Professional Documents
Culture Documents
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
ALI SAMBODO
NIM. P.10072
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
ALI SAMBODO
NIM. P.10072
ii
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karunian-Nya, sehingga penulis dapat menyeleseikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep, Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep, Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan sekaligus selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan dan inspirasi, serta telah
memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Amalia Agustin, S.Kep, Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
vi
4. Joko Kismanto, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua Dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orang tuaku, keluarga besar Abdullah Satar dan seorang yang selalu
saya sayangi yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya
serta menjadi inspirasi dan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Sahabat-sahabatku kos yang berjuang bersama menempuh 3 tahun belajar di
bangku akademik STIKes Kusuma Husada Surakarta.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan karyawan karyawati STIKes Kusuma
Husada Surakarta serta bebagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
9.
Ali Sambodo
NIM. P 10072
vii
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................
C. ManfaatPenulisan .................................................................
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien .....................................................................
B. Pengkajian ...........................................................................
14
15
19
20
23
B. Simpulan ..............................................................................
33
C. Saran ....................................................................................
35
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 GenogramTn.S......................................................................... 10
Gambar 2.2 Pohon Masalah ........................................................................ 15
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Asuhan Keperawatan
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (2001, dalam Hidayati, 2012). Kesehatan adalah
keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa
penyakit atau kelemahan. Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat apabila
seluruh aspek dalam dirinya dalam keadaan tidak terganggu baik tubuh,
psikis, maupun sosial. Apabila fisiknya sehat, maka mental atau jiwa dan
sosialpun sehat, demikian pula sebaliknya, jika mentalnya terganggu atau
sakit, maka fisik dan sosialnyapun akan sakit.
Kesehatan
menggambarkan
jiwa
adalah
keselarasan
berbagai
dan
karakteristik
keseimbangan
positif
kejiwaan
yang
yang
orang maka ini berarti bahwa 120 ribu orang dengan gangguan jiwa berat
memerlukan perawatan dirumah sakit. Padahal yang tersedia sekarang hanya
kira-kira 10.000 tempat tidur(Yosep, 2007).
Salah satu jenis gangguan jiwa adalah skizofrenia, gangguan
skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi,
menerima, dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukan
emosi, dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial.Dalam
masyarakat umum skizofrenia terdapat 0,2 sampai 0,8% dan retardasi mental
1 sampai 3%, maka dinegara kita terdapat kira kira 2.400.000 orang anak
yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004). Salah satu jenis skizofrenia
adalah skizofrenia paranoid dan ciri-cirinya adalah waham yang sistematis
atau halusinasi pendengaran, individu inidapat penuh curiga, argumentatif,
kasar, dan agresif(Isaacs,2004).Secara umum klien skizofrenia akan
mengalami beberapa masalah keperawatan seperti halusinasi, harga diri
rendah, isolasi sosial, perilaku kekerasan, waham dan depresi(Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan sering disebut gaduh gelisah
atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol(Yosep, 2007). Gangguan jiwa yang
paling menonjol adalah di psike (psikogenik), unsur yang saling
mempengaruhi terjadi secara bersamaan, kemudian timbulah gangguan badan
ataupun jiwa. Salah satu contohnya jika seorang dengan depresi mengalami
gangguan tidur, karena kurang tidur daya tahan badaniahnya berkurang
sehingga mengalami keradangan tenggorokan, sebaliknya kalau keradangan
yang melemah, maka daya tahan psikologinya akan menurun dan mungkin
mengalami depresi. Sudah lama diketahui bahwa penyakit pada otak sering
mengakibatkan gangguan jiwa(Maramis, 2004). Melihat dari dampak dan
kerugiannya, perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap
stresor yang dihadapi seseorang. Jadi perilaku kekerasan dapat menimbulkan
kerugian baik pada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkumgan
(Keliat,2007).
Rumah sakit jiwa Surakarta adalah rumah sakit jiwa milik
pemerintah yang diklasifikasikan sebagai kelas A dan sebagai pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh lapisan masyarakat yang
berhubungan dengan perencanaan dari suatu rumah sakit terhadap klien
gangguan jiwa, dengan berbagai tingkat keparahannya. Data rekam medik di
RSJD Surakarta menunjukan pasien pada tahun 2012 diantaranya rawat jalan
26.449 klien, rawat inap 2.906 klien, dari rawat inap yang mengidap penyakit
skizofrenia 2.233 klien, laki laki 1.495 atau 66,9% perempuan 738 atau
33,1% (Medical record, 2012). Berdasarkan komunikasi dengan perawat
dibangsal Abimanyu di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada tanggal 25
sampai 27 April 2013 diketahui jumlah pasien 32 pasien 15 diantaranya
menderita gangguan perilaku kekerasan, sisanya halusinasi 11 orang, dan
waham 6 orang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis melaporkan kasus asuhan keperawatan pada Tn. S dengan resiko
perilaku kekerasan di ruang Abimanyu RSJD Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis dapat melakukan pengkajian pada Tn.S dengan resiko perilaku
kekerasan.
b. Penulis dapat merumuskan masalah keperawatan pada Tn.S dengan
resiko perilaku kekerasan.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan informasi
tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya masalah resiko perilaku
kekerasan.
2. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan penulis tentang asuhan keperawatan jiwa
mengenai masalah resiko perilaku kekerasan dan dapat mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dibangku kuliah serta pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah resiko
perilaku kekerasan.
3. Bagi Institusi
Menambah masukan dan sumber bacaan diperpustakaan khususnya
mengenai asuhan keperawatan jiwa dengan masalah resiko perilaku
kekerasan.
BAB II
LAPORAN KASUS
jenis
kelamin
laki-laki
bertempat
tinggal
di
Banyuasin
B. Pengkajian
Hasil pengkajian tanggal 25 April 2013 pukul 10.00 WIB. Klien dibawa
ke IGD RSJD Surakarta pada tanggal 11 April 2013 oleh keluarganya,
dengan alasan klien masuk saat masuk rumah sakit yaitu klien sering
10
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Sakit/ gangguan jiwa
: Menikah/ garis perkawinan
: Garis keturunan
: Serumah
: Pasien
11
12
13
14
C. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan diagnosa keperawatan
antara lain diagnosa keperawatan prioritas adalah resiko perilaku kekerasan,
diagnosa keperawatan tersebut didukung dengan data subyektif klien
mengatakan jika sedang berinteraksi pada teman-temanya di ruangan
terkadang klien marah dan ingin memukul. Kemudian data obyektifnya klien
terlihat marah, tampak tegang, tangan mengepal dan klien mondar-mandir.
Dari prioritas diagnosa diatas dapat dibuat pohon masalah dalam kasus
ini dapat di simpulkan sebagai berikut resiko menciderai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan sebagai akibat, resiko perilaku kekerasan sebagai care
problem, Gangguan konsep diri : Harga diri rendah sebagai penyebab. Dari
diagnosa tersebut dapat dijadikan prioritas diagnosa, prioritas yang pertama
resiko perilaku kekerasan, gangguan konsep diri : Harga diri rendah, Resiko
menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
15
Pohon Masalah
Resiko menciderai diri Sendiri, orang Lain dan Lingkungan (Akibat)
(Core Problem)
D. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yang disusun Setelah memprioritaskan masalah
keperawatan dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan. Tujuan
umum yaitu Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan. Tujuan khusus
pertama Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria
evaluasi setelah 2x15 menit pertemuan klien menunjukkan tanda-tanda
percaya kepada perawat, wajah cerah dan tersenyum, mau berkenalan, ada
kontak mata serta bersedia menceritakan perasaannya. Intervensi yang akan
dilakukan bina hubungan saling percaya dengan memberi salam setiap
interaksi, perkenalkan nama dan nama panggilan perawat serta tujuan perawat
berinteraksi, tanyakan dan panggilan nama kesukaan klien, tunjukkan sikap
empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan perasaan
klien dan masalah yang dihadapi, buat kontak interaksi yang jelas, dengarkan
dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.
Tujuan khusus kedua klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan yang dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi setelah 2x15 menit
16
17
18
19
dilakukan jelaskan manfaat menggunakan obat dan kerugian jika tidak minum
obat, jelaskan kepada klien jenis obat, nama, warna dan bentuk obat, dosis
yang tepat untuk klien, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang akan
dirasakan, anjurkan klien minta dan menggunakan obat tepat waktu, lapor ke
perawat jika mengalami efek yang tidak biasa, beri pujian terhadap
kedisiplinan klien menggunakan obat.
E. Implementasi keperawatan
Implementasi untuk diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
dilaksanakan pada tanggal 25 April 2013, pukul
20
F. Evaluasi keperawatan
Tindakan keperawatan dikatakan berhasil atau tidak dengan cara
mengetahui perkembangan pada klien serta apakah masalah sudah teratasi
maka perlu dilakukan evaluasi. Diagnosa yang pertama SP I tanggal 25 April
2013, pukul 10.45 WIB. Didapatkan data subyektif, klien mengatakan nama
dan mau berjabat tangan, klien mengatakan marah jika mengalami
ketidakcocokan pendapat saat berbicara, klien mengatakan jika marah
dadanya berdebar-debar, klien mengatakan puas jika klien sudah memukul,
klien mengatakan tidak peduli akibat yang dilakukannnya yang penting klien
merasa puas, klien mengatakan mau menarik nafas dan menahannya sebentar
kemudian mengeluarkan lewat mulut, klien mengatakan mau mencoba jika
rasa marah timbul. Dari data obyektif klien mau berkenalan dan berjabat
tangan, klien tampak memperagakan bernafas dalam, pandangan tajam. Klien
dapat mempraktekkan cara mengontrol marah dengan nafas dalam dan
mampu mengungkapkan terjadinya perilaku kekerasan. Analisa sehingga
disimpulkan bahwa masalah sudah teratasi. Sehingga perencanaan untuk klien
21
anjurkan klien untuk mengontrol rasa marah dengan cara nafas dalam.
Sedangkan perencanaan untuk perawat evaluasi SP I yaitu dengan nafas
dalam, dan lanjut SP II yaitu dengan cara pukul bantal atau kasur.
Pada SP II tanggal 26 April 2013, pukul 09.15 WIB. Didapatkan data
subyektif yaitu klien mengatakan telah mencoba cara mengontrol marah
dengan nafas dalam jika marah muncul, klien mengatakan bersedia untuk
diajari cara mengontrol marah dengan cara fisik kedua yaitu dengan cara
pukul bantal dan kasur. Dari data obyektif klien tampak tenang, klien mampu
melakukan cara mengontrol marah dengan pukul bantal. Klien mau berlatih
cara fisik kedua dengan cara pukul bantal atau kasur. Analisa sehingga
disimpulkan masalah sudah teratasi. Sehingga perencanaan untuk klien
anjurkan klien untuk mengontrol rasa marah dengan cara fisik kedua yaitu
dengan cara pukul bantal atau kasur jika timbul rasa marah. Sedangkan
perencanaan untuk perawat evaluasi SP 1 yaitu dengan cara nafas dalam, dan
SP 2 yaitu dengan cara pukul bantal atau kasur, dan lanjut SP 3 yaitu dengan
cara verbal.
Pada SP III tanggal 27 April 2013, pukul 10.15 WIB.Didapatkan data
subyekytif : klien mengatakan telah mencoba cara mengontrol marah dengan
nafas dalam, pukul bantal atau kasur dan jika marah muncul, klien
mengatakan bersedia untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara fisik 3
yaitu dengan cara verbal. Data obyektif klien tampak tenang, klien mampu
melakukan cara mengontrol marah dengan cara verbal. Klien mau berlatih
cara fisik 3 dengan cara verbal. Analisa sehingga disimpulkan masalah sudah
teratasi, sehingga planning untuk klien anjurkan klien mengontrol rasa marah
22
dengan cara fisik 3 yaitu dengan cara verba jika timbul rasa marah.
Sedangkan perencanaan untuk perawat evaluasi SP 1 yaitu dengan cara nafas
dalam, SP 2 dengan cara pukul bantal atau kasur, SP 3 yaitu dengan cara
verbal dan lanjut SP 4 dengan cara spiritual.
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori
dengan studi kasus asuhan keperawatan pada Tn. S dengan resiko perilaku
kekerasan di ruang Abimanyu RSJD Surakarta. Pembahasan yang penulis
lakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi
data biologis, psikososial, dan spiritual (Direja, 2011).
Penulis
melakukan
pengumpulan
data
menggunakan
metode
24
Menurut Fitria (2009), tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan yang
muncul biasanya adalah mata melotot atau pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur
tubuh kaku, mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar, ketus, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri,merusak lingkungan,amuk atau agresif dan mengamuk. Hal ini
sesuai dengan kasus pada Tn. S dimana pada alasan masuk didapatkan data
Tn. S mengamuk, marah-marah, berkata kasar, membanting barang,
mengancam orang lain, mondar-mandir, tegang, mata melotot, mata merah,
dan susah tidur.
Menurut Yosep (2010, dalam Damaiyanti 2012), dalam faktor
predisposisi perilaku kekerasan terdapat beberapa teori yang menjadi
penyebab munculnya perilaku ini salah satunya yaitu teori biologis teori ini
menyatakan adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut Direja (2011), faktor yang berhubungan
dengan masalah perilaku kekerasan dapat terjadi karena stimulus
lingkungan dan putus obat. Berdasarkan teori yang telah disampaikan
tersebut sama dengan data pengkajian faktor predisposisi yang ditemukan
pada kasus klien Tn. S dimana keluarga klien ada yang mengalami
gangguan jiwa seperti klien yaitu kakak kandung dan pamanya, selain
masalah tersebut klien juga tidak mau minum obat, sehingga terapi
pengobatan klien kurang berhasil yang berakibat klien kambuh lagi.
25
26
27
pengaruh obat untuk susunan syaraf, efek sampingnya adalah mulut kering,
pusing, mual, muntah, bingung dan takikardi. Zypraz adalah jenis obat
pengobatan untuk anxietas dan gangguan panik, efek sampingnya adalah
mengantuk, pusing, dan cemas. ( ISO, 2010).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah dari data pengkajian
yang digunakan untuk mengarahkan perencanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan (Damaiyanti, 2012).
Menurut Fitria (2009) Diagnosa keperawatan yang sering ditemukan
pada kasus perilaku kekerasan antara lain perilaku kekerasan, resiko
mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, perubahan persepsi
sensori : halusinasi, harga diri rendah kronis, isolasi sosial, danberduka
disfungsional. Diagnosa utama yang diangkat pada Tn. S yaitu resiko
perilaku kekerasan, diagnosa ini didukung dengan data subyektif klien
mengatakan jika sedang berinteraksi pada teman-temanya di ruangan
terkadang klien marah dan ingin memukul. Kemudian data obyektifnya
klien terlihat marah, tampak tegang, mata melotot tangan mengepal dan
klien mondar-mandir. Diagnosa ini diambil menjadi prioritas utama karena
pada saat pengkajian data-data diatas yang paling aktual dibandingkan
dengan diangosa yang kedua, yaitu harga diri rendah.
Dalam pohon masalah dijelaskan bahwa yang menjadi core problem
adalah perilaku kekerasan, etiologinya yaitu harga diri rendah, dan sebagai
efek yaitu resiko meciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Fitria,
28
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum,
tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus
pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa tertentu. Tujuan umum
dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai (Direja, 2011).
Menurut Stuart (2001, dalam Direja, 2011), tujuan khusus berfokus
pada penyelesaian etiologi dari diagnosa tersebut. Tujuan khusus
merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan
klien. Umumnya, kemampuan klien pada tujuan khusus dapat dibagi
menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk
menyelesaikan
etiologi
dari
diagnosa
keperawatan,
kemampuan
29
cara
mengontrol
perilaku
kekerasan,
rasionalnya
adalah
30
4. Implementasi
Implementasi
merupakan
standar
dari
standar
asuhan
yang
31
5.
Evaluasi
Menurut Kurniawati (2004, dalam Nurjanah, 2005), Evaluasi adalah
proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
berikut: S: Subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, O: Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan
32
kekerasan,
tujuan
khusus
ketiga
yaitu
klien
dapat
kekerasan,
tujuan
khusus
keenam
yaitu
klien
dapat
33
34
nafas
dalam,
strategi
pelaksanaan
kedua
melatih
35
2. Saran
Penulis memberikan saran yang mungkin dapat diterima sebagai
bahan pertimbangan guna meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada
klien dengan resiko perilaku kekerasan berikut:
a. Bagi Rumah Sakit
Hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh
klien untuk penyembuhan, rumah sakit menyediakan tenaga kesehatan
yang profesional guna membantu penyembuhan pasien.
36
b. Bagi Institusi
Memberikan motivasi dan menyediakan perpustakaan yang berguna
dan lengkap kepada mahasiswa untuk penyelesaian tugas karya tulis
ilmiah jiwa.
c. Profesi Perawat
Perawat diharapkan untuk lebih profesional dalam merawat pasien dan
lebih sabar dalam memberikan pelayanan guna peningkatan keadaan
pasien, khususnya resiko perilaku kekerasan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Praktik
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit
Buku: Nuha Medika. Yogyakarta.
Hidayati, Eni. 2012. Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan
Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien
Skizofenia.http://www.jurnalkesmas.org/files/kesehatanjiwa.pdfdiakses
tanggal 26 april.
Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatrik. Penerbit Buku:
EGC. Jakarta.
ISO. 2010. Informasi Spesialite obat. Penerbit PT.ISFI. Jakarta Barat.
Kelliat, Budi A & Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Penerbit Buku: EGC. Jakarta.
Kusumawati, Farida & Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Penerbit Buku: Salemba Medika. Jakarta.
Maramis, WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Penerbit Buku: Airlangga.
Surabaya.
Nurjannah, Intansari. 2005. Aplikasi Proses Keperawatan. Penerbit Buku: Moco
Medika. Yogyakarta.
Nita, Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Penerbit Buku:
Salemba Medika. Jakarta.
Stuart, G Wail. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku: EGC.
Jakarta.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku: PT Refika Aditama.
Bandung.
38
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Penerbit Buku: PT Refika
Aditama. Bandung.