Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Dalam
sistem
pemerintahan
yang
demokratis,
konsep
partisipasi
masyarakat
merupakan salah satu konsep yang penting karena berkaitan langsung dengan hakikat
demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang berfokus pada rakyat sebagai pemegang
kedaulatan. Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa
keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak
langsung, seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam
pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian, ragam dan kadar partisipasi seringkali
hanya ditentukan secara masif, yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal
partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk
memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan
tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh ini, partisipasi
masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau
kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat
pelaksanaan tapi juga mulai tahap perencanaan bahkan pengambilan keputusan.
Untuk mendukung pelaksanaan manajemen pembangunan daerah, upaya mutlak yang
harus dilakukan adalah peningkatan kapasitas aparat pemerintahan daerah serta organisasi
civil society agar dapat mengambil peranan yang tepat dalam interaksi demokratis serta proses
pembangunan secara komprehensif. Secara lebih spesifik bahwa pembangunan pada era
desentralisasi ini harus lebih memiliki dimensi peningkatan sumber daya manusia sehingga
dapat memberikan pelayanan yang tepat kepada masyarakat dan mampu mengelola sumber
daya alam secara berkelanjutan. Untuk itu peran serta masyarakat langsung sangat diperlukan
dan perlu terus diperkuat serta diperluas. Dengan demikian istilah partisipasi tidak menjadi
sekedar retorika semata tetapi diaktualisasikan secara nyata dalam berbagai kegiatan dan
pengambilan kebijakan pembangunan.
Keberhasilan pemerintahan dalam jangka panjang tidak hanya bergantung pada
kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan, tetapi juga atas ketertarikan,
keikutsertaan, dan dukungan dari masyarakatnya. Demokrasi yang sehat tergantung pada
Menurut Keith Davis, Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional seseorang
untuk pencapaian tujuan dan mengambil tanggung jawab di dalamnya.
Menurut Newstrom (2004: ), Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional dari
orang dalam situasi kelompok. Dan mendorong mereka untuk berkontribusi pada tujuan
kelompok, dan juga berbagai tanggung jawab dalam mencapai tujuan.
Menurut Sajogyo (artikel :2002), Partisipasi adalah proses dimana sejumlah pelaku telah
bermitra pengaruh dan kontrol berbagi dalam inisiatif pembangunan, termasuk
membuat keputusan tentang sumber daya.
Menurut Rauf, Nasution dalam Sri Yuliyati, Partisipasi koperasi adalah manifestasi dari
perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam sikap pertunjukan dan mengakui
peran koperasi dalam rangka meningkatkan keamanan ekonomi.
Menurut
(Sastropoetro:1995,11), Partisipasi
adalah
keterlibatan,
partisipasi
atau
2. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,
biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas
3. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program
4. Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang
dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya
Partisipasi pikiran lebih merupakan partisipasi dalam bentuk ide donasi, pendapat atau pikiran
yang konstruktif, baik untuk mengembangkan program dan untuk memfasilitasi pelaksanaan
program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan
dalam rangka untuk mengembangkan kegiatan yang ikuti.
Pembangunan Daerah
Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku,
baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang
berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi
dan aspek lingkungan lainnya sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara:
1. Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.
2. Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah
3. Menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah (solusi)
4. Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tesedia
kepada sistem yang disebut sebagai demokrasi. Proses demokratisasi ini pada suatu saat akan
mendorong terbentuknya suatu tatanan masyarakat madani yang didalamnya memberi ruang
yang cukup luas bagi masyarakat untuk turut serta dalam proses pengambilan keputusan
publik.
Pengalaman di berbagai negara menunjukkan perlunya peran civil society organization
yang di dalamnya termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam mendorong proses
pembangunan yang bersifat partisipatif. Peran tersebut terutama dalam hal mengintroduksi dan
mempraktekkan pendekatan pembangunan yang bersifat partisipatif kepada masyarakat. Di
samping itu LSM-LSM ini juga berperan dalam upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik serta melakukan advokasi
untuk mereformasi kebijakan agar lebih kondusif terhadap partisipasi masyarakat tersebut.
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif sebagai strategi pembangunan dan
proses penentuan keputusan publik sangat bergantung pada kesadaran masyarakat untuk mau
melibatkan diri dalam proses pembangunan. Namun demikian sebelumnya perlu diketahui
mengapa masyarakat begitu esensial dalam proses penentu keputusan publik itu sendiri. Hal ini
sebenarnya sangat terkait erat dengan posisi negara dan masyarakat dalam kelangsungan
unsur-unsur publik yang akhirnya juga terkait dengan kelangsungan negara berikut tatanan
bermasyarkat yang ada di dalamnya. Masyarakat sebagai elemen terbesar dalam suatu sistem
publik atau sistem kehidupan dalam suatu negara seringkali terbentur ketika berhadapan
dengan pemerintah yang dianggap sebagai perwujudan negara itu sendiri. Negara dalam hal ini
pemerintah, dengan legitimasi berikut dengan sistem birokrasi yang dimilikinya seringkali
menjadi
penerjemah
dominan
dalam
proses
pembangunan.
Artinya
segala
bentuk
ini
merupakan
upaya
untuk
mengkaji
model
yang
tepat
untuk
dan tipe pelancaran pengaruhnya. Hasil kajian memperlihatkan adanya empat tipe partisipasi,
yaitu moral-normatif, moralremuneratif, kalkulatif-remuneratif dan kalkulatif-koersif. Kondisi
pengelolaan sampah saat ini memerlukan upaya penguatan kelembagaan dan pembatasan
lingkup fungsi pemerintah daerah untuk mendukung partisipasi masyarakat secara optimal.
Oleh karena itu, kebijakan pengelolaan sampah permukiman perlu bertumpu pada strategi
pengembangan
infrastruktur,
strategi
partisipasi
komunitas
dan
strategi
pengelolaan