Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1. Triyo Utomo
2. Rosa Mura Zulfiani
0110489811
0110496612
FAKUTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi Kerugian menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1992 adalah
menjalankan usaha memberikan jasa untuk menanggulangi suatu risiko atas
kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
dari suatu peristiwa yang tidak pasti. Jenis asuransi ini tidak diperkenankan
melakukan usaha di luar asuransi kerugian dan reansuransi. Kemudian yang
termasuk dalam asuransi kerugian adalah sebagai berikut :
a) Asuransi kebakaran yang meliputi kebakaran, peledakan, petir, kecelakaan
kapal terbang dan lainnya.
b) Asuransi pengangkutan meliputi: Marine Hul Policy, Marine Cargo Policy
dan Freight.
c) Asuransi aneka, yaitu asuransi yang tidak termasuk dalam asuransi
kebakaran dan pengangkutan seperti asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan
diri pencurian dan lainnya.
Dalam terminologi asuransi, kerugian (loss) adalah penurunan nilai ekonomis
yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan. Kerugian yang dapat
diasuransikan (insurable loss) dapat dibedakan antara kerugian langsung dan
tidak langsung.
Kerugian langsung adalah kerugian pertama sekali yang
segera terjadi sebagai akibat dari sebab yang dipertanggungkan. Kerugian tidak
langsung adalah kerugian kedua sebagai konsekuensi dari terjadinya kerugian
langsung. Contoh : jika kebakaran menghancurkan sebuah rumah, maka
kehilanagan rumah merupakan kerugian langsung; sedang biaya di hotel selagi
rumah itu diperbaiki merupakan kerugian tidak langsung.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah antara lain :
1. Apa yang dimaksud denga asuransi kerugian tidak langsung ?
2. Klasifikasi kerugian asuransi tidak langsung ?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Profit Insurance
jawab
Jika pekerjaan dengan waktu 4 bulan kerugian =
4 x Rp 5 juta = Rp 20 juta
Jika pekerjaan dengan waktu dipercepat 3 bulan kerugian =
3x (Rp 5 juta + Rp I juta) = Rp 18 juta
Dengan demikian tambahan biaya ini dapat dimintakan
kepadapenanggung karena totalnya memperkecil kerugian
3. Contoh Soal =
Hasil penjualan
HPP
Gross earning
Biaya-biaya =
Ordinary Payroll
Biaya tetap
Total biaya
Laba bersih
Rp 20.000.000
Rp 10.000.000 _
Rp 10.000.000
Rp 4.800.000
Rp 4.200.000 +
Rp
Rp
9.000.000 _
1.000.000
Maka =
Dengan Gross earning form maka jumlah business interruption
insurable valuenya Rp 10.000.000
Sedangkan jumlah minimum asuransinya =
50% x Rp 10.000.000 = Rp 5.000.000
a. Dengan two item jumlah business interuption valuenya =
Insurable value item I =
Biaya tetap
Rp 4.200.000
Keuntungan
Rp 1.000.000 +
Rp 5.200.000
Sedang jumlah minimum asuransinya =
80% x Rp 5.200.000 Rp 4.160.000
Rp 1.200.000 +
Rp 6.400.000
Sedang jumlah minimum asuransinya =
80% x Rp 6.400.000 =
Rp 5.120.000
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi kerugian tidak langsung merupakan gambaran kerugian tak
langsung misal : Bila penjualan
barang jadi terkena peril maka
perusahaan akan
kehilangan kemungkinan untuk mendapatkan
keuntungan dari barang jadi yang terkena peril.
Klasifikasi kontrak/asuransi kerugian tidak langsung dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Time elemen contract
Adalah kontrak asuransi yang mengukur besarnya kerugian
tidak
langsung dalam jumlah uang untuk setiap
unit waktu yang berlaku
sampai dengan obyek yang terkena peril yang diasuransikan selesai
diperbaiki.
Kontran ini terdiri dari :
a. Business Interruption Insurance
b. Contingent Business Interruption Insurance
c. Extra Expense Insurance
d. Additional Living Expense Insurance
e. Rental Value Insurance
f. Leasehold Interest Insurance
g. Excess Rental Value Insurance
2. Non tima elemen contract
Bentuk asuransi kerugian tidak langsung yang besarnya nilai asuransi tidak
diukur berdasarkan waktu.
a. Profit Insurance
b. Account Receivable Insurance
c. Temperature damage Insurance
d. Rain Insurance