You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMOTHORAX
DI RSPAD GATOT SOEBROTO

DISUSUN OLEH :
ADE RIZKI MAULANA
1510721038

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Anatomi dan Fisiologi
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m 2. pada lapisan
ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk kedalam darah dan karbondioksida
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo
dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan inferior. Tiap lobus
terdiri dari belahan yang bernama segmen kemudian lobulus yang berisi
bronkhiolus yang bercabang banyak disebut duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm.
Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah rongga
dada kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru atau hilus.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura, terbagi dua, pleura viseral
dan pleura parietal. Antara keduanya terdapat kavum pleura. Pada keadaan
normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis.
Proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian,
teratur, berirama dan terus-menerus.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama
4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan
bisa

menimbulkan

kematian.

Kalau

pasokan

menimbulkan kacau pikiran, anoksia serebialis.

oksigen

berkurang

akan

Guna penapasan :
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (selselnya) untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
3. Menghangatkan dan melembabkan udara.
B. Pengertian
Pneumothoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara
pleural visceral dan parietal. ( Arief Mansjoer, 2008 : 295 )
Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura, akibatnya
jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan. Lebih tepat
kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ). ( Tambayong, 2000 : 108 )
Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang
memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru tertekan.
Pneumothorak dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis kronis, emfisema.
( Hinchllift, 1999 : 343 )

Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi


sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru.
( Corwin, 2009 : 550 )
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura, dapat terjadi
spontan atau karena trauma. ( British Thoracic Society : 2003 )
Kolaps paru-paru / Pneumothorak adalah penimbunan udara atau gas
dalam rongga pleura yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan
rongga

dada.

(http://medicastore.com/penyakit/148/kolaps_paru-

paru_pneumothorax.html : 2010)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pneumothoraks adalah
pengumpulan udara didalam rongga pleura yang mengakibatkan gagal napas yang
dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
C. Etiologi
Masuknya udara ke dalam rongga dapat melalui luka pada dinding dada,
atau meluasnya radang paru-paru. Pada sapi bisa terjadi melalui diafragma, hal ini
akibat tusukan benda tajam. Terdapat beberapa jenis pneumothorax yang
dikelompokan berdasarkan penyebabnya :
a. Pneumothoraks Spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumothorax spontan primer
terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penykait paru-paru. Pneumothoraks
ini diduga disebabkan pecahnya kantong kecil berisi udara di dalam paru-paru
yang disebut bleb atau bulla. Pneumothorak spontan sekunder merupakan
komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif
menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
b. Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus

(luka

tusuk)

atau

tumpul

(benturan

pada

kecelakaan).

Pneumothoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu


(misalnya torakosentesis). Bila akibat jatuh atau patah rusuk, sering akan kita

temukan emfisema subkutan, karena pleura perietalnya juga mengalami


kerusakan (robek).
c. Ketegangan Pneumothoraks
Pneumothoraks progresif menyebabkan kenaikan tekanan intrapleural
ketingkat yang menjadi positif sepanjang siklus pernafasan dan menutup paruparu, pergeseran mediastinum, dan merusak vena kembali kejantung. Air terus
masuk kedalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar.
d. Pneumothoraks Iatiogenik
Disebabkan oleh intervensi medis, termasuk jarum trausthoracic
aspirasi, thoracentesis, penempatan kateter vena pusat, pentilasi mekanik dan
resusitasi cardiopulmonari.
D. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan
kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan
atelektasis (layuhnya paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan
klien masih mampu bertahan, udara yang berlebihan dapat diserap hingga tekanan
udara di dalam rongga pleura akan kembali normal.
Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru, kuman
dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi pleuritis.
Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak adalah F nechrophorum,
chorinebacterium Spp, dan streptococcus spp. Oleh radang akan terbentuk exudat
yang bersifat pnukopurulent, purulent akan serosanguineus yang disertai
pembentukan jonjot-jonjot fibrin.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka
tembus. Yang selanjutnya disebut sucking chest wound (luka dada menghisap).
Jika tidak ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan
koma. Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera
dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena kaca superior dan inferior yang
dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan cardiac output. Jika ini tidak
ditangani, pneumothoraks makin berat dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa menit. Beberapa pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya blebs,

semacam struktur gelembung pada permukaan paru yang pecah menyebabkan


udara masuk ke dalam kavum pleura.

Pecahnya blebs

Trauma / cedera

Luka tembus
dada

IntervensiMedis
medis

Pneumathoraks spontan, traumatic, iatrogenik


Pneumathoraks. Robekan pada percabangan trakeobronkial menyebabkan
Udara masuk
ke paru
dalamdan pergeseran mediastinum
kolaps
ke sisi
yang tidak sakit.
Sucking chest
wound
kavum pleura
hipoksia
Meningkatkan tekanan
intra pleura

Mengurangi Cardiac Preload

koma

atelektasis

Intoleransi aktivitas

Sesak napas

Hambatan Mobilitas Fisik

Intoleransi aktivitas
Napas tidak efektif

Penyumbatan aliran vena


kava superior dan inferior

Kehilangan kesadaran

Kemampuan dilatasi
alveoli menurun

Pola Napas tidak


efektif

Pergeseran Mediastinum

Menurunkan cardiac
output

kematian

Nafsu makan
menurun

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Intoleransi aktivitas

Gangguan pola
tidur

E. Tanda dan gejala


Gejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara
yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami
kolaps. Gejalanya bisa berupa :
Nyeri dada kejam yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika
penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
Sesak nafas
Dada terasa sempit
Mudah lelah
Denyut jantung cepat
Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat akan tidur.
Gejala lain yang mungkin ditemukan :
Hidung tampak kemerahan
Cemas, stress, tegang
Tekanan darah rendah (hipotensi)

F. Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang
sehat juga dapat terkena dampaknya.
Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian
menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.
Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu
pertimbangan tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy,
trachea berubah.

Diagnose banding :
Acute myocardial infarction
Emphysema

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya


penurunan suara
Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
Pemeriksaan EKG
Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural,
dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
Torasentensis ; menyatakan darah / cairan serosanguinosa
Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit.
Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU
Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %

H. Penatalaksanaan Medis
1. Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan
tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik bersih. Pembalut
plastik yang steril merupan alat yang baik, namun plastik pembalut kotak
rokok (selofan) dapat juga digunakan. Pita selofan dibentuk segitiga salah satu
ujungnya dibiarkan tebuka untuk memungkinkan udara yang terhisap dapat
dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah terjadinya tension pneumothoraks. Celah
kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar udara dapat keluar dan paru-paru
akan mengembang.
a.
Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru,
perlu penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan
untuk mengurangi tekanan agar paru dapat mengembang kembali.
b.
Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
c.
Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk
mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera
dilakukan jika keadaan pasien makin memburuk. Perwatan medis lebih

lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera dilakukan. Termasuk


d.

dukungan ventilasi mekanik.


Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral
dan skernotomi mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi,
subtotal pleurektomi. Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video Assisted
Thoracoscopic Surgery (VATS).

I. Tinjauan Teoritis Keperawatan Pneumothoraks


1. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, frekuensi tak teratur/disritmia, irama jantung gallop.
Nadi apical berpindah, hipertensi, hipotensi.
c. Integritas Ego
Tanda : Ketakutan, gelisah, bingung, ansietas
d. Makanan / Cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk, tibatiba gejala sementara batuk atau regangan.
Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit
Perilaku distraksi
Mengerutkan wajah
f. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, lapar napas
Batuk
Riwayat bedah dada/trauma, inflamasi/infeksi paru
Pneumothorak spontan sebelumnya, PPOM
Tanda : Takipnea, bunyi napas menurun atau tidak ada
Peningkatan kerja napas
Fremitus menurun
Hiperresonan (udara), bunyi pekak (cairan)
Gerakan dada tidak sama
Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan
Terapi PEEP
g. Keamanan
Gejala : Adanya trauma dada
Radiasi / kemoterapi untuk keganasan
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat faktor risiko keluarga : TBC, Kanker
Bukti kegagalan membaik

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
(akumulasi cairan / udara), gangguan musculoskeletal, inflamasi nyeri.
Intervensi :
- Identifikasi etiologi / faktor penentu
R/ : Pemahaman penyebab kolaps perlu untuk pemasangan selang dada
yang tepat.
- Evaluasi fungsi pernapasan, observasi TTV
R/ : Distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri.
- Awasi kesesuian pola napas
R/ : Kesulitan bernapas dengan ventilator dan/atau peningkatan tekanan
jalan napas diduga memburuknya komplikasi.
- Kaji premitus
R/ : Suara ataau taktil premitus menurun pada jaringan yang terisi cairan /
konsolidasi.
- Pertahankan posisi nyaman
R/ : Meningkatkan inspirasi maksimal
- Berikan oksigen kanul / masker sesuai indikasi
R/: Meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis.

b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi,


berulangnya masalah.
Intervensi :
- Kaji patologi masalah individu
R/ : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan
- Kaji ulang tanda dan gejala
R/ : Menurunkan / mencegah potensial komplikasi
- Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, contoh nutrisi baik, istirahat,
latihan
R/: Mempertahankan kesehatan umum, meningkatkan penyembuhan dan
dapat mencegah kekambuhan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
akan ketahanan nyeri.
Intervensi :
- Tingkatkan tirah baring atau duduk, jaga lingkungan tenang
R/ : meningkatkan istirahat dan ketenangan
- Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/ : Tirah baring lama nenurunkan kemampuan
- Bantu melakukan rentang gerak sendi pasif/aktif
R/ : Membantu meregangkan persendian

- Berikan obat sesuai indikasi, sedative, agen anti ansietas


R/ : Membantu dalam manajemen keterbukaan / kebutuhan tidur.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia
Intervensi :
- Awasi perawatan diet. Beri makan sedikit tapi sering
R/ : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anorexia
- Berikan perawatan mulut sebelum makan
R/ : Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan
- anjurkan makan pada posisi tegak
R/ : Menurunkan rasa penuh pada abdomen
- Konsul dengan ahli diet, sesuai kebutuhan klien
R/ : Berguna untuk membuat program diet klien
- Berikan obat sesuai indikasi, antiemetik
R/ : Dapat menurunkan dan meningkatkan toleransi makanan
3. Evaluasi
Ventilasi / oksigenasi adekuat dipertahankan
Komplikasi dicegah/ diatasi
Nyeri tak ada / terkontrol
Proses penyakit / prognosis dan kebutuhan terapi dipahami
A.
Menunjukan pola pernapasan normal/efektif dengan GDA dalam

B.

rentang normal
Bebas sianosis dan tanda/gejala hipoksia

Mengatakan pemahaman penyebab masalah


Mengidentifikasi tanda /gejala yang memerlukan evaluasi medik
Mengikuti program pengobatandan menunjukan perubahan pola hidup
yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah

C.

Menunjukan teknik atau perilaku yang memampukan kembali

melakukan aktivitas
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas

Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/

mempertahankan berat badan yang sesuai


Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai

D.

laboratorium normal dan bebas tanda mal nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan edisi 17. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC
Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

You might also like