3
284,29
0,2066
400
3,35 10
-3
284,29
0,2543
311
3,35 10
-3
284,29
0,2986
220
3,35 10
-3
284,29
0,4440
111
rumus berikut :
% penurunan
(6.11)
a b
100%
a
(6.12)
Ralatnya,
2
%
%
%
a
b
b
a
2
% 2 a b
a
(6.13)
(6.14)
Rata-rata kadar ion logam dan ralat pengukuran dihitung dengan persamaan
berikut:
x x x
n
x
i 1
nn 1
(6.15)
91
Pengukuran
( xi )
292,759
292,759
290,915
Cu
876,433
x
Fe
918,63
x
Ni
1076,819
292,144
306,240
306,250
306,140
306,210
358,940
357,039
360,840
xi x
x i x 2
0,6146667
0,6146667
-1,2293333
0,37781511
0,37781511
1,51126044
0,614667
2,2668906
0,03
0,04
-0,07
0,0009
0,0016
0,0049
0,0351188
0,0074
-0,1166677
-1,166667
1,283333
1,111E-07
1,3611111
1,6469444
0,7096556
3,021667
358,939
x
Ni
2,743
0,01833
2,725
0,00033
8,174
2,724667
0,181
-0,1583
0,371
0,03166
0,466
0,12666
1,018
0,339333
0,0003361
1,111E-07
0,0006846
0,0250694
0,0010027
0,0160444
0,083782
99,905464
0,008398
92
Tabel 6.10 Perhitungan Ralat Untuk Sampel Pada Variasi Suhu (T=60 oC)
No Ion
Logam
Pengukuran
( xi )
xi x
x i x 2
Cu
-0,005
-0,005
0,011
2,8444E-05
2,8444E-05
0,00011378
0,00533
99,700
37197
0,00193
1393
x
Ni
0,870
0,870
0,886
2,626
-0,005
-0,005
0,011
0,0000
0,0000
0,0001138
0,22567
99,947
13139
0,00956
575
0,87533
0,870
0,870
0,886
2,626
0,87533
0,0001707
Tabel 6.11 Perhitungan Ralat Untuk Sampel pada Variasi Suhu(T=90 oC)
No Ion
Logam
Pengukuran
( xi )
xi x
x i x 2
Cu
-0,011
0,022
-0,011
0,000121
0,000484
0,000121
0,000726
0,011
99,591
63415
0,00687
9573
x
Ni
1,182
1,215
1,182
3,579
-0,034
0,069
-0,034
0,001178
0,004715
0,001178
0,0343
99,946
69633
0,00956
552
1,193
0,157
0,260
0,157
0,574
0,19133
0,00707
Tabel 6.12 Perhitungan Ralat Untuk Sampel pada Variasi Suhu (T=120 oC)
No Ion
Logam
Pengukuran
( xi )
xi x
x i x 2
Cu
-0,015
0,031
-0,015
0,0002351
0,0009404
0,0014106
0,0014106
0,015
97,28
0,00687
9573
x
Ni
6,160
6,206
6,160
18,526
-0,033
0,004
0,030
0,0011111
0,0000134
0,0008801
0,01828
99,34
0,00527
297
6,17533
2,449
2,486
2,512
7,447
2,48233
0,002004
93
x
Ni
1,650
1,650
4,931
0,006
0,006
0,00004011
0,00004011
-0,037
0,063
-0,027
0,0013444
0,0040111
0,0007111
37021
0056
99,405
30196
0,01700
983
1,64367
2,029
2,135
2,240
6,200
2,410
0,03179
0,006067
x
Ni
1,342
1,304
4,011
0,005
-0,033
0,000025
0,001089
0,001898
0,551
0,556
0,556
1,1111E-05
2,7778E-06
2,7778E-05
75277
6666
99,854
8543
0,00975
489
1,337
0,451
0,556
0,556
1,663
0,55433
0,00167
1,667E-05
Cu
x
Ni
2,451
2,512
2,471
7,424
-0,024
0,027
-0,004
0,0005601
0,0007471
1,344E-05
0,0013207
0,01484
99,15177
655
0,00639945
1,01
-0,018
0,946
-0,032
1,079
0,051
3,085
0,02565
0,0003361
0,0010454
0,0025671
0,02565
99,71797
346
0,01071077
2,47467
0,0039487
94
Cu
x
Ni
1,370
1,349
1,329
4,048
0,021
0,000
-0,020
0,00042711
1,1111E-07
0,00041344
0,00084066
0,01183
99,53812
099
0,00405177
4
0,745
-0,022
0,812
0,045
0,745
-0,022
2,302
0,767333
0,00049878
0,00199611
0,00049878
0,02233
99,78622
815
0,00623619
1,34933
0,0029926
Cu
x
Ni
1,778
1,787
1,769
5,334
0,0000
0,009
-0,009
0,0
8,1E-05
8,1E-05
0,000162
0,0052
99,39138
769
0,00219165
6
8,7111E-05
1,7778E-06
0,00011378
0,00581
99,78638
462
0,0016784
1,778
0,812
0,009
0,804
0,001
0,792
-0,011
2,408
0,80267
0,0002026
95
Pengukuran ( x i )
Cu
340,947
355,138
339,011
1015,100
x
Fe
830,288
x
Ni
1051,74
338,365
277,678
273,729
279,729
276,729
354,227
346,885
350,581
xi x
x i x 2
2,582
-3,227
0,646
6,665002778
10,41568044
0,416885444
1,70771
17,4975686
1,039
-3,634
2,596
2,582
-3,227
0,646
1,87193
3,696
-3,696
0,000
13,660416
13,660416
0,0000000
2,13389
27,320832
350,581
Cu
x
Ni
8,379
8,530
8,492
25,401
-0,088
0,063
0,025
0,007744
0,003969
0,000625
0,012338
0,04534
97,4976
7263
0,01841470
0,000
0,073
-0,072
1,1111E-07
0,00528044
0,00523211
0,04185
99,7710
4673
0,00172134
8,467
1,314
1,387
1,242
3,943
0,04285
0,0105126
96
LAMPIRAN B
Gambar 6.3.
FeCl3.6H2O
97
LAMPIRAN C
PUBLIKASI
Studi Adsorpsi Logam Tembaga (Cu), Besi (Fe) Dan Nikel (Ni) Pada
Limbah Cair Buatan Menggunakan Adsorben Nanopartikel Magnetik Cobalt
Ferrite (CoFe2O4)
98