You are on page 1of 21

BAB II

ISI
2.1 EKSTRAKSI FLUIDA SUPERKRITIK

Kita pada umumnya mengenal dengan baik tiga wujud klasik materi, yaitu padat, cair dan gas.
Materi dapat mengalami perubahan keadaan dari satu wujud ke wujud lainnya tergantung suhu
dan tekanan yang dialaminya, dan ini biasanya digambarkan dengan suatu diagram yang biasa
dikenal sebagai diagram fase. Pada diagram tersebut ada dua titik yang penting untuk
diperhatikan, yaitu titik tripel (triple point) dan titik kritik (critical point). Titik tripel adalah suhu
dan tekanan di mana fase padat, cair dan gas hadir bersamaan dalam suatu kesetimbangan yang
dinamik. Sedangkan titik kritik adalah suhu dan tekanan tertinggi di mana suatu zat masih dapat
mempertahankan kesetimbangan antara fase gas dan cairnya. Absis temperatur kritik, Tc adalah
Absis pada diagram fasa CO2 menunjukkan temperatur pada titik kritik. Ordinat tekanan kritik,
adalah Pc Ordinat pada diagram fasa CO2 menunjukkan tekanan pada titik kritik.
Di atas titik ini materi berubah wujud menjadi sesuatu yang bukan gas dan bukan pula zat
cair. Secara termodinamika materi tersebut sebetulnya dapat didefinisikan sebagai gas, atau lebih
1 | Makalah Analitik

tepatnya gas yang dimampatkan, karena terdiri hanya atas satu fase dan memenuhi seluruh
bagian ruang penyimpannya. Akan tetapi, sifat-sifatnya yang berbeda dari gas biasa memerlukan
penyebutan yang berbeda dan spesifik, sehingga digunakan istilah fluida superkritik
(supercritical fluids SCF) yang dipandang lebih sesuai.
Tabel berikut di bawah ini memperlihatkan perbandingan sifat-sifat fisika zat cair, gas
dan fluida superkritik. Bisa diamati bahwa fluida superkritik mempunyai gabungan sifat-sifat zat
cair dan gas. Berat jenisnya sepadan dengan berat jenis zat cair, sementara viskositasnya setara
dengan gas, dan tingkat difusinya berada di antara gas dan zat cair.

Properti
Densitas(g/ml)
Viskositas(cP)
Difusifitas(d

Gas
0,001
0,01
0,1

Fluida Superkritis
0,1-1
0,1-0,001
0,001-0,0001

Cairan
1
1
<0,00001

cm2/s)

CO2 merupakan fluida yang digunakan secara luas dalam ekstraksi fluida superkritis, karena :

1. Tidak berwarna
2. tidak berbau tidak beracun
3. tidak mudah terbakar
4. mudah diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi
5. memiliki parameter kritis yang sesuai (Tc = 304,1 K ; Pc = 72,8 Mpa )
6. relatif murah
7. lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pelarut organik lainnya karena tidak
meninggalkan residu
8. Dapat mengekstrak dalam waktu singkat dan siklusnya dapat diulang (recycle).
2 | Makalah Analitik

9. Kelebihan lain dari CO2 adalah titik kritiknya yang relatif rendah (T c = 31,3oC dan Pc =
72,9 atm) dibandingkan dengan zat lain seperti air.
10. Karbon dioksida sebagai fluida superkritis mampu melarutkan senyawa berbagai
polaritas, yaitu non polar dan beberapa polar (misalnya methanol, aseton) seperti pelarut
fluorocarbon

Dengan sifat-sifat tersebut ia dapat menembus materi padatan lebih cepat dari pada
pelarut dari zat cair dan mampu dengan cepat pula membawa zat terlarut dari dan ke dalam
padatan. Keistimewaan fluida superkritik terutama ada pada sifat dan daya pelarutannya yang
dapat diubah dan diatur menurut suhu dan tekanannya. Ini merupakan kunci bagi aplikasinya
sebagai media pelarut dan media transpor di banyak proses industri.
Teknologi fluida superkritik sudah sejak lama dimanfaatkan untuk membantu proses
industri seperti ekstraksi pada industri makanan dan pemurnian pada industri farmasi, dan juga
sebagai teknik analisa, yaitu kromatografi fluida superkritik. Karbon dioksida (CO2) menjadi
pilihan bagi banyak proses dengan teknologi fluida superkritik karena (1) tidak mudah terbakar,
(2) tidak beracun, (3) murah, dan (4) titik kritiknya relatif rendah, yaitu 31,3C dan 72,9 atm
(lihat Tabel 1). Air memiliki suhu dan tekanan kritik jauh lebih tinggi, yaitu 374,2C dan 217,6
atm, sedangkan propana (Tc = 96,8C dan Pc = 42 atm) dan etana (Tc = 32,4C dan Pc = 48,2
atm) jelas mempunyai tekanan kritik lebih rendah tapi mudah terbakar. Keuntungannya yang lain
adalah ketersediaannya yang melimpah dari alam dan dari hasil produk-samping berbagai proses
industri serta mudah pula didaur-ulang. Ini semua boleh dibilang memenuhi kriteria kimia hijau
(green chemistry) yang mensyaratkan "carrying out chemical activities including chemical
design, manufacture, use, and disposal such that hazardous substances will not be used and
generated", yaitu agar segala kegiatan yang melibatkan zat-zat kimia termasuk perancangan,
pembuatan, pemakaian, maupun pembuangannya dikerjakan sedemikian rupa hingga tidak
memerlukan pemakaian ataupun menghasilkan zat-zat berbahaya.

3 | Makalah Analitik

2.1.1

Ekstraksi dengan Fluida Superkritik

Ekstraksi fluida superkritik (SFE) merupakan teknologi pemisahan (separasi) yang


menggunakan fluida superkritik sebagai pelarut. Setiap fluida memiliki karakteristik tertentu
berdasarkan definisi titik superkritik, yaitu kondisi ketika terjadinya suhu kritis dan tekanan
kritis. Fluida tidak dapat berada dalam bentuk cair di atas titik kritis walaupun diberikan tekanan,
tetapi dapat terjadi peningkatan densitas mendekati titik cairnya.
Teknik ekstraksi dengan fluida superkritik adalah teknik pemisahan yang memanfaatkan
daya larut dari fluida superkritik pada suhu dan tekanan di sekitar titik kritis. Tekanan dan suhu
yang digunakan dalam ekstraksi merupakan parameter utama dalam menentukan besarnya daya
larut. Suhu kritis adalah suhu maksimum yang dapat mencairkan gas. Tekanan kritis adalah
tekanan yang diperlukan untuk menyebabkan pencairan pada suhu kritis.
Ekstraksi dengan fluida superkritik merupakan suatu metode operasi yang memanfaatkan
sifat-sifat unik dari pelarut yang berada di atas titik kritiknya untuk mengekstrak komponenkomponen dari suatu campuran, sebab kondisi tersebut mempunyai daya melarutkan yang lebih
tinggi dan lebih selektif daripada bentuk cair atau bentuk gas.
Metode ini merupakan perpaduan proses ekstraksi, deodorasi dan fraksinasi yang
menggunakan karbondioksida sebagai pelarut yang ramah terhadap lingkungan, tidak berbahaya,
tidak mudah terbakar, relatif murah dan memiliki daya larut yang lebih baik dibandingkan
dengan pelarut organik konvensional lainnya.
Fluida superkritik menunjukkan karakteristik fisika kimia antara sifat cairan dan gas yang
meningkatkan perannya sebagai pelarut. Relatif tingginya densitas fluida superkritik memberikan
kekuatan melarutkan yang baik, rendahnya nilai viskositas dan difusivisitas menyebabkan
kekuatan penetrasi ke dalam matriks solute dapat diandalkan.
Proses ekstraksi fluida superkritik dapat bekerja untuk berbagai operasi, yang tergantung
pada sifat alami bahan alam, kondisi operasi dan pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi
4 | Makalah Analitik

superkritik ini adalah sama dengan proses ekstraksi biasa, tahap-tahapnya meliputi ekstraksi
dengan pelarut, pemisahan pelarut dan recovery dari pelarut itu sendiri. Pengaturan kembali
tekanan dan suhu operasi maksimum yang disesuaikan dengan kelarutan komponen dalam
pelarut mempengaruhi kesempurnaan suatu proses ekstraksi.
Komponen terpenting dalam fluida superkritik adalah densitas, viskositas, daya difusi,
kapasitas kalor dan konduktivitas panas. Densitas yang tinggi pada fluida superkritik
berkontribusi pada peningkatan kelarutan komponen, walaupun viskositas yang rendah
menyebabkan penetrasi ke bentuk padat dan memungkinkan terjadinya aliran dengan fraksi yang
rendah. Manipulasi suhu dan tekanan di atas titik kritis mempengaruhi komponen fluida
superkritik dan meningkatkan kemampuan fluida superkritik berpenetrasi dan mengekstraksi
molekul target yang berasal dari material yang diinginkan.

2.1.2

Proses Ekstraksi Fluida Superkritik


Bahan yang akan diekstrak umumnya daun, bunga, akar, buah, kulit buah, biji dan bagia
tanaman lainnya yang mengandung minyak atsiri. Umumnya sampel dalam keadaan

kering. Sebelum proses ekstraksi berlangsung, ada perlakuan pengeringan dengan :


a. ) Freeze-drying
b. ) Oven pada temperature 450oC hingga didapatkan berat yang konstan
c. ) Vacum rotary evaporator pada 350oC hingga didapatkan berat yang konstan
Sampel kering digiling, sampai ukuran tertentu, disimpan dalam wadah tertutup
kemudian dimasukkan ke dalam refrigerator atau incubator, sampai akan digunakan.
Seperti sudah diuraikan sebelumnya, CO2 superkritis dengan kemurnian tinggi, digunakan
sebagai pelarut dalam proses ekstraksi ini. Penambahan pelarut lain (Co-solvent) juga
dilakukan dalam beberapa penelitian, dengan tujuan untuk menambah polaritas pelarut.
Keunggulan penggunaan CO2 sebagai pelarut antar lain tidak mudah terbakar, tidak
beracun, lebih murah dibandingkan dengan pelarut cair setingkat pereaksi, tersedia
dengan tingkat kemurnian tinggi, dapat dibuang ke atmosfer atau digunakan ulang tanpa

menyebabkan keracunan.
Komponen dasar dari ekstraktor fluida superkritis ini adalah :
- Persediaan CO2
- Kompressor gas atau pompa

5 | Makalah Analitik

Tangki ekstraksi
Restrictor pengeluaran atau valve
Akumulator ekstrak atau kolektor

Proses Ekstraksi Fluida superkritik terdiri atas dua tahap, yaitu ekstraksi dan pemisahan,
selama tahap ekstraksi didalam tabung ekstraktor, material terlarut (solut) diekstrak dalam
kondisi tekanan tinggi dari material padatannya (feed) dan selanjutnya dalam keadaan tersolvasi
(solut + SC solvent) dialirkan ke dalam tabung separator untuk mengalami tahap pemisahan.
Selama tahap pemisahan, pelarut superkritik dipisahkan dari ekstraknya (regenerasi pelarut SC
atau recovery solut) yang dapat dilakukan dengan menurunkan densitas pelarut SC atau daya
solvasinya yg dilakukan dengan menurunkan tekanan (dekompresi) atau memperbesar
temperatur atau kombinasi keduanya. Oleh karena itu, kedua tahap di dalam proses Ektraksi
dengan fluida superkiritik ini biasanya terpisah (tidak memungkinkan dilakukan dalam satu
langkah dalam satu tabung ekstarktor/separator)- tergantung target material yang diekstrak.
Proses Ekstraksi dengan fluida superkritik dapat dioperasikan dengan cara Batch, Semi
kontinyu, atau kontinyu. Batch processing involves contacting a batch of solid feed material with
a continuous solvent stream.

2.1.3 Prinsip kerja

Ekstraktor semi batch ini menggunakan karbondioksida sebagai pelarut. Karbon


dioksida cair dari tangki penyimpanan, melewati bak pendingin (sekitar 263K),
lalu dipompa oleh dua pompa plug. Tahap berikutnya, karbon dioksida dipanaskan
dengan heat exchanger tubular hingga mencapai temperature proses ekstraksi.
Tekanan diatur dengan regulator tekanan. Ekstraktor yang berisi bahan baku,
secara thermostatic dikontrol dengan tape pemanas elektrik, temperature didalam
ekstraktor dikontrol dengan kontroler digital. Tekanan keluar ekstraktor diukur
dengan tekanan

gauge. Setelah meninggalkan ekstraktor, aliran CO 2 yang

mengandung ekstrak mengalir melalui percabangan katub (valve) jarum. Tekanan


6 | Makalah Analitik

aliran dalam perjalanannya, berkurang dalam 3 tingkatan menjadi tekanan


atmosfir dan ekstrak minyak terkumpul dalam kolektor ke-2.

Proses ekstraksi dengan fluida karbondioksida superkritik biasanya menggunakan suhu di


atas 31 oC dan umumnya tidak kurang dari 40 oC. Suhu normal yang digunakan untuk proses
ekstraksi adalah 50 oC sampai 60 oC dan tidak menutup kemungkinan pada suhu 80 oC (King dan
Bott, 1993). Tekanan ekstraktor untuk proses ekstraksi fluida karbondioksida superkritik adalah
1100 sampai 5000 psi. Kondisi proses yang konstan selain laju alir adalah tekanan dan suhu pada
bejana separator yaitu 500 psi dan 25 oC. Tekanan minimal pada kondisi separasi adalah 500 psi
(Rizvi 1999).
Keunikan fluida superkritik untuk proses ekstraksi didukung dengan tingginya densitas
yang menyerupai zat cair, viskositasnya seperti gas. Suhu kritis dan tekanan kritis
karbondioksida adalah 304 K (31 oC) dan 7,38 MPa (1070,4 psi). Suhu dan tekanan kritis CO2
berada di atas suhu 31 C dan 7,38 MPa yang menjadikannya sebagai pelarut yang ideal untuk
proses ekstraksi pada bahan yang bersifat sensitif terhadap panas. Fluida superkritik merupakan
teknik yang menguntungkan dan memungkinkan untuk digunakan dalam proses ekstraksi.
Pelarut yang digunakan dalam metode superkritik adalah pelarut yang inert baik terhadap
bahan mentah, tubuh manusia maupun terhadap pelarut itu sendiri pada kondisi ekstraksi.
Berbagai studi yang telah dilakukan mengenai ekstraksi dengan pelarut superkritik, hanya
karbondioksida, etana, etilena, dan beberapa senyawa dengan fluor, layak digunakan untuk
industri. Faktor pertimbangan lain dalam menentukan pelarut adalah tekanan kritis yang
moderat, densitas yang relatif tinggi, rendahnya suhu kritis, tidak mudah terbakar, tidak korosif,
tidak toksik, mudah didapatkan, murah, aman, viskositas yang rendah dan difusivitas yang
tinggi.
Salah satu pelarut superkritik yang sesuai dengan pertimbangan di atas adalah
karbondioksida. Karbondioksida superkritik sangat potensial untuk memisahkan komponen
tertentu yang tidak dapat dilakukan dengan cara lain. Karbondioksida merupakan pelarut yang
tidak menimbulkan pencemaran (cleaning fluid), tepat diaplikasikan sebagai substitusi pelarut
organik yang seringkali merusak lingkungan sehingga terwujud teknologi yang bersih.
7 | Makalah Analitik

Karbondioksida dapat berada dalam tiga fasa, yaitu gas, cair dan padat. Karbondioksida dalam
keadaan suhu normal berupa gas yang tidak berwarna. Karbondioksida superkritik berada dalam

2.1.4 Parameter-parameter pada proses ekstraksi dengan fluida superkritis


1. Pengaruh temperature
Kenaikan temperature diiringi dengan penurunan densitas fluida dan penurunan kelarutan
minyak dalam fluida superkritis. Tekanan jenuh zat terlarut dalam fluida zat terlarut meningkat
seiring dengan kenaikan temperature yang akan memperbaiki kelarutan.
2. Pengaruh tekanan
kenaikan tekanan diiringi kenaikan densitas fluida superkritis dan juga kelarutan
3. Pengaruh ukuran partikel
Laju ektraksi akan menurun seiring dengan kenaikan ukuran partikel. Hal ini karena
resistansi difusi intrapartikel lebih kecil daripada ukuran partikel sehingga terjadi lintasan difusi
yang lebih pendek.
4. Pengaruh laju alir pelarut CO2
Laju alir pelarut yang meningkat, akan mendorong kenaikan hasil ekstraksi. Hal ini
karena laju alir massa CO2 yang tinggi akan meningkatkan efisiensi proses.
5. Pengaruh waktu ekstraksi
Waktu ektraksi terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu : ekstraksi cepat bebas solut, tahap
transisi difusi internal dan permukaan, tahap ekstraksi lambat. Waktu yang digunakan pada tahap
pertama, tergantung pada kelarutan solut dalam fluida superkritis CO2 dan ukuran partikel.
Keuntungan ekstraksi fluida superkritis
1. Menghasilkan ekstrak dengan aroma dan rasa yang alami
8 | Makalah Analitik

2. Proses ekstraksi berlangsung dengan cepat


3. Rekoveri pelarut yang cepat dan sempurna dengan kadar residu minimal dalam produk
4. Lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut
organik lainnya
5. Tidak beracun
6. Tidak mudah terbakar
7. Dapat digunakan pada temperatur medium
2.2 Ekstraksi Soxhlet
2.2.1

Definisi dan Penjelasan


Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan
pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut
ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam
jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi,
melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam
keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih

2.2.2

efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.


Adapun prinsip dari soxhletasi ini adalah
Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan
pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka
pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode
sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat
melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak
melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Metoda sokletasi seakan
merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada
metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan

9 | Makalah Analitik

baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi
cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi
ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan
ini adalah sokletasi Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan
cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam
labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan
2.2.3

Kelebihan dan Kekurangan Ekstraksi Soxhletasi

Keunggulan sokletasi :

Sampel diekstrak dengan sempurna karena dilakukan berulang-ulang


Jumlah pelarut yang digunakan sedikit
Proses sokletasi berlangsung cepat
Jumlah sampel yang diperlukan sedikit
Pelarut organic dapat mengambil senyawa organic berulang kali

Kelemahan sokletasi :
Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan-bahan tumbuhan yang
mudah rusak atau senyawa-senyawa yang tidak tahan panas karena akan
terjadi penguraian
Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen-reagen lainnya

Pelarut yang digunakan mempunyai titik rendah, sehingga mudah


menguap

10 | M a k a l a h A n a l i t i k

2.3 Destilasi Uap


2.3.1 Definisi Metode
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Destilasi uap umumnya digunakan untuk memurnikan senyawa organic yang terdestilasi
uap (volatile), tidak tercampurkan dengan air, mempunyai tekanan uap yang tinggi pada
100 derajat C dan mengandung pengotor yang tidak atsiri (nonvolatile). Dengan adanya
uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat kandungan akan diturunkan
menjadi sama dengan tekanan bagian didalam suatu system, sehingga produk akan
terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir. Destilasi uap juga suatu proses
pemindahan massa ke suatu media massa yang bergerak . Uap jenuh akan membasahi
permukaan bahan, melunakkan jaringan dan menembus kedalam melalui dinding sel, dan
zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif dan selanjutnya akan pindah ke rongga
uap yang bergerak melalui antar fasa. Proses ini disebut hidrodifusi. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali
ke dalam bentuk cairan.Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa.Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya.Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan
Hukum Dalton. Metode destilasi digunakan untuk bahan yang mengandung lemak dan
komponen mudah menguap. Prinsip kerja dari metode ini adalah penggunaan pelarut yang
immicible. Pelarut ini memilki titik didih sedikit di atas titik didih air, contohnya adalah
toluena, xylena, n-amil, alkohol, dan xylol. Air dari bahan yang terlarut dalam larutan
immicible dikumpulkan dalam tabung penerima sehingga volumenya diketahui. Tabung
yang biasa digunakan adalah tabung Aufhauser atau Bidwell Sterling (Yongki 2008).
Metode destilasi ini memilki keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari metode destilasi
diantaranya, volume bisa langsung diketahui, kecepatan dehidrasi diketahui, suhu konstan
dapat dipertahankan, waktunya cepat, alatnya sederhana, pengaruh RH lingkungan bisa
11 | M a k a l a h A n a l i t i k

dikurangi, dan lebih teliti dibanding metode oven. Sementara kerugian dari metode ini
adalah adanya droplet air pada sisi tabung, pelarut mudah terbakar, pelarutnya mungkin
beracun, beberapa komponen alkohol, gliserol mungkin ikut terdestilasi, dan seringkali
terjadi kesalahan dalam membaca meniskus(Yongki 2008).

2.3.2 Proses Destilasi


Cara pemurnian dengan destilasi uap :
Cairan penyari dimasukkan kedalam bejana melalui corong.
Serbuk cengkeh dimasukkan dalam kantong kain dimasukkan kedalam ekstraktor. Pada
bejana ini dibagian dalam dimasukkan bejana yang berlubang-lubang dan dibuat dari baja
bahan karat.
Bejana dipanaskan. Pemanas dapat dilakukan dengan pemanasan api besar langsung
pada labu.
Keran atas dibuka, dan keran yang lainnya tertutup.
Uap cairan akan mengalir melalui pipa, kemudian diembunkan oleh pendingin. Cairan
akan mengalir ke ekstraktor dan akam merendam cengkeh tersebut.
Setelah cairan itu setinggi gelas penduga, keran (bawah) dibuka, sehingga hasil
penyarian mengalir kebejana. Bila hasil penyarian telah mengalir, semua keran ditutup
kembali.
Cairan cengkeh akan menguap sedangkan zat aktifnya tertinggal dalam bejana.
Pekerjaan ini diulang sampai cengkeh tersari dengan sempurna

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Destilasi uap


Kelebihan :
Destilasi uap dapat digunakan untuk menguapkan senyawa-senyawa dengan titik
didih yang tinggi sebelum mencapai titik didihnya dengan menggunakan uap atau
air mendidih. Dengan destilasi uap ini senyawa yang dimurnikan tidak
dihawatirkan akan rusak karena senyawa tersebut diuapkan sebelum mencapai
titik didihnya, berbeda dengan destilasi yang lain, misalnya pada destilasi
12 | M a k a l a h A n a l i t i k

sederhana dan destilasi bertingkat, dimana senyawa yang akan dimurnikan


dipanaskan hingga mendidih ( mencapai titik didihnya ) sehingga hanya dapat
dilakukan pada senyawa-senyawa teretentu yang tidak rusak akibat pemanasan
yang berlebih.
Kelemahan:
Destilasi uap adalah metode untuk menyaring senyawa yang sensitif terhadap panas
jadi, Proses ini melibatkan penggunaan uap menggelegak melalui dipanaskan dengan
campuran bahan baku

2.4 Hidrodestilasi
2.4.1 Definisi
yaitu distilasi dua cairan yang tidak saling bercampur dan membentuk 2
fasa dengan bantuan air dan

berdasarkan titik didih masing-masing

komponen
2.4.2

Prinsip kerja
Dengan tipe penyulingan air ini, bahan yang akan disuling berhubungan
langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan
mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya,
tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air
dapat dididihkan dengan api secara langsung. Metode ini disebut juga
metode perebusan. Ketika bahan direbus, minyak atsiri akan menguap
bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk
dikondensasi. Alat yang di gunakan untuk metode ini disebut alat suling
perebus. Destilasi air dapat dijalankan pada tekanan di bawah 1 atmosfir
sehingga air bisa mendidih pada suhu yang lebih rendah dari 100 oC.
Biasanya dilakukan bila bahan atau minyak atsiri rentan terhadap suhu.

2.4.3

Kelebihan dan kekurangan

Keuntungan dari Hidrodestilasi adalah :


13 | M a k a l a h A n a l i t i k

Alat sederhana dan mudah di peroleh.


Mudah dilakukan.
Kualitas minyak atsiri yang dihasilkan baik, asal di perhatikan suhunya jangan terlalu
tinggi.
Lebih cepat di dapatkan hasil karena dibantu dengan proses pemanasan.
Hasil (volume) minyak atsiri dapat langsung diukur.
Pelarut dapat ditambahkan sehingga mencegah habisnya pelarut
Kerugian teknik Hidrodestilasi adalah :
Tidak semua bahan dapat dilakukan dengan teknik ini, terutama bahan yang
mengandung fraksi sabun, bahan yang larut dalam air, bahan yang tidak panas
(termolabil) dan bahan yang mudah hangus.
Adanya air sering terjadi hidrolisa
Waktu penyulingan lama.

2.5 Hasil dan Pembahasan


Hasil dan eugenol content dari ekstrak minyak oleh SFE
Parameter berikut digunakan: suhu, 30o C, 40o C dan 50o C; Tekanan, 10MPa, 20 MPa
dan 30 Mpa; ukuran partikel, 1 # (0,7944), 2 # (0,6430) dan 3 # (0,5223). Semua faktor yang
dipilih diperiksa dengan menggunakan tiga tingkatdesain orthogonal array dengan matriks OA9
(33). Table 2 menunjukkan kondisi percobaan untuk masing-masing SFE berjalan. Hal ini dapat
14 | M a k a l a h A n a l i t i k

dilihat dari urutan perbedaan maksimum yang ukuran partikel memiliki pengaruh paling besar
terhadap hasil minyak , maka suhu dan tekanan. Namun,urutan pengaruh parameter di eugenol
yang konten dalam minyak adalah suhu, ukuran partikel, dan tekanan. Artinya, faktor suhu
memiliki maksimal pengaruh pada konten eugenol dalam minyak.Ara. Tabel 1 menunjukkan
pengaruh suhu, tekanan dan ukuran partikel pada hasil dan eugenol konten cengkeh.
Tabel 1
Tiga tingkat desain orthogonal dan hasil eksperimen untuk ekstraksi minyak cengkeh dengan
SC-CO2
Faktor A (T/C) (%)

Faktor B
(P/MPa)

Faktor C
(ukuran
partikel / #)

Yield (ekstrak kg /
kg pakan)

konten Eugenol

1(30)

1(10)

1(1#)

0.2056

53.69

2
3

1(30)
1(30)

2(20)
3(30)

2(2#)
3(3#)

0.1943
0.1830

54.22
55.64

4
5

2(40)
2(40)

1(10)
2(20)

3(3#)
1(1#)

0.1910
0.2224

56.20
54.52

2(40)

3(30)

2(2#)

0.2043

55.30

7
8

3(50)
3(50)

1(10)
2(20)

2(2#)
3(3#)

0.1956
0.1827

58.77
57.83

9
Yield
(%)
K1

3(50)

3(30)

1(1#)

0.2395

56.97

0.5830

0.5923

0.6676

=1.8186

K2
K3

0.6178
0.6179

0.5995
0.6269

0.5942
0.5568

K1/3
K2/3

0.1943
0.2059

0.1974
0.1998

0.2225
0.1981

K3/3

0.2060

0.2090

0.1856

0.0117

0.0116

0.0369

Run No.

Run1

Run2

Run3

Run4

Run5

Run6

Run7

Run8

Run9

0.38
0.53
53.8

0.48
0.51
54.58

0.45
0.45
55.18

0.47
0.48
54.79
0.57
16.62

2.15
0.11

2.13

0.46
0.32
57.3
6
0.65
13.9
9
1.9

0.45
0.4
56.8

0.5
16.52

0.46
0.43
55.1
4
0.51
15.5
2
2.02

0.72
15.7
3
2.08

0.44
0.4
55.9
4
0.76
15.7
1
1.95

0.35

0.36

1
2
3

4-(2-propenyl)-Phenol
-Cubeben
Eugenol

RT
10.91
12.79
13.21

4
5

-Copaene
Caryophyllene

13.34
14.23

0.95
17.77

0.63
17.32

6
7

-Humulene
Isoledene

14.88
15.32

2.32
0.08

2.26

0.49
0.49
55.0
7
0.86
16.7
8
2.15

-Muurolene

0.37

0.4

15.44

15 | M a k a l a h A n a l i t i k

0.37

0.36

0.65

0.42

0.32

SD
0.35
0.47
58.2

0.81
20.59
2.61
0.41

H
0
0
4
2
1
3
4
4
0

-Muurolene

15.79

0.28

0.27

0.28

0.22

0.22

0.22

1
0
11

-Farnesene

16.1

0.25

0.23

0.29

0.32

0.22

0.2

0.2

0.27

0.22

0.27

Unidentified

16.17

0.06

0.07

0.07

16.31

0.71

0.68

0.06

Cadinene

0.64

0.65

0.64

0.68

1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3

Eugenol acetate

16.6

20.91

20.55

20.4
9

20.89

20.78

20.3
2

2.34

21.5

21.7
5

13.84

Cubenol

16.91

0.52

Unidentified

17.06

0.41

Caryophyllene oxide

17.41

0.8

0.88

0.93

0.69

0.84

0.93

0.89

0.6

1.05

0.49

Diethyl Phthalate

17.8

0.12

0.35

0.33

1.1

0.74

1.43

1,4-Methanoazulen-7(1H)-one,
octahydro-4,8,
Tetracyclo[6.3.2.0(2,5).0(1,8)]tride
can-9-ol, 4,4-dimethylTetracyclo[6.3.2.0(2,5).0(1,8)]tride
can-9-ol, 4,4-dimethylIsoaromadendrene epoxide

17.92

0.11

0.13

0.12

0.12

0.15

18.35

0.11

0.14

0.13

0.14

0.14

18.42

0.21

0.27

0.27

0.3

0.26

0.25

0.37

0.36

0.56

19.07

0.14

0.25

0.15

0.12

0.15

0.25

0.28

2,2,4-Trimethyl-3-(3,8,12,16)tetramethyl-heptadeca-3,7
Tetratetracontane

30.6

0.24

0.73

30.82

0.15

0.14

0.22

0.67

Tabel 2
Komposisi dari minyak cengkeh yang diperoleh dengan metode yang berbeda
- = Tidak terdeteksi.
a. Waktu retensi pada BTX.5ms kolom kapiler menyatu-silika.
b. Distilasi uap.
c. Destilasi air.
d. Ekstraksi Soxhlet.

16 | M a k a l a h A n a l i t i k

0.66

0.62

1.05

Pada hasil minyak yang di ekstraksi oleh supercritical CO2 dapat diamati bahwa terjadi
peningkatan suhu dari 30 C ke 40 C terhadap hasil ekstraksi dan konten eugenol yang tinggi
dalam minyak, sedangkan kenaikan suhu dari40 C ke 50 C tidak mengakibatkan kenaikan hasil
minya namun ada peningkatan kadar eugenol dalam minyak cengkeh . Hal ini dianggap berasal
dari penurunan kepadatan CO2 dengan meningkatnya suhu, yang mendominasi selama
peningkatan tekanan uap zat terlarut pada tekanan tertentu ini (Lou, Folas, Voutasa, & Magoulas,
2003). Seperti yang diharapkan, hasil ekstraksi ditingkatkan secara signifikan dengan
peningkatan tekanan, karena peningkatan kelarutan komponen minyak. Hal ini dikaitkan dengan
peningkatan kepadatan CO2, yang menghasilkan peningkatan kemampuan melarutkannya.
Namun, karena molekul tinggi senyawa dengan berat di kuncup cengkeh (asam lemak, asam
lemak metil ester, sterol, dll) juga co-diekstraksi dengan peningkatan tekanan, isi eugenol
cengkeh minyak tidak berubah jelas. Oleh karena itu, yang tertinggi konten eugenol dari minyak
cengkeh diekstrak pada 50o Cdan 10 MPa. Hasil ekstraksi meningkat dengan mengurangi
partikel ukuran tunas cengkeh dihaluskan. Hal ini karena semakin tinggi jumlah minyak dirilis
sebagai sel tunas dihancurkan oleh penggilingan (Mostafa et al, 2004;. Reverchon, 1997), dan ini
jumlah minyak mudah diekstraksi untuk kontak langsung denganCO2 superkritis. Selain itu, jalur
difusi lebih pendek dalam matriks padat yang digiling menghasilkan intra partikel kecil resistensi
terhadap difusi. Namun, isi eugenol meningkatkan minyak cengkeh sebagai peningkatan ukuran
partikel. Oleh karena itu, ukuran partikel tidak boleh terlalu kecil jika tujuannya adalah untuk
mengekstrak bahan yang mudah menguap dan untuk menghindari senyawa lebih dengan molekul
17 | M a k a l a h A n a l i t i k

tinggi-berat untuk menjadi coiekstraksi. Ini lebih baik untuk indeks ukuran partikel harus
dikendalikan pada sekitar0,6430 (2 #).
Komposisi minyak cengkeh yang diperoleh dengan metode yang berbeda
Tabel 2 daftar komposisi minyak cengkeh diperoleh dengan metode yang berbeda sesuai
dengan hasil GC-MS. Bisa terlihat bahwa dua puluh tiga senyawa dalam minyak cengkeh telah
diidentifikasi, dimana eugenol b-caryophyllene dan eugenol asetat merupakan komponen utama
minyak cengkeh. Komposisi minyak cengkeh diekstraksi dengan metode yang berbeda sebagian
besar sama, sedangkan konsentrasi relatif dari senyawa diidentifikasi ternyata berbeda. Minyak
cengkeh yang diperoleh oleh distilasi uap terkandung persentase tertinggi eugenol (58,2%),
kemudian minyak yang diperoleh SFE (53,8-55,9%). Minyak cengkeh yang diperoleh
hidrodistilasi memiliki persentase terendah eugenol (48,82%). Namun, minyak cengkeh yang
diperoleh oleh SFE mengandung persentase tertinggi eugenol asetat(20,32-21,75%), yang juga
merupakan bahan antioksidan utama dalam minyak cengkeh (Lee & Shibamoto, 2001).
Persentase tertinggi bahan antioksi dan aktif, eugenol bersama-sama dengan eugenol asetat,
minyak cengkeh diekstraksi dengan SFE. Oleh karena itu diperoleh. kandungan eugenol dan
eugenol asetat dalam minyak cengkeh yang diekstraksi dengan metode Soxhlet juga lebih tinggi
dibandingkan dengan dua jenis metode destilasi. Degradasi termal dari eugenol asetat dapat
terjadi selama hydro dan distilasi uap sebagai eugenol asetat sehingga hanya diperoleh masingmasing 13,84%, 3,89%, .Selain eugenol, dan eugenol asetat dalam minyak cengkeh, konten
relatif b -caryophyllene dalam minyak cengkeh diekstraksi dengan distilasi uap, destilasi air,
SFE dan soxhlet metode masing-masing sebesar 20,59%, 36,94%, 13,99-17,77%dan 17,5%,.
Diketahui bahwa b-caryophyllene menunjukkan aktivitas anti-inflamasi dalam beberapa
percobaan (Ghelardini, Galeotti, Di Cesare Mannelli,Mazzanti, & Bartolini, 2001). Jika
tujuannya adalah untuk mendapatkan isi b-caryophyllene dalam minyak cengkeh yang tinggi
bias digunakan destilasi air.

18 | M a k a l a h A n a l i t i k

Tabel 3
Karakteristik minyak cengkeh yang diperoleh dengan metode yang berbeda
Minyak
cengkeh

Hasil (%)

Periode
ekstraksi

Color n
tekstur

19.6

Eugenol plus
daneugenolasetat
(%)
58.8 + 19.6

SFE(50oC,10
Mpa)
Destilasi uap

10.1

61.2 + 10.2

8-10

Hidrodistilasi

11.5

50.3 + 3.2

4-6

Ekstraksi
soxhlet

41.8

30.8 + 9.3

Minyak
kuning pucat
Minyak
kuning pucat
Minyak
kuning
coklat
Salep coklat

Penggunaan
pelarut
organik
tidak
ya
ya

ya

Hal ini juga dapat dilihat bahwa minyak yang diperoleh oleh SFE mengandung sejumlah kecil
lilin kutikula co extraksi. Hasil ini mirip dengan karta penulis lain (Mostafa et al, 2004;. Myint
et al., 1996).
Perbandingan komprehensif minyak cengkeh yang diperoleh berbeda
Warna dan tekstur adalah karakteristik utama dan faktor kualitas minyak esensial, dan
hasil ekstraksi dan waktu ekstraksi adalah faktor penting untuk industrialisasi. Oleh karena itu,
perbandingan yang luas dari minyak cengkeh diperoleh dengan metode yang berbeda lanjut
tercantum dalam Tabel 3. Pada Tabel 3, isi eugenol dan eugenol asetat ditentukan oleh GC. Hal
ini dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa, isi utama bahan biologis eugenol ditambah eugenol asetat di
minyak cengkeh dengan ekstraksi Soxhlet adalah yang terendah meskipun yang hasil minyak
cengkeh adalah yang tertinggi di antara metode empat ekstraksi. Selain itu, ekstrak oleh soxhlet
Metode adalah salep coklat, yang berarti lebih banyak kotoran dan residu yang tidak diinginkan
pelarut organik mungkin ada. SFE menawarkan keuntungan yang paling penting atas metode
lain. Ekstraksi hasil SFE menunjukkan sekitar dua kali lebih tinggi dari hasil yang diperoleh
diperoleh destilasi uap dan destilasi air. Kandungan eugenol ditambah eugenol asetat yang
diekstrak diperoleh kandungan minyk yang tertinggi . minyak kuning pucat yang diinginkan dan
terpendek waktu ekstraksi yang dibutuhkan untuk SFE dibandingkan dengan lainnya tiga metode
ekstraksi. Selain itu, menggunakan superkritis CO2 bukannya beberapa pelarut organik berbahaya
akan menghasilkan di 'proses' 'hijau'.
19 | M a k a l a h A n a l i t i k

BAB III
3.1 Kesimpulan
Dalam penyelidikan efek dari tiga diuji parameter (tekanan, temperatur dan ukuran
partikel) di ekstraksi SFE minyak esensial dari cengkeh dalam domain eksperimental. ukuran
partikel memiliki efek yang paling jelas pada hasil minyak esensial. Suhu adalah Faktor yang
paling penting untuk menentukan isi dari eugenol dari minyak cengkeh. Kemungkinan
memanipulasi konten eugenol dari minyak cengkeh dengan mengubah parameter ekstraksi
dicapai dalam SFE. Komposisi dan beberapa karakter minyak cengkeh diperoleh SFE dan
metode lain dibandingkan. Meskipun komposisi dari minyak yang diperoleh oleh SFE dan uap,
destilasi air sama, mereka berbeda secara kuantitatif. Ekstraksi hasil SFE adalah sekitar dua kali
lebih tinggi seperti yang diperoleh oleh uap dan destilasi air. penawaran SFE banyak keuntungan
penting selama tiga lainnya tradisional metode, termasuk hasil ekstraksi yang lebih tinggi,
persentase tertinggi bahan antioksidan aktif eugenol bersama-sama dengan eugenol asetat dalam
cengkeh diekstraksi, waktu ekstraksi lebih pendek, dan sebagainya. Oleh karena itu, SFE
dianggap sebagai proses optimum untuk memperoleh minyak cengkeh dengan kualitas tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
20 | M a k a l a h A n a l i t i k

Ketaren, 1987, Minyak atsiri, UI Press, Terjemahan : Guenther, E., 1947, Essential Oils,
Vol.1, John Willey and Sons, New York
Padmawinata, K.1991. Pengantar Kromatografi, Edisi ke-2, ITB, Bandung, Terjemahan :
Introduction to Chromatografi
Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., and Schwarting, A.E., 1985, Holden Day Inc, USA
Sastrohamidjojo, H., 2004, Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

21 | M a k a l a h A n a l i t i k

You might also like