Professional Documents
Culture Documents
Batasan
Atresia adalah kelainan bawaan berupa tidak terbentuknya
lumen dari satu segmen usus kecil
Klasifikasi
Atresia terjadi bila duodenum buntu total sehingga lapisan
muskularnya kadang disertai gap yang seringkali diisi oleh
jaringan pankreas. Anomali ini 50% disertai dengan
prematuritas dan retardasi pertumbuhan serta anomali lain
misalnya ; kelainan jantung, urogenitalia, dan 40% disertai
Trisomi 21.
Stenosis terjadi bila septum disertai lubang kecil sehingga
menimbulkan obstruksi parsial. Hal ini terjadi akibat septum
yang tipis sehingga menggelumbung ke sisi distal dan terjadi
perforasi yang membentuk lubang kecil (wind shock)
Patofisiologi
Gangguan kontinuitas usus akibat defek kongenital dapat
berupa atrsia maupun stenosis dan penyebab utama obstruksi
usus pada neonatus.
Atresia duodenum cukup banyak terjadi yaitu 1:2500
kelahiran hidup yang biasanya disertai down syndrome dan
dapat meningkat akibat perkawinan antar keluarga.
Walaupun letak atresia dapan preampular atau postampular
tetapi sebagian besar terjadi di postampular.
Ibu hamil dengan bayi atresia duodenum hampr selalu
disertai dengan polihidroamnion. Dimana kurangnya nutrisi
akibat terhambatnya proses menelan cairan amnion ketika
dalam kandungan akan menyebabkan retardasi pertumbuhan
Gejala Klinis
- Polihidroamnion akibat ganggguan reabsorbsi cairan amnion
disebabkan oleh obstruksi tinggi pada GI fetus.
- Dikarenakan sebagian besar atresia terletak pada postampular
maka dua pertiga penderita atresia muntah bersifat bilius yang
mulai terjadi beberapa jam setelah lahir dan sering disertai
gangguan BAB. Akibat muntah sering terjadi dehidrasi,
hiponatremi dan hipokloremia. Bila obstruksinya parsial atau
pada stenosis maka gejala obstruktif akan tampak diluar
periode neonatus.
Penatalaksanaan Terapi
Bila diagnosis telah ditetapkan maka lakukan dekompresi
lambung dengan memasang selang nasogastrik atau orogastrik
serta koreksi gangguan cairan tubuh dan elektrolit.
Bila didapatkan septum (web) atau dengan lubang
ditengahnya, maka dapat dilakukan eksisi septum, tetapi harus
diperhatikan ampula Vateri dapat terluka. Dianjurkan
melakukan duodenoduodenostomi tanpa eksisi septum dan
dapat ditambah dengan melakukan prosedur Ladd. Dapat
dilakukan pemasangan selang gastrojejunal melewati
anastomosis (gastrojejunal feeding).
Dapat juga dilakukan laparotomi dengan insisi transversal
supraumbilikal.