Professional Documents
Culture Documents
Topik
Grup
: A6
Penyusun:
1. Rizantika Alvanta
021411131026
021411131029
4. Fenella Andrata
021411131030
1.TUJUAN
1
dengan tepat.
Di akhir praktikum, mahasiswa mampu mengukur dan mengamati
perubahan setting expansion dengan variasi perubahan rasio w : p
2.
CARA KERJA
1
Bahan
1 Gipsum tipe III (stone) (w : p = 28ml : 100gr)
2 Air PAM
3 Vaselin
Alat
1 Mangkuk karet (bowl)
2 Spatula
3 Gelas ukur
4 Stopwatch
5 Timbangan analitik
6 Vibrator
7 Ekstensometer
Cara Kerja
1
Persiapan alat
1 Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum
2
secara merata
Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indikator
pada posisi yang tepat dengan jarum menunjukkan ke
angka nol
Pencampuran gipsum
1 Bubuk gipsum tipe III ditimbang sebanyak 50 gram dan air
2
terlebih
dahulu,
kemudian
bubuk
gipsum
secara perlahan-lahan
Adonan gipsum dituangkan ke dalam cetakan di atas
vibrator dan vibrator dihidupkan dengan kecepatan rendah
untuk menghilangkan udara yang terjebak, kemudian
ke
dalam
cetakan
spatula gip
Perubahan panjang cetakan gipsum pada alat ekstensometer
diukur setiap 5 menit, kemudian melakukan pengamatan
dan mencatat ekspansi yang terjadi pada penunjuk
HASIL PRAKTIKUM
Hasil Praktikum
Dalam praktikum, dilakukan 3 percobaan dengan W:P ratio yang berbeda
dengan hasil sebagai berikut:
Hasil Praktikum Setting Expansion Gipsum tipe III Berdasarkan w:p ratio
Perubahan pada menit W:P Rasio (ml : gr)
ke14 : 45
10
0,01
20
0,08
30
0,14
40
0,16
50
0,17
14 : 50
0,01
0,05
0,13
0,16
0,18
14 : 55
0,01
0,05
0,06
0,07
0,07
Tabel 1. Hasil Praktikum Setting Expansion Gipsum Tipe III Berdasarkan w:p ratio.
4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Gipsum
Gipsum adalah mineral yang dihasilkan secara alami di pegunungan,
berupa bubuk putih, dengan rumus kimia CaSO 4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat).
Pembuatan produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi merupakan
hasil calcination kalsium sulfat dihidrat atau gipsum sehingga terbentuk kalsium
sulfat hemihidrat. Material ini secara luas digunakan untuk membuat model, casts,
dan dies (McCabe and Walls, 2008, hal. 32).
Berdasarkan standar ISO, dental gipsum dapat diklasifikasikan menjadi
lima tipe, yaitu sebagai berikut.
Type
Name
I
Dental plaster, impression
II
Dental plaster, model
III
Dental stone, die, model
IV
Dental stone, die, high strength, low expansion
V
Dental stone, die, high strength, high expansion
(McCabe and Walls, 2008, hal. 32)
4.2 Reaksi gipsum tipe 3
Tahap setting reaksi dari dental gipsum dapat dijelaskan sebagai berikut.
1
Hemihidrat dicampur dengan air, terbentuk suatu suspensi cair dan dapat
2
3
dimanipulasi.
Hemihidrat larut terus hingga terbentuk larutan yang jenuh
Larutan jenuh dari hemihidrat ini akan membentuk gumpalan dihidrat yang
diendapkan.
4 Terbentuk kristal baru, reaksi terus berlanjut sampai selesai.
Reaksi yang terjadi di atas termasuk reaksi reversible dan eksoterm dan dapat
digambarkan sebagai berikut (Anusavice, 2003, hal 259-260).
(CaSO4)2.H2O + 3H2O 2CaSO4.2H2O + panas
Tabel 1. Sifat dari produk dental gipsum (McCabe and Walls, 2008,
hal. 36)
4.4 Proses Terjadinya Ekspansi
Terlepas dari beberapa jenis produk gipsum yang digunakan, suatu
ekspansi (perluasan massa) dapat dideteksi selama terjadi perubahan dari
partikel hemihydrate menjadi partikal dihydrate. Berdasarkan komposisi
produk gipsum, ekspansi linier yang diamati mungkin menjadi lebih
rendah sebesar 0,6% atau lebih tinggi sebesar 0,5%. Di sisi lain, jika
volume yang setara dari hemihydrate, air, dan reaksi produk (dihydrate)
dibandingkan volume dihydrate yang terbentuk akan kurang dari volume
yang setara dengan hemihydrate dan air. Ini merupakan perubahan linier
dalam objek gipsum sekitar 2,4%. Dengan demikian, berdasarkan
perhitungan, kontraksi volumetrik harus terjadi kerika reaksi setting.
Namun, setting ekspansi jangan hanya diamati, tetapi fenomena ini bisa
dirasionalisasi dan dijelaskan berdasarkan mekanisme kristlisasi. Proses
kristalisasi dapat dilukiskan sebagai suatu pertumbuhan kristal-kristal
dihydrate. Kristal dihydrate yang dasar (basic) dan sederhana, akan
tumbuh dimulai dari nukleus yang berikatan satu dengan lain. Jika proses
kristalisasi ini berulang ribuan kali, maka akan menyebabkan suatu stress
yang lama kelamaan akan berkembang dan mengakibatkan terjadi
ekspansi pada seluruh massa. Tumbukan dan perpindahan kristal-kristal
tersebut menyebbkan terbentuknya mikroporus. Volume eksternal dari
hasil reaksi gipsum tersebut jika lebih besar dari volume kristalin dapat
menyebabkan terbentuknya porus. Struktur gipsum yang telah mengeras
akan terdiri dari kristal-kristal tersebut yang saling terkait satu sama lain.
Kristal-kristal dihydrate tersebut dapat berupa mikroporus dan porus di
dalamnya mengandung air berlebih yang digunakan pada saat pengadukan.
Ketika gipsum mengering, klebihan air tersebut akan menghilang dan
menyebabkan ruang kosong meningkat. (Anusavice, 2003)
Terkadang suatu setting ekspansi dapat membawa keuntungan
dalam prosedur dental. Tetapi, setting ekspansi juga membawa kerugian di
dalam pembuatan prosedur dental karena dapat membuat ketidakakuratan
pada pembuatan gigi tiruan. W/P ratio yang rendah dan lama pengadukan
akan mempercepat terjadinya setting ekspansi. Hal itu disebabkan karena
meningkatnya nuclei density. Namun, ketika W/P ratio tinggi, sedikit
nuclei dari kristalisasi yang muncul. Setting ekspansi dapat diturunkan
dengan menambah potassium sulfate, sodium chloride, atau borax.
(Anusavice, 2003)
5 PEMBAHASAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi setting expansion pada dental
gipsum adalah rasio W/P, lama pengadukan, dan penambahan akselerator
atau retarder.
Faktor pertama adalah rasio W/P. Semakin tinggi rasio W/P,
semakin sedikit nukelus kristalisasi per unit volume sehingga ruangan
antar nukleus lebih besar pada keadaan tersebut. Akibatnya, pertumbuhan
internal Kristal-kristal dihidrat akan semakin sedikit, demikian juga
dengan dorongan keluar dari Kristal-kristal tersebut. Hal itulah yang
menyebabkan semakin tinggi rasio W/P, maka semakin rendah nilai setting
ekspansi-nya. Sebaliknya, penurunan rasio W/P meningkatkan setting
expansion dengan cara meningkatkan jumlah nucleus kristalisasi dari
partikel dihidrat (Anusavice, 2003, hal. 267).
SIMPULAN
Dengan diadakannya praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
rasio W/P ternyata mempengaruhi setting expansion bahan gypsum type 3. Rasio
bubuk yang lebih tinggi daripada air ataupun sebaliknya membuat setting expansion
lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ 2003, Phillips Science of Dental Material 11th ed, St. Louis:
Saunders Elsevier Ltd.
McCabe, JF and Walls, AWG 2008, Applied Dental Materials 9th ed., Victoria:
Blackwell, Inc.