Professional Documents
Culture Documents
ISI
2.1 EKSTRAKSI FLUIDA SUPERKRITIK
Kita pada umumnya mengenal dengan baik tiga wujud klasik materi, yaitu padat, cair dan gas.
Materi dapat mengalami perubahan keadaan dari satu wujud ke wujud lainnya tergantung suhu
dan tekanan yang dialaminya, dan ini biasanya digambarkan dengan suatu diagram yang biasa
dikenal sebagai diagram fase. Pada diagram tersebut ada dua titik yang penting untuk
diperhatikan, yaitu titik tripel (triple point) dan titik kritik (critical point). Titik tripel adalah suhu
dan tekanan di mana fase padat, cair dan gas hadir bersamaan dalam suatu kesetimbangan yang
dinamik. Sedangkan titik kritik adalah suhu dan tekanan tertinggi di mana suatu zat masih dapat
mempertahankan kesetimbangan antara fase gas dan cairnya. Absis temperatur kritik, Tc adalah
Absis pada diagram fasa CO2 menunjukkan temperatur pada titik kritik. Ordinat tekanan kritik,
adalah Pc Ordinat pada diagram fasa CO2 menunjukkan tekanan pada titik kritik.
Di atas titik ini materi berubah wujud menjadi sesuatu yang bukan gas dan bukan pula zat
cair. Secara termodinamika materi tersebut sebetulnya dapat didefinisikan sebagai gas, atau lebih
1 | Makalah Analitik
tepatnya gas yang dimampatkan, karena terdiri hanya atas satu fase dan memenuhi seluruh
bagian ruang penyimpannya. Akan tetapi, sifat-sifatnya yang berbeda dari gas biasa memerlukan
penyebutan yang berbeda dan spesifik, sehingga digunakan istilah fluida superkritik
(supercritical fluids SCF) yang dipandang lebih sesuai.
Tabel berikut di bawah ini memperlihatkan perbandingan sifat-sifat fisika zat cair, gas
dan fluida superkritik. Bisa diamati bahwa fluida superkritik mempunyai gabungan sifat-sifat zat
cair dan gas. Berat jenisnya sepadan dengan berat jenis zat cair, sementara viskositasnya setara
dengan gas, dan tingkat difusinya berada di antara gas dan zat cair.
Properti
Densitas(g/ml)
Viskositas(cP)
Difusifitas(d
Gas
0,001
0,01
0,1
Fluida Superkritis
0,1-1
0,1-0,001
0,001-0,0001
Cairan
1
1
<0,00001
cm2/s)
CO2 merupakan fluida yang digunakan secara luas dalam ekstraksi fluida superkritis, karena :
1. Tidak berwarna
2. tidak berbau tidak beracun
3. tidak mudah terbakar
4. mudah diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi
5. memiliki parameter kritis yang sesuai (Tc = 304,1 K ; Pc = 72,8 Mpa )
6. relatif murah
7. lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pelarut organik lainnya karena tidak
meninggalkan residu
8. Dapat mengekstrak dalam waktu singkat dan siklusnya dapat diulang (recycle).
2 | Makalah Analitik
9. Kelebihan lain dari CO2 adalah titik kritiknya yang relatif rendah (T c = 31,3oC dan Pc =
72,9 atm) dibandingkan dengan zat lain seperti air.
10. Karbon dioksida sebagai fluida superkritis mampu melarutkan senyawa berbagai
polaritas, yaitu non polar dan beberapa polar (misalnya methanol, aseton) seperti pelarut
fluorocarbon
Dengan sifat-sifat tersebut ia dapat menembus materi padatan lebih cepat dari pada
pelarut dari zat cair dan mampu dengan cepat pula membawa zat terlarut dari dan ke dalam
padatan. Keistimewaan fluida superkritik terutama ada pada sifat dan daya pelarutannya yang
dapat diubah dan diatur menurut suhu dan tekanannya. Ini merupakan kunci bagi aplikasinya
sebagai media pelarut dan media transpor di banyak proses industri.
Teknologi fluida superkritik sudah sejak lama dimanfaatkan untuk membantu proses
industri seperti ekstraksi pada industri makanan dan pemurnian pada industri farmasi, dan juga
sebagai teknik analisa, yaitu kromatografi fluida superkritik. Karbon dioksida (CO2) menjadi
pilihan bagi banyak proses dengan teknologi fluida superkritik karena (1) tidak mudah terbakar,
(2) tidak beracun, (3) murah, dan (4) titik kritiknya relatif rendah, yaitu 31,3C dan 72,9 atm
(lihat Tabel 1). Air memiliki suhu dan tekanan kritik jauh lebih tinggi, yaitu 374,2C dan 217,6
atm, sedangkan propana (Tc = 96,8C dan Pc = 42 atm) dan etana (Tc = 32,4C dan Pc = 48,2
atm) jelas mempunyai tekanan kritik lebih rendah tapi mudah terbakar. Keuntungannya yang lain
adalah ketersediaannya yang melimpah dari alam dan dari hasil produk-samping berbagai proses
industri serta mudah pula didaur-ulang. Ini semua boleh dibilang memenuhi kriteria kimia hijau
(green chemistry) yang mensyaratkan "carrying out chemical activities including chemical
design, manufacture, use, and disposal such that hazardous substances will not be used and
generated", yaitu agar segala kegiatan yang melibatkan zat-zat kimia termasuk perancangan,
pembuatan, pemakaian, maupun pembuangannya dikerjakan sedemikian rupa hingga tidak
memerlukan pemakaian ataupun menghasilkan zat-zat berbahaya.
3 | Makalah Analitik
2.1.1
superkritik ini adalah sama dengan proses ekstraksi biasa, tahap-tahapnya meliputi ekstraksi
dengan pelarut, pemisahan pelarut dan recovery dari pelarut itu sendiri. Pengaturan kembali
tekanan dan suhu operasi maksimum yang disesuaikan dengan kelarutan komponen dalam
pelarut mempengaruhi kesempurnaan suatu proses ekstraksi.
Komponen terpenting dalam fluida superkritik adalah densitas, viskositas, daya difusi,
kapasitas kalor dan konduktivitas panas. Densitas yang tinggi pada fluida superkritik
berkontribusi pada peningkatan kelarutan komponen, walaupun viskositas yang rendah
menyebabkan penetrasi ke bentuk padat dan memungkinkan terjadinya aliran dengan fraksi yang
rendah. Manipulasi suhu dan tekanan di atas titik kritis mempengaruhi komponen fluida
superkritik dan meningkatkan kemampuan fluida superkritik berpenetrasi dan mengekstraksi
molekul target yang berasal dari material yang diinginkan.
2.1.2
menyebabkan keracunan.
Komponen dasar dari ekstraktor fluida superkritis ini adalah :
- Persediaan CO2
- Kompressor gas atau pompa
5 | Makalah Analitik
Tangki ekstraksi
Restrictor pengeluaran atau valve
Akumulator ekstrak atau kolektor
Proses Ekstraksi Fluida superkritik terdiri atas dua tahap, yaitu ekstraksi dan pemisahan,
selama tahap ekstraksi didalam tabung ekstraktor, material terlarut (solut) diekstrak dalam
kondisi tekanan tinggi dari material padatannya (feed) dan selanjutnya dalam keadaan tersolvasi
(solut + SC solvent) dialirkan ke dalam tabung separator untuk mengalami tahap pemisahan.
Selama tahap pemisahan, pelarut superkritik dipisahkan dari ekstraknya (regenerasi pelarut SC
atau recovery solut) yang dapat dilakukan dengan menurunkan densitas pelarut SC atau daya
solvasinya yg dilakukan dengan menurunkan tekanan (dekompresi) atau memperbesar
temperatur atau kombinasi keduanya. Oleh karena itu, kedua tahap di dalam proses Ektraksi
dengan fluida superkiritik ini biasanya terpisah (tidak memungkinkan dilakukan dalam satu
langkah dalam satu tabung ekstarktor/separator)- tergantung target material yang diekstrak.
Proses Ekstraksi dengan fluida superkritik dapat dioperasikan dengan cara Batch, Semi
kontinyu, atau kontinyu. Batch processing involves contacting a batch of solid feed material with
a continuous solvent stream.
Karbondioksida dapat berada dalam tiga fasa, yaitu gas, cair dan padat. Karbondioksida dalam
keadaan suhu normal berupa gas yang tidak berwarna. Karbondioksida superkritik berada dalam
2.2.2
9 | Makalah Analitik
baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi
cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi
ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan
ini adalah sokletasi Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan
cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam
labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan
2.2.3
Keunggulan sokletasi :
Kelemahan sokletasi :
Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan-bahan tumbuhan yang
mudah rusak atau senyawa-senyawa yang tidak tahan panas karena akan
terjadi penguraian
Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen-reagen lainnya
10 | M a k a l a h A n a l i t i k
dikurangi, dan lebih teliti dibanding metode oven. Sementara kerugian dari metode ini
adalah adanya droplet air pada sisi tabung, pelarut mudah terbakar, pelarutnya mungkin
beracun, beberapa komponen alkohol, gliserol mungkin ikut terdestilasi, dan seringkali
terjadi kesalahan dalam membaca meniskus(Yongki 2008).
2.4 Hidrodestilasi
2.4.1 Definisi
yaitu distilasi dua cairan yang tidak saling bercampur dan membentuk 2
fasa dengan bantuan air dan
komponen
2.4.2
Prinsip kerja
Dengan tipe penyulingan air ini, bahan yang akan disuling berhubungan
langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan
mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya,
tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air
dapat dididihkan dengan api secara langsung. Metode ini disebut juga
metode perebusan. Ketika bahan direbus, minyak atsiri akan menguap
bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk
dikondensasi. Alat yang di gunakan untuk metode ini disebut alat suling
perebus. Destilasi air dapat dijalankan pada tekanan di bawah 1 atmosfir
sehingga air bisa mendidih pada suhu yang lebih rendah dari 100 oC.
Biasanya dilakukan bila bahan atau minyak atsiri rentan terhadap suhu.
2.4.3
dilihat dari urutan perbedaan maksimum yang ukuran partikel memiliki pengaruh paling besar
terhadap hasil minyak , maka suhu dan tekanan. Namun,urutan pengaruh parameter di eugenol
yang konten dalam minyak adalah suhu, ukuran partikel, dan tekanan. Artinya, faktor suhu
memiliki maksimal pengaruh pada konten eugenol dalam minyak.Ara. Tabel 1 menunjukkan
pengaruh suhu, tekanan dan ukuran partikel pada hasil dan eugenol konten cengkeh.
Tabel 1
Tiga tingkat desain orthogonal dan hasil eksperimen untuk ekstraksi minyak cengkeh dengan
SC-CO2
Faktor A (T/C) (%)
Faktor B
(P/MPa)
Faktor C
(ukuran
partikel / #)
Yield (ekstrak kg /
kg pakan)
konten Eugenol
1(30)
1(10)
1(1#)
0.2056
53.69
2
3
1(30)
1(30)
2(20)
3(30)
2(2#)
3(3#)
0.1943
0.1830
54.22
55.64
4
5
2(40)
2(40)
1(10)
2(20)
3(3#)
1(1#)
0.1910
0.2224
56.20
54.52
2(40)
3(30)
2(2#)
0.2043
55.30
7
8
3(50)
3(50)
1(10)
2(20)
2(2#)
3(3#)
0.1956
0.1827
58.77
57.83
9
Yield
(%)
K1
3(50)
3(30)
1(1#)
0.2395
56.97
0.5830
0.5923
0.6676
=1.8186
K2
K3
0.6178
0.6179
0.5995
0.6269
0.5942
0.5568
K1/3
K2/3
0.1943
0.2059
0.1974
0.1998
0.2225
0.1981
K3/3
0.2060
0.2090
0.1856
0.0117
0.0116
0.0369
Run No.
Run1
Run2
Run3
Run4
Run5
Run6
Run7
Run8
Run9
0.38
0.53
53.8
0.48
0.51
54.58
0.45
0.45
55.18
0.47
0.48
54.79
0.57
16.62
2.15
0.11
2.13
0.46
0.32
57.3
6
0.65
13.9
9
1.9
0.45
0.4
56.8
0.5
16.52
0.46
0.43
55.1
4
0.51
15.5
2
2.02
0.72
15.7
3
2.08
0.44
0.4
55.9
4
0.76
15.7
1
1.95
0.35
0.36
1
2
3
4-(2-propenyl)-Phenol
-Cubeben
Eugenol
RT
10.91
12.79
13.21
4
5
-Copaene
Caryophyllene
13.34
14.23
0.95
17.77
0.63
17.32
6
7
-Humulene
Isoledene
14.88
15.32
2.32
0.08
2.26
0.49
0.49
55.0
7
0.86
16.7
8
2.15
-Muurolene
0.37
0.4
15.44
15 | M a k a l a h A n a l i t i k
0.37
0.36
0.65
0.42
0.32
SD
0.35
0.47
58.2
0.81
20.59
2.61
0.41
H
0
0
4
2
1
3
4
4
0
-Muurolene
15.79
0.28
0.27
0.28
0.22
0.22
0.22
1
0
11
-Farnesene
16.1
0.25
0.23
0.29
0.32
0.22
0.2
0.2
0.27
0.22
0.27
Unidentified
16.17
0.06
0.07
0.07
16.31
0.71
0.68
0.06
Cadinene
0.64
0.65
0.64
0.68
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
Eugenol acetate
16.6
20.91
20.55
20.4
9
20.89
20.78
20.3
2
2.34
21.5
21.7
5
13.84
Cubenol
16.91
0.52
Unidentified
17.06
0.41
Caryophyllene oxide
17.41
0.8
0.88
0.93
0.69
0.84
0.93
0.89
0.6
1.05
0.49
Diethyl Phthalate
17.8
0.12
0.35
0.33
1.1
0.74
1.43
1,4-Methanoazulen-7(1H)-one,
octahydro-4,8,
Tetracyclo[6.3.2.0(2,5).0(1,8)]tride
can-9-ol, 4,4-dimethylTetracyclo[6.3.2.0(2,5).0(1,8)]tride
can-9-ol, 4,4-dimethylIsoaromadendrene epoxide
17.92
0.11
0.13
0.12
0.12
0.15
18.35
0.11
0.14
0.13
0.14
0.14
18.42
0.21
0.27
0.27
0.3
0.26
0.25
0.37
0.36
0.56
19.07
0.14
0.25
0.15
0.12
0.15
0.25
0.28
2,2,4-Trimethyl-3-(3,8,12,16)tetramethyl-heptadeca-3,7
Tetratetracontane
30.6
0.24
0.73
30.82
0.15
0.14
0.22
0.67
Tabel 2
Komposisi dari minyak cengkeh yang diperoleh dengan metode yang berbeda
- = Tidak terdeteksi.
a. Waktu retensi pada BTX.5ms kolom kapiler menyatu-silika.
b. Distilasi uap.
c. Destilasi air.
d. Ekstraksi Soxhlet.
16 | M a k a l a h A n a l i t i k
0.66
0.62
1.05
Pada hasil minyak yang di ekstraksi oleh supercritical CO2 dapat diamati bahwa terjadi
peningkatan suhu dari 30 C ke 40 C terhadap hasil ekstraksi dan konten eugenol yang tinggi
dalam minyak, sedangkan kenaikan suhu dari40 C ke 50 C tidak mengakibatkan kenaikan hasil
minya namun ada peningkatan kadar eugenol dalam minyak cengkeh . Hal ini dianggap berasal
dari penurunan kepadatan CO2 dengan meningkatnya suhu, yang mendominasi selama
peningkatan tekanan uap zat terlarut pada tekanan tertentu ini (Lou, Folas, Voutasa, & Magoulas,
2003). Seperti yang diharapkan, hasil ekstraksi ditingkatkan secara signifikan dengan
peningkatan tekanan, karena peningkatan kelarutan komponen minyak. Hal ini dikaitkan dengan
peningkatan kepadatan CO2, yang menghasilkan peningkatan kemampuan melarutkannya.
Namun, karena molekul tinggi senyawa dengan berat di kuncup cengkeh (asam lemak, asam
lemak metil ester, sterol, dll) juga co-diekstraksi dengan peningkatan tekanan, isi eugenol
cengkeh minyak tidak berubah jelas. Oleh karena itu, yang tertinggi konten eugenol dari minyak
cengkeh diekstrak pada 50o Cdan 10 MPa. Hasil ekstraksi meningkat dengan mengurangi
partikel ukuran tunas cengkeh dihaluskan. Hal ini karena semakin tinggi jumlah minyak dirilis
sebagai sel tunas dihancurkan oleh penggilingan (Mostafa et al, 2004;. Reverchon, 1997), dan ini
jumlah minyak mudah diekstraksi untuk kontak langsung denganCO2 superkritis. Selain itu, jalur
difusi lebih pendek dalam matriks padat yang digiling menghasilkan intra partikel kecil resistensi
terhadap difusi. Namun, isi eugenol meningkatkan minyak cengkeh sebagai peningkatan ukuran
partikel. Oleh karena itu, ukuran partikel tidak boleh terlalu kecil jika tujuannya adalah untuk
mengekstrak bahan yang mudah menguap dan untuk menghindari senyawa lebih dengan molekul
17 | M a k a l a h A n a l i t i k
tinggi-berat untuk menjadi coiekstraksi. Ini lebih baik untuk indeks ukuran partikel harus
dikendalikan pada sekitar0,6430 (2 #).
Komposisi minyak cengkeh yang diperoleh dengan metode yang berbeda
Tabel 2 daftar komposisi minyak cengkeh diperoleh dengan metode yang berbeda sesuai
dengan hasil GC-MS. Bisa terlihat bahwa dua puluh tiga senyawa dalam minyak cengkeh telah
diidentifikasi, dimana eugenol b-caryophyllene dan eugenol asetat merupakan komponen utama
minyak cengkeh. Komposisi minyak cengkeh diekstraksi dengan metode yang berbeda sebagian
besar sama, sedangkan konsentrasi relatif dari senyawa diidentifikasi ternyata berbeda. Minyak
cengkeh yang diperoleh oleh distilasi uap terkandung persentase tertinggi eugenol (58,2%),
kemudian minyak yang diperoleh SFE (53,8-55,9%). Minyak cengkeh yang diperoleh
hidrodistilasi memiliki persentase terendah eugenol (48,82%). Namun, minyak cengkeh yang
diperoleh oleh SFE mengandung persentase tertinggi eugenol asetat(20,32-21,75%), yang juga
merupakan bahan antioksidan utama dalam minyak cengkeh (Lee & Shibamoto, 2001).
Persentase tertinggi bahan antioksi dan aktif, eugenol bersama-sama dengan eugenol asetat,
minyak cengkeh diekstraksi dengan SFE. Oleh karena itu diperoleh. kandungan eugenol dan
eugenol asetat dalam minyak cengkeh yang diekstraksi dengan metode Soxhlet juga lebih tinggi
dibandingkan dengan dua jenis metode destilasi. Degradasi termal dari eugenol asetat dapat
terjadi selama hydro dan distilasi uap sebagai eugenol asetat sehingga hanya diperoleh masingmasing 13,84%, 3,89%, .Selain eugenol, dan eugenol asetat dalam minyak cengkeh, konten
relatif b -caryophyllene dalam minyak cengkeh diekstraksi dengan distilasi uap, destilasi air,
SFE dan soxhlet metode masing-masing sebesar 20,59%, 36,94%, 13,99-17,77%dan 17,5%,.
Diketahui bahwa b-caryophyllene menunjukkan aktivitas anti-inflamasi dalam beberapa
percobaan (Ghelardini, Galeotti, Di Cesare Mannelli,Mazzanti, & Bartolini, 2001). Jika
tujuannya adalah untuk mendapatkan isi b-caryophyllene dalam minyak cengkeh yang tinggi
bias digunakan destilasi air.
18 | M a k a l a h A n a l i t i k
Tabel 3
Karakteristik minyak cengkeh yang diperoleh dengan metode yang berbeda
Minyak
cengkeh
Hasil (%)
Periode
ekstraksi
Color n
tekstur
19.6
Eugenol plus
daneugenolasetat
(%)
58.8 + 19.6
SFE(50oC,10
Mpa)
Destilasi uap
10.1
61.2 + 10.2
8-10
Hidrodistilasi
11.5
50.3 + 3.2
4-6
Ekstraksi
soxhlet
41.8
30.8 + 9.3
Minyak
kuning pucat
Minyak
kuning pucat
Minyak
kuning
coklat
Salep coklat
Penggunaan
pelarut
organik
tidak
ya
ya
ya
Hal ini juga dapat dilihat bahwa minyak yang diperoleh oleh SFE mengandung sejumlah kecil
lilin kutikula co extraksi. Hasil ini mirip dengan karta penulis lain (Mostafa et al, 2004;. Myint
et al., 1996).
Perbandingan komprehensif minyak cengkeh yang diperoleh berbeda
Warna dan tekstur adalah karakteristik utama dan faktor kualitas minyak esensial, dan
hasil ekstraksi dan waktu ekstraksi adalah faktor penting untuk industrialisasi. Oleh karena itu,
perbandingan yang luas dari minyak cengkeh diperoleh dengan metode yang berbeda lanjut
tercantum dalam Tabel 3. Pada Tabel 3, isi eugenol dan eugenol asetat ditentukan oleh GC. Hal
ini dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa, isi utama bahan biologis eugenol ditambah eugenol asetat di
minyak cengkeh dengan ekstraksi Soxhlet adalah yang terendah meskipun yang hasil minyak
cengkeh adalah yang tertinggi di antara metode empat ekstraksi. Selain itu, ekstrak oleh soxhlet
Metode adalah salep coklat, yang berarti lebih banyak kotoran dan residu yang tidak diinginkan
pelarut organik mungkin ada. SFE menawarkan keuntungan yang paling penting atas metode
lain. Ekstraksi hasil SFE menunjukkan sekitar dua kali lebih tinggi dari hasil yang diperoleh
diperoleh destilasi uap dan destilasi air. Kandungan eugenol ditambah eugenol asetat yang
diekstrak diperoleh kandungan minyk yang tertinggi . minyak kuning pucat yang diinginkan dan
terpendek waktu ekstraksi yang dibutuhkan untuk SFE dibandingkan dengan lainnya tiga metode
ekstraksi. Selain itu, menggunakan superkritis CO2 bukannya beberapa pelarut organik berbahaya
akan menghasilkan di 'proses' 'hijau'.
19 | M a k a l a h A n a l i t i k
BAB III
3.1 Kesimpulan
Dalam penyelidikan efek dari tiga diuji parameter (tekanan, temperatur dan ukuran
partikel) di ekstraksi SFE minyak esensial dari cengkeh dalam domain eksperimental. ukuran
partikel memiliki efek yang paling jelas pada hasil minyak esensial. Suhu adalah Faktor yang
paling penting untuk menentukan isi dari eugenol dari minyak cengkeh. Kemungkinan
memanipulasi konten eugenol dari minyak cengkeh dengan mengubah parameter ekstraksi
dicapai dalam SFE. Komposisi dan beberapa karakter minyak cengkeh diperoleh SFE dan
metode lain dibandingkan. Meskipun komposisi dari minyak yang diperoleh oleh SFE dan uap,
destilasi air sama, mereka berbeda secara kuantitatif. Ekstraksi hasil SFE adalah sekitar dua kali
lebih tinggi seperti yang diperoleh oleh uap dan destilasi air. penawaran SFE banyak keuntungan
penting selama tiga lainnya tradisional metode, termasuk hasil ekstraksi yang lebih tinggi,
persentase tertinggi bahan antioksidan aktif eugenol bersama-sama dengan eugenol asetat dalam
cengkeh diekstraksi, waktu ekstraksi lebih pendek, dan sebagainya. Oleh karena itu, SFE
dianggap sebagai proses optimum untuk memperoleh minyak cengkeh dengan kualitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
20 | M a k a l a h A n a l i t i k
Ketaren, 1987, Minyak atsiri, UI Press, Terjemahan : Guenther, E., 1947, Essential Oils,
Vol.1, John Willey and Sons, New York
Padmawinata, K.1991. Pengantar Kromatografi, Edisi ke-2, ITB, Bandung, Terjemahan :
Introduction to Chromatografi
Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., and Schwarting, A.E., 1985, Holden Day Inc, USA
Sastrohamidjojo, H., 2004, Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
21 | M a k a l a h A n a l i t i k