Professional Documents
Culture Documents
PNEUMOTHORAX
DI RSPAD GATOT SOEBROTO
DISUSUN OLEH :
ADE RIZKI MAULANA
1510721038
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Anatomi dan Fisiologi
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m 2. pada lapisan
ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk kedalam darah dan karbondioksida
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo
dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan inferior. Tiap lobus
terdiri dari belahan yang bernama segmen kemudian lobulus yang berisi
bronkhiolus yang bercabang banyak disebut duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm.
Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah rongga
dada kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru atau hilus.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura, terbagi dua, pleura viseral
dan pleura parietal. Antara keduanya terdapat kavum pleura. Pada keadaan
normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis.
Proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian,
teratur, berirama dan terus-menerus.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama
4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan
bisa
menimbulkan
kematian.
Kalau
pasokan
oksigen
berkurang
akan
Guna penapasan :
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (selselnya) untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
3. Menghangatkan dan melembabkan udara.
B. Pengertian
Pneumothoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara
pleural visceral dan parietal. ( Arief Mansjoer, 2008 : 295 )
Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura, akibatnya
jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan. Lebih tepat
kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ). ( Tambayong, 2000 : 108 )
Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang
memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru tertekan.
Pneumothorak dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis kronis, emfisema.
( Hinchllift, 1999 : 343 )
dada.
(http://medicastore.com/penyakit/148/kolaps_paru-
paru_pneumothorax.html : 2010)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pneumothoraks adalah
pengumpulan udara didalam rongga pleura yang mengakibatkan gagal napas yang
dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
C. Etiologi
Masuknya udara ke dalam rongga dapat melalui luka pada dinding dada,
atau meluasnya radang paru-paru. Pada sapi bisa terjadi melalui diafragma, hal ini
akibat tusukan benda tajam. Terdapat beberapa jenis pneumothorax yang
dikelompokan berdasarkan penyebabnya :
a. Pneumothoraks Spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumothorax spontan primer
terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penykait paru-paru. Pneumothoraks
ini diduga disebabkan pecahnya kantong kecil berisi udara di dalam paru-paru
yang disebut bleb atau bulla. Pneumothorak spontan sekunder merupakan
komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif
menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
b. Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus
(luka
tusuk)
atau
tumpul
(benturan
pada
kecelakaan).
Pecahnya blebs
Trauma / cedera
Luka tembus
dada
IntervensiMedis
medis
koma
atelektasis
Intoleransi aktivitas
Sesak napas
Intoleransi aktivitas
Napas tidak efektif
Kehilangan kesadaran
Kemampuan dilatasi
alveoli menurun
Pergeseran Mediastinum
Menurunkan cardiac
output
kematian
Nafsu makan
menurun
Intoleransi aktivitas
Gangguan pola
tidur
F. Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang
sehat juga dapat terkena dampaknya.
Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian
menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.
Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu
pertimbangan tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy,
trachea berubah.
Diagnose banding :
Acute myocardial infarction
Emphysema
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Penatalaksanaan Medis
1. Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan
tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik bersih. Pembalut
plastik yang steril merupan alat yang baik, namun plastik pembalut kotak
rokok (selofan) dapat juga digunakan. Pita selofan dibentuk segitiga salah satu
ujungnya dibiarkan tebuka untuk memungkinkan udara yang terhisap dapat
dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah terjadinya tension pneumothoraks. Celah
kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar udara dapat keluar dan paru-paru
akan mengembang.
a.
Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru,
perlu penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan
untuk mengurangi tekanan agar paru dapat mengembang kembali.
b.
Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
c.
Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk
mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera
dilakukan jika keadaan pasien makin memburuk. Perwatan medis lebih
B.
rentang normal
Bebas sianosis dan tanda/gejala hipoksia
C.
melakukan aktivitas
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
D.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan edisi 17. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC
Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC