Professional Documents
Culture Documents
patogenesis yang belum jelas serta mengenai populasi luas. Pada umumnya
penderita OA berusia di atas 40 tahun dan populasi bertambah berdasarkan
peningkatan usia. Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA primer dan OA sekunder.
Osteoartritis primer disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas
kolagen. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma,
imobilitas yang terlalu lama dan lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok
OA tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan. 3 Kelainan utama pada OA
adalah kerusakan rawan sendi, dapat
diikuti dengan penebalan tulang
subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan
sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi. 4
3. Altman R.D. Criteria for the Classification of Osteoarthritis. Journal of
Rheumatology, 1991; 27 (suppl) : 10 12.
4. Setiyohadi Bambang. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu
Ilmiah Reumatologi. Jakarta, 2003 : 27 31.
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas
pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan
Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami simtom OA. Di Amerika, 1
dari 7 penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah
penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik
(seperti
berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10
15% orang dewasa
lebih
dari
60
tahun
menderita
OA. 5 Dampak
ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk
penderita,
tetapi
juga
keluarga
dan
lingkungan. 6 Di Australia pada
tahun 2002, diperkirakan biaya nasional untuk OA sebesar 1% dari GNP, yaitu
mencapai $Aus 2.700/orang/tahun.5 Dapat dibayangkan begitu besarnya dampak
negatif yang ditimbulkan oleh penyakit tulang dan sendi termasuk OA, sehingga
seluruh dunia harus mewaspadainya. Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia. 7
1. Darmojo R. Boedhi, Martono H. Hadi. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1999 : 1 7.
5. Reginster J.Y. The Prevalence and Burden of Osteoarthritis.
Rheumatology, 2002; 41 (suppl 1) : 3 6.
6. Wibowo Dhidik Tri, Kurniawan Yusuf, Latifah Tati, Gunadi Rachmat.
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut. Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi. Jakarta, 2003 : 168 172.
7. Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI.
Beberapa penderita mengeluh nyeri dan kaku pada udara dingin dan atau pada
waktu hujan. Hal ini mungkin berhubungan dengan perubahan tekanan intra
artikular sesuai dengan perubahan tekanan atmosfir. Beberapa gejala spesifik
yang dapat timbul antara lain adalah keluhan instabilitas pada penderita OA
lutut pada waktu naik turun tangga, nyeri pada daerah lipat paha yang menjalar
ke paha depan pada penderita OA koksa atau gangguan menggunakan tangan
pada penderita OA tangan.4
Karena masih tingginya angka prevalinsi osteoartritis pada usia lanjut serta
disabilitas yang dapat ditimbulkan osteoartritis maka untuk menekan angka
kejadian tersebut serta disabilitas yang ditimbulkan maka perlu upaya prevensi
yakni dengan gerakan Sholat dhuha yang menimbulkan kekuatan otot pada usia
lanjut.
Sholat
Dhuha adalah sholat yang dilaksanakan di waktu pagi hari
mendekati siang hari. Sholat Dhuha bila dilaksanakan secara khusu' akan terjadi
gerakan otot isometrik serta otot isotonik. Gerakan ini dilakukakan sesuai
dengan irama sirkandial, dapat menghambat sekresi hormon stress di pagi hari
yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Sholat dhuha dilakukan selama 30
menit 8 rokaat yang dilakukan berjamaah. Latihan dengan gerakan isometrik
adalah latihan yang menimbulkan kontraksi otot tetapi tidak menimbulkan
gerakan (Power, 2007).
adalah otot ekstensor knee dan plantar fleksor ankle. Penelitian yang dilakukan
oleh Michelson dan Shelkovnikov pada tahun 1976 tentang respon tonik otot
isotonik dan isometrik ditemukan bahwa isometrik menghasilkan kontraksi yang
lebih baik dari pada latihan isotonik. Sedangkan pada latihan konvensional
digunakan 4 jenis latihan yaitu ankle hops, tuck jumps, squat jumps,dan single
leg jumps. Penelitian yang dilakukan Gehri, dkk., pada tahun 1998 pada salah
satu teknik latihan konvensional menunjukan latihan squat jumps mampu
meningkatkan vertical jump. Melihat latar belakang tersebut diatas peneliti
mengambil judul tentangpeningkatan vertical jump pada latihan isometrik otot
ekstensor knee dan plantar fleksor ankle sama dengan latihan konvensional.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi peningkatan vertical jump
adalah vertical jump test, tes ini digunakan untuk menentukan tinggi lompatan
dan memonitor perubahantinggi lompatan (Mackenzie, 2007)
13. Mackenzie, B., 2007;
http://www.brianmac.co.uk/sgtju
Sargent
Jump
Test
Diakses
dari
Marieb EN, Hoehn K, 2007. Human Anatomy and Physiology, Seventh edition.
San Francisco:
Pearson Benjamin Cummings.
Powers SK, Howley ET, 2007. Exercise Physiology : Theory and Application to
fitness and
Perfomance, sixth Edition. USA: Mc. Graw Hill Company.
Latihan penguatan otot secara isotonik merupakan latihan dinamik dengan
beban yang konstan, namun dengan kecepatan gerak yang tidak dikontrol.
Beban yang konstan digerakan sepanjang lingkup gerak sendi. Mengingat
keluhan nyeri yang timbul pada osteoarthritis lutut sangat erat hubungannya
dengan konsep biomekanik pada sendi lutut, yaitu nyeri timbul saat aktivitas dan
berkurang dengan istirahat. Maka dalam penelitian ini dipilih latihan isotonik,
latihan isotonik pada posisi duduk merupakan posisi istirahat bagi sendi lutut
oleh karena secara biomekanik tekanan garis weight-bearing dari pusat kaput
femur tidak langsung melalui pusat lutut sehingga beban yang ditimbulkan pada
lutut juga minimal. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka karakteristik
yang harus dipenuhi pada latihan isotonik resistance exercise untuk dapat
meningkatkan kekuatan otot adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan menunjukan
tenaga yang dihasilkan oleh kontraksi otot dan secara langsung berhubungan
dengan sejumlah tegangan yang dihasilkan pada kontraksi, 2. kontraksi otot
harus diberikan beban sehingga meningkatkan level tegangan yang akan
berkembang akibat hipertropi dan recruitmen motor unit, 3. Ditujukan pada otot
atau grup otot dan dikontrol dengan pemberian beban berat dan jumlah repitisi
yang relatif sedikit, 4. desain latihan dapat ditentukan berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai dengan cara mengontrol intensitas, durasi dan jumlah repetisi
(Hardjono, 2010) Sehingga pada penelitian ini akan menggunakan metode
resistance training yang sudah disesuaikan dengan kondisi pasien geriatri
(Maria, 2002).
Latihan isotonik atau juga disebut latihan dinamik adalah latihan kombinasi
konsentrik-eksentrik, dengan beban yang konstan (statis), tapi kecepatan
gerakan tidak terkontrol (bervariasi), berat atau beban yang konstan di
pindahkan lewat lingkup gerak sendi. Resistence training adalah suatu metode
latihan yang menggunakan beban bertujuan meningkatkan kekuatan otot. Prinsip
untuk meningkatkan kekuatan otot 1) overload yaitu untuk meningkat kekuatan
otot, beban yang melebihi kapasitas metabolic otot harus digunakan selama
latihan. Kapasitas otot untuk menghasilkan tegangan yang tinggi dapat dicapai
dengan latihan intensitas tinggi (latihan dengan melawan beban berat) dan
dengan repitisi yang relatif rendah serta frekuensi yang latihan yang regular, 2)
specificity pada latihan upaya penguatan, jenis aktifasi atau gerakan yang akan
dilakukan harus spesifik untuk mengetahui apa yang akan ditingkatkan. Gerakan
full ROM, kecepatan dan besar beban yang harus diperhatikan pada setiap
latihan (hardjono, 2012).
Maria, sing Antoinette Fiatarone. 2002.Exercise Comes of Age: Rationale and
Recommendation for a Geriatric Exercise Prescription. Journal of
Gerontology. Vol. 57A
Hardjono. 2012. Perbedaan Pengaruh Pemberian Latihan Metode De Lorme
Dengan
Latihan Metode Oxford Terhadap Peningkatan Kekutan Otot Quadriceps.
http: www.esaunggul.ac.id
Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat
Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: shalat Dhuha
[pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: Ingatlah,
sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Ingatlah, sesungguhnya
mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu
adalah lebih utama, karena Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih
utama, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Shalatnya
orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah Shalatnya orang-orang yang
kembali kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari
pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena
tersengat panasnya matahari pembaringannya karena tersengat panasnya
matahari. . [HR. Muslim] [HR. Muslim]
Penjelasan: Penjelasan: Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu
diqiyaskan Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan
dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap dengan pagi
hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang
sinarnya dapat membangunkan anak onta.
Pada posisi horisontal memungkinkan berat badan bergeser ke depan dan tubuh
seakan-akan mau terperosok ke depan, posisi demikian menyebabkan kompresi
antar ruas-ruas tulang belakang dapat di kurangi sehingga terjadi gerakan
peregangan (Sagiran, 2008). Dengan melakukan gerakan ruku yang benar
sesuai syariat islam minimal 5 kali dalam sehari, didapat kelenturan otot-otot
leher, punggung, pinggang, panggul, paha dan betis akan terpelihara dengan
baik (Herawati, 2005). Ketika otot secara tiba-tiba diregangkan, maka pertamatama akan timbul strech reflex, selanjutnya otot yang diregangkan akan
berkontraksi (Alter, 1999). Seperti halnya pada saat ruku maka pada gerakan
sujud juga terjadi peregangan pada tulang belakang khususnya vertebrae
lumbalis dengan adanya penarikan pada tulang belakang yang disebabkan
gravitasi karena pergeseran titik berat batang tubuh.
Alter, MJ. 1999. 300 Teknik Peregangan Olahraga. Alih Bahasa Jamal Habib.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Anwar, R. 2011. Bangkitkan Kekuatan Tai Chi dengan Shalatmu. Yogyakarta: Diva
Press
Herawati, I. 2005. Sholat dan Kesehatan. Suhuf. Volume XVII. Nomor:
02.Nopember 2005: 147-155.
Sagiran. 2008. Mukjizat Gerakan Shalat. Jakarta: Qultum Media.